Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

AL-QURAN DAN WAHYU


A. Pengertian Al-Quran
Al-Quran secara etimologi diambil dari kata:

yang berarti
sesuatu yang dibaca (

). Arti ini menyiratkan anjuran kepada umat Islam untuk


membaca Al-Quran. Al-Quran juga bentuk mashdar dari yang berarti
menghimpun dan mengumpulkan (

). Dikatakan demikian sebab seolah-olah


Al-Quran menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga
tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu, Al-Quran harus dibaca dengan benar sesuai
dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, dihayati, diresapi makna-
makna yang terkandung didalamnya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut M. Quraish Shihab, Al-Quran secara harfiyah berarti bacaan
sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu
bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi Al-Quran, bacaan sempurna lagi mulia.
Secara terminologis, Al-Quran adalah firman Allah Swt. yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.
dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.
Sementara menurut para ahli ushul fikih Al-Quran secara istilah adalah :


Al-Quran adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa
yang melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul (yaitu Nabi
Muhammad Saw.), melalui Malaikat Jibril, tertulis pada mushhaf, diriwayatkan kepada
kita secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surat Al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat An-Nas.
Berdasarkan definisi diatas, maka setidaknya ada lima faktor penting yang
menjadi karakteristik Al-Quran, yaitu :
1. Al-Quran adalah firman atau kalam Allah Swt., bukan perkataan Malaikat Jibril
(dia hanya penyampai wahyu dari Allah), bukan sabda Nabi Muhammad Saw.
(beliau hanya enerima wahyu Al-Quran dari Allah), dan bukan perkataan
manusia biasa, mereka hanya berkewajiban untuk mengamalkannya.
2. Al-Quran hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. tidak diberikan
kepada nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci yang diberikan kepada para nabi
sebelumnya bukan bernama Al-Quran tapi memiliki nama lain; Zabur adalah
nama kitab yang diberikan kepada Nabi Daud, Taurat adalah kitab yang
diberikan kepada Nabi Musa, dan Injil adalah kitab yang diberikan kepada Nabi
Isa a.s.
3. Al-Quran adalah mukjizat, maka dalam sepanjang sejarah umat manusia sejak
awal turunnya sampai sekarang dan mendatang- tidak seorangpun yang mampu
menandingi Al-Quran, baik secara individual maupun secara kolektif, sekalipun
mereka ahli sastra bahasa dan sependek-pendek ayat atau surah.
4. Diriwayatkan secara mutawatir, artinya Al-Quran diterima dan diriwayatkan
oleh banyak orang yang secara logika mereka mustahil untuk bersepakat dusta,
periwayatan itu dilakukan dari masa ke masa secara berturut-turut sampai
kepada kita.
5. Membaca Al-Quran dicatat sebagai amal ibadah. Di antara sekian banyak
bacaan, hanya membaca Al-Quran saja yang dianggap ibadah, sekalipun
pembaca tidak tahu maknanya, apalagi jika ia mengetahui makna ayat atau surah
yang dibaca dan mampu mengamalkannya. Adapun bacaan-bacaan lain tidak
dinilai ibadah kecuali disertai niat yang baik seperti mencari ilmu. Jadi, pahala
yang diperoleh pembaca selain Al-Quran adalah pahala mencari ilmu, bukan
substansi bacaan sebagaimana dalam Al-Quran.





B. Bagian-bagian Al-Quran

1. Surah
Secara etimologi, kata surah adalah bentuk jamak dari suwar )

) yang berarti
kedudukan atau tempat yang tinggi. Pengertian secara etimologi ini menyiratkan
kedudukan dan posisi Al-Quran yang tingii, karena ia diturunkan dari tempat yang
tinggi yaitu al-Lauh al-Mahfuz, dari sisi Tuhan yang Maha Tinggi pula yakni Allah Swt.
sedangkan secara etimologi, pengertian surah adalah :


Surah adalah skumpulan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki permulaan dan
penghabisan.
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa surah adalah kumpulan beberapa ayat,
maka tidak ada surah yang terdiri dari satu ayat. Ia harus memiliki sejumlah ayat,
minimal 3 ayat seperti surah Al-Kautsar. Sekumpulan ayat dapat dinamakan surah
dengan syarat mempunyai permulaan dan akhiran. Jika terkumpul sejumlah ayat, tetapi
tidak ada permulaan atau akhiran dan/atau tidak ada keduanya, maka tidak dapat
dinamakan surah Al-Quran.
Dilihat dari segi panjang pendeknya, surah dapat dibagi menjadi empat macam,
yaitu :
a. Surah ath-thiwal (

= panjang ) yaitu surah yang jumlah ayatnya lebih dari


100 sampai 200-an atau lebih panjang dari pada yang lain. Surah panjang ini ada
7 surah, karena itu disebut as-Sabu ath-Thiwal (

= tujuh surah
panjang ) yaitu; surah Al-Baqarah [2]: 286 ayat, Ali-Imran [3]: 200 ayat, An-
Nisa [4]: 176 ayat, Al-Maidah [5]: 120 ayat, Al-Anam [6]: 165 ayat, Al-Araf
[7]: 206 ayat, sebagian ulama berpendapat surah AL-Anfal [8]: 75 ayat bersama
surah Al-Baraah/At-Taubah [9]: 129 ayat, karena tidak ada pemisah dengan
basmalah dan sebagian pendapat mengatakan surag Yunus [10]: 108 ayat.
b. Surah al-Miun (

= seratusan ), yaitu surah yang ayatnya terdiri dari sekitar


100-an ayat atau lebih.
c. Surah al-Matsani (

), yaitu surah yang panjang ayatnya namun dibawah al-


Miun (seratus ayat). Al-Farra memberikan arti surah yang jumlah ayatnya
kurang dari 100 ayat. Kata al-Matsani artinya terulang-ulang, karena surah-
surah itu sering terulang ketika dibaca dalam shalat dari pada surah al-Miun dan
ath-Thawil.
d. Surah al-Mufashshal (

) yaitu surah-surah yang ayatnya mendekati jumlah


surah al-Matsani, ia juga disebut dengan surah pendek. Menurut an-Nawawi,
surah al-Mufashshal dimulai dari surah Al-Hujurat [49] yang berjumlah 18 ayat
sampai akhir surah dalam Al-Quran. Al-Mufashshal berasal dari kata fashala
yang berarti memisah atau terpisah. Sebuah surah dinamakan al-Mufashshal
Karena jumlah ayatnya tidak terlalu banyak, sehingga sering dipisah dengan
basmalah. Surah al-Mufashshal ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1) Thiwal (

= panjang), yaitu surah al-Mufashshal yang panjang, ia terdiri


dari surah Qaf [50] atau dari surah Al-Hujurat [49] sam[ai dengan surah An-
Naba [78] atau surah Al-Buruj [85].
2) Awsath (

= pertengahan), yaitu surah al-Mufashshal yang jumlah


ayatnya tidak terlalu banyak atau panjang, ia terdiri dari surah Ath-Thariq
[86] sampai dengan surah Adh-Dhuha [93] atau Al-Bayyinah [98].
3) Qishar (

= pendek), yakni surah-surah al-Mufashshal yang pendek,


dimulai dari surah Adh-Dhuha [93] sampai dengan akhir surah dalam Al-
Quran yakni An-Nas.
Pengelompokan surah-surah di atas didasarkan pada besar kecil, sedikit banyak,
dan panjang pendeknya jumlah ayat. Tiga kategori tersebut dijadikan sebagai pijakan
dalam pengelompokan ayat, karena tidak semua surah yang jumlah ayatnya banyak
kemudian dimasukkan dalam kelompok surah ath-Thiwal, sebaliknya tidak semua surah
yang jumlah ayatnya sedikit dikelompokkan dalam surah al-Mufashshal. Surah Asy-
Syuara, misalnya kendati jumlah ayat surah ke-26 ini terdiri dari 227 ayat namun ia
tidak termasuk ke dalam surah ath-Thiwal.
Adapun tekait dengan jumlah surah, para ulama berbeda pendapat. Menurut
mayoritas ulama, surah dalam Al-Quran berjumlah sebanyak114 surah, tetapi sebagian
ulama menghitungnya 113 surah. Kelompok terakhir ini menganggap surah Al-Anfal
dan Al-Baraah satu surat mengingat tidak ada pemisah (basmalah) antara kedua surah
terebut, karena itu jumlah surah menjadi 113. Kendati demikian, pendapat yang kuat
menurut jumhur ulama adalah pendapat pertama.
Sementara itu, golongan Syiah meyakini bahwa surah Al-Quran berjumlah
sebanyak 116 surah, karena mereka memasukkan dua doa qunut yang dikenal dengan
nama surah Al-Khal dan Al-Hafd. Menurut Al-Baqillani dalam kitabnya Ijaz Al-
Quran, dua doa qunut tersebut memang perna ditulis oleh Ubay bin Kaab di kulit
mushhaf Al-Quran, karena itu timbul dugaan di sebagian kalangan Syiah bahwa
keduanya masuk dalam surah Al-Quran, padahal uslub-nya jauh berbeda dengan Al-
Quran. Menurut pendapat mayoritas ulama, dua doa qunut tersebut adalah lafazh doa,
bukan ayat Al-Quran.
Adapun surah yang terbanyak jumlah ayatnya adalah surah A-Baqarah [2], ia
terdiri dari 286 ayat. Sedangkan surah yang terpendek adalah surah Al-Kautsar [108]
yang terdiri dari 3 ayat.
2. Ayat
Dalam al-Mujam al-wajiz, secara bahasa ayat berarti tanda, alamat, bukti, dalil
dan mukjizat. Banyak didapati kata ayat dalam Al-Quran, di antaranya adalah firman
Allah swt. dalam surah Al-Mukminun [23]:50:
4LUEE_4 4^- =4CO4`
+OE`q4 LO4C-47
Dan telah kami jadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi
(kekuasaan Kami)(QS Al-Mukminun [23]:50)
Dalam Istilah al-Jabari sebagaimana dikutip as-Suyuthi mengemukakan:
Ayat adalah bacaan yang tersusun dari beberapa kalimat sekalipun secara taqdiri
(perkiraan) yang memiliki permulaan atau bagian yang masuk dalam surah.
Dari dua definisi di atas dapat dikompromikan bahwa ayat adalah kalam Allah
swt. yang berupa bacaan, terdiri dari kalimat atau beberapa kalimat sempurna,
mempunyai permulaan dan akhiran, dan merupakan bagian dari surah. Dengan
demikian, syarat ayat adalah:
a. Ayat harus kalam Allah swt. jika bukan kalam Allah tidak dinamakan ayat.
b. Terdiri dari beberapa kalimat sempurna sekalipun secara perkiraan (taqdiri),
seperti ayat yang terpendek di dalam surah Al-Muddatstsir [74]:21 (


).
Sekalipun ayat ini terdiri dari dua kata, tetapi maknanya sudah dapat dipahami
karena berupa kalimat sempurna yakni sudah mengandung subjek, predikat dan
objek. Arti ayat ini adalah: kemudian dia memikirkan
c. Memiliki permulaan dan akhiran. Dengan demikian, ayat terdiri dari beberapa
kalimat, tetapi jika belum menyebutkan permulaan dan akhiran, ia tidak dapat
disebut ayat.
d. Merupakan bagian dari surah Al-Quran, karena surah adalah himpunan
beberapa ayat sebagaimana definisi di atas.
Adapun terkait dengan jumlah ayat dalam Al-Quran, para ulama berbeda
pendapat. Menurut Ibnu Abbas, Al-Quran terdiri dari 6.616 ayat, sementara menurut
keterangan yang masyhur, jumlahnya sebanyak 6.666 ayat. Kendati pendapat ulama
berbeda-beda, namun mereka sepakat bahwa angka depan dari jumlah ayat adalah 6000,
tetapi angka berikutnya yang menjadi perdebatan. Karena itu, hitungan satu
daerah/negara satu dengan negara lain bisa berbeda. Menurut hitungan penduduk
Makkah, misalnya ayat Al-Quran berjumlah 6.213 ayat, sedangkan menurut penduduk
Madinah berjumlah 6.214 ayat. Sementara menurut hitungan penduduk Basrah, ayat Al-
Quran berjumlah 6.216 dan menurut penduduk kuffah berjumlah 6.236 ayat.
Perbedaan jumlah ayat ini terjadi karena beberapa alasan, antara lain:
1) Perbedaan bacaan yang dipraktikkan Nabi saw. semasa hidupnya.
2) Perbedaan para ulama dalam menghitung permulaan surah yang terdiri dari
huruf hijaiyah atau huruf-huruf yang terpotong


Diantara ayat-ayat Al-Quran ada yang panjang dan ada pula yang pendek.
Semua itu bersifat tawqifi, artinya berdasarkan petunjuk Rasul saw. atau wahyu ilahi.
Ayat yang paling panjang dalam Al-Quran adalah 282 surah Al-Baqarah yang berisi
tentang perintah mencatat utang piutang. Sedangkan ayat yang paling pendek adalah
ayat 21 surah Al-Muddatstsir.
Para ulama juga berbeda pendapat mengenai jumlah kata dalam Al-Quran.
Sebagian ada yang menghitungnya sebanyak 77.934 kata, ada yang menghitungya
77.437 kata, dan ada juga yang menghitungnya sebanyak 77.277 kata. Perbedaan
perhitungan ini karena adanya perbedaan cara penghitungannya, ada yang memandang
bahwa suatu kata mempunyai makna majaz (metafora) sehingga penghitungan
dilakukan dengan perspektif metaphor (tersirat), ada yang menghitung dengan
berlandaskan pada makna hakikat (tersurat), ada yang menghitung berdasarkan tulisan,
ada juga yang menghitung berdasarkan suara, da nada pula yang didasarkan pada
keduanya (tulisan dan surat).
Tentang jumlah huruf Al-Quran pun para ulama berbeda pendapat. Menurut
Ibnu Abbas, huruf yang terkandung dalam Al-Quran sebanyak 323.671 huruf, ada yang
menhitungnya sebanyak 321.267 huruf, ada juga yang mengatakan 325.345 huruf, da
nada pula yang menghitung sebanyak 1.025.000 huruf. Hitungan yang terakhir inilah
yang mudah dihafal. Perbedaan hitungan huruf ini disebabkan karena, huruf yang
bertasydid terkadang dihitung satu huruf, dan terkadang dihitung dua huruf, perbedaan
bacaan panjang dan pendek, jika panjang dihitung dua huruf, jika pendek dihitung satu
huruf. Perbedaan penghitungan di atas tidak menjadi persoalan karena tidak mengurangi
substansi Al-Quran, justru memeliharanya sesuai dengan ijtihad mereka masing-
masing.

C. Nama-Nama Al-Quran
Al-Quran mempunyai banyak nama yang kesemuanya menunjukkan ketinggian
peran dan kedudukannya. Dengan kata lain, Al-Quran merupakan kitab samawi yang
paling mulia. Di antara nama-nama Al-Quran adalah al-Furqan, at-Tanzil, adz-Dzikr,
al-Kitab. Selain itu Al-Quran juga memiliki beberapa sifat yang mulia seperti, nur,
hudan, rahmah, syifa mauizhah, aziz, Mubarak, basyir, nadzir, dan lainnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dirujuk pada ayat-ayat Al-Quran berikut ini:
1. Dinamakan Al-Quran sebagaimana QS Al-Isra: 9
Ep) -EOE- 4p-47O^- Ogg4
/^Ug g N4O^~ +O]4NC4
4-gLg`u^- 4g~-.-
4pOUEu4C geE)UO- Ep
+O -6O;_ -LOO):E ^_
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh
bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
2. Dinamakan Al-Furqan sebagaimana QS Al-Furqan:1
E4O4:> Og~-.- 4EO4^
4p~O^- _O>4N jg:4N
4pO74Og --gUEUg -OCO4^
^
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya,
agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
3. Dinamakan At-Tanzil sebagaimana QS Asy-Syuara: 192-193
+O^^)4 NCjO64- p4O
4-gE^- ^_g 44O4^ gO)
EOO- -g`- ^_@
Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril).
4. Dinamakan Adz-Dzikr sebagaimana QS Al-Hijr: 9
^^) }^4 4L^EO4^ 4O^g]~.-
^^)4 +O 4pOOgO4O ^_
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya.
5. Dinamakan al-Kitab sebagaiman QS Ad-Dukhkhan: 1-3
-O ^ U4-:^-4 -)l^-
^g .^^) +OE4^4O^ O)
l-^O OE4O4:G` _ ^^) EL7
=}CjOOLN` ^@
Haa miim, demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan, Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi[1369] dan Sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan.
Adapun tentang sifat-sifat Al-Quran dapat dirujuk dalam firman Allah swt.
antara lain:
a. Sifat al-Burhan (bukti kebenaran) dan nur mubin (cahaya yang terang)
sebagaimana firman Allah swt:
Og^4C +EEL- ;~
747.~E} E}E-O+ }g)` 7)O
.4L^4O^4 7O) -4OO+^
44O):G` ^_j
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran). (QS An-Nisa: 174)
b. Sifat asy-syifa (obat) dan ar-rahmah (kasih saying) sebagaimana firman Allah
swt.
Nj)O46+^4 =}g` p-47O^-
4` 4O- E7.Eg- O4uO4O4
4-gLg`uUg 4 C@O4C
4-g)U-- ) -4O=OE=
^gg
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS Al-Isra: 82)
c. Sifat hudan (petunjuk) sebagaimana firman-Nya:
O4 +OE4UEE_ ^-47O~
=OgE_'C W-O7- O
;eU_ +O+-4C-47 W
OgE_'C+-47 O).4O4N4 ~
4O- -g~--g W-ONL4`-47 O1-
E7.Eg-4 W -g~-.-4
]ON4g`uNC EO) )_g^-O-47
EO^~4 4O-4 )_^1U4 O4N _
Cj^q ]uE14LNC }g`
p~E` lOg4 ^jj
Dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain
Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?"
Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang)
Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-
orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada
sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu adalah
(seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh. (QS Fushshilat: 44)
d. Sifat mauizah (nasehat) sebagaimana firman-Nya:
Og^4C +EEL- ;~
7^>47.E_ OgNOE` }g)`
:)O E7.Eg-4 Eg O)
jOO- O4-4 O4uO4O4
4-g4g`uUg ^)_
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Yunus: 10)
Para ulama sepakat bahwa peletakan basmalah pada setiap awal surah kecuali
surah Baraah adalah tauqifi, artinya atas perintah dan petunjuk Nabi saw. mereka juga
sepakat tentang mewajibkan menempatkan basmalah secara tertulis pada setiap surah,
kecuali surah Baraah. Hal ini didasarkan atas ijma para sahabat tentang penempatan
basmalah pada setiap awal surah kecuali surah Baraah.
D. Kandungan Al-Quran

1. Masalah Akidah
Akidah adalah masalah yang sangat prinsipil dalam kehidupan beragama. Begitu
juga dalam agama Islam. Akidah Islam adalah tauhid. Artinya kepercayaan terhadap
keesaan Allah swt. oleh karena itu, Islam disebut juga agama tauhid, sebagaimana
ditegaskan Allah swt.
7_)4 O) /g4 W
4O) ) 4O- }E;OO-
O1gOO- ^g@
Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS Al-Baqarah: 163)
Selain ayat tersebut, dalam QS. Al-Ikhlash: 1-4 juga dijelaskan:
~ 4O- +.- NEO ^ +.-
EO- ^g ;)-4C 4
;ONC ^@ 4 }74C N-.
-O lEO ^j
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak
ada seorangpun yang setara dengan Dia. (QS Al-Ikhlash: 1-4).
Dua ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah itu Esa tidak ada sesuatupun yang
menyamai Allah swt. karena Dia adalah Dzat Pencipta, maka mustahil kalau yang
mencipta sama dengan yang diciptakan.
2. Masalah Ibadah
Isi Al-Quran yang kedua adalah masalah ibadah. Artinya, Al-Quran membahas
tentang bentuk pengabdian seorang hamba kepada Sang Pencipta (al-Khalik) yakni
Allah Swt. Pengabdian (ubudiyah) ini merupakan wujud rasa terima kasih hamba
kepada Sang Khali katas segala nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya.
Dengan beribadah, manusia menyadari bahwa dirinya adalah makhluk yang
diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ibadah berarti bersyukur atas
kelebihan, juga menjadi mediasi bagi upaya membenahi kekurangan.
Ibadah bisa menjadi tolak ukur sejauh mana keimanan seseorang direalisasikan.
Seseorang yang mengakui Allah, Malaikat, Nabi Muhammad Saw., kitab Allah, Qadha
dan Qadar, namun tidak melaksanakan ibadah maka dia teermasuk orang fasiq.
Di antara ayat-ayat yang menyeru manusia beribadah adalad sebagai berikut :
a. Surah Al-Baqarah [2]: 21
Og^4C +EE4- W-+:;N-
N7+4O Og~-.- 7U
4g~-.-4 }g` 7)U:~ 7+UE
4pO+-> ^g
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,

b. Surah Ali-Imran [3]: 51
Ep) -.- ).4O :4O4
++:;N -EOE- [O4O
_14-OG` ^)
Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah
jalan yang lurus.

c. Surah Adz-dzariyat [51]: 56
4`4 e^UE= O}_^- "^e"-4
) p+lu4Og ^)g
dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.

3. Masalah Muamalat
Muamalat berasal dari bahasa Arab, muamalah yang berarti saling berhubungan
atau berinteraksi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia muamalat diartikan sebagai
sgala sesuatu yang berhubungan dengan amal kita terhadap masyarakat. Secara
terminologi muamalat dapat diartikan dengan cara berinteraksi atau berhubungan antar
sesama manusia dalam berbagai aspek kehidupan, seperti hubungan sosial, politik,
ekonomi, dan perdagangan. Dengan demikian, muamalat adalah interaksi yang bersifat
horizontal (hablum min an-nas). Adapun interaksi yang bersifat vertical (hablum min-
Allah) disebut ibadah.
Dalam Al-Quran ayat-ayat yang membicarakan masalah muamalat jumlahnya
cukup banyak, salah satunya adalah yang tercantum dalam surah Al-Hujurat [49]: 13
Og^4C +EEL- ^^)
7E4^UE= }g)` OEO _/6^q4
7E4UEE_4 6ON7-
j*.4l~4 W-EO4OE4-g _
Ep) 74`4O- E4gN *.-
7^> _ Ep) -.- N7)U4N
OO)lE= ^@
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

4. Masalah Akhlak
Kandungan Al-Quran yang ketiga adalah akhlak. Secara bahasa akhlak adalah
sikap, tingkah laku, norma, atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Online kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti, kelakuan. Sebenarnya kata akhlak
berasal dari kata bahas Arab, dan jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti
perangai, tabiat. Sedang arti akhlak menurut istilah adalah sebagai berikut: Ibnu
Maskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam dalam jiwa
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Sementara Imam Al-Ghazali mengatakan akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gamblang
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Terkait dengan urgensi akhlak, suatu ketika Aisyah pernah ditanya tentang
akhlak Nabi Muhammad saw. maka ia menjawab bahwa akhlak Nabi adalah Al-Quran.
Artinya, akhlak Nabi saw. sejalan dan tidak keluar dari ajaran-ajaran Al-Quran. Dalam
salah satu hadits, Nabi saw. pernah menegaskan bahwa diantara tugas utama
kedatangannya ke bumi adalah untuk menyempurnakan Akhlak. Nabi saw. bersabda:
) ( .
sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
(HR. Muslim).
Dari hadits diatas dapat ditarik benang merah bahwa misi utama Nabi
Muhammad saw. adalah untuk menyempurnakan akhlak. Karena Nabi saw. pada waktu
itu berada dalam lingkungan masyarakat Arab yang mayoritas jahiliyah. Diantaranya
ayat yang berisi pokok-pokok akhlak yang baik adalah QS An-Nahl: 90 sebagai berikut:
Ep) -.- NON`4C ;E^)
^}=O;Oe"-4 ^<.4-C)4 OgO
_.O^- _OeuL4C4 ^}4N
g7.4=E^- @OE:4^-4
+/^4l^-4 _ 7Og4C :^UE
]NO-EO> ^_
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran. (QS An-Nahl: 90)
5. Masalah Hukum
Yang dimaksud dengan hukum disini adalah aturan-aturan Allah swt. yang
ditetapkan demi kepentingan dan kemaslahatan umat manusia. Hukum yang terkandung
di dalam Al-Quran dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Hukum tentang akidah/keimanan
b. Hukum tentang perbuatan manusia, yang terbagi menjadi hukum-hukum
peribadatan dan hukum-hukum muamalat.
c. Hukum tentang moral/akhlak

6. Masalah Sejarah
Salah satu isi pokok Al-Quran adalah masalah sejarah. Kehadiran sejarah atau
kisah-kisah umat terdahulu dalam Al-Quran dimaksudkan sebagai pelajaran bagi umat
Islam sekarang. Al-Quran menjelaskan hal ini dalam surah Yusuf: 111 sebagai berikut:
; ]~E O) )=~ E4OgN
Oj+w U4:^- 4` 4p~E
LVCg4 O4O4^NC }:4
4-Cg> Og~-.- 4u-4 gOuCE4C
O^>4 ] 7/E* O4-4
LO4uO4O4 Og 4pONLg`uNC
^
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf: 111)
Kisah-kisah dalam Al-Quran, baik yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun
yang akan terjadi, adalah suatu kepastian sejarah, bukan khayalan belaka. Sebagaimana
firman Allah swt.:
Ep) -EOE- 4O_ =^-
O-E^- _ 4`4 ;}g` O) )
+.- _ ])4 -.- 4O_
+OCjOE^- O1E^- ^gg
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana (QS Ali-Imran: 62)
7. Masalah Dasar-dasar Sains
Salah satu isi pokok Al-Quran adalah dasar-dasar sains, yakni ilmu
pengetahuan. Al-Quran bukan buku ilmu pengetahuan, tetapi banyak ayat-ayat yang
memberi isyarat terhadap dasar-dasar ilmu pengetahuan. Jauh sebelum teori-teori ilmu
pengetahuan dibuktikan oleh para ilmuwan melalui penelitian, Al-Quran telah
mengisyaratkan ke arah itu. Di antaranya mengenai ilmu fisika, biologi, kimia,
astronomi, geologi, dan kesehatan.
Tentang alam misalnya, teori ilmiah modern telah membuktikan bahwa bumi
adalah sebagian dari gas panas yang memisahkan diri dari mendingin (membeku),
kemudian menjadi tempat yang dapat dihuni manusia. Tentang kebenaran teori ini, para
ilmuwan berargumentasi dengan adanya vulkano-vulkano, yaitu benda-benda berapi
yang berada di dalam perut bumi. Sewaktu-waktu bumi memuntahkan lahar atau benda-
benda vulkano yang berapi. Teori yang modern ini sesuai dengan apa yang ditunjukkan
Al-Quran dalam surah Al-Anbiya [21]: 30
4 4O4C 4g~-.-
W-NOEE Ep g4OEOO-
4O-4 44^~ L^>4O
E_E4^4E W E4UEE_4 =}g`
g7.E^- E7 7/E* ]/E W
E 4pONLg`uNC ^@
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?(QS Al-Anbiya : 30)
Ayat tersebut sejalan dan dikuatkan oleh ilmu pengetahuan modern yang
menyatakan bahwa alam adalah satu kesatuan benda yang berasal dari gas yang
kemudian memisahkan diri menjadi kabut-kabut. Sedang matahari adalah benda yang
terjadi akibat dari pecahan bagian itu.
Pada ayat yang sama, ditegaskan pula fungsi pokok air. Air adalah unsur pokok
bagi kelestarian makhluk hidup termasuk tumbuh-tumbuhan. Air menyedot banyak
oksigen ketika temperaturnya rendah. Ketika air membeku maka timbullah temperatur
panas yang cukup untuk membantu makhluk yang hidup di laut, seperti ikan dan
sejenisnya. Maka alangkah hebatnya Al-Quran karena di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan yang menjelaskan rahasia hidup dengan kata-kata yang indah. Ayat
tersebut di atas juga mengandung dasar-dasar pengetahuan dalam ilmu biologi dan
kimia.
Selain hal di atas, dalam Al-Quran juga terdapat isyarat tentang ilmu astronomi,
yaitu ilmu tata bintang dan ruang angkasa. Dalam Al-Quran cukup banyak ayat yang
mengungkap benda-benda ruang angkasa. Sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya
4OOCEc4 7 E` O)
g4OEOO- 4`4 O) ^O-
4Og- +OuLg)` _ Ep) O) CgO
e4CE Og ]NO-E4-4C ^@
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.(QS Al-
Jatsiyah: 13)
Ayat ini selain mengungkap adanya benda-benda ruang angkasa yang bisa
dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, juga menyerukan kepada manusia untuk terus
melakukan kajian agar mereka mampu memanfaatkan karunia tersebut secara maksimal.
Salah satu manfaat terbesar dari gugusan bintang di luar angkasa adalah sebagai
petunjuk bagi kehidupan para nelayan atau pelaut ketika mereka mengarungi lautan
luas. Mereka bisa mengamati posisi bintang tertentu sebagai petunjuk arah. Demikian
pula para petani dapat menentukan musim bertanam dengan melihat posisi bintang
tertentu. Isyarat tersebut dikemukakan Allah dalam firman-Nya
4O-4 Og~-.- EE_ N7
4OOL- W-4-g4g Ogj
O) geEU )OE^-
@O4l^-4 ;~ 4LUO
ge4CE- Og ]OU;4C
^__
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya
petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan
tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS Al-
Anam:97)
Seperti diketahui bersama bahwa di ruang angkasa terdapat gugusan bintang dan
galaksi yang sangat banyak dan ta terhitung jumlahnya. Ajaibnya, semuanya tetap
beredar dalam garis rotasi yang penuh keseimbangan tanpa sekalipun menimbulkan
benturan. Ini terjadi karena seluruh benda ruang angkasa terus bergerak dalam gaya
tarik menarik antara satu dengan lainnya. Hal ini demikian dapat mendorong Newton
menemukan teori gravitasi yang sangat terkenal dalam ilmu fisika. Padahal dari semula
Al-Quran telah mengungkapakan dalam ayat
47.EOO-4 E_E4O E7=44
]-4OOg^- ^_
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). (QS Ar-
Rahman: 7)
Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang memberi isyarat ilmiah, misalnya
4O- Og~-.- EE_ w;O=-
w7.4O 4OE^-4 -4OO+^
+4OO~4 4)eE44` W-OUu4g
E1E4N 4-gLpO- ==O^-4 _
4` 4-UE +.- CgO )
--E^) _ N_ENC
ge4CE- Og 4pOU;4C ^)
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui. (QS Yunus: 5)

E. Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari bahasa Arab waha yang berarti tersembunyi dan cepat.
Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan berupa rumus dan
lambing, dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat
dengan anggota badan.
Kata al-wahyu adalah bentuk mashdar (infinitive), dan materi kata itu
menunjukan dua makna dasar, yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu wahyu
adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus diberikan kepada
orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian mashdarnya. Secara
etimologi, kata wahyu mencakup beberapa makna, yaitu :
1. Wahyu diartikan ilham bagi manusia, sebagaimana wahyu yang diturunkan
kepada ibu Nabi Musa. Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran :
.4L^1EOu4 -O) g-q
-/E<ON` up gOOgO W
-O) ge^= gO^OU4N gO1^
) -41^- 4 O)C` 4
EO)+4O^4` W ^^) +1.-4O
l^O) +OUg~E}4 ;g`
--)UEcO^- ^_
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila kamu
khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah
kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami
akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari
Para rasul. (QS Al-Qashash: 7)
2. Wahyu diartikan insting binatang, sebagaimana wahyu yang disampaikan
kepada lebah. Dalam Al-Quran Allah swt. berfirman:
_OEOu4 ElG4O O) ^4+wO-
p OOgC+`- =}g` 4:_^-
4>ONO+ =}g`4 @OEO=-
Og`4 4pO7-@Ou4C ^gg
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-
bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". (QS
An-Nahl: 68)
3. Wahyu diartikan isyarat yang cepat melalui kode atau isyarat seperti isyarat
yang diberikan kepada Nabi Zakaria. Allah swt. berfirman dalam Al-Quran:
E4OCO- _O>4N gOg`O~ =}g`
-4Og^- -/Eu jgO)
p W-O)OlEc LE4O'+ =Og=4N4
^
Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada
mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang. (QS Maryam:
11)
4. Wahyu diartikan bisikan jahat setan kepada manusia. Sebagaimana firman Allah
swt.:
4 W-OU> Og`
@OE'ONC Oc- *.- gO^OU4N
+O^^)4 -Og Ep)4
--gC4OO=- 4pONOONO -O)
)_j*.4Ogu
7O7gENOg W up)4
-O+-uC 7^^)
4pO7)O;+^O ^g
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama
Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu
adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-
kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka,
Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS Al-
Anam: 121)
5. Wahyu diartikan menyampaikan perintah, sebagaimana perintah Allah swt.
kepada malaikat agar mereka mengerjakan perintahnya. Dalam Al-Quran Allah
swt. berfirman:
^O) /^ONC ElG4O O)
gOj^UE^- O)E+ 7E4`
W-O+-)O1 -g~-.-
W-ONL4`-47 _ O^qEc O)
OU~ -g~-.- W-NOEE
=U;NOO- W-O+)O;g -O
-E4;N- W-O+)O;g-4
gu+g` E p4L4 ^g
(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang
yang telah beriman". kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati
orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap
ujung jari mereka. (QS Al-Anfal: 12)




F. Cara Penyampaian Wahyu
Terkait dengan cara penyempaian wahyu, Allah swt. menjelaskan dalam firman-
Nya:
4`4 4p~E O=4g p
+OEggUNC +.- ) O;O4 u
}g` ^<.-4O4 O_E u cONC
LOc4O =/^ONO gOg^^O)) 4`
+7.4=EC _ +O^^) Oj>4N _1:EO
^)
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus
seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (QS Asy-Syura: 51)
Berdasarkan ayat ini, maka cara penyampaian wahyu pada dasarnya ada tiga
macam yaitu:
1. Allah swt. berbicara secara langsung, tersembunyi dan cepat tanpa perantara.
2. Berbicara dari balik hijab.
3. Melalui perantara malaikat Jibril.
Namun setelah ayat di atas dihubungkan dengan hadits-hadits Nabi saw. para
ulama kemudian menyimpulkan bahwa cara penyampaian wahyu itu lebih dari tiga
macam.
a. Allah swt berbicara secara langsung tanpa perantara, sebagaimana ditegaskan
Allah swt.:
^O)4 4~ CG4O
gOj^UEUg O)E+) gN~E}
O) ^O- LOEO)UE= W
W-EO7~ NE^_` OgOg }4`
O^NC OgOg lgOEC4
47.4`g].- }^44
E)Ol=O+^ Eg;O4 +Eg-+^4
El W 4~ EO)E+) NU;N 4`
4pOUu> ^@
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS
Al-Baqarah: 30)


Pada ayat lain ditegaskan:
^O) /^ONC ElG4O O)
gOj^UE^- O)E+ 7E4`
W-O+-)O1 -g~-.-
W-ONL4`-47 _ O^qEc O)
OU~ -g~-.- W-NOEE
=U;NOO- W-O+)O;g -O
-E4;N- W-O+)O;g-4
gu+g` E p4L4 ^g
(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang
yang telah beriman". kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati
orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap
ujung jari mereka. (QS Al-Anfal: 12)
b. Melalui mimpi yang baik di waktu tidur (ar-Ruya ash-Shalihah). Dalilnya
adalah hadits shahih yang diriwayatkan dari Aisyah bahwa :
Permulaan wahyu yang disampaikan kepada Rasul saw. adalah (melalui)
mimpi yang baik di waktu tidur (HR. Bukhari)
Penyampaian wahyu melalui mimpi tidak saja dialami oleh Rasul saw. tapi nabi-
nabi sebelumnya juga pernah menerima hal yang sama. Sebut saja misalnya
Nabi Ibrahim, ketika beliau menerima perintah untuk menyembelih anaknya,
Ismail as. Allah swt. berfirman:
.^^) CE4^OC;N 4OO^-
^ ]= El)4Og OO4-4
^g ]) C4g^E- 4O-
+O4- ^@
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-
orang yang membenci kamu Dialah yang terputus. (QS Al-Kautsar: 1-3)
c. Kalam Allah disampaikan dari balik hijab tanpa perantara, dalam kondisi sadar
dan bukan dalam keadaan mimpi. Allah swt. berfirman:
O4 47.~E} _/E<ON`
4Lg1gg +OE^UE4
+O4O 4~ p4O EO)+jO
OO^ C^O) _ 4~ }
/j_.4O> ^}4 OO^- O)
4:E^- p) O4-c-
+O4^E:4` 4O=O /j_.4O> _
OU _O->O_` +O4O
4lEUg N-EE_ EE1
OE=4 _/E<ON` Lg= _ .OU
- 4~ CE4E:c e:>
C^O) 4^4 NE
4-gLg`u^- ^j@
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah
Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat
melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup
melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai
sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan
diri kepada gunung itu[565], dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa
pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci
Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama
beriman. (QS Al-Araf: 143)
Dalam ayat lain ditegaskan:
1Ec+O4 ;~ _E4=~
C^OU4N }g` N:~ 1Ec+O4 -
_O^4^ C^OU4N _ =^UE4
+.- _/E<ON` V1)U-:> ^gj
Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan
langsung. (QS An- Nisa: 164). Dan contoh lainnya.

Anda mungkin juga menyukai