Anda di halaman 1dari 8

PENATAAN PERMUKIMAN DI KAWASAN SEGIEMPAT TUNJUNGAN KOTA SURABAYA

Ratih Wahyu Dyah I, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman


Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia Telp. 62-341-567886; Fax. 62-341-551430; Telex. 31873 Unibraw IA

email:cutegirl_rara@yahoo.com

ABSTRAK
Berdasarkan Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, definisi rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Permasalahan perkotaan menunjukkan bahwa akibat dari pertumbuhan kota yang cukup tinggi serta kenyataan akan terbatasnya ruang kota, membawa dampak dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah keterbatasan papan atau permukiman sehingga menimbulkan adanya permukiman kumuh di perkotaan. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kemampuan pengelola kota akan menentukan kualitas pemukiman yang terwujud. Kawasan Segiempat Tunjungan merupakan kawasan permukiman yang ada di Kota Surabaya yang mengalami permasalahan permukiman mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan padat bangunan dan padat penduduk. Tujuan penelitian mengenai penataan permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan adalah untuk mengidentifikasi karakteristik permukiman, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi arahan penataan permukiman dan menyusun arahan penataan permukiman berdasarkan faktor yang berpengaruh tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mendeskripsikan karakteristik permukiman Kawasan Segiempat Tunjungan dan potensi masalahnya, penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi arahan penataan permukiman dengan menggunakan analisis faktor. Selanjutnya disusun arahan penataan permukiman melalui metode SWOT (IFAS/EFAS) berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penataan permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan. Hasil akhir dari studi ini berupa arahan penataan permukiman seperti perbaikan sarana prasarana permukiman seperti pengadaan sarana ruang terbuka hijau, perbaikan kualitas dan kuantitas air bersih, perbaikan prasarana drainase serta sistem persampahan. Pengaturan intensitas bangunan pada kawasan permukiman berupa pembatasan KDB 70% dan KLB 140% serta pengendalian intesitas kawasan perdagangan dan jasa, penataan sosial kemasyarakatan serta peningkatan ekonomi, yang merupakan suatu usaha penanganan permasalahan dan pengoptimalan potensi yang terdapat pada permukiman tersebut. Kata kunci: Arahan penataan, Permukiman, Kawasan Segiempat Tunjungan ABSTRACT Based regulation no 4 (1992), on housing and settlement definition of house is a place for a family to live as well as a learning facility. As a city grows, several problems occur. One of the problems is the rise of the slum area because of the urban space limitation and unarranged settlement development. Generally, settlement quality is affected by the city administrator ability to manage citys territory, and the social and economical condition of the residents. Tunjungan square area in Surabaya is an example that has this typical problem. The settlement area is crowded and has densed residential population, considering its location take place in the Surabaya city core. The purpose of settlement arrangement research in Tunjungan square area was to identify the characteristic of its settlement; determine the factors that affecting the development; and then give the directions in arranging its settlement based on the affecting factors. This study used descriptive method to describes Tunjungan square settlement characteristics, including its potencies and problems; factor analysis to determine the affecting factors to its arrangement; and SWOT (IFAS/EFAS) method to give the directions in arranging the settlement. The final result of this study is the development guidance (arrangement directions), such as settlement infrastructure improvements, such as procurement of open green space facilities, improving the quality and quantity of clean water supply, improvement of drainage facilities and garbage disposal systems. Intensity settings of buildings in residential areas in the form of restrictions on KDB 70% and KLB 140% and the control of intensity of trade area. The arrangement of social and economic improvement, in order to minimizing the Tunjungan square settlement problems and optimizing its potencies. Keywords: Arrangement direction, Settlement, Tunjungan square area

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

PENATAAN PERMUKIMAN DI KAWASAN SEGIEMPAT TUNJUNGAN KOTA SURABAYA

PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, definisi rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Permasalahan perkotaan menunjukkan bahwa akibat dari pertumbuhan kota yang cukup tinggi serta kenyataan akan terbatasnya ruang kota, membawa dampak dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah keterbatasan papan atau permukiman sehingga menimbulkan adanya permukiman kumuh di perkotaan. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kemampuan pengelola kota akan menentukan kualitas pemukiman yang terwujud. Menurut Budiharjo (1991: 61-67), masalah permukiman manusia merupakan masalah yang pelik, karena begitu banyaknya faktor-faktor yang saling berkaitan tumpang tindih di dalamnya. Permukiman sebagai wadah kehidupan manusia bukan hanya menyangkut aspek fisik dan teknis saja, tetapi juga aspekaspek sosial, ekonomi, dan budaya dari para penghuninya. Kota Surabaya sebagai salah satu kota yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, yang ditandai dengan tersedianya aktivitas ekonomi yang memadai, tersedianya sarana komunikasi dan transportasi yang lengkap, serta sarana pendidikan dan kesehatan yang lengkap telah menjadikan Kota Surabaya sebagai salah satu tujuan migrasi penduduk. Kondisi ini mengakibatkan pertumbuhan Kota Surabaya menjadi pesat, namun kondisi ini juga berkontribusi terhadap tercipta dan berlangsungnya permukiman padat di perkotaan. Menurut Zainuri (2003), kawasan segiempat Tunjungan merupakan salah satu kawasan pemukiman tertua di kawasan pusat di Surabaya. Segiempat Tunjungan adalah sebutan untuk kawasan yang dibatasi Jalan Blauran, Jalan Praban, Jalan Embong Malang, dan Jalan Tunjungan di pusat Kota Surabaya. Menurut Fadly (2007), Kondisi segi empat Tunjungan saat ini secara fisik berupa permukiman penduduk bernama Kebangsren, Ketandan, Blauran Kidul, dan Blauran, dengan kondisi lingkungan permukiman yang padat baik padat bangunan maupun padat penduduk, tidak ada ruang terbuka hijau (100% coverage building), jalan lingkungan sempit, dan saluran drainase yang kurang terawat. Identifikasi permasalahan dalam penelitian terkait arahan penataan permukiman kawasan
2

Segiempat Tunjungan adalah sebagai berikut: 1) Kawasan pusat kota (CBD) yang tidak teratur merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi Kota Surabaya sekaligus juga merupakan pertentangan antara kebutuhan permukiman penduduk dengan estetika kota. 2) Sarana prasarana permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan kurang memadai bagi masyarakatnya. Kondisi sarana prasarana yang bisa terlihat antara lain tampak dari jaringan jalan tidak berpola, permasalahan air bersih yang kurang lancar, dan drainase kurang berfungsi dengan baik serta sistem persampahan yang belum dikelola dengan baik.. 3) Kawasan Segiempat Tunjungan dan sekitarnya telah mengalami pemanfaatan lahan yang sangat tinggi, sehingga selain jalan sebagai aksesibilitas dari dan menuju kawasan, semua permukaan lahan telah tertutup oleh dasar bangunan hampir 100%. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan 30% kawasan yang seharusnya menjadi Ruang Terbuka Hijau Maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1). Mengidentifikasi karakteristik permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan 2) Mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi arahan penataan permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan 3) Menyusun arahan penataan permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan.

Gambar 1. Peta Kawasan Segiempat Tunjungan Kota Surabaya

METODE PENELITIAN Penelitian mengenai arahan penataan permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan Kota Surabaya ini merupakan penelitian dengan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

Ratih Wahyu Dyah I, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman

metode deskriptif kualitatif. Studi ini akan menguraikan secara menyeluruh dan teliti tentang kondisi permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan dengan tujuan mengetahui karakteristik dan mengidentifikasi masalahmasalah permukiman di kelurahan tersebut. Karakteristik dan permasalahan permukiman yang terdapat pada kawasan tersebut akan dijadikan dasar dalam penetapan arahan penataan kawasan permukiman. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada studi ini yaitu sampel bertujuan (purposive sampling). Sedangkan banyaknya sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin. Perwakilan sampel yang didapatkan dari perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut yaitu 93 rumah yang didistribusikan pada 4 Rukun Warga (RW) dengan tujuan agar populasi dari tiap-tiap RW dapat terwakili. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Metode deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik permukiman Kawasan Segiempat Tunjungan. Metode evaluatif yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada arahan penataan permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan. Metode evaluatif yang akan digunakan di dalam penelitian ini yaitu analisis faktor. Metode development dengan menggunakan Analisis SWOT dan Analisis IFAS/EFAS bertujuan untuk menentukan arahan penataan permukiman Kawasan Segiempat Tunjungan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Kawasan Segiempat a) Fisik dasar Kawasan Segiempat Tunjungan berada pada ketinggian 5 (lima) meter dihitung dari atas permukaan laut dengan kemiringan yang datar, yaitu 3%. Suhu rata-rata 22,7C 33,5C dengan tekanan udara rata-rata mencapai 1014,8 Mbs serta kelembaban maksimum mencapai 97%. Kawasan Segi Empat Tunjungan mempunyai luas wilayah sebesar + 20 Ha dengan jumlah penduduk 1392 KK yang terbagi dalam 4 RW yaitu RW 01 (5 RT), RW 02 (4 RT), RW 03 (12 RT), serta RW 04 (12 RT). b) Kependudukan Karakter kependudukan pada Kawasan Segiempat Tunjungan mempunyai ciri khusus karena letaknya yang berada di pusat Kota Surabya yakni dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 70 KK/Ha sedangkan jumlah

rata-rata KK per rumah sebanyak 76% didominasi oleh 1 KK per rumah dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 3-5 orang. c) Perumahan Luas 82 kavling bangunan (91%) pada kawasan segiempat tunjungan adalah sebesar 54 m2-200 m2 yang termasuk dalam kategori rumah sederhana atau rumah kecil. Kondisi intensitas bangunan pada kawasan ini ditinjau dari nilai KDB (koefisien dasar bangunan) dan nilai KLB (koefisien lantai bangunan). Sebanyak 90% (82 rumah) memiliki nilai KDB sebesar 91-100% dan sebanyak 74% (69 rumah) memiliki nilai KLB sebesar 70-100% sedangkan untuk jumlah lantai bangunan pada kawasan segiempat tunjungan didominasi oleh bangunan berlantai 1 sebanyak 82 rumah (88%) danbangunan berlantai 2 sebanyak 10 rumah. Dari aspek pencahayaan ruangan, bangunan pada kawasan segiempat tunjungan masih belum ideal karena padatnya bangunan yang ada sehingga sebanyak 63 reponden (68%) menyatakan bahwa ruangan dalam rumah tinggalnya belum mendapatkan cahaya matahari yang merata yakni cahaya matahari masuk < 1/10 luas lantai bangunan. Kondisi tersebut diikuti dengan kondisi penghawaan ruangan pada 56% responden yang memiliki kondisi penghawaan ruangan < 5% luas lantai bangunan. Berdasarkan klasifikasi struktur bangunan tersebut, bangunan hunian di Kawasan Segiempat Tunjungan sebagain besar adalah permanen sebesar 88 %. d) Sarana Sarana-sarana permukiman yang terdapat pada kawasan segiempat tunjungan meliputi sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan, sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sarana RTH, serta sarana perdagangan dan jasa. Kondisi serta ketersediaan sarana tersebut sudah berada dalam kondisi yang cukup untuk menunjang aktivitas masyarakat di kawasan segiempat tunjungan meskipun perlu adanya penambahan beberapa sarana seperti sarana peribadatan (musholla). Ketersediaan RTH yang hampir tidak dijumpai pada kawasan segiempat tunjungan memberikan dampak yang cukup menganggu aktivitas warga seperti banjir yang kerap terjadi saat musim hujan dan kondisi udara yang kotor. e) Prasarana Prasarana permukiman yang menunjang aktivitas masyarakat di kawasan segiempat tunjungan tediri dari beberapa jenis, yang pertama adalah prasarana transpotasi; ditinjau dari pola jaringan jalan di wilayah Kawasan Desember 2010
3

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2,

PENATAAN PERMUKIMAN DI KAWASAN SEGIEMPAT TUNJUNGAN KOTA SURABAYA

Segiempat Tunjungan dibentuk oleh dua jenis jalan, jalan utama (main axis) dan jalan cabang (sub axis). Keberadaan jalan-jalan utama ini sebagai penghubung permukiman di kawasan segiempat Tunjungan dengan wilayah lain. Perkerasan yang digunakan pada jalan-jalan utama tersebut adalah aspal hot mix, dengan kondisi yang baik (tidak terdapat lubang). Jalan lingkungan di sekitar permukiman kawasan segiempat Tunjungan memiliki perkerasan dengan jenis aspal, paving, dan semen. Jalan lingkungan dengan perkerasan aspal terdapat di tiap jalan masuk gang di RW 2 dan RW 3 yang kondisinya baik (tidak berlubang). Jalan lingkungan dengan perkerasan semen dan paving menyebar di kawasan permukiman. Sedangkan ditinjau dari kondisi lahan parkir pada kawasan segiempat tunjungan lebih banyak dijumpai parkir on street pada titik-titik perdagangan seperti di jalan embong malang dan jalan praban. Kawasan segiempat tunjungan juga dilalui enam trayek angkutan kota yang melintasi jalan-jalan utama pada kawasan ini. Kedua, adalah prasarana air bersih; sebanyak 93% sudah terlayani oleh jaringan air bersih yang disediakan oleh PDAM dan hanya 2% saja yang masih bertahan untuk menggunakan sumur sebagai sumber air bersihnya. Namun kondisi tersebut juga bukan tanpa masalah, masyarakat di Kawasan Segiempat tunjungan masih mengeluh terkait kondisi air bersih yang ada yakni tidak lancarnya distribusi air bersih di kawasan segiempat tunjungan karena debit air yang masuk dalam Kawasan Tunjungan belum mencukupi permintaan air bersih yang ada pada kawasan tersebut, terdapat kebocoran pipa seperti yang terjadi di RW 03 dan RW 04. dengan adanya kebocoran pipa ini maka debit air yang mengalir ke rumah-rumah berkurang dan menjadi tidak lancer dan biaya untuk memasang pipa PDAM di rumah warga dirasa cukup mahal.

Segiempat Tunjungan ini adalah adanya genangan saat terjadi hujan deras. Genangan yang terjadi berlangsung selama hujan berlangsung dan sekitar 1 sampai 2 jam setelah hujan reda. Drainase yang ada di Kawasan Segiempat Tunjungan tidak dapat menampung jumlah air hujan yang ada, sehingga genangan yang ada merata di seluruh kawasan. Kondisi drainase di Kawasan Segiempat Tunjungan yang berupa drainase tertutup memungkinkan menjadi salah satu penyebab banjir.Hal ini terlihat dengan minimnya inlet (lubang drainase) yang ada di sepanjang jalan. Dengan minimnya jumlah inlet, menyebabkan air hujan yang ada di jalan atau di atas tanah seusah masuk ke dalam saluran drainase yang ada, sehingga terjadi genangan.

Gambar 3 Warga Menggunakan Sumur Untuk Air Minum

Gambar 4 Kondisi Saluran Drainase Kurang Terawat

7%

5%

Baik

Cukup baik

88%
Tidak baik

Gambar 2 Penilaian Masyarakat Terhadap Kondisi Sarana di Kawasan Segiempat Tunjungan

Ketiga, adalah prasarana drainase; permasalahan utama di keseluruhan Kawasan

Keseluruhan bangunan di kawasan Segiempat Tunjungan telah memiliki saluran sanitasi masing-masing. Untuk air kotoran rumah tangga berupa air bekas mandi dan mencuci dibuang ke saluran drainase yang ada di sekitar rumah. Untuk kegiatan buang air telah dilakukan di masing-masing rumah dan telah memiliki septictank masing-masing. Sedangkan untuk penanganan sampah di Kawasan Segiempat Tunjungan dilakukan oleh Pasukan Kuning secara swadaya masyarakat. Sampah dari tiap warga diletakkan di tempat sampah yang berada di depan rumah kemudian petugas sampah mengambilnya. Tidak terdapat Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang berada di wilayah studi. Pembuangan sampah untuk kawasan Segiempat Tunjungan pada TPS

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

Ratih Wahyu Dyah I, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman

Simpang Dukuh yang ada pada Jalan Simpang Dukuh.

13%

14%

Baik Cukup baik

73%

Tidak Baik

Gambar 5 Penilaian Masyarakat Terhadap Kondisi Prasarana di Kawasan Segiempat Tunjungan

16,22% yang terdiri dari subvariabel status legalitas dan kepemilikan tanah, kondisi bangunan serta intensitas bangunan. Faktor ketiga adalah faktor sosial kemasyarakatan dengan tingkat keragaman 14,47% yang terdiri dari subvariabel Tingkat lama huni, status tinggal, tingkat sosial kemasyarkatan serta keamanan. Faktor keempat adalah faktor ekonomi masyarakat dan kelembagaan dengan tingkat keragaman 8,21% yang terdiri dari subvariabel Lokasi Permukiman, Pekerjaan penduduk/penghuni rumah, tingkat pendapatan penghuni rumah serta aspek politik kelembagaan. 3. Potensidanmasalah Kawasan segiempat tunjungan memiliki beberapa potensi yang diuraikan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi arahan penataan permukiman kawasan ini yaitu faktor sarana dan prasaran permukiman (sarana permukiman, transportasi, dan aksesibilitas), faktor sosial masyarakat (status tinggal, asal daerah, tingkat kekerabatan dan keamanan) dan faktor ekonomi dan kelembagaan (lokasi). Kawasansegiempattunjunganjuga memilikibeberapamasalah yang diuraikanberdasarkanfaktor-faktor yang mempengaruhiarahanpenataanpermukimankawas aniniyaitufaktorsaranadanprasaranpermukiman (ketersediaan RTH, air bersih, drainase, dansistempersampahan), faktorkondisibangunandanfaktorekonomidankele mbagaan (lokasidantingkatpendapatan). 4. ArahanPenataanPermukiman Kawasan Segiempat Tunjungan Berdasarkan kedudukannya dalam kuadran SWOT, posisi penataan permukiman kawasan segiempat tunjungan terletak pada posisi kuadran IIC dengan titik koordinat (-0,541,99) yang berarti mendukung Aggresive Maintenanceyang artinya bahwa strategi tersebut diterapkan dengan memaksimalkan peluang yang ada karena peluang tersebut tersamarkan oleh masalahmasalah internal yang terdapat di Kawasan Segiempat Tunjungan. Sehingga konsep dan arahan pengembangannya difokuskan pada penanganan permasalahan internal dengan mengoptimalkan peluang yang dimiliki Segiempat Tunjungan.

f) Ekonomi Masyarakat di kawasan segiempat tunjungan memiliki beberapa alasan untuk memmilih tempat tinggal di kawasan ini salah satu alasan yang paling dominan (47%) adalah mendekati tempat kerja yang memang sebanyak 26% masyarakat bermata pencaharian sebagai pedagang disekitaran kawasan segiempat tunjungan dan 56% masyarakat bermata pencaharian di sektor swasta. Tingkat pendapatan masyarakat di kawasan ini berada pada kisaran 1,5 3 juta per bulan yakni sebanyak 52% responden. g) Sosial Seluruh responden menilai bahwa kondisi keamanan dilingkungannya sudah sangat aman karena tidak pernah terjadi perselisihan antar warga, dan tidak pernah terjadi pencurian barang berharga. Sedangkan status kepemilikan rumah pada kawasan ini sudah 89% nmemliki sertifikat hak milik dengan prosentase status tinggal masyarakat sebesar 77% adalah berstatus tinggal menetap di kawasan segiempat tunjungan. 2. Faktor-faktor Yang MempengaruhiArahan Penataan Permukiman Kawasan Segiempat Tunjungan Berdasarkan hasil analisis faktor diketahui terdapat empat faktor baru yang mempengaruhi Arahan Penataan Permukiman Kawasan Segiempat Tunjungan. Faktor pertama adalah, faktor sarana dan prasarana permukiman dengan tingkat keragaman sebesar 40,13% terdiri dari subvariabel ketersediaan fasilitas pelayanan umum, ketersediaan sarana transportasi, ketersediaan jaringan jalan, ketersediaan jaringan sanitasi dan persampahan, ketersediaan jaringan air bersih, ketersediaan jaringan listrik, ketersedian jaringan telepon dan ketersediaan jaringan drainase. Faktor kedua adalah faktor kondisi bangunan dengan tingkat keragaman

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2,

Desember 2010

PENATAAN PERMUKIMAN DI KAWASAN SEGIEMPAT TUNJUNGAN KOTA SURABAYA

Kuadran II Stability

EKSTERNA L (+)

Aggressi ve mainten ance Strategy C Selective maintena nce Strategy D

Stable growth Strategy B

Kuadran I Growth

Rapid Growth Strategy A

INTERNAL (-) Turn Around Strategy E Conglomerate Strategy H

INTERNAL (+)

Guirelle Strategy

Kuadran III Survival

Consentri c Strategy G

Kuadran IV Diversification

EKSTERNAL (-)

Gambar 6 Diagram SWOT Arahan Penataan Permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan

5. PenataanPermukiman Kawasan Segiempat Tunjungan a) Penataansaranadanprasaranapermukiman Keberadaan ruang terbuka baik ruang terbuka hijau ataupun non hijau merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang. Tidak ditemukannya sarana ruang terbuka pada wilayah studi dikarenakan keseluruhan lahan yang ada telah diubah menjadi lahan terbagun, berupa jalan, rumah dan prasarana pendukung permukiman. Dengan kondisi lahan yang sangat terbatas, pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan lahan yang tersisa, sehingga dapat membentuk 1,1 Ha ruang terbuka hijau. Adanya perubahan intensitas bangunan juga dapat menambah prosentase ruang terbuka hijau di Kawasan Segiempat Tunjungan. terdapat tambahan total sekitar 6 Ha yang berasal dari ruang terbuka di setiap kavling. Perubahan perkerasan jalan plester menjadi jalan paving juga menjadi salah satu arahan penataan transportasi. Serta dengan adanya penataan parkir menjadi parkin off street di Jalan Tanjung Anom, Pasar Blauran serta Pasar Tunjungan. Serta dengan adanya perubahan intensitas bangunan, diharapkan bangunan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan utama memiliki lahan parkir sendiri. Dengan adanya perubahan intensitas bangunan, maka dapat dimungkinkan pula adanya penambahan pelebaran jalan di setiap jalan lingkungan. Penataan jaringan telepon pada Kawasan Segiempat Tunjungan diarahkan pada pemeliharaan fasilitas telepon umum yang ada serta masyarakat harus melaporkan pada instansi terkait apabila ada kerusakan pada fasilitas tersebut. Penataan jaringan air bersih di wilayah studi diarahkan untuk peningkatan kualitas

pelayanan dan optimalisasi jaringan PDAM dibawah penanganan pemerintah Kota Surabaya. Penambahan kran umum di RW II dan pembangunan hidran di tiap RW juga menjadi arahan penataan air bersih. Penataan jaringan drainase di wilayah studi yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang ada meliputi Normalisasi saluran dan Perubahan sistem saluran tertutup menjadi saluran terbuka. Sistem persampahan di Kawasan Segiempat Tunjungan diperbaiki menjadi lebih baik, agar masyarakat merasa lebih nyaman dengan sistem persampahan yang ada. Pengambilan sampah dari tiap rumah diubah menjadi setiap pagi dan setiap hari, agar tidak ada sampah yang menumpuk, baik di rumah-rumah masyarakat ataupun di tempat sampah komunal yang ada. Perubahan sistem ini dilakukan dengan penambahan pasukan kuning dan penambahan gerobak sampah di tiap RW di Kawasan Segiempat Tunjungan. untuk pengadaan penambahan pasukan kuning dan gerobak sampah dikoordinasikan dengan pemerintah melalui dinas terkait. b) Penataankondisibangunan Penataan kondisi bangunan diawali oleh penataan intensitas bangunan. Rencana penataan intensitas bangunan di sepanjang jalan utama sebagai berikut: 1) Kawasan Jalan Embong Malang diarahkan pembangunan dua lantai agar bangunan terlihat lebih rapi dan teratur. Perdagangan jenis sablon dan percetakan yang ada di Jalan Embong Malang hanya sebagai tempat berjualan saja, bukan tempat pembuatan sablon atau percetakan. Sehingga, dalam penataannya tidak memerlukan lahan yang luas. 2) Kawasan Jalan Tunjungan diarahkan perdagangan 3 lantai untuk 2 lantai pertama dapat digunakan sebagai tempat berjualan barang-barang elektronik yang menjadi ciri khas perdagangan Jalan Tunjungan dan lantai 3 dapat digunakan sebagai gudang (penyimpanan barang). 3) Kawasan Jalan Blauran diarahkan untuk perdagangan 2 lantai, untuk lantai 1 dapat diarahkan untuk perdagangan emas dan lantai 2 dapat digunakan untuk rumah atau tempat penyimpanan barang. 4) Kawasan Jalan Praban diarahkan untuk perdagangan 2 lantai dengan komoditas perdagangan utama adalah sepatu. Untuk pengaturan intensitas bangunan Koefisien dasar bangunan di kawasan Segiempat Tunjungan adalah:

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

Ratih Wahyu Dyah I, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman

Tabel 1. Rencana KDB


No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Guna Lahan Rumah Pendidikan Kesehatan Pemerintahan/p erkantoran Peribadatan Perdagangan dan jasa KDB eksisting (%) 90-100 80-100 90-100 90-100 90-100 80-100 KDB rencana (%) 70-80 80-90 80-90 80-90 80-90 50-60

Untuk pengaturan bangunan adalah:


Tabel 2. Rencana KLB
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Guna Lahan Rumah Pendidikan Kesehatan Pemerintahan/p erkantoran Peribadatan Perdagangan dan jasa

koefisien
KLB eksisting (%) 70-100 80-100 90-100 100-150 80-100 100-200

lantai
KLB rencana (%) 150-200 80-150 90-150 150-200 80-150 400-900

pengembangan kawasan perdagangan di Kawasan Segiempat Tunjungan. Di sepanjang jalan utama di Kawasan Segiempat Tunjungan, terdapat banyak sarana perdagangan dan jasa.Apabila dikembangkan, keberadaan sarana perdagangan dan jasa ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat sekitar untuk mengambangkan usahanya, sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Pengembangan ini dapat dilakukan oleh pemerintah setempat atau dengan bekerja sama dengan pihak investor. Dengan adanya pusat perdagangan ini, dapat menampung tenaga kerja dari masyarakat sekitar Kawasan Segiempat Tunjungan sendiri. Dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan tersebut. Pusat perdagangan dan jasa ini disesuaikan dengan komoditas perdagangan dan jasa yang sudah ada saat ini.

Diperlukan upaya perbaikan kondisi struktur bangunan agar menjadi bangunan permanen yang kokoh. Peningkatan kondisi struktur bangunan ini hendaknya pula memperhatikan kesehatan dan kenyamanan penggunanya. Diperlukan upaya pengaturan jendela dan lubang ventilasi pada masing-masing hunian yang menghadap ke arah luar dengan luas 1/10 dari luas lantai untuk mendapatkan kualitas udara yang lebih baik. Di samping berfungsi sebagai lubang pemasukan udara segar, juga berfungsi sebagai tempat sinar matahari. c) Penataansosialkemasyarakatan Penataan sosial kemasyarakatan lebih ditekankan pada upaya memaksimalkan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian Kawasan Segiempat Tunjungan. Hubungan sosial kemasyarakatan yang baik antar warga di Kawasan Segiempat Tunjungan dapat mempermudah sosialisasi pentingnya arahan penataan permukiman dan sosialisasi pengendalian penambahan jumlah penduduk yang ada di kawasan tersebut, agar tidak terjadi penambahan penduduk pendatang dalam jumlah yang besar. d) Penataan ekonomi kelembagaan Arahan penataan ekonomi kelembagaan diarahkan pada untuk

Gambar 7 Peta Rencana Guna Lahan di Kawasan Segiempat Tunjungan

KESIMPULAN Berdasarkan hasil identifikasi karakteristik permukiman, dapat disimpulkan bahwa karakteristik permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan berkaitan dengan faktor lokasi permukiman yang berada di kawasan pusat Kota Surabaya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi arahan penataan permukiman Kawasan Desember 2010
7

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2,

PENATAAN PERMUKIMAN DI KAWASAN SEGIEMPAT TUNJUNGAN KOTA SURABAYA

Segiempat Tunjungan adalah faktor sarana dan prasarana, kondisi bangunan, sosial kemasyarakatan, serta ekonomi masyarakat. Sedangkan arahan penataan permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan menggunakan strategi Aggressive Maintanance Strategy. arahan atau konsep yang dapat dilakukan dalam penataan permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan adalah dengan memfokuskan tindakan untuk meminimalkan kendala atau masalah internal dan memanfaatkan peluang serta potensi yang ada. SARAN Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penanganan permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan diantaranya adalah sebagai berikut. a) Saran bagi penelitian 1. Penelitian tidak membahas penataan sarana perdagangan dan jasa di sepanjang jalan utama Kawasan Segiempat Tunjungan. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut yang membahas mengenai penataan kawasan perdagangan dan jasa yang sesuai dengan Kawasan Tunjungan. 2. Diperlukan penelitian mengenai pengelolaan drainase secara lebih detail. Hal ini berkaitan dengan permasalahn banjir yang selalu terjadi di Kawasan Segiempat Tunjungan. 3. Diperlukan penelitian mengenai penataan permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan terkait aspek non fisik antara lain sosial, budaya, ekonomi kemasyarakatan yang lebih menyeluruh. b) Saran bagi pemerintah 1. Peningkatan kesadaran serta peran aktif pemerintah kota dan propinsi untuk lebih memperhatikan sektor permukiman, khususnya permukiman padat penduduk di pusat kota. 2. Bersama instasni-instansi yang terkait yang ada, pemerintah dapt memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang rencana-rencana yang diperuntukkan pada Kawasan Segiempat Tunjungan. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Zainuri, (2003). Penataan Hunian Padat di Pusat Kota, Tesis, Perancangan Kota, Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Budihardjo, Eko. (2006). Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Bandung: Penerbit Alumni. Usman, Fadly. (2007). Bangunan Berlantai Banyak, Sebagai Solusi Pembangunan di Kawasan Kumuh Tengah Kota. Studi Kasus: Segi Empat Tunjungan, Surabaya, Jakarta : Proseding Seminar Nasional Green Infrastructure, Universitas Trisakti. -----. (1992).Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai