Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

NAMA : SISCA DAMAYANTI NIM : 06121413008

DOSEN PENGASUH : 1. Drs. Umar Effendi, M.Pd 2. Drs. Al Mutaally

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

1. Kemukakan alasan secara psikologis-pedagogis perlunya PKR di SD! Jawab : Alasan psikologis-pedagogis Menurut statistik persekolahan tahun 1990 di Indonesia sedikitnya terdapat 12.000 SD yang hanya memiliki guru-3 orang per SD. Sedangkan menurut UNESCO (Djalil: 1997) pada tahun 1980-an di Indonesia terdapat sekitar 20.000 SD yang memiliki guru 1-3 orang. SD-SD tersebut pada umumnya memiliki jumlah murid yang sedikit. Karena jumlah guru dan jumlah muridnya sedikit maka pelaksanaan pemebalajaran sehari-hari menerapkan pendekatan pembelajaran kelas rangkap (PKR) Di Indonesia selama ini pelaksanaan PKR hanya disikapi sebagai suatu keterpaksaan atau keadaan darurat. Berbeda dengan Negara lain Australia, Amerika Serikat, Belanda, RRC Meksiko, Kolumbia, dan negara-negara kecil di Samudra Pasifik PKR sudah lama di praktekkan dengan sengaja. Di Australia kajian Ilmiah mengenai PKR dan kepustakaan mengenai PKR sudah cukup banyak. Sementara di Indonesia kajian dan kepustakaan tentang PKR sangat terbatas. Baru tercatat satu penelitian tentang PKR (Soemardi dkk: 1996) dan baru satu seri modul PKR Universitas Terbuka (Arial Djalil dkk, : 1997) Bila dilihat dari bidang kajian psikologi pendidikan terdapat konsep perbedaan individual atau Individual differences. Konsep ini member informasi bahwa setiap anak didik bersifat unik. Artinya di samping memiliki persamaan juga memiliki perbedaan. Perbedaan ini mungkin terjadi karena perbedaan jenis kelamin, usia dan lingkungan. Secara psikologis seperti diteorilkan oleh Piaget dan Bell-Gredler (1986), setiap anak memiliki tingkat perkembangan atau cognitive development sesuai rentang usianya mulai dari tingkat terendah sensori motor (masa bayi) samapai tingkat tertinggi operasi formal (usia 12 tahun ke atas). Secara psikologis-sosiologis setiap anak memiliki tuntutan perilaku peran yang berbeda-beda sebagaimana diteorikan oleh Havighurst (Alberty: 1958) dalam konsep tugas-tugas perkembangan atau development task. Secara moral anak juga memiliki tingkat perkembangan moralita, sebagaimana diteorikan oleh Kohlberg (1975) dalam konsep cognitive moral development. Bentuk perhatian dan layanan pendidikan dapat berupa penggunaan pendekatan pembelajaran yang mampu mewadahi perbedaan individual anak. Pembelajaran klasikal-individual dapat dinilai jauh lebih sesuai untuk itu dari pada pembelajaran klasikal-massal. Dalam pembelajaran klasikal-individual walaupun anak berada dalam satu kelas tetapi layanan pembelajaran diberikan secara individual atau kelompok sesuai tingkatan keunikannya. Sedangkan dalam pembelajaran klasikal-massal anak dalam satu kelas cenderung mendapat perlakuan yang serba sama. Konsep dan model PKR yang di dalam berbagai kepustakaan dikenal dengan multigrade teaching (Miller: 1989) the multiage classroom (Fogarty: 1992) atau multiple claas teaching (UNESCO:1988) merupakamn pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk member perhatian dan melayani perbedaan individual anak untuk satu atau lebih dari satu kelas, kedalam satu atau lebih dari satu ruangan.

Secara teoritik sesungguhnya PKR itu dirancang terutama untuk memberi layanan perbedaan individual dalam proses pembelajaran dan bukan semata-mata untuk mengatasi kekurangan guru dalam satu kelas. Selain itu dapat ditambahkan alasan lain yakni sebagai upaya pembentukan keterampilan sosial atau social skills dealam konteks sosial atau kelompok seperti dalam penerapan konsep Open Classroom di USA. (Raka Joni: 1998). Karena itu PKR dapat diterapkan baik disekolah kecil, misalnya SD dengan jumlah guru dan jumlah muridnya kecil, maupun di sekolah biasa yang jumlah guru dan jumlah muridnya memadadi. Dengan kata lain PKR, sesungguhnya berkembang sejalan dengan konsep dan prinsip psikologis dan pedagogis yang berlaku.

2. Kemukakan alasan secara demografis-sosiologis dan alasan situasional perlunya PKR di SD. Jawab : Alasan demografis-sosiologis Berbeda dengan alasan psikologis paedagogis yanhg lebih bersifat konseptual, alasan demografis-sosiologis lebih bersifat factual dan praktis. Pembelajaran kelas rangkap sering dikaitkan dengan sekolah kecil di daerah terpencil yang berpenduduk sedikit. Di sekolah seperti ini biasanya hanya ada satu sampai dengan tiga orang guru untuk melayani seluruh siswa kelas I sampai kelas VI. Jumlah siswa di setiap sekolah juga sedikit. Guru tersebut harus menggabungkan kelas agar bisa mengajar semua siswa di sekolah, artinya dalam satu ruangan ditempati oleh siswa dari dua kelas. Pola penggabungan umumnya adalah kelas 1 dengan kelas 2, kelas 3 dengan kelas 4, dan kelas 5 dengan kelas 6. SDN Malengu di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa. Sekolah ini hanya memiliki 4 gedung yang terdiri dari 3 gedung (3 ruang) untuk proses belajar mengajar, dan 1 gedung untuk ruang kepala sekolah dan administrasi. Guru yang mengajar terdiri dari 4 guru kelas, 1 guru olah raga, 1 guru agama dengan 1 kepala sekolah. Rata-rata jumlah siswa per kelas adalah 23 anak. Secara geografis, letak SDN Malengu berada di daerah dataran tinggi sekitar 70 km sebelah timur kota Sungguminasa sehingga jauh dari keramaian. Selain itu, SDN Malengu juga termasuk salah satu sekolah terpencil di Kab. Gowa yang terletak jauh di pelosok pedalaman yang baru berumur sekitar 4 tahun disebabkan karena sekolah ini sebelumnya adalah kelas jauh yang kemudian mati (tidak ada aktifitas belajar) disebabkan karena tidak ada tenaga pengajar yang mau ke daerah tersebut. Kemudian baru pada tahun 2005 dirintis kembali dengan kondisi tenaga pengajar yang hanya terdiri dari 3 orang dan ruang belajar terdiri dari 2 kelas. Baru pada tahun 2008 mendapatkan tambahan ruang belajar sebanyak 2 buah sehingga sudah ada 3 ruang belajar. Terus guru yang mengajar pada sekolah tersebut terdiri atas 4 orang guru yang berstatus PNS termasuk kepala sekolah, 3 orang guru berstatus honorer. Dan di sekolah tersebut juga terdapat 8 rombongan belajar dan sekolah ini termasuk sekolah satu atap. Siswa yang bersekolah di SDN Malengu adalah anak-anak dari Dusun yang tidak memungkinkan untuk

bersekolah di sekolah lainnya. Oleh sebab itu tepatlah jika sekolah ini dikategorikan sebagai sekolah terpencil. Keadaan sebagaimana dlikemukakan diatas menunjukkan adanya masalah demografis-sosiologis yaitu murid sedikit-guru sedikit, murid sedikitguru berlebih, murid cukup-guru sedikit, dan murid cukup-guru berlebih. Keadaaan seperti ini menimbulkan permasalahan inefisiensi yakni pemborosan tenaga guru atau permasalahan equity atau pemerataan kualitas yang sukar dicapai kerena kemungkinan terjadi penelantaran muris atau deprivation. Untuk mengatasi keadaan murid sedikit-guru sedikit, dan murid cukupguru sedikit, diperlukakan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan terjadi perangkapan kelas oleh seorang guru dalam stu ruangan atau lebih dari satu ruangan. Relevan dengan tuntutan itu konsep dan pendekatan pembelajaran kelas rangkap merupakan jawaban yang tepat. Selain itu konsep dan model PKR juga merupakakan jawaban yang tepat terhadap adanya keterbatasan logistic. Misalnya ruang kelas yang terbatas karena sejak awal ruangan sangat terbatas atau sebagian ruangannya sudah rusak yang disebabkan karena umur bangunan yang sudah tua atau rusak akibat bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor dll. Satu hal yang juga tidak dapat diabaikan adalah alasan ketidak hadiran salah seorang guru karena berbagai alasan. Kondisi ini menuntut guru yang ada di sekolah untuk melaksanakan kelas rangkap dengan menggunakan PKR. Keadaan ini sangat memungkinkan terjadi baik di SD daerah pedesaan maupun daerah perkotaan. Pembelajaran kelas rangkap juga terdapat di banyak sekolah perkotaan, karena jumlah siswa tidak seimbang dengan jumlah kelas. Kelas harus digabung untuk mendapatkan jumlah siswa seperti biasa. Jadi alasan dibentuknya kelas rangkap bukan karena kekurangan guru saja melainkan juga alasan efisiensi. Misalnya jika di kelas 1 hanya ada 9 siswa dan kelas 2 hanya ada 10 siswa maka tidak perlu masing-masing kelas diajar oleh seorang guru. Dengan prinsip efisiensi sumber daya maka cukup diperlukan satu guru yang merangkap mengajar kelas 1 dan kelas 2. Dari pembahan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan PKR secara konseptual sesuai dengan konsep psikologi dan pedagogi dan secara praktis dapat mengatasi berbagai kendala demografis, sosiologis, dan kendala situasional lainya. Alasan situasional perlunya PKR di SD 1. Alasan Geografis 2. Alasan Demografis 3. Kurang Guru 4. Terbatasnya Ruang Kelas 5. Adanya Guru yang Tidak Hadir 6. Alasan lainnya a. Menghadapi murid yang tingkat kemampuan dan kemajuan belajar yang berbeda. b. Perbedaan kemampuan dan kemajuan belajar diantara murid pada tingkat kelas yang sama.

3. Rumuskan pengertian PKR menurut pemahaman Anda dengan menggunakan katakata Anda sendiri. Jawab : Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas pada jam pelajaran yang bersamaan dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu, dan pembelajaran tersebut mencakup beberapa topik dalam satu mata pelajaran. 4. Pola dasar PKR yang mana yang menurut Anda paling cocok diterapkan disekolah dasar yang hanya memiliki seorang guru dengan jumlah siswa sebagai berikut kelas I : 5 orang, kelas II : 7 orang, kelas III : 10 orang, kelas IV : 4 orang, klas V : 6 orang, kelas VI : orang. Pilih beberapa bentuk model, dan berikan alasan Anda memilih model tersebut. Jawab : Menurut saya, model PKR yang paling cocok diterapkan di sekolah dasar adalah model PKR 211, 221, 311, dan 321, karena jauh lebih terkendali dari pada model PKR 222, 322, dan 333. Dapat kita pahami bahwa mengelola satu ruangan lebih terkonsentrasi daripada lebih dari satu ruangan. Malah sangat dianjurkan untuk lebih banyak monggunakan model 211, 221, 311, dan 321 bila jumlah gabungan siswa kedua atau ketiga kelas itu paling banyak 30 orang. Bila lebih dari 30 orang dianjurkan menggunakan model PKR 222, 322, atau 333. 5. Dengan menggunakan format Rancangan Umum PKR, coba Anda susun Rancangan PKR untuk dua kelas, dua mata pelajaran, satu ruangan (PKR 221) misalnya kelas V : IPS kelas VI : PPKN. Jawab : FORMAT RANCANGAN UMU PKR MODEL PKR : PKR221 KELAS : V DAN VI MATA PELAJARAN : IPS dan PPKN WAKTU : 80 menit (08.00 09.20) KELAS DAN MATA PEL SITUASI BELAJAR BELAJAR KLASIKAL

KELAS V IPS 08.00 08.10

KELAS VI PPKN 08.30 08.40 08.00 08.10

BELAJAR BERPASANGAN DAN SAMA KELAS

08.10 -08.30

BE;AJAR BERPASANGAN LINTAS KELAS BELAJAR KELOMPOK KECIL SAMA KELAS 08.30 09.00 08.10 08.30

BELAJAR KELOMPOK KECIL LINTAS KELAS 09.00 09.20 08.40 09.20

BELAJAR INDIVIDUAL

6. Menurut Anda bentuk pengelompokkan siswa yang mana yang dapat digunakan dalam PKR 221 kelas V dan VI masing-masing untuk mata pelajaran IPA dan IPS. Berilah alasan mengapa Anda memilih cara pengelompokkan tersebut. Jawab : Menurut saya, bentuk pengelompokkan siswa yang dapat digunakan dalam PKR 221 kelas V dan VI masing-masing untuk mata pelajaran IPA dan IPS adalah pengelompokkan siswa sesuai kebutuhan pembelajaran, karena cara ini digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan dari pembelajaran suatu topik dengan model pembelajaran tertentu dan model 221 ini juga sangat cocok untuk dua materi yang saling berkaitan. Contohnya IPAnya tentang sumber daya alam dan IPSnya tentang sumber kekayaan alam. 7. Kemukakan beberapa keterampilan mengajar yang sangat diperlukan oleh guru PKR. Jelaskan pula alasan Anda mengenai hal tersebut. Jawab : Ada tiga keterampilan mengajar yang sangat diperlukan oleh guru PKR 1) Bagaimana Mengawali dan Menutup Pembelajaran; Guru PKR perlu memiliki kemampuan mengajar yang memadai agar proses pembelajaran berhasil dengan baik. Membuka pelajaran merupakan jembatan pengalaman belajar lama dan baru yang sekaligus berfungsi sebagai langkah awal yang menentukan mulus tidaknya proses belajar murid. Ada empat yang harus dilakukan dalam membuka pelajaran a. Menarik perhatian siswa b. Menimbulkan motivasi belajar c. Memberi acuan belajar, dan d. Membuat kaitan materi Dalam PKR pembukaan pelajaran untuk semua kelas yang dirangkap seyogyanya diberikan secara bersama-sama di satu ruangan atau tempat.

Mengakhiri pelajaran merupakan review terhadap pelajaran yang berlangsung dan berfungsi sebagai jembatan antara pengalaman baru dengan pengalaman yang akan datang. Ada tiga hal yang harus dilakukan dalam menutup pelajaran: a. Meninjau kembali, b. Mengadakan evaluasi penguasaan murid, dan c. Memberikan tindak lanjut. 2) Bagaimana Mendorong Belajar Aktif dan Membiasakan belajar mandiri; dan Proses belajar aktif perlu dikembangkan dalam pelaksanaan PKR dengan menciptakan iklim belajar yang ditandai oleh suasana yang hangat, adanyarasa saling hormat, terjadinya dialog-dialog, peran murid yang jelas, dan adanya saling percaya. Untuk mengembangkan kebiasaan belajar aktif guru PKR perlu menguasai dan menerapkan: a. Bimbingan diskusi kelompok kecil, b. Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan, dan c. Penganeragaman pembelajaran. Dalam membimbing diskusi kelompok kecil guru PKR harus terampil dalam; memusatkan perhatian, memperjelas masalah, menganalisis pendapat, meningkatkan kesempatan berbicara dan mengeluarkan pendapat, mengacu proses berfikir, dan menutup diskusi. Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan guru PKR harus terampil dalam: pendekatan pribadi, menata kegiatan belajar-mengajar, dan memberi arahan dan kemudahan belajar. Dalam menganekaragamkan pembelajaran guru PKR harus terampil dalam menerapkan variasi gaya belajar, media dan sumber, dan pola interaksi dan kegiatan belajar-mengajar. Iklim kelas PKR yang baik adalah yang produktif yakni suasana kelas yang memungkinkan siswa menerima pembelajaran yang memadai dan melibatkan diri dalam aktivitas pembelajaran secara bermakna. Untuk dapat menciptakan iklim belajar yang efektif guru PKR haru terampil dalam: a. Menciptakan dan memelihara situasi kelas yang memberi suasana pencapaian tujuan. b. Mengendalikan kondisi belajar dan mengatasi perilaku yang menyimpang. 3) Bagaimana Mengelola Kelas PKR. Dalam menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal guru PKR harus terampil dalam menanggapi suasana belajar, memeratakan perhatian, memberi penugasan yang jelas, memberi teguran yang arif dan bijaksana, dan memberikan penguatan yang tepat.

Dalam mengendalikan kondisi belajar yang optimal dan mengatasi perilaku menyimpang guru harus terampil dalam mengajarkan dan memberi contoh, menguatkan perilaku yang baik, dan memberi hukuman yang benar dan wajar. 8. Jelaskan bagaimana PKR dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Berikan contoh kasus Jawab : Sebagaimana diketahui secara konstitusional setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran dalam arti pendidikan manusia seutuhnya (Pasal 31 UUD 1945 dan GBHN 1993). Lebih jauh ditegaskan bahwa para warga negara bukan sekedar berhak mendapatkan pengajaran tetapi berhak mendapatkan kesempatan belajar yang berkualitas dalam arti memungkinkan dapat hidup layak sebagai manusia paripurna. Oleh karena itu pemerataan pendidikan sebagai salah satu perwujudan logis pemerataan dalam trilogo pembangunan sebagai GBHN 1993, mengandung arti pemerataan kesempatan dan pemerataan kualitas pendidikan. Ini semua merupakan komitmen politik bangsa dan negara Indonesia dan tentunya juga merupakan kemauan politik pemerintah untuk berupaya mewujudkannya. Kelihatannya dunia pendidikan betul-betul mengandung misteri yang tidak mudah untuk dipecahkan. Betul yang apa yang terkandung dalam adugium there is no panacea in education (cohen: 1977) tidak ada obat mujarab dalam pendidikan. Hal ini juga mengandung arti bahwa masih terbuka lebar bagi kita untuk mencoba menganalisis dan selanjutnya mencoba mencari jalan pemecahan masalah pendidikan. Berbagai pendekatan dapat kita tempuh. Pada akhir dasawarsa 60-an IIEP (International Institute for Education Planning) melalui bukunya Coombs (1968) The World Education Crises menawarkan pendekatan sistem atau analisis sistem. Pendekatan ini mencoba melihat masalah pendidikan dari kerangka berfikir ekonomi dalam proses industri. Dimana pendidikan dianalogikan sebagai dunia industri dalam arti Human Investment atau investasi manusia. Dengan pendekatan ini masalah pendidikan dicoba dilihat dari hubungan saling keterkaitan antara peserta didik sebagai masukan potensial (potential input), sarana dan prasarana (guru, kurikulum, perlengkapan manajemen, peraturanperaturan) sebagai proses penciptaan nilai tambah bagi peserta didik sampai dengan diperolehnya kualitas pribadi, lulusan yang sikap memasuki dunia pendidikan lebih lanjut dan atau masyarakat (dunia kerja). Pemanfaatan pendekatan ini telah memberikan deskripsi menyeluruh (komprehensif) tentang proses pendidikan. Melengkapi pendekatan tersebut, kini mulai diterapkan pendekatan yang semula dipakai dalam dunia militer dan bisnis yakni analisis SWOT (strength, Weakness, Opportunity, Threat) yang kemudian oleh Depdikbud diadaptasi menjadi Analisis KKPA (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman). Unsur kekuatan (Strength) adalah kekayaan internal yang dimiliki, kelemahan (Weakness) adalah kekurangan internal yang dirasakan, peluang adalah kesempatan diluar yang dapat memberi ruang gerak, dan ancaman adalah kondisi diluar yang kurang menguntungkan yang bisa jadi menggagalkan usaha.

Memeperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman tersebut diatas, khususnya berkenaan dengan gagasan, semangat, dan upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SD dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut. 1. Mengupayakan secara sistematis dan terancam penerapan PKR disekolah dasar terutama SD yang jumlah gurunya kurang dari 6 orang. 2. Meningkatkan wawasan dan kemampuan para guru SD dan calon guru SD dalam teknologi pembelajaran PKR. 3. Meningkatkan pelaksanaan peran kepemimpinan dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan dasar melalui pembimbingan, dan pembinaan profesional guru SD dalam menerapkan PKR. 4. Merintis pengembangan bahan belajar dalam sumber belajar yang berorientasi pada usia atau tingkat kemampuan (multi-age oriented instructional materials) untuk mendukung penerapan PKR di SD.

Anda mungkin juga menyukai