Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DENGAN TYPOID A.

Definisi Thypoid abdominalis merupakan infeksi akut yang terjadi pada usus halus yang disebabkanoleh salmonella thypii. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii. Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun ( 70% 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999). B. Etilogi Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman salmonella thyposa, ebethella thyposa yang merupakan kuman negatif, motif dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup pada suhu tubuh manusia maupun lebih rendah sedikit, serta mati pada suhu 70C maupun oleh antiseptik. Kuman ini hanya menyerang manusia. Salmonella thyposa mempunyai 3 macam antigen : 1. Antigen O (Onhe Hauch) : somatic antigen (tidak menyebar) 2. Antigen H (hauch) : menyebar, terdapat pada flagella dan bersifat termolabil 3. Antigen VI (kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis. Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan antibodi yang lazim disebut dengan aglutinin. Ada 3 spesies utama yaitu : 1. Salmonella thyposa (satu serotipe) 2. Salmonella cholerasius (satu serotipe) 3. Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe)

C. Gejala Klinis Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :

1. Perasaan tidak enak badan, panas dingin 2. Lesu, tidak nafsu makan, mual 3. Nyeri kepala 4. Diare atau sebaliknya 5. Anoreksia, kehilangan berat badan 6. Batuk, nyeri otot 7. Nyeri perut, perut kaku dan bengkak 8. Menyusul gejala klinis yang lain

1. Demam Demam berlangsung 3 minggu a. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari b. Minggu II : Demam terus mengigau c. Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur angsur

2. Gangguan pada saluran pencernaan a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor b. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan c. Terdapat konstipasi, diare

3. Gangguan kesadaran a. Kesadaran yaitu apatis somnolen b. Gejala lain ROSEOLA (bintik-bintik kemerahan pada kulit karena emboli hasil dalam kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).

D. Pathofisiologi Kuman salmonella masuk bersama makanan atau minuman, setelah berada dalam usus halus akan mengadakan invasi ke jaringan limfoid pada usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis,

kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Pada akhir masa inkubasi 5 - 9 hari kuman kembali masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu ke rongga usus halus dan menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam masa bakteremia ini kuman yang mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula di duga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala gejala dari demam tifoid. Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhosa dan endotoksinnya yang merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya beredar mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang akhirnya menimbulkan gejala demam. (Penyakit infeksi Tropik Pada Anak, 1993). E. komplikasi Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam : 1. komplikasi intestinal pendarahan usus perforasi usus ileus paralitik 2. komplikasi ekstra intestinal komplikasi krdiovaskuler kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis trombosis dan tromboflebitis komplikasi darah anemia hemolitik, trombositopenia dan atau disseminated intravaskuer

coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik

F. Penatalaksanaan 1. Perawatan Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk di isolasi, observasi serta pengobatan. Penderita harus istirahat 5 - 7 hari bebas panas, tetapi tidak harus tirah baring sempurna seperti pada perawatan demam tifoid dimasa lampau. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi penderita.

Penderita dengan kesadaran menurun posisi tubuhnya perlu diubah - ubah untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.

2. Diet Diet demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan penderita thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet demam thypoid adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita demam thypoid dan mencegah kekambuhan. Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain: a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein. b. Tidak mengandung banyak serat. c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. d. Makanan lunak diberikan selama istirahat. Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna. Pemberian bubur saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Syarat-syarat diet sisa rendah adalah: a. Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas b. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total c. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total e. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan f. Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat) sesuai

dengan toleransi perorangan. g. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam dan berbumbu tajam. h. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan dingin

i. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil j. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan parenteral.

Makanan yang dianjurkan antara lain : a. Sumber karbohidrat : beras dibubur/tim, roti bakar, kentang rebus, krakers, tepung-tepungan dibubur atau dibuat puding b. Sumber protein hewani: daging empuk, hati, ayam, ikan direbus, ditumis, dikukus,diungkep, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok air, didadar, dicampur dalam makanan dan minuman; susu maksimal 2 gelas per hari c. Sumber protein nabati : tahu, tempe ditim, direbus, ditumis; pindakas; susu kedelai d. Sayuran : sayuran berserat rendah dan sedang seperti kacang panjang, buncis muda, bayam, labu siam, tomat masak, wortel direbus, dikukus, ditumis e. Buah-buahan : semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa kulit dan biji) dan tidak banyak menimbulkan gas seperti pepaya , pisang, jeruk, alpukat f. Lemak nabati : margarin, mentega, dan minyak dalam jumlah terbatas untuk menumis, mengoles dan setup g. Minuman : teh encer, sirup h. Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah terbatas

Diet dengan semua nutrisi penting 1. Energi Dianjurkan untuk meningkatkan asupan energi dengan 10-20% karena kenaikan suhu tubuh. Awalnya, selama tahap akut, pasien mungkin dapat hanya mengkonsumsi 600-1200kcal/day, tetapi asupan energi harus berangsur-angsur meningkat dengan pemulihan dan toleransi ditingkatkan.

2. Protein Kebutuhan protein lebih terkait dengan keparahan dan durasi infeksi daripada ketinggian demam. Karena ada kerusakan jaringan yang berlebihan, asupan protein harus ditingkatkan untuk 1,5 sampai 2gm protein / kg / berat badan / hari. Untuk meminimalkan kehilangan jaringan, makanan protein nilai biologis tinggi seperti susu dan telur harus digunakan secara bebas karena mereka yang paling mudah dicerna dan diserap. Untuk mencapai hal ini, makan secara teratur harus ditambah dengan minuman protein tinggi. 3. Karbohidrat Asupan karbohidrat liberal disarankan untuk mengisi toko glikogen habis tubuh. Mudah dicerna, karbohidrat juga dimasak seperti pati sederhana, glukosa, madu, gula tebu dll harus dimasukkan karena mereka memerlukan pencernaan lebih sedikit dan berasimilasi dengan baik. 4. Diet Serat Sebagai gejala tipus termasuk diare dan lesi di saluran usus, segala bentuk iritasi harus dihilangkan dari diet. Semua serat, kasar menjengkelkan harus, karena itu akan dihindari dalam diet, karena merupakan iritan mekanik. 5. Lemak Karena adanya diare, emulsi lemak bentuk seperti krim, mentega, susu, kuning telur, harus dimasukkan dalam diet, karena mereka mudah dicerna. Makanan yang digoreng yang sulit untuk dicerna harus dihindari. 6. Mineral Karena hilangnya elektrolit yang berlebihan seperti sup natrium, kalium dan klorida asin, kaldu, jus buah, susu harus dimasukkan untuk mengkompensasi hilangnya elektrolit. Suplemen zat besi harus diberikan untuk mencegah anemia. 7. Vitamin Karena infeksi dan demam resultants, ada kebutuhan untuk meningkatkan asupan Vitamin A dan C. 8. Cairan

Dalam rangka untuk mengkompensasi kerugian melalui kulit dan keringat dan juga untuk memastikan volume yang memadai urin untuk mengeluarkan limbah, asupan cairan liberal sangat penting dalam bentuk minuman, sup, jus, air biasa dll. Jadi energi yang tinggi, protein tinggi, diet cairan penuh dianjurkan di awal dan segera setelah demam turun, serat, hambar rendah, diet lunak harus diberikan kepada pasien.

3. Obat Obat - obat antimikrobia yang sering digunakan : a. Kloramfenikol b. Tiamfenikol c. Cotrimoxazole d. Ampicilin dan amoxilin e. Obat - obat simtomatik f. Antipiretika

BAB III ASKEP PADA TNA DENGAN THYPOID

A. Pengkajian 1. Identitas Pasien Nama Umur : Tn. A : 26 thn

Jenis Kelamin : laki-laki Nama istri Pekerjaan Pendidikan Alamat Dx medis BB TB : Ny Z : peg. Puskesmas : S1 : kuranji : tifus abdominalis : 55 kg : 168 cm

B. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN a. Keluhan Utama Klien mengalami demam tinggi sejak 3 hr yll, klien mengatakan demam tinggi hilang timbul terutama sore dan malam hari b. Riwayat Kesehatan Sekarang Saat ini klien mengeluh lidahnya sakit, batuk ( sputum + ), perut terasa kurang nyaman, klien kesulitan makan karena lidahnya terasa sakit, klien mengeluh mual dan muntah c. Riwayat kesehatan keluarga tidak ada keluarga menderita penyakit yg serupa, higiene keluarga baik d. Riwayat kesehatan dahulu Klien mengatakan pernah demam 1 bulan yang lalu selama seminggu, klien mengatakan belum pernah dirawat di RS, kllen mengatakan tidak mempunyai alergi

C. Pola Kebiasaan Pasien Sehari-Hari 1. Pola Nutrisi Sebelum sakit : Makan 3 x sehari, dengan nasi, lauk dan sayur, makanan yang

tidak disukai yaitu kubis dan yang paling disukai yaitu mie ayam. Pasien makan dengan piring dan sendok biasa, tanpa memperhatikan warna dan bahannya. Minum 7 - 8 gelas sehari. Selama sakit : Makan 3x sehari, dengan diet bubur halus, hanya habis porsi,

karena lidahnya terasa pahit dan sakit . Pasien makan dari tempat yang disediakan oleh rumah sakit. Minum 6-7 gelas sehari. 2. Pola Eleminasi Sebelum kuning. sakit : BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak, warna

BAK 3-4 x sehari , warna kuning jernih. : selama 2 hari pasien belum BAB. BAK 3-4 x sehari, warna

Selama sakit kuning jernih 3. Pola Istirahat Tidur Sebelum sakit

: pasien tidur dengan teratur setiap hari pada pukul 20.00 WIB

sampai jam 05.00 WIB. Kadang-kadang terbangun untuk BAK. Pasien juga terbiasa tidur siang dengan waktu sekitar 2 jam. Selama sakit 4. Pola Aktivitas Sebelum sakit : pasien selalu mengerjakan pekerjaan rumah sendiri tanpa dibantu, : pasien susah tidur karena suasana yang ramai.

dan klien rajin bers beres rumah. Selama sakit perawat D. Pengkajian Psiko - Sosio Spiritual 1. Pandangan pasien dengan kondisi sakitnya. Pasien menyadari kalau dia berada dirumah sakit dan dia mengetahui bahwa dia sakit dan perlu perawatan, klien menyadari kalau dia tidak boleh atau tidak bisa beraktivitas terlalu banyak 2. Hubungan pasien dengan tetangga, keluarga, dan pasien lain. : pasien hanya terbaring di tempat tidur. Aktivitas klien di bantu

Hubungan pasien dengan tetangga dan keluarga sangat baik, banyak tetangga dan sanak saudara yang menjenguknya di rumah sakit. dan hubungan dengan pasien lain juga baik. Pasien ketakutan. 3. Apakah pasien terganggu dalam beribadah akibat kondisi sakitnya. Pasien beragama Islam, dalam menjalankan ibadahnya pasien dibantu oleh keluarganya. istri pasien selalu mengajakya berdoa untuk kesembuhannya.

E. Pemeriksaan Fisik 1. 2. 3. Keadaan Umum Kesadaran : pasien tampak lemah.

: composmentis.

Kepala : normochepalic, rambut hitam, pendek dan lurus dengan penyebaran yang merata.. Tidak ada lesi

4. 5. 6.

Mata : letak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Hidung : pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada polip, bersih. Mulut Mulut : kurang bersih

mukosa bibir kering. gigi: kotor dan terdapat caries, lidah 7. 8. 9. : kotor

Telinga : pendengaran baik, tidak ada serumen. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid. Dada : simetris, pernapasan vesikuler.

10. Abdomen : nyeri tekan pada epigastrium. 11. Ekstremitas : atas : tangan kanan terpasang infus dan aktifitasnya dibantu oleh keluarga. bawah : tidak ada lesi 12. Anus : tidak ada haemorroid. 13. Tanda - tanda Vital : Tekanan Darah: 120/80 mmHg Nadi Suhu : 120 x/menit : 39 C

Respirasi

: 32 x/menit

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Hasil Laboratorium a. b. c. d. e. f. g. h. i. Hb Ht Entrosit VER KHER Leukosit LED 1 jam 2 jam: 80 /1jam : 11,6 d/dl : 34,7% (14 18 d/dl) (34 48%) (78 90 fl) (30 37 g/dl) (4,6 11.103/uI) (P = 7 15 /jam

: 4,11 juta/uI (3,7 5,9.106juta/uI) : 84,5 fl : 33,6 g/dl : 7000 /uI

: 40 /1 jam

(L = 3 -11 /jam)

Trombosit : 232.000 /uI (150 400.103 /uI)

Hitung jenis Eosinofil :Segmen: 91% Monosit: -

N. Batang : Bakteriologi Serogi Widal St St St Spt Urine Phisis Kimia Protein Glukosa Sedimen Lekosit = warna: kuning O 1/80 H 1/80 AH BH 1/320

= PH : agak keruh :- (negatif) : - (negatif) = epitel : + : + (6 8)

Eritrosit Kristal Silinder

: + (1 -2) : - (negatif) : - (negatif)

Analisa data No 1. DS : Klien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu DO : 2. DS : klien sakit DO : 3. DS perut terasa kurang nyaman : Gangguan nutrisi tidak mampu menelan atau mencerna mengeluh lidahnya suhu : 39C mukosa bibir kering pasien lemah Nyeri akut Data Masalah Hipertermi Etiologi Dehidrasi

- Klien mengeluh lidahnya sakit saat kurang dari kebutuhan makan - klien mengeluh mual dan muntah

DO

: 4. Terlihat sisa nasi dalam mangkok 5. Klien tidak bisa

menghabiskan makanannya 6. BB 55 kg cm 7. Klien menghabiskan TB 168

porsi makannya hanya porsi

Diagnosa keperawatan

N o 1

Diagnosa keperawatan Hipertemie berhubungan dengan dehidrasi

NOC

NIC

Suhu tubuh pasien dalam batas normal a. Regulasi suhu b. Monitor temperature tiap 2 jam c. Monitor tekanan darah,nadi dan respirasi d. Monitor temperature e. Pantau asupan nutrisi dan cairan yang adekuat f. Treatment demam g. Kompres dengan air hangat h. Banyak minum air putih i. Monitor temperature j. Manajemen lingkungan k. Ciptakan lingkungan yang warna kulit dan

nyaman bagi pasien l. Sediakan tempat tidur yang

nyman bagi pasien m. Atur pencahayaan untuk efek terapi n. Batasi pengunjung o. Manajemen cairan p. Timbang BB setiap hari q. Hitung haluaran r. Pertahankan intake yang adekuat s. Monitor status nutrisi

G. Nyeri akut

Melaporkan

nyeri

secara -. Manajemen nyeri a. Lakukan penilaian nyeri

verbal dan non verbal Posisi nyeri Perubahan makan dalam nafsu untuk mengurangi

secara komprehensif mulai dari lokasi, karateristik,

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan penyebab b. Kaji ketidak nyamanan

secara non verbal terutama untuk pasien yang tidak bisa mengkomunikasikannya secara efektif c. Pastikan mendapatkan dengan analgetik d. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pasien e. Anjurkan untuk istirahat pada pasien perawatan

atau tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri f. Pemberian analgetik Kolaborasi pemberian analgetik dengan tim medis lainnya H. Gangguan nutrisi kurang kebutuhan berhubungan dengan tidak dari Berat badan klien normal Konjungtiva dan mukosa Manajemen nutrisi

a. Kaji apakah klien punya alergi makanan b. Kaji klien c. Berikan makanan yang makanan kesukaan

dalam batas normal Tidak ada inflamasi pada rongga mulut Mampu mengunyah makanan

mampu menelan atau mencerna

lunak dan lembut

d. Monitor intake nutrisi dan kalori e. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi tentang kebutuhan nutrisinya f. Sesuaikan diet pasien

dengan tipe badan dan gaya hidupnya Manajemen cairan a. Timbang BB setiap hari b. Hitung haluaran c. Pertahankan intake yang adekuat d. Monitor status nutrisi Monitor cairan

a. Monitor BB b. Monitor warna dan

kuantitas urine c. Monitor tanda ascites d. Beri cairan e. Batasi intakecairan f. Pertahankan aliran IV

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. Endokrinologi Dasar dan Klinik Edisi 4. Jakarta : EGC Andin Sefrina dan Suhendri C. P; Mengenal, Mencegah, Menangani berbagai penyakit berbahaya bayi & balita; Penerbit ; Dunia Sehat 3. 4. 5. NANDA 2012 NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION (NOC) NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION (NIC)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TNA DENGANTYPOID DI RUMAH SAKITI

OLEH DWI RESTI REFDITA

UNIVERSITAS UNAND JURUSAN KEPERAWATAN 2014

Anda mungkin juga menyukai