Anda di halaman 1dari 7

TARBIYAH FARDIYAH

Definisi dan urgensi Tarbiyah Fardiyah adalah peran dan tugas individu dalam konteks amal islami, dengan keharusan melakukan interaksi sosial yang bersifat personal untuk memperoleh satu tujuan dan sasaran dengan unsur-unsur pendekatan yang baru, diluar kelaziman pelaksanaan Tarbiyah Jamaiyyah pada umumnya seperti halnya dalam bentuk halaqoh. nsur-unsur pendekatan dalam Tarbiyah Fardiyah diusahakan agar seseorang pada a!alnya tertarik dengan fikrah "slam melalui proses Tarbiyah dan Tak!in, baru setelah itu mengajaknya terlibat dan berpartisipasi lebih jauh lagi dalam amal dak!ah. #alam hal ini diberikan kebebasan bagi siapa saja yang hendak menjalankan misi Tarbiyah Fardiyah untuk memanfaatkan seoptimal mungkin seluruh akses $%elasi& dan prakondisi untuk melakukan tadakhul Fikrah dan mengupayakan kepuasan objek dak!ah $'utarabbi Fardy& dengan FikrahFikrah yang dita!arkan kepadanya. (antas sejauh mana urgensi Tarbiyah Fardiyah dalam konteks amal islami). "kh!ah Fillah, sesungguhnya amal "slami tidak dapat berjalan ke*uali dengan satu proses dan *ara sebagaiman yang telah dilalui dan dijalankan oleh para %asul +alaihimussholaatu !assalaam melalui media tarbiyah yang digerakkan untuk menyingkap dan mengenali hakekat agama ini $,l-"slam& se*ara menyeluruh. -erkata "mam .asan ,l-banna / 01esungguhnya 'anhaj "kh!anul 'uslimin ter!ujud dalam pembatasan marhalah dengan kejelasan langkah-langkahnya, maka dari itu kita tahu sebenarnya apa yang kita inginkan, dan juga kita tahu sarana yang dapat merealisasikan keinginankeinginan itu2. Status hukum dan prinsip-prinsipnya Tarbiyah fardiyah ditinjau dari ke!ajibannya se*ara hukum, dapat dipahami dari bentuk-bentuk audiensi firman ,llah 13T yang diarahkan se*ara eksplisit kepada setiap individu muslim, juga arahan naba!i yang mengarah kepada hal yang sama, semua itu adalah Taklif yang memperkuat keharusan adanya rasa tanggung ja!ab pada setiap individu muslim untuk mengemban tugas dak!ah islamiah, sebagaimana firman ,llah 13T dalam surat Fusshilat/ 44, ,s-1yura/ 56, dan ,n-7ahl 8 596. ,dapun hadits %asulullah 1,3 yang dapat dijadikan landasan syari Tarbiyah Fardiyah adalah hadits ri!ayat 'uslim dari ,bu 1aid ,l-:hudry ; Barang siapa yang melihat kemungkaran hendaklah ia meru!ahnya dengan tangannya "ika tidak !isa dengan lisannya "ika tidak !isa dengan hatinya dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman#$ %uga dalam hadits ri&aayat 'uslim lainnya ( Barang siapa yang menun"ukan kepada ke!aikan maka !aginya pahala se!esar pahala )rang yang menger"akannya#$ -erkaitan dengan tarbiyah fardiyah "mam .asan ,l-banna mengingatkan kita bah!a ke!ajiban Tarbiyah fardiah adalah ke!ajiban untuk bersungguhsungguh dalam beramal, dengan menempuh pr)ses Tak&in !a*da

Tan!ih# +,em!entukan setelah pengarahan- dan Ta*sis !a*da Tadris# +,emantapan atau peng)k)han setelah penga"aran-$ 'inimal ada enam prinsip untuk melan*arkan efisiensi dan efektifitas tarbiyah fardiyah / ,ertama ( Al-'anha" As-salim, yaitu konsep yang benar, yang mampu men*etak pribadi dan generasi islami, konsep yang terpadu dan menyeluruh meliputi aspek-aspek tarbiyah fikriyah, ruhiyah dan akhlakiah. .edua ( Al-/ud&ah al-hasanah, yaitu dalam hal ketaq!aan, ke!aroan dan pengamalan ilmunya. .etiga ( Al-!i*ah As-sh)lehah, yakni dengan menyediakan nuansa dan iklim yang *o*ok untuk setiap individu, khususnya pada masa-masa memasuki tahapan pembentukan pertama. .eempat ( At-Ta"arrud, yaitu totalitas seorang 'urabbi yang mengemban misi dak!ah dalam rangka membentuk kepribadian individu muslim dan memfokuskan hal itu. .elima ( Tadarru" yaitu seorang 'urabbi dalam konteks Tarbiyah fardiyah hendaknya memperhatikan tahapn-tahapan logis, seperti dengan stressing maslah-masalah aqidah sebelum masalah "badah , maslah "badah sebelum konsep kehidupan yang lebih luas, ringkasnya adaalah .ulliat 0)!la %u1iyyat# $ .eenam ( Arrif/ &allin sikap lembut dan halus adalah sarana dalam mentarbiyah, oleh karenanya hendaklah bersabar atas segala kegagalan dan kesalahan sampai datangnya satu masa dimana buah dari kesabaran itu akan tampak membuahkaan hasilnya. Sarana dan keistime&annya ,dapun sarana tarbiah fardiyah banyak ma*amnya yang dapat digunakan se*ara bertahap sesuai dengan tahapan pendekatan 'urabbi terhadap "ndividu madunya. #alam bentuk tatap muka misalnya $(iqo&, seorang 'urabbi tarbiyah fardiah bisa memnfaatkan pertemuan dengan memba*a al-;uran, mengkaji hadits atau siroh, pertemuan tersebut sedapat mungkin di*arikan !aktu dan tempatnya yang *o*ok, bisa juga memanfaatkan pertemuan di .alaqoh $talim& 'asjid, seminar "lmiah, atau dengan mengajaknya ke %umah makan, dalam bentuk yang lebih sederhana sarana Tarbiyah fardiah bisa dengan menghadiahkan sebuah buku yang bermuatan Fikrah islam, sehingga pada pertemuan berikutnya bisa didiskusikan hasil dari ba*aan buku tersebut. 1emua hal tersebut di atas adalah sebagian dari sarana-sarana tarbiyah fardiyah. ,dapun selebihnya seorang murabbi dengan ke*erdasaannya dapat mengeksplorasi dan mengembangkan sarana-sarana lainnya lebih banyak lagi. Tarbiyah fardiyah bila dijalankan sesuai dengan manhajnya maka ia akan menjadi sarana yang paling efektif , paling kuat pengaruhnya, dan

paling terjamin kualitasnya terhadap individu madu, keistime!aan Tarbiyah fardiyah terletak pada fokus perhatian yang lebih terhadap madu dan kesempatan memberi pengaruh lebih besar, sehingga menjadi besar pula tibgkat keberhasilan mengajak oarang ke jalan dak!ah. Tarbiyah fardiyah adalah salah satu gaya pendekatan $ slub& dalam berdak!ah, akan tetapi gaya pendekatan yang satu ini tidak mungkin efektif dan membuahkan hasil bagi kalangan juru dak!ah dengan berbagai level madunya, karena para dai yang memainkan da!aahnya dengan gaya ini dituntut untuk memiliki beberapa karakteristik khusus yang menjamin kapabilitas dirinya melalui jalan dak!ah dengan gaya pendekatan yang satu ini. #engan kata lain tarbiyah fardiyah tidak dapat dilakukan oleh seseorang yang hanya disebut dan dikenal sebaagai #ai saja, tapai harus oleeh seseorang yang telah mendaapat predikat Da*i plus yaitu Da*i 'ura!!i$ .arakteristik Da*i 'ura!!i ,dapun beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang dai 'urabbi antara lain adalah /

1.

Al-Fahmu As-syamil al-kamil yaitu pemahaman yang sempurna dan menyeluruh terhadap dasar-dasar keislaman dan rambu-rambu petunjuknya, juga terhadap apa yaang akan didak!ahkannya, karena seorang dai 'urabbi akan mentarbiyah seseorang yang memiliki akal, perasaan dan pemahaman, dan orang trsebut akan merefleksikan apa yang didengar dan diperhatikan dari sang 'urabbi, maka apabila seorang dai 'urabbi tidak memiliki level pengetahuan yang memadai dan !a!asan pemahaman yang menyeluruh tentang dasar-dasar keislaman, maka hal itu akan memindahkan sebuah kebodohan kepada 'adu itu sendiri, yang paada gilirannya akan menimbulkan masal8aah dam pembentukan kepribadian muslim sang madu itu sendiri. 2. 2a/i* 3Amaly yaitu keteladanan sang #ai 'urabbi dengan amal perbuatannya yang se*ara real tampak jelas pada prilakunya, seperti geraknya, diamnya, bi*aranya, atributnya, pandangannya dan ibrohnya, seluruh keteladanan itu adalah buah refleksi dari pengaruh keimanan dan pemahaman dalam kehidupan sang dai 'urabbi, dalam rangka memberikan pengaruh keteladanan yang baik $;ud!ah shalihah& pada saat kemun*ulannya di tengah-tengah masyarakat $ Imam Hasan Al-Banna mensifati Da*i 'ura!!i dengan se!utan Da*i 'u"ahid le!ih "elasnya !eliau menye!utkan !ah&a da*i 'u"ahid adalah ( S)s)k se)rang Da*i yang telah mempersiapkan segala sesuatunya yang terus menerus !erfikir !esar perhatiannya dan siap siaga selalu#$ -egitulah seharusnya seorang #ai, ter*ermin iman dan keyakinannya pada prilaku dan amalnya. -erdasarkan penelitian pada perjalanan kehidupan sang #ai , bah!a pengaruh mereka terhadap banyaak orang lebih banyak berasal dari prilaku dan akhlaknya yang istiqomah di setiap keadaan. 1udah menjadi pemahaman umum bah!a 'anthi/al Af*al a/&a min manthi/il a/&al# + 4)gika amal 5 per!uatan le!ih kuat dari l)gika kata-kata-$ #ikaataakn pulaa

oleh ulama saalafusalih / 'an lam tuhad1d1i!ka ru*yatuhu fa*lam annahu ghairu 'uhaad1d1a!# +Barang siapa yang tidak mendiddikmu ketika engkau melihatnya maka ketahuilah !ah&a )rang itu "uga tidak terdidik-$ Al-imam Syafi*i rahimahull)hu !erkata ( 'an &a*ad1h) akh)hu !ifi*lihi kaana Haadiyan# +Barang siapa yang menasehati seudaranya dengan amal per!uatannya maka !erarti ia telah menun"ukinya#$ <leh karena itu keteladanan adalah fokus yang sangat sensitif dan halus, karena apa yang tampak pada dirinya jauh lebih besar pengaruhnya dari apa yang diu*apkannya +Al-'and1h)r a*d1h)mu ta*tsiran minal /)ul-$ 3. Al-khi!r)h !innufus, yaitu berpengalaman dalam memahami aspek keji!aan, karena sesungguhnya lapangan kerja seoarang dai 'urabbi tidak lain adalah keji!aaan, bergumul dengannya dan menjadikannya sasaran yang pertama dan terakhir dalam Tarbiyah, sedangkan ji!a tidak seperti gigi sisir, akan tetapi ji!a orang berbeda satu dengan yang lainnya, ada yang lemah, ada yang kuat, ada yang peka dan over sensitif. ,da yang lembut , ada yang keras dan bebal dan sebagainya. <leh karena itu seorang murabbi hendaknya mensikapui seseorang sesuai dengan keji!aannya dan berhati-hati dalam berinteraksi dengannya, maka jangan bersikap terlalu tegas dan streng kepada orang yang ji!anya halus dan peka, melainkan harus dihadapi dengan lemah lembut , sebaliknya orang yang ji!anya keras harus dihadapi dengan ketegasan jika ia lalai dan menyimpang. ,dalah %asulullah 1,3 sosok 'urabbi pertama yang berpengalaman dalam ilmu ji!a, beliau tidak mempergauli paara sahabtnya dengan sikap yang sama antara yang satu dan lainnya, karena beliau sangat tahu akan tabiat manusia dan keji!aan mereka. Dalam hadits ri&ayat !ukhari dari A!dull)h i!nu mas*ud RA$ Beliau !ersa!da ( Adalah Rasulullah SA2 pernah !e!erapa hari lamanya tidak mem!erikan nasehat dan &e"angan kepada kami karena !eliau takut kami men"adi !)san# +Al-Hadits- -erkaitan dengan ,l-khibroh binnufus, banyak *ontoh keteladanan dari 'urabbi zaman ini, diantara mereka adalah imam .asan al--anna, di mana telah terjadi dialog anatara beliau dengan salah seorang ikh!ah, "kh!ah tersebut berkata / 0sesungguyhnya ana lagi banyak muskilah dan banyak yang ingin ana adukan kepada antum, masaalah yang ana hadapi ada yang bersifat umum dan ada yang khusus2, maka kata "mam ,l-banna / 01udahlah jangan bebani diri antum dengan masalah itu, serahkan urusan antum kepada ,llah2, 0Tapi, ana ingin antum tahu2, sergah ,kh tersebut, 01esungguhny ana sudah tahu2 kata "mam seraya meyakinkan ,kh tersebut, 0Jadi ana bahagia kaalau antum mau tahu2 balas akh tersebut. ,kan tetapi belum sempat ana memulai *urhat, beliau sudah mendahuluiku dengan rentetan musykilah dan keluhan yang dialaminya sendiri, bahkan yang mengherankan apa yang diutarakannya sama dengan apa yang ana rasakan . setelah beliau selesai berbi*ara, maka ana pun berkata kepadanya / 0=a ustadz>.. demi ,llah sungguh ana sangat bahagia, dan ana tidak akan mengeluh lagi2, ana mengatakan semua itu sambil terisak dan ber*u*uran air mata2.

1ebagaimana telah disebutkan sebelumnya, sesungguhnya Tarbiyah fardiyah merupakan seni yang hanya dapat dimainkan oleh para #ai tertentu, dan seni yang satu ini memiliki garis yang jelas dan batasan syari yang telah dirumuskan dalam ajaran islam. 1eni yang satu ini juga bukan perkara yang mudah, semudah menulis dan mengarang sebuah buku tentang pentarbiyahan, juga semudah merumuskan manhaj dalam khayalan, akan tetapi apalah artinya bila kemudian buku dan manhaj tersebut hanya menjadi tinta bisu diatas kertas tergantung diatas rak, karena tidak dirubah potensinya dalam gerak nyata yang tampak di permukaan bumi, menjadi manusia yang menterjemahkan buku dan manhaj tersebut kedalam prilakunya, gerak-geriknya, *ita rasanya, struktur berfikir dan moralitasnya. 7ah, sekarang bagaimana kita mulai, dari mana dan kapan sasaran akhirnya, adalah bentuk-bentuk pertanyaan yang ja!abannya ada pada sejauh mana kita dapat merealisasikan manhaj Tarbiah Fardiyah dengan segala uslub kerjanya. (angkah pertama yang harus dimulai dalam menjhalankan misi Tarbiyah fardiyah ini adalah menjalin hubungan dengan seseorang yang hendak diproses, dan berusah semaksimal mungkin mengenali orang tersebut, mengenali pikirannya, pemahamannya, persepsinya dan men*ermati selasela kelemahannya. #engan begitu akan dapat dipastikan dan diketahui bentuk-bentuk pendekatan aplikatif apa yang mungkin bisa dimplementasikan terhadap orang tersebut. 1etelah mengenali dan meyakini bah!a orang tersebut memamng maslahat untuk didak!ahi, maka mulailah sang dai bersama orang tersebut melakukan rekreasi spritual $%ihlatul "man&, dalam rihlah inilah sang madu digiring untuk melalui tiga tahap periode perkembangan yang terbangun di atasnya nilai-nilai kepribadian islam dan atribut-atribut keimanan, ketiga tahap priode perkembangan tersebut hendaknya se*ara tertib dan runtut harus dilalui oleh sang madu, karena hal itu merupakan faktor yang sangat mendasar bagi terbangunnya kepribadian islami yang menyeluruh dan terhindarnya kesalahan fatal dalm menyampaikan pesan-pesan dak!ah. Tiga peri)de perkem!angan ,dapun ketiga periode perkembangan tersebut adalah / ,ertama ( peri)de pem!inaan akidah periode ini merupakan periode yang sangat fundamental dalam membentuk kepribadian seorang muslim, karena ia merupakan landasan pijak bagi periode perkembangan lainnya, akidah yang dimaksud bukanlah sekedar pengetahuan kering yang hanya membahas masalah-masalah yang tidak bermuara pada amal, dan tidak bermanfaat bagi pertumbuhan ghirah islamiyah dan semangat berdak!ah, akan tetapi akidah yang dimaksud adalah sebagaaimana yang dipersepsikan oleh as-syahid Sayyid 0utu! R)himahull)h diman !eliau !erkata ( Sey)gyanya peri)de pem!inaan akidah mele&ati masa yang pan"ang sehingga langkah-langkah pem!inaan se6ara perlahan dapat mendekati kesempurnaan dengan kedalaman dan kemantapannya se!aliknya sey)gyanya peri)de ini "angan hanya

sekedar men"adi pela"aran te)ritis akan tetapi peri)de ini se6ara pri)ritas harus dipahami se!gai peri)de menter"emahkan akidah dalam gam!aran kehidupan nyata dengan segala kualitas perasaan dan amal per!uatan yang ter6ermin dalam !angunan kehidupan !er"amaah dengan gerakan k)lektifnya$ Adalah se!uah kesalahan fatal !ila akidah hanya men"adi kerangka te)ri yang hanya sekedar di"adikan se!agai k)nsumsi pela"aran intelektual#$ .edua ( ,eri)de aplikasi setelah akidah tertanam kuat pada diri sang madu, dan ia merasakan hubungan dan ketergantungan yang kuat kepada ,llah 13T, maka berikutnya adalah periode aplikasi, yaitu pantulan tabiat dari keyakinannya dalam prilaku, gerak-gerik, akhlak dan ubudiahnya, maka bila periode ini dapat dile!ati dengan baik berart telah terjadi keselarasan !ainal mad1hhar &al "auhar# antara esensi dan substansi, antar kulit dan isi , antara teori dan praktek, antara konsep dan realita dan antara ilmu dan amal. <leh karena tuntutan dan target periode ini adalah menggiring seseorang untuk membentuk dirinya sehingga terjadi kesesuian anatara apa yang diyakinaninya $akidahnya& dengan amalan syari yang lekat se*ara menyeluruh pada dirinya dan mun*ul dari refleksi akidahnya. .etiga ( ,eri)de pemetaan amal islami, setelaah akidah sang madu kuat dan amaliah syarinya bagus, maka berarti ia telah menunjukan kesiapannya untuk dipetakan atau ditempatkan dalam proyek amal islami $amal dak!ah& diba!ah naungan jamaah dan dak!ah, dan dijelaskan kepadanya dalil-dalil syari yang mengarahkan ke!ajiban bekerja di ba!ah naungan jamaah dan tidak menghindar dari padanya !alau hanya sejengkal. :esimpulannya bah!a tarbiah fardiah dimulai dengan tarbiyah islamiyah dan diikat kemudian dengan amal jamai. .aidah Asasiyah Terakhir, yang menjadi *atatan penting dalam mentarbiyah adalah kaidahkaidah asasiyah yang harus di perhatikan oleh sang 'urabbi, dan menerapkan kaidah-kaidah tersebut disela-sela aktifitasnya dalam menjalankan tarbiyah fardiyah. :aidah-kaidah tersebut di antaranya adalah /

1. Ar-Rif/

yaitu kelemahlembutan, sebagaimana firman ,llah 13T dalam surat Ali Imran ( 789, kelemah lembutan adalah asas dalam bermuamalah, seoarang dai tidak dapat mengambil hati madunya, ke*uali bila ia mempergaulinya dengan penuh lemah lembut sehingga menjadi mudah untuk menguasai hatinya. 2. Al-I!ti*adu anid1d1ammi &attaa*aatu!i yaitu menjauhkan sikap agresif yang *enderung men*ela dan mendiskriditkan, karena sesungguhnya dak!ah tidak dibangun di atas *elaan dan *emoohan, melainkan dengan Tanashuh $menjaga& dan Taghafur $memaafkan& serta Al-Irsyad !il husna $membimbing dengan *ara ? *ara yang baik. 1ebagaiman "bnu ,s-1amak seorang lama yang zuhud ? %ahimahullohketika seseorang berkata kepaadanya / 0:ita bertemu lagi besok dalam rangka saling men*ela2, lalau ja!ab "bnu 1amak ( Bal !aini &a !ainaka gh)dan nataghafar# $Tidak, akan tetapi kita bertemu besok untuk saling memaafkan&.

Tarbiah itu harus dijalankan dengan perlahan bukan dengan paksaan, dengan memun*ulkan kesenangan bukan ketakutan, hal ini tentu saja membutuhkan kesabaran, karena untuk dapat menikmati buahnya kadang harus menunggu masa panen yang butuh !aktu lama. 4. At-Tasy"i*, yaitu motivasi sang dai 'urabbi terhadap madunya, berupa 0re!ard2, apresiasi dan penghargaan, untuk menambah semangat dan mendorongnya untuk beramal, sebagaiman yang telah dilakukan oleh %asulullah kepada sahabat 1uhaib bin 1inan ,r-%umy, yang hijrah ke 'adinah dengan meninggalkan seluruh hartanya setelah diambil seluruhnya oleh orang-orang musyrikin, dan dia hanya bisa menyelamatkan agamanya, %asulullah menyambut kedatangannya seraya berkata / Ra!iha Suhai!# +!eruntunglah Suhai!-$ 2aAllahu A*lamu !issha&a!$ 'akalah ini disadur dari :itab 0'amarratul haq2, Juz a dan b, li ,s 1yaikh %aid ,bdul hady.

3. At-tar!iyah Tamhid &attasy&i/

Anda mungkin juga menyukai