Anda di halaman 1dari 3

Malam ini adalah malam mulia bagi umat Islam, dimana telah dilahirkan bayi mulia dari rahim

suci Siti Aminah. Malam yang penuh berkah dan hidayah. Lantunan sholawat ku dengar dari berbagai penjuru arah. Anak-anak kecil beramai-ramai membawa jajan dari masjid, seakan mereka tahu maksud dari perayaan itu. Aku hanya termangu duduk di depan gubukku melihat keramaian kampung dalam cahaya yang redup. Takku gubris sedikitpun dongengan nenek kepada adikku, bukan aku tak sopan, namun inilah aku jika sedang melamun. Teringat kembali masa kecilku, di saat masih belia dalam gendongan ibuku, itulah saat yang membuatku menangis jik mengigatnya. Takku teruskan lamunanku, karena semakin mencabit sukmaku. u pandangi adikku yang masih duduk di kelas satu sekolah dasar. Sangat menyakitkan jika harus memikirkan masa depannya. Ibuku telah lama pergi meninggalkan kami setelah kejadian siang itu, tak seberapa kumengerti persolannya. !doooorrrr,,,". #ukulan tangan kecil adikku itu membuyarkan lamunanku, langsung ku gendong dia masuk kedalam kamar, tak ku perbolehkan ia ikut bermain petasan , aku takut kalau kejadian yang menimpaku terulang lagi kepada adikku, kejadian itulah yang membuat jari keilngking kananku hilang, sehingga mempersulit semua pekerjaan yang kuhendaki, rasa malu pun tak dapat aku hindari. Aku ajak ia tidur, !kamu gak ke masjid nak$". Suara nenek membuatku agak kaget. !ya nek, sebentar lagi, nunggu adik tidur,,,". %awabku pelan. !Martin,,,,". Suara yang tak asing ditelingaku itu langsung mengejutkan aku. Aku langsung mengambil sandal jepit yang baru aku beli tadi sore, aku buka dengan pelan pintu gubukku dan lekas aku tinggalkan. Sesampai di masjid, aku mendapat bagian membaca surat &asin. Aku baca saja dengan suraku yang mungkin menyebalkan jika aku keraskan, seperti radio yang habis dibanting. Setelah acara selesai, aku langsung pulang karena waktu sudah semakin larut. Aku buka pintu gubukku yang tidak berkunci itu, aku letakkan kerudung dan aku rebahkan tubuhku di atas amben yang reot, yang mungkin setiap hari menjeritkan penderitannya. 'anya seukuran badanku aku mendapat bagian amben, tak tega aku menggeser adikku. ((((((((((((((((((((((((((((((((((((

okok ayam terdengar begitu merdu, pertanda menjelang subuh. Aku buka mataku dan ku ambil air wudhu, aku bangunkan nenekku. Setelah sholat aku pergi ke pinggir sungai untuk mendapatkan ikan, ikan itu aku panggang di tungku yang sedang menanak nasi. Selanjutnya aku bangunkan adikku, aku mandikan dia lalu aku pakaikan seragam merah putih itu. Sekali lagi adik bertanya di mana ayah, aku hanya tersenyum entah di mana ayahku. Setelah tiga bulan lalu, ayah yang sedang pergi berlayar belum juga kembali. Setelah mengantar adik sekolah, ku dapati nenek yang terlentang di depan tempat kamar mandiku, aku terkejut langsung saja aku gendong nenek masuk ke dalam. Tubuhnya yang sangat kurus memdahkanku untuk menggendongnya. Tubuhku emetar dan air mata ini mulai menetes. Aku coba mongoleskan minyak kaapak disekitar pelipis dan hidungnya. Setangah jam kemudian ia sadar, namu ia tak mampu menggerakkan tubuhnya, ia hanya mampu mengedipkan matanya. #erlahan air mata itu menetes dari bola matanya yang nanar, aku tak mampu lagi menahan tangisan ini yang semakin deras. !)enek, tunggu asebentar ya, ,,,". Aku langsung berlari menggendong nenek ke #uskesmas yang kebetulan dekat dengan gubuk kami. Semua orang memandangiku heran. !Sejak kapan kondisi nenekmu seperti ini$". Tanya *okter +arhan agak membentak, !Sudah lama dok, tapi sekarang lebih parah dari kemarin". emudian ia membawa nenekku ke sebuah ruangan. !)enekmu terserang penyakit stroke, akibatnya ia tak mampu menggerakkan bagian tubuhnya, nenekmu akan lumpuh". %awaban *okter +arhan mengunci bibirku, aku terima sebungkus obat dan langsung ku gendong nenekku pulang. Tiga puluh butir obat telah habis, namun kondisi nenek belum juga berubah. Aku tak punya uang untuk menebus obat nenek yang begitu mahal. Tiba-tiba aku teringat buku yang kemarin aku pinjam dari perpustakaan, buku yang berjudul !,udang esehatan" menjadi harapank satu-satunya. Aku mempelajari tentang cara mengobati berbagai penyakit secara tradisional dan pembuatan injection. Aku mencoba membuatkan jamu yang hasilnya juga sangat tampak dibandingkan dengan obat dari *okter +arhan. )enek sudah bisa menggerakkan tubuhnya. ondisi nenek yang semakin membaik membuatku untuk semakin mempelajari buku itu. Aku bertekad untuk membuat injection untuk nenek, rasa takut membuatku semakin bimbang. )amun rasa takut itu telah hilang setelah kondisi nenek yang semakin membaik. Aku tak menyangka mamu melakukan semua itu.

abar tentangku telah menjadi buah bibir setiap orang hingga pada setiap wartawan. Mereka memuat berita tentangku di surat-surat kabar. 'ari ini adalah hari anak bangsa, aku dan adikku diundang oleh bapak presiden untuk mengikuti acara anak bangsa tersebut,. Aku mendapatkan beasiswa untuk masuk perguruan tingg manapun yang aku mau, semua -ni.ersitas menaruh harapan terhadapku. *engan sangat yakin aku memegang mikro/on untuk menyampaikan sambutan. ! Terimakasih untuk nenek dan adikku yang sangat aku cintai, mereka adalah pahlawanku, karena mereka aku sekarang mampu berdiri di sini. Aku berdiri di sini hanya ingin menyampaikan satu pesan, pesan ini untuk ibu. Ibu sekarang di mana bu$ ai sangat merindukan ibu, apakah kami belum mampu membuat ibu tersenyum$ ami sekarang hanya tinggal bertiga bu, entah ayah kemana, ibu kembalilah bersama kami ibu, kita tinggal samasama lagi, kita cari ayah sama-sama bu,,,,,,,0". Tepuk tangan dan tangisan menambah suasana malam itu, semua orang menatapku penuh kagum. Aku hanya berharap ibu menyaksikan tayangan tele.ise saat itu dan melihatku dengan adik, agar ia tahu kalau aku mampu mempertahankan kehidupan nenek dan adik tanpa ayah

Anda mungkin juga menyukai