Anda di halaman 1dari 7

Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pelvic Inflamatory Dissease (Pnyakit Radang Panggul)

Abstract
Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah peradangan organ reproduksi wanita bagian atas yang disebabkan oleh bakteri yang meliputi peradangan pada ovarium (oophoritis), saluran tuba fallopi (salphingitis), atau uterus (endometritis), tubo-ovarium abses, serta peradangan jaringan di sekitarnya seperti peritoneum (peritonitis). PID berhubungan dengan Penyakit Menular Seksual (PMS) yang penyebab terbanyaknya adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhea. Laparoskopi merupakan Gold standard untuk penegakan diagnostik PID. Penatalaksanaan penyakit radang panggul bertujuan untuk mengurangi gejala akut, pemberantasan infeksi, dan meminimalisasi risiko jangka panjang sebagai gejala sisa, seperti nyeri pelvis kronik, kehamilan ektopik, dan infertilitas.

Isi
Seorang pasien P1A0 usia 29 tahun datang ke poli kebidanan karena merasa nyeri pada perut kanan bagian bawah sejak beberapa hari yang lalu. Pasien mengeluh nyerinya, menjalar ke pinggang. dirasakan hilang timbul sejak kurang lebih1 bulan. Demam (-), BAK anyanganyangen (+), nyeri (-), riwayat BAK keluar pasir (-). Pasien pernah operasi appendectomy 2 tahun yang lalu. Riwayat Obstetri : I : , 4th, 3100gr, spontan, bidan : (-) : Menikah 1x dengan suami sekarang : 6 tahun : Teratur, tidak nyeri saat menstruasi, siklus 28 hari, lama haid sekitar 6 hari.. o Riwayat Operasi (SC, curetage, dll) : (-)

o Riwayat keguguran o Riwayat pernikahan o Usia pernikahan o Riwayat menstruasi

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan pada abdomen region kanan bawah dan terlihat adanya luka bekas operasi app. App Sign : mc bourney (+), rovsign (-), psoas (-), obturator (-). Pemeriksaan penunjang urine rutin diperoleh urine warna: Kuning, Kekeruhan : : Jernih, 6,5,

Reduksi: Negatif, Bilirubin: Negatif, Keton Negatif, BJ: Normal, Blood: Negatif, pH Protein: Negatif, Urobilinogen: 0,2 E.U/dl, Nitrit: Leukosit, Leukosit esterase Sedimen Eritrosit : 0-2, Leukosit : 9-11, Sel epitel : Positif, Kristal

: trace (+/-), Ca : Oksalat: Negatif,

Negatif, As. Urat: Negatif, Amorf: Negatif, Silinder Eritrosit: Negatif, Leukosit Granulosit : Negatif, Bakteri: Negatif. Pemeriksaan USG ditemukan adanya gambaran kabut di adnexa.

Diagnosis
PID Adnexitis

Terapi
Amoxicillin 3 x 500 mg Metronidazole 3 x 500 mg KalsiumLactase 2x1 Vitamin C 2x1

Diskusi
Pada kasus diatas pasien dating dengan keluhan nyeri perut pada kuadran kanan bawah.Anamnesis dilakukan pada pasien untuk mencari factor resiko yang mengarah ke salah satu diagnosis.Pada anamnesis diperoleh informasi bahwa pasien berusia 29 tahun, sudah menikah dengan 1 anak (P1A0).Pasein bekerja sebagai buruh lepas harian.Pasien punya riwayat operasi appendectomy a/i appendicitis kronis 2 tahun yang lalu. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada pasien diatas telah memiliki beberapa kecenderungan factor resiko untuk terjadinya PID yaitu.Usia< 35 thn, sexually aktif, low educational state dan predisposisi penyebaran infeksi dari appendicitis kronisnya.

Pasien mengeluh anyang anyangen (dysuria) sejak beberapa hari sebelumnya, yang bisa dijadikan hipotesis dari mana asal infeksi tersebut. Namun pada beberapa sumber yang ada menyebutkan adanya infeksi abdominal yang diakibatkan oleh penyebaran kuman pada pasien appendicitis yang biasanya unilateral.Anak pertama berusia 4 tahun, jadi mungkin kondisi saat ini bukan merupakan infeksi postpartum. Pemeriksaan fisik menunjukan pasien mengalami nyeri tekan pada kuadran kanan bawah abdomen / nyeri tekan adnexa.Hal ini mungkin memenuhi salah satu criteria diagnostic PID yaitu nyeri tekan adnexa. Pada pemeriksaan urine rutine ditemukan epitel +, sedimen eritrosit dan leukosit yang memenuhi kriteria diagnosis tambahan untuk PID. Yaitu peningkatan LED dan ditemukannya WBC pada sekresi vaginal. Pemeriksaan USG ditemukan adanya gambaran kabut di adnexal yang membuat dokter mendiagnosis kasus tersebut sebagai adnexitis / peradangan adnexa.

Adnexitis / salphingo-oophoritis bisa disebabkan karena infeksi saluran kemih yang menyebar ke saluran reproduksi dan mengadakan multiplikasi ascenden.Selain itu juga bisa disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari appendicitis, atau iatrogenic saat pengangkatan appendic / laparotomy / appendectomy. Terapi yang diberikan adalah antibiotic spectrum luas yaitu amoxicillin dan metronidazol. Melihat terapi yang diberikan, berarti atas pertimbangan dokter yang melakukan terpi, pasien tersebut terkena infeksi bakteri anaerob yang mana terapinya adalah metronidazole dan bakteri streptokokus beta hemoliticus dan atau e.coli yang sering ditemukan pada ISK yang mana terapinya adalah derivate penisilin seperti amoxicillin yang memiliki spectrum luas. Adapun terapi yang dianjurkan untuk kasus PID antara lain
1. Terapi Medikamentosa Pengobatan antibiotik per oral atau IV perlu dilakukan segera dan sering jangka panjang. a. Parenteral

Rekomendasi Regimen A Cefotetan 2 g IV setiap 12 jam atau Cefoxitin 2 g IV setiap 6 jam + Doxycycline 100 mg peroral atau IV setiap 12 jam

Rekomendasi Regimen B Clindamycin 900 mg IV setiap 8 jam plus Gentamicin loading dose IV or IM (2 mg/kg BB), dilanjutkan dengan dosis maintenance 1.5 mg/kg tiap 8 jam. Atau dapat diganti dengan dosis tunggal harian.

b. Terapi Oral Terapi oral dapat dipertimbangkan untuk penderta PID ringan atau sedang. Pasien yang menerima terapi oral dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus re-evaluasi untuk memastikan diagnosisnya dan diberikan terapi parenteral.

Levofloxacin

500

mg

1x/hari

selama

14

hari

atau

Ofloxacin 400 mg 2x/hari selama 14 hari dg/tanpa Metronidazole 500 mg orally twice a day for 14 days Atau Cefoxitin 2 g IM dosis tunggal dan Probenecid, 1 g peroral plus Doxycycline 100 mg per oral 2x/hari selama 14 days dengan atau tanpa Metronidazole 500 mg per oral 2x/hari selama 14 days Atau

Parenteral third-generation cephalosporin (e.g., ceftizoxime or cefotaxime) plus Doxycycline 100 mg per oral 2x/hari selama 14 days Dengan atau tanpa Metronidazole 500 mg per oral 2x/hari selama 14 days

2.

Pembedahan Pembedahanmungkin diperlukan untuk: menghilangkanabses menghilangkanjaringan parut repairorganreproduksi

Tindakan ooperatif ini dilakukan atas indikasi Peritonitis generalisata. Abses tubo-ovariiyang tidak merespon dengan terapi antibiotic yang sesuai selama 48 jam. Abses pelvis yang menonjol k eke vagina, rectum atau dinding vagina. Diagnosis yang belum pasti

Kesimpulan
Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah peradangan organ reproduksi wanita bagian atas yang disebabkan oleh bakteri yang meliputi peradangan pada ovarium (oophoritis), saluran tuba fallopi (salphingitis), atau uterus (endometritis), tubo-ovarium abses, serta peradangan jaringan di sekitarnya seperti peritoneum (peritonitis). PID Berhubungan dengan Penyakit Menular Seksual (PMS) yang penyebab terbanyaknya adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae

Laparoskopi merupakan Gold standard untuk penegakan diagnostik PID Penatalaksanaan penyakit radang panggul bertujuan untuk mengurangi gejala akut, pemberantasan infeksi, dan meminimalisasi risiko jangka panjang sebagai gejala sisa, seperti nyeri pelvis kronik, kehamilan ektopik, dan infertilitas.

Antibiotik yang berspektrum luas golongan sefalosporin atau qinolon berperan mengatasi infeksi yang sedang terjadi. beberapa direkomendasikan antaralain Cefotetan IV, Clindamycin IV, Lefofloxacin PO, Metronidazol PO, Doxycyclin PO.

Referensi
Anwar, Muhammad, Baziad R., Ali, & Prabowo, Prajitno. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Braun, Carie A., & Anderson, Cindy M. 2007. Pathophysiology: Functional Alterations in Human Health. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia. Halaman 115-116. Dikutip dari http://books.google.co.id/books?id=hRoRff4PH6wC&pg=PA115&lpg=PA115&dq=p athophysiology+of+pelvic+inflammatory+disease&source=bl&ots=6Ji5A7LwUf&sig =PQ6yUgJyrsR2jTceACQ4NSerb7A&hl=id&sa=X&ei=2lx3UMbxEaeKmQWlkYH wAg&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q=pathophysiology%20of%20pelvic%20i nflammatory%20disease&f=false
Goldman, Marene B., & Hatch, Maureen C. 2000. Womens Health. Academic Press: USA. Dikutip dari http://books.google.co.id/books?id=zSCgj8LXFHAC&pg=PA379&lpg=PA379&dq=epidemiolo gi+Pelvic+Inflammatory+Disease&source=bl&ots=EB4udG9zd_&sig=xYawxMQ0K8dBcwPjh1X9ioPV68&hl=id&sa=X&ei=3Ix0UIzYFYqViQfnsIDgCQ&sqi=2&ved=0CEgQ6AEwBQ#v=o nepage&q=epidemiologi%20Pelvic%20Inflammatory%20Disease&f=false Kreatsas, G. 2006. Uterus and Adnexa Posterior View. Health Informatics Laboratory, University of Athens. Dikutip dari http://www.medskills.eu/index.php/dropbox/en/Organ/Birth/Anatomy/null/545/ Kruger, T.F., & Botha, M. H. 2007. Clinical Gynaecology Third Edition. Juta & Co. Ltd : South Africa. Halaman 166-173. Dikutip dari

http://books.google.co.id/books?id=mEsPakNJWZYC&pg=PA166&lpg=PA166&dq=epidemiol ogi+Pelvic+Inflammatory+Disease&source=bl&ots=2J4xz3-svc&sig=f6onsZQp9oQUDR7UIttppHMtm8&hl=id&sa=X&ei=3Ix0UIzYFYqViQfnsIDgCQ&sqi=2&ved=0CCkQ6AEwAA#v =onepage&q=epidemiologi%20Pelvic%20Inflammatory%20Disease&f=false

Neinsteinn, Lawrance S., etc. 2008. Adolescent Health Care: A Practical Guide.
Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia. Halaman 819-823. Dikutip dari http://books.google.co.id/books?id=XIzo5uo3XIQC&pg=PA824&lpg=PA824&dq=epidemiolo gi+Pelvic+Inflammatory+Disease&source=bl&ots=_ZY05hxgHV&sig=s010Sn4tQy6vm3xyLdW 8R5SVnkg&hl=id&sa=X&ei=3Ix0UIzYFYqViQfnsIDgCQ&sqi=2&ved=0CDYQ6AEwAg#v=onepag e&q=epidemiologi%20Pelvic%20Inflammatory%20Disease&f=false

Penulis
Araafi Hariza Mahandaru, Stase Obstetri dan Ginekologi, RSUD Panembahan Senopati Bantul, DIY

Anda mungkin juga menyukai