Anda di halaman 1dari 20

Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Makhluk Sosial Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan

rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya. Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.

Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus. Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri

manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu : 1. 2. 3. 4. Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia. Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni : 1. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain. 2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula. 3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis. Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. 2. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru. Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik

yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya. 3. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Kasus dan Solusi Banyak konflik yang ditimbulkan dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial sekaligus. Bagaimana untuk mencegah hal ini terjadi, dan prinsip apa yang seharusnya ditanamkan kepada individu dalam menangani masalah ini? Beberapa macam hak, Hak seseorang atas sesuatu, seperti hak milik atas sesuatu benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan dan lain-lainnya. Hak itu tidak boleh diganggu oleh orang lain. Akibatnya, orangpun merasa bahwa dialah yang berkuasa atas haknya itu dan menyadari pula bahwa ia mempunyai rasa aku. Kesadaran ini mendorongnya untuk bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh orang lain. Hidup sebagai makhluk individu semata-mata tidak mungkin tanpa juga sebagai makhluk sosial. Manusia hanya dapat dengan sebaik-baiknya dan manusia hanya akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat. Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan dan tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting artinya bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. Inilah kodrat manusia, sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Tak ada seorangpun yang dapat mengingkari hal ini, karena ternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusia dalam hubungannya dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya. Maka prinsip ini harus ditanamkan pada individu sejak mulai melakukan interaksi sosial.

Manusia, Sains, dan Teknologi Sains secara umum didefinisikan sebagai pengetahuan (knowledge) yang didapatkan dengan cara sistematis tentang struktur dan perilaku dari segala fenomena yang ada di jagad raya dan isinya, baik fenomena alam maupun sosial. Sementara itu, teknologi merupakan aplikasi dari sains sebagai respons atas tuntutan manusia akan kehidupan yang lebih baik. Sains dan Teknologi adalah institusi manusiawi; artinya Sains dan Teknologi adalah karya yang dilahirkan manusia. Maka tanpa adanya manusia kedua karya tersebut juga tidak akan ada. Namun ada beda fundamental antara kedua institusi tersebut. Perbedaannya terletak pada sumbernya. Sains sebagai body of knowledge yang kita ketahui saat ini adalah hasil abstraksi manusia dari sumber alami melalui berbagai fenomena yang diamatinya. Kemudian fenomena tersebut direpresentasikan kedalam berbagai model yang membentuk suatu paradigma. Maka kebenaran sains adalah bila dan hanya bila suatu fenomena alami dapat cocok (fit) pada model-model dari suatu paradigma yang berlaku. Teknologi diciptakan manusia sebagai instrumen dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Teknologi merupakan suatu fenomena sosial. Oleh karena itu tanpa manusia, tanpa masyarakat, teknologipun tiada. Teknik secara umum diartikan sebagai alat perlengkapan dan metode membuat sesuatu. Teknologi adalah suatu cara untuk teknik memproduksi atau memproses membuat sesuatu yang lebih mengembangkan ketrampilan manusia. Ada beberapa fase proses teknik yang dialami dalam kehidupan manusia yakni : 1. Fase teknik destruktif : memecahkan segala permasalahan dan kebutuhannya, manusia langsung mengambil dari alam, tidak ada usaha untuk mengembalikannya ke alam. 2. Fase teknik konstruktif : melakukan penciptaan sehingga menghasilkan kebudayaan baru yang sebelumnya tidak ada di alam

3. Fase modern : puncak perkembangan teknik yang telah dicapai manusia. Teknik modern ini bertitik tolak dari analisa matematis alam, sehingga manusia mampu membangun suatu peradaban baru yaitu peradaban mesin. Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap pola kemasyarakatan alienasi Alienasi (keterasingan manusia) adalah suatu kondisi psikologis seorang individu yang dinafasi oleh kesadaran semu (tentang misteri keabadian termasuk Tuhan), keberadaan, dan dirinya sendiri sebagai individu serta komunitas. Perkembangan IPTEK yang semakin pesat dan cenderung meniru budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi budaya. Orang merasa asing dengan budayanya sendiri. Kaum muda tidak lagi at home dengan kebudayaan yang telah membentuk identitas sosialnya. Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap pola kemasyarakatan heteronomi Heteronomi adalah prinsip pembiaran sesuatu selain hukum moral untuk menentukan apa yang mesti dilakukan. Ini mengganti kebebasan dengan sesuatu di luar akal praktis, semisal kesukaan. Tindakan ini sendiri nonmoral (bukan bermoral ataupun immoral) namun bisa immoral jika itu membuat orang tidak melakukan kewajibannya. Contoh heteronomi : Anak merasa bahwa yang benar adalah patuh pada peraturan dan harus menaati kekuasaan. Perkembangan IPTEK terhadap pola kemasyarakatan hegemoni Hegemoni adalah dominasi oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar atau common sense. Jika dilihat sebagai strategi, maka konsep hegemoni bukanlah strategi eksklusif milik penguasa. Sebagai contoh, adalah kekuasaan dollar Amerika terhadap ekonomi global. Kebanyakan transaksi internasional dilakukan dengan dollar Amerika. Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap pola kemasyarakatan hedonisme Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini,

bersenang-senang, pesta pora dan rekreasi merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Mereka beranggapan hidup ini hanya satu kali sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmatnikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Pandangan mereka terangkum dalam pandangan epikuris yang menyatakan Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu karena besok engkau akan mati Pengembangan IPTEK dalam pertimbangan nilai etis dan religious Manusia sebagai makhluk yang berakal budi tidak henti-hentinya mengembangkan pengetahuannya. Akibatnya teknologi berkembang sangat cepat dan tidak terbendung seperti tampak dalam teknologi persenjataan, computer informasi, kedokteran, biologi dan pangan. Kemajuan teknologi tersebut bila tidak disertai dengan nilai etika akan menghancurkan hidup manusia sendiri seperti terbukti dengan perang Irak, pemanasan global, daya tahan manusia yang semakin rendah, pemiskinan sebagian penduduk dunia, makin cepat habisnya sumber alam, rusaknya ekologi, dan ketidakadilan. Keseimbangan IPTEK dalam pembangunan dan lingkungan Pengaplikasian IPTEK harus sesuai dengan aturan yang ada dan memperhatikan segala dampak buruk yang dapat ditimbulkan bagi manusia sebagai pengaplikasinya ataupun dengan lingkungan sebagai area

pengaplikasianya. Semua harus berjalan dengan seimbang. Kemajuan IPTEK harus tetap diimbangi dengan pemeliharaan keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Dampak Negatif Atas Penyalahgunaan Iptek

Dari kenyataan yang ada, kecuali dampak positif, kemajuan sains dan teknologi juga memberikan dampak negative bagi hidup manusia. Di sini disebutkan beberapa dampak negatif yang telah muncul antara lain dalam bidang (1) informatika, (2) persenjataan, (3) biologi, (4) medis, dan (5) lingkungan hidup. Studi Kasus Dan Solusi Persentuhan masyarakat Indonesia dengan kemajuan teknologi nampaknya menciptakan hasil yang bersegi dua. Di satu pihak membawa gaya hidup yang serba menyenangkan. Tetapi di lain pihak membawa juga problem social yang

gawat yaitu mempertajam jurang pemisah antara lapisan kaya dan lapisan miskin di kalangan masyarakat, serta seringkali juga mempermudah terjadinya benacan bencana bagi kehidupan manusia itu sendiri. Penggunaan teknologi maju di sector modern di negara berkembang seperti Indonesia kadang kadang tidak dapat dihindarkan jika memang lebih efisien daripada teknologi lainnya. Namun dalam menentukan teknologi yang akan digunakan sangat diperlukan pendekatan selektif yang, menghindarkan penggunaan teknologi maju secara luas tanpa pertimbangan mengenai keuntungan atau manfaat bagi masyarakat. Perlu diketahui bahwa teknologi maju dikembangkan sesuai dengan keadaan dan lingkungan khas di negara negara maju, yang dalam hal tersebut amat berbeda dengan keadaan dan lingkungan negara berkembang, namun kurang diketahui perbedaan apa yang menyebabkan kesulutan dalam pengalihan teknologi maju di negara negara berkembang. Maka dalam menghadapi dominasi teknologi, manusia hendaknya lebih selektif dalam hal penggunaan teknologi. Teknologi dapat membantu segala macam hal kegiatan, namun dengan memperhatikan dampak negatif dari pengekploitasian teknologi yang tak terbatas, manusia harus lebih sadar.

Manusia Sebagai Mahkluk Beradab Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki badan, akal, dan ruh, serta sebagai pelaku utama kehidupan di bumi yang tinggal dalam suatu wilayah. Manusia juga berperan dalam sebuah proses peradaban. Dari cerminan tersebut peradaban dapat diartikan sebagai wujud dari kebudayaan sebagai hasil kreativitas manusia yang senantiasa mempengaruhi serta menjadi pedoman bagi hidupnya. Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat, peradaban ialah bagian-bagian

kebudayaan yang halus dan indah seperti kesenian. Manusia yang beradab merupakan manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta, rasa, dan karsa. Manusia sebagai mahkluk yang beradab juga dapat diartikan pribadi manusia itu memiliki potensi untuk berlaku sopan, berahklak, dan berbudi pekerti yang luhur, termasuk pula dalam gagasangagasannya. Wujud peradaban sangat terkait dengan nilai, moral, norma, etika, dan estetika. Peradaban juga merupakan pengembangan budaya, atribut manusia secara jelas dan merupakan pencapaian masyarakat tertentu. Dengan perkembangannya dari peradaban tradisional, industri, dan modern. Peradaban merupakan suatu kemajuan suku bangsa yang diukur dengan nilai-nilai kesopanan dan kecerdasan. Sedangkan Kebudayaaan yaitu seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Studi Kasus Dan Solusi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sendiri dapat membawa dampak positif maupun dampak negatif. Hal inilah yang menjadi problematika dengan semakin menjamurnya di era globalisasi ini. Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami dilematis karena globalisasi, dimana masyarakat Indonesia (secara langsung maupun tidak langsung) dituntut untuk terbuka terhadap globalisasi, namun di sisi lain masyarakat Indonesia mengalami ketakutan dengan dampak negatif dari globalisasi yang dapat merusak nilai-nilai (sosialbudaya) yang telah ada. Tetapi, jika masyarakat Indonesia ingin maju maka mengisolasi diri dari globalisasi dianggap sebagai kesalahan karena menolak

peluang dan kesempatan untuk maju. Jika masyarakat Indonesia memutuskan untuk maju dan dengan sadar menerima globalisasi, maka untuk menghindari dampak negatif dari globalisasi salah satunya solusi alternatif adalah dengan penguatan nilai-nilai kebudayaan dan keagamaan.

Manusia, Keragaman, dan Kesetaraan Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) artinya : 1. tingkah laku 2. macam jenis. 3. lagu musik : langgam 4. warna :corak : ragi 5. laras (tata bahasa) Keragaman manusia sudah menjadi fakta social dan fakta sejarah kehidupan. Sehingga pernah muncul penindasan, perendahan, penghancuran dan

penghapusan rasa atau etnis tertentu. Dalam sejarah kehidupan manusia pernah tumbuh ideology atau pemahaman bahwa orang berkulit hitam adalah berbeda, mereka lebih rendah dan dari yang berkulit putih. Contohnya di Indonesia, etnis Tionghoa memperoleh perlakuan diskriminatif, baik secara social dan politik dari suku-suku lain di Indonesia. Dan ternyata semua yang telah terjadi adalah kekeliruan, karena perlakuan merendahkan martabat orang atau bangsa lain adalah tindakan tidak masuk akal dan menyesatkan, sementara semua orang dan semua bangsa adalah sama dan sederajat. Sehingga keragaman yang dimaksud disini adalah suatu kondisi masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan serta situasi ekonomi. Konsep keragaman mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu, keragaman menunjukan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen bahkan tidak bisa disamakan. Keragaman Indonesia terlihat dengan jelas pada aspek-aspek geografis, etnis, sosiokultural dan agama serta kepercayaan. Ada banyak cara mengelola keragaman antara lain dapat dilakukan dengan: Untuk mendekonstruksi stereotip dan prasangka terhadap identitas lain Untuk mengenal dan berteman dengan sebanyak mungkin orang dengan identitas yang berbeda bukan sebatas kenal nama dan wajah, tetapi mengenali latar belakang, karakter, ekspektasi, dll, makan bersama, saling berkunjung, dll

Untuk mengembangkan ikatan-ikatan (pertemanan, bisnis, organisasi, asosiasi, dll) yang bersifat inklusif dan lintas identitas, bukan yang bersifat eksklusif

Untuk mempelajari ritual dan falsafah identitas lain Makna Kesederajatan Kesederajatan berasal dari kata derajat. Dalam kamus besar bahasa indonesia derajat

berarti tingkatan, martabat, pangkat, gelar yang diberikan oleh perguruan tinggikepada mahasiswa yang telah lulus ujian. Sederajat berarti sama tingkatannya(pangkatnya, kedudukannya) dan kesederajatan berarti perihal kesamaan tingkatan. Dengan demikian konteks kesederajatan disini adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada pada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan Hierarki. termasuk perlakuan yang sama dalam bidang apapun tanpa membedakan jenis kelamin, keturunan, kekayaan, suku bangsa, daan lainnya. Dalam pandangan Islam, kedudukan manusia itu sama dalam segala hal, dan yang paling mulia kedudukannya dimata Tuhan, adalah didasarkan pada ketaqwaannya dan keimananya. Konsep kesetaraan adalah konsep yang dipakai dalam sistem komunisme atau sentralistik dan tentu saja konsep ini bertentangan dengan konsep keragaman. Kesetaraan lebih mengacu pada bagaimana perbedaan yang ada harus hidup serasi dan selaras, tanpa harus meninggalkan identitas perbedaan yang ada pada masingmasing individu tersebut. Indikator kesedarajatan adalah sebagai berikut : a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak. c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota masyarakat. Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan

masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Secara etimologis multikulturalisme berasal dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran). Di Dalam kata ini terkandung pengakuan akan martabat manusia dengan kebudayaannya masing-masing yang unik dan menarik. Multikulturalisme adalah sebuah ideologi dan sebuah alat untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya, maka konsep kebudayaan harus di lihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Pengertian multikulturalisme menurut beberapa ahli :

Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.

Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007).

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).

Kasus dan Solusi Persoalan yang marak terjadi mengenai kesetaraan dan keragaman di dunia yaitu pengelompokan masyarakat berdasarkan suku bangsa, agama, ras, dan antar-golongan. Banyak contoh kasus akibat dari keragama ini, seperti perang antar suku di Papua hingga perang di Palestina karena perbedaan agama. Hal ini telah diprediksi oleh Samuel P. Hutington. Solusi yang ditawarkan dan dianalisa dapat membantu menyelesaikan konflik ini yaitu :

1. merekomendasikan

pihak

Barat

untuk

menyatukan

dunia

peradabannya, dan mempergunakan seluruh perangkatnya, dari alat perang, hingga ekonomi, politik, budaya, nilai hingga lembagalembaga internasional, serta memfokuskan diri pada perseteruan melawan peradaban Islam dan Cina
2. Barat harus menjaga kekuatan ekonomi dan kekuatan militernya

yang diperlukan untuk menjaga kepentingannya yang berhubungan dengan peradaban-peradaban yang sedang berkembang Sedangkan menurut Parsudi Suparlan konflik di Indonesia dapat diselesaikan dengan kebijakan untuk secara nasional dan sosial meredam atau menyimpan jati diri rasial atau suku bangsa, dan sebaliknya menonjolkan ide keanekaragaman kebudayaan atau masyarakat multikulturalisme, dapat dilihat sebagai kebijakan yang bertujuan untuk meredam potensi-potensi pengembangan, dan kemajuan melalui ide keanekargaman kebudayaan yang memang sejalan dan mendukung berlakunya prinsip demokrasi dalam kehidupan masyarakat.

Manusia Dan Peradaban Hakikat peradaban manusia bisa kita mulai dengan definisi peradaban itu sendiri. Dari pengertian peradaban itu sendiri, para ilmuwan memiliki banyak konsep atau pengertian mengenai adab dan peradaban. Menurut damono, kata adab berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti.1 Sesunguhnya adab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti berhubungan erat dengan konsep-konsep yang berwujud nilai moral (nilainilai dalam masyarakat hubungannya dengan kesusilaan), norma (aturan, ukuran, atau pedoman yang di pergunakan dalam menentukan sesuatu benaratau salah, baik atau buruk), etika (nialai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan apa yang buruk yang menjadi pegangan dalam mengatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket, sopan santun), dan estetika (berhubungan dengan segala sesuatu yang tercangkup dalam keindahan, mencangkup kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contras). Sedangkan peradaban, menurut fairchild, perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang diproleh manusia pendukungnya. Menurut pendapat Bierens De Hann, peradaban adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan teknik. Sementara itu, Prof. Dr. Koetjaraningrat, menyatakan bahawa peradaban ialah bagian-bagian kebudayaaan yang halus dan indah seperti keseniaan.2 Dengan demikian, peradaban tidaklain adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang dicirikan oleh taraf intelektual, keindahan, teknologi dan sepiritual tertentu yang diperoleh manusia

pendukungnya.

Contoh kasus : bangsa-bangsa Barat pada jaman dulu beranggapan bahwa banyak masyarakat lain di berbagai benua tidak beradab. Bangsa-bangsa aborijin atau negroit, misalnya, dianggap tidak beradab karna taraf intelektual, keindahan,

1 2

Salamah, umi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Intimedia, malang: 2011, hal. 103. Salamah, umi, dkk, op.cit., hal. 104.

teknologi dan sepiritual tertentu yang tidak diperoleh manusia pendukungnya menurut bangsa-bangsa Barat dan karena tingkah laku mereka tidak bisa diterima oleh orang banyak menurut ukuran Barat, karena mereka dianggap tidak memiliki kesopanan dan kehalusan budi menurut norma yang ditetapkan peradaban Barat.

Solusi : Situasi semacam itu pada dasarnya merupakan pemaksaan norma suatu bangsa terhadap bangsa lain. Sekarang tentu saja keadaan itu berangsur-angsur berubah, meskipun dimana-mana masih saja pemaksaan norma semacam itu. Mungkin, beradab atau tidaknya suatu masyarakat hanya bisa ditentukan oleh masyarakat itu sendiri. Namun, tentu harus ada norma jika kita tetap ingin membicarakan beradap tidaknya suatu masyarakat. Indonesia yang terdiri atas begitu banyak masyarakat tentu memiliki sejumlah norma-norma yang berbeda satu sama lain.

Manusia, Moralitas Dan Hukum Nilai moral dan Nilai hukum, nilai dianggap penting dalam kehidupan manusia, hal ini disebabkan seseorang di dalam hidupnya tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai. Oleh karena itu, nilai-nilai ini implementasinya sangat luas, dapat ditemukan pada berbagai perilaku yang terpilih dalam berbagai kehidupan yang luas di alam semesta ini. Jadi, pemahaman akan konsep nilai dianggap penting dalam upaya untuk mengerti dan memahami pentingnya nilai bagi kehidupan manusia. Nilai erat hubunganya dengan manusia, baik dlam bidang etika yang mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari maupun bidang estetika yang berhubungan dengan persoalan keindahan, bahkan nilai masuk etika manusia memahami agama dan keyakinan beragama. Oleh karena itu nilai berhubungan dengan sikap seseorang sebagai warga masyarakat, warga suatu bangsa, sebagai pemeluk suatu agama dan nilai warga dunia. Nilai, moral dan hukum mempunyai keterkaitan yang sangat erat sekali. Nilai yang dianggap penting oleh manusia itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan. Setiap individu harus memahami nilai dan kebernilaian dirinya, sehingga akan menempatkan diri secara bijak dalam pergaulan hidup serta akan mengakui dan bijak terhadap keberadaan nilai dan kebernilaian orang lain. Pemahaman akan nilai dan kebernilaian diri akan membawa implikasi pada permasalahan moralitas. Moralitas diidentikan dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk (etika), yang mana cara mengukurnya adalah melalui nilai-nilai yang terkandung dalam perbuatan tersebut. Sedangkan perbuatan-perbuatan manusia agar tidak merugikan orang lain atau masyarakat dan dapat menciptakan ketertiban serta dapat menjaga keutuhan masyarakat, maka dibuatlah hukum yang mengatur tentang hubungan sosial masyarakat.

Contoh Kasus : Dalam perkembangan zaman ini yang dikatakan era globalisasi atau era tanpa batasan manusia di tuntut akan lebih berkembang baik teknologi, ilmu pengetahuan, dan bahkan akan lebih berkembangnya kebudayaan dan juga akan lebih berkembang juga permasalahan-permasalahan sosial ini, yang banyak

diwarnai dengan masalah pertumbuhan penduduk yang demikian cepat, revolusi industri, perkembangan tekhnologi, serta modernisasi secara tidak langsung telah menimbulkan suatu tatanan baru atau gambaran sosial yang baru di dalam masyarakat saat ini.

Solusi : Permasalahan-permasalahan sosial selalu ada dalam suatu masyarakat ataupun negara. Bahkan sejak jaman dahulu sampai jaman sekarang permasalahan-permasalahan sosial itu akan tetap selalu ada di dalam masyarakat dan negara. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sosial tersebut dibutuhkanlah yang dinamakan dengan moralitas dan hukum, baik moralitas dan hukum dalam artian masing-masing maupun moralitas dan hukum sebagai satu kesatuan.

Manusia Dan Lingkungan Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkunganya, manusia sebagai pelaku sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupannya sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tapi perlu memelihara lingkungan agar tingkat kemanfaatanya bisa dipertahankan bahkan di tingkatkan. Bagaimana manusia menyikapi dan mengelola

lingkungannya pada akhirnya akan mewujudkan pola-pola peradaban kebudayaan. Ekologi manusia merujuk pada suatu ilmu (oikos = rumah/tempat tinggal; logos = ilmu) dan memplajari interaksi lingkungan dengan manusia sebagai perluasan dari konsep ekologi pada umumnya.3 Alam merupakan guru terbaik, ia menstimulasi kapasitas untuk menangani lingkungan tak terduga dan kejadian yang tidak diperkirakan dengan maksud dan kemurahan hati dari roh, memercikkan momen transenden dan menginspirasikan tindakan yang kreatif. Hukum alam membangkitkan pola hidup yang kaya dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, kemurnian, kebenaran, kemurahan hati, dan cinta kasih.4 Setiap makhluk hidup ingin agar tempat hidupnya memberikan rasa nyaman, aman dan menyenangkan untuk kelangsungan hidup individu dan makhluk sejenisnya. Suatu ekosistem mempunyai stabilitas lingkungan tertentu. Semakin besar keanekaragaman ekosistem, makin besar pula stabilitasnya.

Contoh kasus : Kesadaran manusia akan tanggungjawab terhadap lingkungan semakin berkurang dengan berkembangnya teknologi, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya, manusia kesadaran lingkungan semakin kritis di mana pencemaran, dan peruskan lingkungan merupakan hal yang sulit untuk di hindari mulai dari hal ter kecil hingga yang terbesar kesadaran akan lingkungan sangat kecil.

Solusi : Perlu mewujudkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan hidup sejak dini dengan di wujudkan berbagai aktivitas lingkungan maupun aktivitas kontrol lainya adalah hal yang sangat di perlukan untuk mendukung apa yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan penyelamatan lingkungan. Kesadaran terhadap lingkungan tidakhanya bagaimana menciptakan sesuatu yang indah atau bersih saja akan tetapi ini sudah masuk pada kewajiban manusia untuk menghormati hak-hak orang lain. Hak orang lain tersebut adalah untuk menikmati dan merasakan keseimbangan alam secara murni.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. 1991. Ilmu Sosial Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Hanne Strong, Ecological and Spiritual Revolusion, dalam Our Planet Vol.7 No.3.1995, hal 25 Munadar,M Soelaeman, 2010, Ilmu Budaya Dasar, PT Refika Aditama, Bandung Nurochim, dkk, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, kencana, jakarta: 2012, hal. 178. Salamah, umi, Dkk., 2011, Ilmu sosial & Budaya Dasar, Intimedia, Malang Nurochim, dkk, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, kencana, jakarta: 2012, hal. 178. Parsudi Suparlan, Multikulturalisme, Semilokakarya Dosen ISBD, Dirjen Dikti, Yogyakarta, 2001. Parsudi Suparlan, Kemajemukan Amerika : Dari Monokulturalisme ke Multikulturalisme. Jurnal Studi Amerika, Vol. 5, Agustus- Desember 1999, Hal. 191-205.

Anda mungkin juga menyukai