titik depan )ajahmada Plasa oleh .tsa *d"ertising, dan depan %asjid Baiturrahman oleh 1icaksono *d"ertising. Dari titik-titik itu terlihat bahwa biro reklame di Simpanglima cukup beragam. #%aka tidak benar jika ada isu bahwa ada biro reklame yang memonopoli satu kawasan,# kata &asubdin Rencana Produksi Dinas Pertamanan dan Pemakaman Drs Bambang Sungkono %%. Data dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman menunjukkan, di &ota Semarang terdapat '.(22 titik reklame. Titik-titik tersebut tersebar di '-3 ruas jalan, termasuk jalan-jalan besar yakni +alan Pemuda, +alan *rteri, dan Simpanglima. Saat ini yang menjadi salah satu persoalan justru penataan ruang. Dia mengemukakan gagasan bahwa nanti videotron bisa menjadi salah satu media reklame masa depan bagi &ota Semarang. %edia semacam itu bisa memuat beberapa produk sekaligus dengan tampilan gambar bergerak. Dengan media seperti itu, muatan reklame bisa dibuat lebih menarik dan jumlah titik reklame yang ada tak terlalu banyak. #%edia reklame semacam itu seperti di Bundaran ! +akarta dan pertigaan +alan Pandanaran sebelah barat bundaran *ir %uncrat,# kata dia *nggota &omisi 4 DPRD &ota Semarang *5 Sujiyanto menanggapi soal isu monopoli reklame menyatakan, hal itu tidak bisa dibenarkan. Demikian pula soal adanya biro reklame yang bisa memperpanjang kontrak sebelum masanya berakhir. &arena itu, dia menyarankan eksekuti$ bersikap transparan. #Selain itu, pengambilan keputusan tentang titik reklame dan pemasangnya sebaiknya disampaikan pada publik,# kata dia Liar Bambang Sungkono juga mengemukakan, bisnis reklame memang cukup menggiurkan. !al itu pula yang memunculkan reklame-reklame liar di &ota Semarang. Dalam sebuah operasi yustisi belum lama ini, beberapa spanduk produk kartu seluler kedapatan belum membayar pajak. Dia mengatakan, reklame-reklame seperti itu mudah ditertibkan. Persoalannya, ketika Pemkot harus membongkar papan baliho besar, biayanya bisa sampai Rp 0 juta. # tu pun tidak bisa kami laksanakan sendiri, tetapi harus memanggil pekerja yang paham tentang konstruksi,# kata dia. Persoalan reklame liar yang tidak membayar pajak juga menjadi persoalan bagi Dinas Pengelolaan &euangan Daerah 6DP&D7. Setiap umbul-umbul dan spanduk reklame yang sudah dibayarkan pajaknya akan diberi tanda khusus. Bentuknya berupa stiker dan label.
#Tanda-tanda itu menjadi salah satu pedoman bagi tim yustisi untuk melakukan tindakan,# kata &epala DP&D *gustin /usin Dwimawati S! %%. Tindakan tersebut salah satunya adalah untuk menertibkan pembayaran pajak reklame, sehingga pendapatan daerah bisa meningkat. Dia menyebutkan, dari tahun ke tahun pendapatan Pemkot yang diperoleh dari sektor itu meningkat. Pada tahun -222, realisasi pendapatan mencapai Rp '.088.(9:.022, tahun -22' menjadi Rp -.3'9.0('.322, tahun -22- Rp 0.932.222.222, -220 Rp 9.(;:.9:-.322, dan -22( sampai oktober 9.3;'.(08.3-3 atau sekitar :( < dari target Rp ;.222.222.222. Dari data itu terlihat, keuntungan dari bisnis reklame luar ruang ternyata juga dinikmati Pemerintah. Siapa pun tahu, dalam era otonomi daerah seperti sekarang, pendapatan daerah semestinya menjadi primadona untuk membiayai pembangunan. 6:;7