Anda di halaman 1dari 59

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI TINGKAT I DI STIKes MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI KABUPATEN

PIDIE

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKes UBudiyah Banda Aceh

Oleh :

SABARINA NIM : 121010210031

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN UBUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI TINGKAT I DI STIKes MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI KABUPATEN PIDIE Sabarina, Muhammad Xiii + 47 Halaman + 8 Tabel + 2 Gambar + 10 Lampiran Latar Belakang: Wawancara dari 10 mahasiswi yang menstruasi 8 mahasiswi mengeluh lemas, tidak konsentrasi belajar dan merasakan ngantuk saat belajar. Sedangkan 10 mahasiswi yang tidak sedang menstruasi 6 mahasiswi mengeluh hal yang sama. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Mahasiswi Tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013. Metode Penelitian: Bersifat Analitik dengan pendekatan Crossectional. Populasi seluruh mahasiswi tingkat Ia, Ib, Ic di STIKes Medika Nurul Islam Sigli sebanyak 101 orang. Sampel berjumlah 51 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Proporsional Random Sampling. Penelitian dilakukan tanggal 11 sampai 17 Juni 2013. Hasil Penelitian: Dari 51 responden kategori kadar hemoglobin mayoritas memiliki kadar hemoglobin anemia sebanyak 27 orang (52,9%), kategori menstruasi dari 51 responden mayoritas memiliki menstruasi normal sebanyak 26 orang (51%), kategori pola makan dari 51 responden mayoritas memiliki pola makan yang tidak teratur sebanyak 28 orang (54,9%), kategori riwayat penyakit dari 51 responden mayoritas pernah memiliki riwayat penyakit sebanyak 34 orang (66,7%). Kesimpulan dan Saran: Ada hubungan menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswi dengan nilai p<0,05 (0,003). Tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswi dengan nilai p>0,05 (0,131). Ada hubungan riwayat penyakit dengan kejadian anemia pada mahasiswi dengan nilai p<0,05 (0,007). Diharapkan bagi mahasiswi untuk lebih memahami penyebab terjadinya anemia dan mengetahui cara mencegah terjadinya anemia. Kata Kunci Sumber : Menstruasi, Pola Makan, Riwayat Penyakit, Anemia : 18 buah buku ( 2001 - 2012 ) dan 8 bahan internet (2004 2013)

1. Mahasiswi Prodi D-IV Kebidanan STIKes UBudiyah 2. Dosen Pembimbing Prodi D-IV Kebidanan STIKes UBudiyah

ABSTRACT FACTORS WHICH DEAL WITH OCCURRENCE ANAEMIA AT COED MOUNT I IN STIKES MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI REGENCY PIDIE Sabarina , Muhammad2

Xiii + 47 Page; Yard + 8 Tables + 2 Picture + 10 Enclosure Background : Interview from 10 coed menstruating 8 coed complain to weaken the, concentration do not learn and feel sleepy moment learn. While 10 coed which do not is menstruating 6 coed complain the same thing. Research target : To know the Factors Which Deal With Anemia Occurrence At Coed Mount I In STIKES Medika Nurul of Islam of Sigli of Regency of Pidie Year 2013 Research Method : Have the character of Analytic with the approach Cross Sectional. Population entire/all coed mount He, Ib, Ic in STIKES Medika Nurul of Islam Sigli as much 101 people. Sampel amount to 51 people. Technics intake sampel use the method of Proporsional Random Sampling. Research done/conducted on the date of 11 until 17 June 2013. Research Result : From 51 responder categorize the rate of majority haemoglobin own the rate of anaemia haemoglobin as much 27 people (52,9%), category menstruate from 51 majority responder own to menstruate normal as much 26 people (51%), pattern category eat from 51 majority responder own the pattern eat not regular as much 28 people (54,9%), category of disease history from 51 majority responder have owned the disease history as much 34 people (66,7%). conclusion And Suggestion : There is relation menstruate with the anemia occurrence coed with the value p<0,05 (0,003). There no pattern relation eat with the anemia occurrence at coed with the value p>0,05 (0,131). There is relation of disease history with the anemia occurrence at coed with the value p<0,05 (0,007). Expected by for coed to more to comprehending cause the happening of anemia and know the way of preventing the happening of Keyword : Menstruate The, Pattern Eat The, Disease History, Anemia Source : 18 book fruit ( 2001 - 2012 ) and 8 substance internet ( 2004 2013)
1. Coed of Prodi D-Iv of Midwifery of STIKES U'Budiyah 2. Dosen of Counsellor of Prodi D-Iv of Midwifery of STIKES U'Budiyah

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Diploma IV Kebidanan STIKes UBudiyah Banda Aceh

Banda Aceh, Agustus 2013 Pembimbing

(dr. MUHAMMAD, MPH)

MENGETAHUI KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN STIKes UBUDIYAH BANDA ACEH

( CUT ROSMAWAR, SST )

LEMBARAN PENGESAHAN

JUDUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI TINGKAT 1 DI STIKes MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013

NAMA MAHASISWA : SABARINA NIM : 121010210031

MENYETUJUI PEMBIMBING

(dr. MUHAMMAD, MPH)

PENGUJI I

PENGUJI II

(FITHRIANY, S.SiT, M.Kes)

(AGUSSALIM, SKM, M.Kes)

MENYETUJUI KETUA STIKes UBUDIYAH

MENGETAHUI KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN

(MARNIATI, M. Kes)

(CUT ROSMAWAR, SST)

Tanggal Lulus : 25 September 2013

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie. Peneliti menyadari dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu yang peneliti miliki, akan tetapi berkat bimbingan, arahan dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak maka Skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu izinkanlah peneliti untuk mengucapkan ribuan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dedy Zefrizal, ST selaku Ketua Yayasan Pendidikan UBudiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, SE, M. Kes selaku Ketua STIKes UBudiyah Banda Aceh. 3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST selaku Ketua Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes UBudiyah Banda Aceh. 4. Ibu Cut Rosmawar, SST selaku Ketua Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKes UBudiyah Banda Aceh. 5. Bapak Agussalim, SKM, M. Kes selaku Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes UBudiyah Banda Aceh 6. Bapak Dr. Muhammad, MPH selaku pembimbing dalam penyusunan Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan.

7. Bapak Drs. H. T. Syamsul Bahri selaku pimpinan tempat peneliti melakukan penelitian. 8. Seluruh Dosen dan staf STIKes UBudiyah Banda Aceh. 9. Ayahanda, Ibunda dan suami serta seluruh keluarga tercinta yang telah menyumbangkan segala bantuan dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. 10. Teman-teman seperjuangan semua yang telah banyak memberikan bantuan serta semangat dalam menyusun Skripsi. Demikianlah ucapan terima kasih selanjutnya dengan tangan terbuka peneliti menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya kepada Allah SWT peneliti serahkan dan semoga dapat berguna bagi kita semua, Amin Ya RabbalAlamin

Banda Aceh,

April 2013

Peneliti

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i MOTTO .............................................................................................................. ii ABSTRAK ........................................................................................................... iii ABSTRACT ........................................................................................................ iv PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... v LEMBARAN PENGESAHAN ........................................................................... vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ A. Latar Belakang .................................................................................. B. Rumusan Masalah ............................................................................. C. Tujuan Penelitian............................................................................... D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 1 1 4 5 5 7 7 7 8 8 10 11 12 13 14 14 15 18 20 21 22 24 25 26 27 27 27 29 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ A. Anemia ............................................................................................. 1. Pengertian Anemia ...................................................................... 2. Jenis-jenis Anemia ....................................................................... 3. Penyebab Anemia ........................................................................ 4. Tanda dan Gejala Anemia ............................................................ 5. Diagnosis Anemia ....................................................................... 6. Pencegahan Anemia ..................................................................... 7. Penatalaksanaan ........................................................................... B. Faktor-Faktor Terjadinya Anemia ..................................................... 1. Menstruasi ................................................................................... 2. Pola Makan .................................................................................. 3. Riwayat Penyakit ......................................................................... 4. Aktivitas Fisik ............................................................................. 5. Konsumsi Pangan ........................................................................ C. Remaja ............................................................................................. D. Kerangka Teori ................................................................................. E. Kerangka Konsep ............................................................................. F. Hipotesa Penelitian ........................................................................... BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... A. Jenis Penelitian .................................................................................. B. Populasi Dan Sampel ......................................................................... C. Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................... D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................

E. Definisi Operasional ......................................................................... F. Instrumen Penelitian .......................................................................... G. Pengolahan Dan Analisis Data .......................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. B. Hasil Penelitian ................................................................................. 1. Analisa Univariat ......................................................................... 2. Analisa Bivariat ........................................................................... C. Pembahasan ....................................................................................... BAB V PENUTUP ............................................................................................. A. Kesimpulan ...................................................................................... B. Saran ................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA

30 32 32 36 36 37 37 39 42 47 47 47

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 30 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 .................................................................................................... Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menstruasi Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 .......... Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pola Makan Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 .......... Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 ..................................................................................................... Tabel 4.5 Hubungan Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 .......................................................................................... Tabel 4.6 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 ................................................................ Tabel 4.7 Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 ...............................................................

37

38

38

39

39

40

41

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 : Kerangka Teoritis ....................................................................... 25 Gambar 2.2 : Kerangka Konsep ........................................................................ 26

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran

1 2 3 4 5 6 7 8 9

: : : : : : : : :

Permohonan Menjadi Responden Persetujuan Menjadi Responden Kuesioner Surat Pengambilan Data Awal Surat Balasan Pengambilan Data Awal Surat Izin Penelitian Surat Selesai Melakukan Penelitian Print Out Put Hasil Penelitian (Master Tabel dan SPSS) Lembaran Konsul Biodata

10 :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Penentuan anemia juga dapat dilakukan dengan mengukur hematokrit (Ht). Nilai hematokrit rata-rata setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Batasan hemoglobin untuk menentukan apakah seseorang terkena anemia gizi besi atau tidak sangat dipengaruhi oleh umur. Untuk anak-anak umur 6 bulan-5 tahun, dapat dikatakan menderita anemia gizi besi apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 11 g/dl, umur 6-14 tahun kurang dari 12 g/dl, dewasa laki-laki kurang dari 13 g/dl, dewasa perempuan tidak hamil kurang dari 12 g/dl, dan dewasa perempuan hamil kurang dari 11 g/dl (Arisman, 2004). Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%. Kekurangan besi pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan menurunnya konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain: tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri, konsumsi Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi. Angka prevalensi anemia di Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia subur sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0% (Burner, 2012).

Berdasarkan data survei actual secara global tahun 2006 diketahui bahwa prevalensi anemia pada anak usia para sekolah, wanita hamil, dan wanita tidak hamil di dunia secara global berturut-turut sebagai berikut 47,4%, 41,8%, dan 30,2%. Prevalensi anemia wanita tidak hamil di benua Afrika adalah 44,4%, benua Asia 33,0%, benua Eropa 15,2%, benua Amerika Latin dan Caribbean (LAC) 23,5%, Benua Amerika Utara 7,6% dan Benua Oceania prevalensi anemia sebesar 20,2%. Di Amerika Serikat, orang yang mengalami anemia sebanyak 2% sampai 10%. Negara-negara lain memiliki tingkat anemia lebih tinggi. Pada perempuan muda terdapat dua kali lebih mungkin untuk mengalami anemia dibandingkan laki-laki muda karena pendarahan menstruasi yang teratur. Anemia terjadi pada kedua orang muda dan orang tua, tetapi anemia pada orang tua lebih mungkin menyebabkan gejala karena mereka biasanya memiliki masalah medis tambahan (Proverawati, 2011). Setiap tahun 1 juta sampai 4,4 juta anak remaja di negara berkembang mengalami anemia dan kebanyakan remaja mengalami anemia pada saat menstruasi. Anemia banyak dialami oleh remaja antara umur 15-19 tahun. Sering karena pengetahuan yang terbatas tentang menstruasi mengakibatkan terjadinya anemia (Martadisoebrata, dkk, 2005). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, melaporkan bahwa prevalensi anemia pada remaja dan wanita usia subur (WUS) di Indonesia masih tinggi, yaitu 26,5% pada remaja (15-19 tahun) dan 26,9% pada WUS. Sedangkan

menurut Surkesmas 2004 menunjukkan bahwa sebesar 21% remaja putra dan 30% remaja putri menderita anemia.
Remaja putri mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena anemia daripada remaja putra. Alasan pertama karena setiap bulan pada remaja putri mengalami haid. Seorang wanita yang mengalami haid yang banyak selama lebih dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan besi, sehingga membutuhkan besi pengganti lebih banyak daripada wanita yang haidnya hanya tiga hari dan sedikit. Alasan kedua adalah karena remaja putri seringkali menjaga penampilan, keinginan untuk tetap langsing atau kurus sehingga berdiet dan mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan zat gizi tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang penting seperti besi (Arisman, 2004).

Menurut DepKes (2008), dilaporkan bahwa masyarakat Indonesia terutama wanita sebagian besar mengalami anemia dikarenakan kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan zat besi yang mudah diserap (hemeiron). Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar HB dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat capek. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja, di samping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh, yang berdampak pada tubuh mudah terkena infeksi. Pada remaja yang sedang bekerja, anemia akan menurunkan produktivitas kerja, sedangkan remaja yang masih sekolah akan menurunkan kemampuan akademis. Berdasarkan hasil survei peneliti pada saat melakukan studi pendahuluan dilakukan wawancara pada 10 mahasiswi yang mengalami menstruasi terdapat 8

mahasiswa mengeluh tidak nyaman pada saat menstruasi, lemas, pusing, kurang konsentrasi saat belajar dan sering merasakan ngantuk saat belajar. Sedangkan pada wawancara terhadap 10 mahasiswi lain yang tidak sedang mengalami menstruasi terdapat 6 mahasiswi mengeluh hal yang sama seperti tidak konsentrasi belajar, mengantuk saat belajar, sering menguap, lemas, pusing. Hal itu bisa saja disebabkan karena kekurangan zat besi akibat kurangnya asupan makanan atau penyakit yang menyerang mereka. Dari data tersebut menggambarkan bahwa masalah anemia khususnya pada remaja putri masih cukup tinggi. Tingginya prevalensi dan banyaknya faktor yang menjadi penyebab terjadi anemia pada remaja putri melatarbelakangi peneliti untuk mengetahui tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu Apa Saja Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus a. Untuk Mengetahui Hubungan Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013. b. Untuk Mengetahui Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013. c. Untuk Mengetahui Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Sebagai penerapan mata kuliah metodologi penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan Skripsi, serta sebagai masukan tentang cara mengatasi anemia.

2. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan tambahan informasi bagi mahasiswi dalam melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi peneliti lainnya Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia 1. Pengertian Anemia Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12 gram/100 ml (Proverawati, 2011). Anemia terjadi karena kurangnya zat besi dan asam folat dalam tubuh. Perempuan yang menderita anemia pada masa kehamilan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Di samping itu, anemia dapat mengakibatkan kematian baik ibu maupun bayinya pada waktu proses persalinan (Hasmi, dkk, 2005). Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Perkiraan prevalensi anemia secara global sekitar 51%. Bandingkan dengan prevalensi untuk anak balita sekitar 43%, anak usia sekolah 37%, laki-laki dewasa hanya 18% dan wanita tidak hamil 35% (Arisman, 2004). Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini

dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi termasuk kelelahan dan stres pada organ tubuh (Proverawati, 2011).

2. Jenis-jenis Anemia Secara umum, ada tiga jenis utama anemia, diklasifikasikan menurut ukuran sel darah merah : a. Jika sel darah merah lebih kecil dari biasanya, ini disebut anemia mikrositik. Penyebab utama dari jenis ini defisiensi besi (besi tingkat rendah) anemia dan thalasemia (kelainan bawaan hemoglobin). b. Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah dalam jumlah), ini disebut anemia normositik, seperti anemia yang menyertai penyakit kronis atau anemia yang berhubungan dengan penyakit ginjal. c. Jika sel darah merah lebih besar dari normal, maka disebut anemia makrositik. Penyebab utama dari jenis ini adalah anemia pernisiosa dan anemia yang berhubungan dengan alkoholisme (Proverawati, 2011).

3. Penyebab Anemia Anemia dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi tiga mekanisme utama yang menyebabkan anemia adalah: a. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang

belum matur (muda) dapat juga disekresi ke dalam darah. Sel darah yang usianya muda biasanya gampang pecah sehingga terjadi anemia (Proverawati, 2011). b. Kehilangan darah Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah darah dalam tubuh, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi pada kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya (Sadikin, 2001). Pada laki-laki dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses perdarahan akibat penyakit atau trauma, atau akibat pengobatan suatu penyakit. Sementara pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi (Arisman, 2004). c. Penurunan produksi sel dara h merah Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi kerusakan pada daerah sumsum tulang atau bahan dasar produksi tidak tersedia (Proverawati, 2011). Beberapa faktor kebiasaan dan sosial budaya turut memperburuk kondisi anemia di kalangan perempuan yaitu : a. Kurang mengkonsumsi bahan makanan hewani b. Kebiasaan diet untuk mengurangi berat badan

c. Budaya atau kebiasaan di keluarga sering menomorduakan perempuan dalam hal makanan d. Pantangan tertentu yang tidak jelas kebenarannya seperti perempuan hamil jangan makan ikan karena bayinya akan bau amis e. Kemiskinan yang menyebabkan mereka tidak mampu mengkonsumsi makanan yang bergizi (Hasmi, dkk, 2005). Penyebab anemia sangat penting, karena atas dasar penyebab inilah pengobatan semestinya diberikan. Pengobatan anemia yang diberikan dengan tidak atas pengetahuan yang teliti akan menjadi sangat berbahaya. Pada mereka yang cenderung melakukan otomedikasi (mengobati diri sendiri), apalagi di bawah pengaruh yang kuat dari informasi sepihak dan tidak lengkap yang diperoleh dari lingkungan (Sadikin, 2001).

4. Tanda dan Gejala Anemia Tanda dan gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas seperti : pucat, mudah lelah, berdebar, takikardia, dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan, kuku, dan konjungtiva palpebra (Arisman, 2004). Gejala anemia ringan mungkin termasuk yang berikut: a) Kelelahan, b) Penurunan energi, c) Kelemahan, d) Sesak nafas ringan, e) Palpitasi (rasa jantung balap atau pemukulan tidak teratur), f) Tampak pucat. Beberapa tanda yang mungkin menunjukkan anemia berat pada seseorang dapat mencakup: a) Perubahan warna tinja, b) Denyut jantung cepat, c) Tekanan darah rendah, d) Frekuensi pernafasan cepat, e) Pucat atau

kulit dingin, f) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah, g) Murmur jantung, h) Pembesaran limpa, i) Nyeri dada, j) Pusing atau kepala terasa ringan (terutama ketika berdiri atau dengan tenaga), k) Kelelahan atau kekurangan energi, l) Sakit kepala, m) Tidak bisa berkonsentrasi, n) Sesak nafas (khususnya selama latihan), o) Nyeri dada, angina, serangan jantung, p) Pingsan (Proverawati, 2011).

5. Diagnosis Anemia Pemeriksaan fisik dan riwayat medis juga memainkan peran penting dalam mendiagnosis penyebab anemia. Beberapa fitur penting dalam sejarah medis meliputi pertanyaan tentang sejarah keluarga, sejarah pribadi sebelumnya anemia atau kondisi kronis lainnya, obat, warna tinja dan urin, perdarahan bermasalah dan pekerjaan serta kebiasaan social (Proverawati, 2011). Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah penentuan derajat anemia dan pengujian defisiensi zat besi. Penentuan derajat anemia dapat dilakukan melalui pemeriksaan darah rutin, seperti pemeriksaan HB, Ht, hitung jumlah RBC, bentuk RBC, jumlah retikulosit sementara uji defisiensi zat besi melalui pemeriksaan feritin serum, kejenuhan transferin dan protoporfirin eritrosit (Arisman, 2004). Tes-tes lain mungkin dilakukan untuk mengidentifikasi masalah medis yang dapat menyebabkan anemia. Tes darah digunakan untuk mendiagnosa beberapa jenis anemia yang dapat mencakup:

a. Darah kadar vitamin B12, asam folat, dan vitamin dan mineral b. Pemeriksaan sumsum tulang c. Jumlah darah merah dan kadar hemoglobin d. Hitung terikulosit e. Kadar feritin f. Kadar besi (Proverawati, 2011).

6. Pencegahan Anemia Beberapa bentuk umum dari anemia yang paling mudah dicegah dengan makan makanan yang sehat dan membatasi penggunaan alkohol. Semua jenis anemia sebaiknya dihindari dengan memeriksakan diri ke dokter secara teratur dan ketika masalah itu timbul. Darah para lanjut usia secara rutin diperintahkan oleh dokter untuk selalu dikontrol, bahkan jika tidak ada gejala, sehingga dapat terdeteksi adanya anemia dan meminta dokter untuk mencari penyebab yang mendasar (Proverawati, 2011). Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi zat besi. Keempat pendekatan tersebut adalah a. Pemberian tablet atau suntikan zat besi b. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan c. Pengawasan penyakit infeksi d. Mortifikasi makanan pokok dengan zat besi (Arisman, 2004).

7. Penatalaksanaan Pada tataran praktis klinis, jika penyebab anemia sudah ditemukan dan tempat pendarahan berlangsung sudah berhasil dieliminasi, pengobatan diarahkan untuk mengganti defisit zat besi dengan garam besi anorganik. Sesungguhnya, masalah defisiensi zat besi cukup diterapi dengan

memberikan makanan yang cukup mengandung zat besi. Namun, jika anemia sudah terjadi, tubuh tidak akan mungkin menyerap zat besi dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Karena itu pengobatan selalu menggunakan suplementasi zat besi, di samping tentu saja menambah jumlah makanan yang kaya akan zat besi dan yang dapat menambah penyerapan zat besi (Arisman, 2004). Pengobatan harus ditujukan pada penyebab anemia dan mungkin termasuk: a. Transfusi darah b. Kartikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekan sistem kekebalan tubuh c. Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat sel-sel darah d. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineral lainnya (Proverawati, 2011).

B. Faktor-faktor Terjadinya Anemia Banyak faktor medis yang dapat menyebabkan anemia. Di antaranya meliputi: 1. Menstruasi Salah satu faktor pemicu anemia adalah kondisi siklus menstruasi yang tidak normal. Kehilangan banyak darah saat menstruasi diduga dapat menyebabkan anemia (Niken, 2013). Kehilangan darah yang sebenarnya apabila mengalami kadar

menstruasi yang berlebihan lebih dari 3-4 hari. Pembalut atau tampon selalu basah setiap jamnya dan sering menggantinya. Jika hal ini terjadi lebih dari 3 hari, maka segera kunjungi dokter, dan kalau pada saat menstruasi terlihat pucat atau merasa mau pingsan jangan tunggu sampai tiga hari (Megabohari, 2011). Hampir semua wanita pernah mengalami perdarahan berlebih saat menstruasi, bahkan sebagian wanita harus mengalami hal ini setiap dating bulan. Tiap wanita mempunyai siklus menstruasi yang berlainan, normalnya dalam satu siklus kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7 hari dan total kehilangan darah antara 60 sampai 250 mm (Anonymous, 2013). Haid yang dialami setiap wanita sangat bervariasi dan beranekaragam, salah satunya adalah seorang wanita yang mengalami haid lebih dari 7 hari dan darah yang keluar lebih banyak tidak seperti biasanya (Ana Tardiana, 2012).

Menstruasi dikatakan tidak normal saat seorang wanita mengalami menstruasi dengan jangka waktu panjang. Di mana umumnya wanita hanya mengalami menstruasi satu kali dalam sebulan, tetapi pada beberapa kasus, ada yang mengalami hingga dua kali menstruasi setiap bulan. Kondisi inilah yang dikatakan menstruasi tidak normal yang menyebabkan anemia (Niken, 2013). 2. Pola Makan Arisman (2004) menyatakan bahwa kebiasaan makan adalah cara seseorang dalam memilih dan memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh psikologis, fisiologi, budaya dan sosial. Kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola makanan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam keluarga, preferensi terhadap makanan dan cara memilih makanan. Banyak vitamin dan mineral diperlukan untuk membuat sel-sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 dan folat diperlukan untuk produksi hemoglobin yang tepat. Kekurangan dalam salah satu dapat menyebabkan anemia karena kurangnya produksi sel darah merah. Asupan makanan yang buruk merupakan penyebab penting rendahnya kadar asam folat dan vitamin B12 (Proverawati, 2011). Pola dan gaya hidup modern membuat remaja cenderung lebih menyukai makan di luar rumah bersama kelompoknya. Remaja putri sering mempraktikkan diet dengan cara yang kurang benar seperti melakukan pantangan-pantangan, membatasi atau mengurangi frekuensi makan untuk

mencegah kegemukan. Pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik. Beberapa remaja khususnya remaja putri sering mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut kegemukan dan menyebut makan bukan hanya dalam konteks mengkonsumsi makanan pokok saja tetapi makanan ringan juga dikategorikan sebagai makan (Arisman, 2004). Kekurangan berbagai zat gizi dapat menyebabkan anemia, adalah sangat masuk akal, kekurangan protein ataupun karbohidrat, seperti yang terjadi pada keadaan kekurangan kalori dan protein akan disertai juga oleh anemia. kekurangan kalori dan protein yang merupakan perwujudan kekurangan makanan dalam jangka waktu yang cukup lama, niscaya akan menyebabkan kekurangan berbagai bahan yang diperlukan untuk

pembentukan SDM. Akan tetapi, anemia hanyalah salah satu gejala di samping berbagai gejala lain pada kekurangan kalori dan protein ini (Sadikin, 2001). Menurut Wirakusumah (2010), Berpijak pada kebiasaan makan bangsa Indonesia, bapak gizi Indonesia Prof. Dr. Poorwo Sudarmo mencanangkan pedoman menu Empat sehat lima sempurna (4 sehat 5 sempurna). Maknanya agar dalam menyusun menu sehari individu maupun keluarga berpedoman pada menu empat sehat lima sempurna. Artinya jika pedoman tersebut dijalankan, maka akan tercapai kesehatan yang diharapkan dan menjadi sempurna jika dilengkapi dengan susu. Menu 4 sehat 5 sempurna yang dianjurkan terdiri atas bahan-bahan makanan berikut :

a) Makanan pokok Makanan pokok merupakan sumber karbohidrat penghasil energi yang juga membuat rasa kenyang. Contohnya : nasi, mie, roti, jagung, singkong dan sagu. b) Lauk pauk hewani dan nabati Lauk-pauk ini sebagai sumber protein yang juga membuat nikmatnya hidangan jika dicampur dengan makanan pokok yang rasanya netral. Contoh pangan hewani di antaranya daging (sapi, kambing, domba dan kerbau), unggas (ayam, bebek dan burung), ikan (ikan darat dan ikan laut), serta telur. Sementara pangan nabati seperti tempe, tahu dan kacang-kacangan. c) Sayur-sayuran Sayur-sayuran merupakan sumber vitamin, mineral dan serat yang membuat rasa nyaman serta meningkatkan selera. d) Buah-buahan Buah-buahan merupakan sumber vitamin, mineral dan serat. e) Susu Akan menjadi sempurna jika menu makanan ditambah dengan susu. Anjuran terakhir ini terutama ditujukan bagi ibu hamil atau menyusui dan anak balita (Wirakusumah, 2010). Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja menurut Sediaoetama (2004) yang disajikan pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Jumlah Porsi Makanan Yang Dianjurkan Pada Usia Remaja Makan pagi Makan siang Makan malam 06.00-07.00 WIB 13.00-14.00 WIB 20.00 WIB Nasi 1 porsi 100 gr beras Nasi 2 porsi 200 gr beras Nasi 1 porsi 100 gr beras Telur 1 butir 50 gr Susu sapi 200 gr Ikan 1 porsi 50 gr Tempe 1 porsi 50 gr Sayur 1 porsi 100 gr Buah 1 porsi 75 gr Ikan 1 porsi 50 gr Tahu 1 porsi 100 gr Sayur 1 porsi 100 gr Buah 1 porsi 100 gr Susu skim 1 porsi 20 gr

3. Riwayat Penyakit Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup.

Orang yang memiliki HIV/AIDS juga dapat mengembangkan anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit (Zen, 2013). Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia.

Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui, tetapi setiap berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011). Penyakit infeksi yang menyerang tubuh, seperti malaria juga mempunyai komponen otoimun dalam merusak dan menghancurkan tubuh manusia. Sel-sel darah merah terinfeksi oleh parasit malaria tentu saja akan pecah pada saat parasit tersebut matang dan keluar dalam jumlah banyak. Akan tetapi, pada infeksi kronis, anemia tetap terjadi dalam jumlah yang tidak sebanding besarnya (Sadikin, 2001).

Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Telah diketahui secara luas bahwa infeksi merupakan faktor yang penting dalam menimbulkan kejadian anemia, dan anemia merupakan konsekuensi dari peradangan dan asupan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan zat besi. Kehilangan darah akibat schistosomiasis, infestasi cacing, dan trauma dapat menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia. Angka kesakitan akibat penyakit infeksi meningkat pada populasi defisiensi besi akibat efek yang merugikan terhadap sistem imun. Malaria karena hemolisis dan beberapa infeksi parasit seperti cacing, trichuriasis, amoebiasis, dan schistosomiasis menyebabkan kehilangan darah secara langsung dan kehilangan darah tersebut mengakibatkan defisiensi besi (Arumsari, 2008). 4. Aktivitas Fisik Anemia dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang. Penelitian Permaesih menemukan 25 persen remaja di Bandung mempunyai kesegaran jasmani kurang dari normal. Aktivitas fisik erat kaitannya dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Tubuh yang sehat mampu melakukan aktivitas fisik secara optimal, sebaliknya aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dalam porsi yang cukup mempunyai dampak positif bagi kesehatan badan (Arumsari, 2008). Pola aktivitas remaja didefinisikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh remaja sehari-hari sehingga akan membentuk pola. Aktivitas remaja dapat dilihat dari bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya

selama 24 jam dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin dan berulang-ulang (Arumsari, 2008). Aktivitas fisik selama 24 jam dibagi menjadi lima yaitu aktivitas tidur, aktivitas berat (olah raga seperti jogging, sepak bola, atletik, dan sebagainya), aktivitas sedang (belajar, naik tangga, mencuci, mengepel, menyetrika, menyapu, dan sebagainya), aktivitas ringan (kegiatan sambil berdiri), dan aktivitas rileks (duduk, berbaring, dan sebagainya). Aktivitas fisik penting untuk mengetahui apakah aktivitas tersebut dapat mengubah status zat besi. Performa aktivitas akan menurun sehubungan dengan terjadinya penurunan konsentrasi hemoglobin dan jaringan yang mengandung zat besi. Zat besi dalam hemoglobin, ketika jumlahnya berkurang, secara ekstrim dapat mengubah aktivitas kerja dengan menurunkan transpor oksigen (Arumsari, 2008).

5. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi, kedua informasi ini (jenis dan jumlah pangan) merupakan hal yang penting. Batasan ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau berdasarkan aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Pangan sebagai sumber

berbagai zat gizi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari (Arumsari, 2008). Pangan sumber zat besi terutama zat besi heme, yang

bioavailabilitasnya tinggi, sangat jarang dikonsumsi oleh masyarakat di negara berkembang, yang kebanyakan memenuhi kebutuhan besi mereka dari produk nabati. Di Indonesia, ketidakcukupan jumlah Fe dalam makanan terjadi karena pola konsumsi makan masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi yang sulit diserap. Sementara itu, daging dan bahan pangan hewani sebagai sumber zat besi yang baik ( heme iron) jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat pedesaan (Depkes, 2002). Menurut Almatsier (2001) diperkirakan hanya 5-15 persen besi makanan diabsorpsi oleh seseorang yang berada dalam status besi baik dan jika dalam keadaan defisiensi besi, absorpsi dapat mencapai 50 persen. Faktor bentuk besi berpengaruh terhadap absorpsi besi. Besi heme yang terdapat dalam pangan hewani dapat diserap dua kali lipat daripada besi nonheme. Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi heme (dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani) dan besi nonheme (dalam makanan nabati). Sumber besi nonheme yang baik diantaranya adalah kacang-kacangan. Asam fitat yang terkandung dalam kedelai dan hasil olahannya dapat menghambat penyerapan besi. Namun karena zat besi yang terkandung dalam kedelai dan hasil olahannya cukup tinggi, hasil akhir terhadap penyerapan besipun biasanya akan positif. Sayuran daun berwarna hijau memiliki kandungan zat besi yang tinggi sehingga jika sering

dikonsumsi maka akan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Beberapa jenis sayuran hijau juga mengandung asam oksalat yang dapat menghambat penyerapan besi, namun efek menghambatnya relatif lebih kecil dibandingkan asam fitat dalam serealia dan tanin yang terdapat dalam teh dan kopi (Almatsier, 2001).

C. Remaja Istilah Adolescent ( remaja ) berasal dari bahasa latin Adalescere, yang berarti bertumbuh . sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik, sosial, dan psikologis bergabung untuk menciptakan karakteristik, prilaku, dan kebutuhan yang unik (Bobak, dkk, 2004). Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10-19 tahun. Secara Biologis sebagian besar remaja sudah matang, tetapi secara sosial, mental, dan emosional belum. Akibatnya dapat terjadi masalah-masalah remaja seperti kehamilan di luar nikah, Abortus, dan ketergantungan obat (Saifuddin AB, 2003). Masa remaja ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa. Selama periode ini, individu bertanya dan menjawab pertanyaan siapa saya (Bobak, dkk, 2004). Dilihat dari siklus kehidupan, masa remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya (Hasmi, dkk, 2005).

Anak-anak harus melakukan tugas perkembangan pada masa remaja sebelum menjadi individu dewasa yang matang. Tugas-tugas ini bervariasi sesuai budaya, individu itu sendiri, dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas

perkembangan ini terdiri dari: (1) menerima citra tubuh, (2) menerima identitas Seksual, (3) mengembangkan sistem nilai personal, (4) membuat persiapan untuk hidup mandiri, (5) menjadi mandiri/ bebas dari orang tua, (6) mengembangkan keterampilan mengambil keputusan, (7) mengembangkan identitas seorang yang dewasa. Masa remaja di tandai dengan awitan perubahan fisik pada masa pubertas dan perkembangan psikososial ego, yang membantu individu memahami diri sendiri. Perkembangan fisik, prilaku, masalah-masalah tertentu umum muncul pada berbagai usia selama masa remaja. Namun, setiap remaja adalah unik dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda. Selain

perubahan biologis, setiap perkembangan remaja di pengaruhi oleh keluarga, masyarakat, kelompok sebaya, agama, dan kondisi sosial ekonomi (Bobak, dkk, 2004). Menurut Widyastuti, dkk (2011) mengatakan dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, remaja akan melewati tahapan berikut: 1. Masa remaja awal/dini: umur 10-12 tahun 2. Masa remaja pertengahan: umur 13-15 tahun 3. Masa remaja akhir: umur 16-19 tahun

D. Kerangka Teori Menurut Harjana (2013), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin menurun pada remaja yaitu : kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi, kurang zat besi dalam makanan yang dikonsumsi, penyakit kronis (misalnya TBC, Hepatitis, dan sebagainya), pola hidup remaja berubah dari yang semula serba teratur menjadi kurang teratur seperti sering terlambat makan atau kurang tidur, ketidakseimbangan antara asupan gizi dan aktivitas yang dilakukan. Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas di atas maka dapat digambarkan bagan kerangka teori sebagai berikut:

Menstruasi

Pola Makan

Riwayat Penyakit

Kejadian Anemia

Aktivitas Fisik l Konsumsi pangan

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep-konsep yang akan diamati atau diukur oleh peneliti. Karena keterbatasan waktu dan biaya maka peneliti hanya mengambil 3 variabel saja. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada kerangka konsep sebagai berikut: Independen Dependen

Menstruasi

Pola Makan

Kejadian Anemia

Riwayat Penyakit

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep

F. Hipotesa Penelitian 1. Ha : Ada hubungan menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswi

tingkat 1 di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013. 2. Ha : Ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat 1 di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013. 3. Ha : Ada hubungan riwayat penyakit dengan kejadian anemia pada

mahasiswi tingkat 1 di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah rancangan yang bersifat Analitik dengan pendekatan Crossectional yang bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.

B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswi tingkat Ia, Ib, Ic yang berada Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 sebanyak 101 orang. 2. Sampel Penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Notoadmodjo (2005):

Keterangan: N : Besarnya Populasi n : Besarnya Sampel d2 : Tingkat Kepercayaan (0,12)

Jadi

= 101 n= 1 + 101 ( 0,1 ) 101 n= 1 + 101 ( 0,01 ) 101 n= 1+1,01

101 2,01 n = 51 n= Maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 51 sampel Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Proporsional Random Sampling yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan terdistribusi secara merata pada semua daerah yang di teliti. Peneliti menentukan proporsi sampel dengan mempertimbangkan jumlah mahasiswi dari setiap ruang, dengan rumus :

mahasiswi dalam satu ruangan Keterangan : n N = Besarnya Sampel = Besarnya Populasi = Jumlah mahasiswi dalam satu ruangan

No 1. 2. 3.

Ruang

Ruang 1a Ruang 1b Ruang 1c Total


n

Populasi (N) 33 32 36 101

Sampel (n) 17 16 18 51

C. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013. 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 17 Juni 2013.

D. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan baik dengan menyebarkan kuesioner maupun melakukan test laboratorium. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kampus STIKes Medika Nurul Islam Sigli mengenai jumlah mahasiswi tingkat 1 tahun 2013.

E. Definisi Operasional

No

Variabel

Definisi Operasional Kadar Hemoglobin yang rendah pada mahasiswi

Cara Ukur

Alat Ukur

Skala Ukur

Hasil Ukur

Variabel Dependen (Terikat) 1 Kejadian Anemia Melakukan Standar Ordinal pemeriksaan Hb Hemoglobin dengan kriteria : Sahli Normal : bila kadar hemoglobin 11gr%-12gr% dan didapatkan hasil 24 orang Anemia : bila kadar hemoglobin < 11 gr% dan didapatkan hasil 27 orang - Normal - Anemia

Variabel Independen (Bebas) 2 Menstruasi Banyak tidaknya darah yang keluar pada saat datang bulan Mengedarkan Kuesioner kuesioner, dengan kriteria : Normal : Bila responden menjawab tidak 50% dari pernyataan yang diberikan dan Kuesioner didapatkan hasil 26 0rang Abnormal : Bila responden menjawab tidak <50% dari pernyataan yang diberikan dan didapatkan hasil 25 orang Ordinal - Normal - Abnormal

Pola Makan

Cara atau kebiasaan makan mahasiswi sehari-hari

Mengedarkan kuesioner, dengan kriteria : Teratur : Bila responden menjawab ya 50% dari Kuesioner pernyataan yang diberikan dan didapatkan hasil 23 orang Tidak teratur : Bila responden menjawab ya < 50% dari pernyataan yang diberikan dan didapatkan hasil 28 orang

Ordinal

- Teratur - Tidak Teratur

Riwayat Penyakit

penyakit Mengedarkan yang pernah kuesioner, dengan diderita kriteria : mahasiswi Pernah : Bila berhubungan responden dengan menjawab pernah kejadian dari salah satu anemia yaitu pernyataan yang penyakit diberikan dan tuberculosis, didapatkan hasil 34 malaria, dan orang kecacingan Tidak pernah : Bila dalam jangka responden tidak waktu menjawab pernah sebulan dari salah satu terakhir pernyataan yang diberikan dan didapatkan hasil 17 orang

Ordinal

- Pernah - Tidak pernah

F. Instrumen Penelitian Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berisi kuesioner yang terdiri dari 25 pernyataan, 1 pernyataan tentang anemia, 10

pernyataan tentang menstruasi, 8 pernyataan tentang pola makan, dan 6 pernyataan tentang riwayat penyakit.

G. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut (Purwanto, 2004) : a. Editing : Dilakukan pengecekan kelengkapan data, bila terdapat kesalahan maka akan diperbaiki dengan pemeriksaan ulang. b. Coding : Pemberian nilai pada hasil yang telah ditetapkan dan menjumlahkannya. c. Transferring : yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan mulai dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan dalam tabel. d. Tabulating : Perhitungan sesuai variabel yang dibutuhkan lalu dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah analisa data dan pengambilan kesimpulan. 2. Analisa Data Univariat Analisa data dilakukan untuk masing-masing variabel yaitu dengan melihat persentase dari setiap tabel distribusi frekuensi. Dengan

menggunakan rumus Machfoedz (2008): P= Keterangan:


f x100% n

P n f

: Persentase : Jumlah responden yang menjadi sampel : Frekuensi teramati.

3. Analisa Data Bivariat Untuk mengidentifikasikan ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan kedua variabel tersebut dapat dibuat dalam bentuk tabel silang. Uji statistik yang akan digunakan adalah Chisquare atau X 2 . Data masing-masing sub variabel dimasukkan ke dalam tabel contingency. Kemudian tabel-tabel contingency tersebut dianalisa menggunakan uji statistik Chi-square atau X 2 , sehingga diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik. Perhitungan analisis dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0 dengan batas kemaknaan (CI=95%) atau ( 0,05). Melalui perhitungan uji Chi-square atau X 2 selanjutnya dibuat suatu kesimpulan, bila nilai P 0,05 maka ada hubungan bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat (Arikunto, 2006). Untuk menentukan nilai p-value pada uji Chi-Square Test ( X 2 ) tabel, memiliki ketentuan sebagai berikut: 1) Bila Chi-Square Test ( X 2 ) tabel terdiri dari tabel 2 x 2 dijumpai nilai ekspantasi (E) <5 maka nilai p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Fisher exact test.

2) Bila Chi-Square Test ( X 2 ) tabel terdiri dari tabel 2 x 2 tidak dijumpai nilai ekspantasi (E) <5 maka nilai p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai continuity correction. 3) Bila Chi-Square Test ( X 2 ) tabel terdiri dari tabel lebih dari 2 x 2 misalnya 3 x 2, 3 x 3 dan lain-lain, maka nilai p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Pearson Chi-Square.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kampus STIKes Medika Nurul Islam Sigli memiliki 2 Prodi, yaitu D-III Kebidanan dan S1 Keperawatan yang beralamatkan di jalan Lingkar Cot Teungoh No. 15 Sigli. Kampus STIKes Medika Nurul Islam Sigli memiliki 10 Ruang Belajar, 3 Ruang Laboratorium, 1 Ruang Lab Komputer, 1 Ruang Lab Bahasa, 1 Ruang Perpustakaan, 2 Ruang Karyawan/Staf, 1 Ruang Ka. Prodi, 1 Ruang Ketua STIKes, 1 Ruang Keuangan, 1 Ruang Tata Usaha, 1 Ruang Rapat, 1 Ruang Klinik, dan 1 Kantin. Dengan jumlah karyawan (staf) 38 orang. Kampus STIKes Medika Nurul Islam D-III Kebidanan mempunyai Mahasiswi sebanyak 452 orang yang terdiri 101 orang tingkat I, 130 orang tingkat II, dan 221 orang tingkat III. Letak geografis Kampus Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie mempunyai batasan wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Keunire 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tijue 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cot Rheng 4. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Jln. Lingkar Keunire

B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 11 sampai 17 Juni 2013 terhadap Mahasiswi Tingkat I yang berada di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie yang berjumlah 51 orang dengan memberikan kuesioner yang berisikan pernyataan dan juga dilakukan pemeriksaan

Hemoglobin di mana diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : 1. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variable dependent dan variable independent. Maka dari hasil penelitian ini peneliti akan menyajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. a. Kadar Hemoglobin Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 No 1. 2. Kadar Hemoglobin Normal Anemia Jumlah (f) 24 27 51 (%) 47,1 52,9 100

Sumber: Data primer (diolah tahun 2013). Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 51 responden mayoritas responden memiliki kadar hemoglobin kurang (anemia) yaitu sebanyak 27 orang (52,9%).

b. Menstruasi Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menstruasi Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 1. 2. Normal Abnormal Jumlah Sumber : Data primer (diolah tahun 2013). Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 51 responden mayoritas responden memiliki menstruasi yang normal yaitu sebanyak 26 orang (51%). c. Pola Makan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pola Makan Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 1. 2. Pola Makan Teratur Tidak Teratur Jumlah (f) 23 28 51 (%) 45,1 54,9 100 Menstruasi (f) 26 25 51 (%) 51 49 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013). Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 51 responden mayoritas responden memiliki pola makan yang tidak teratur yaitu sebanyak 28 orang (54,9%).

d. Riwayat Penyakit Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 No 1. 2. Riwayat Penyakit Pernah Tidak Pernah Jumlah (f) 34 17 51 (%) 66,7 33,3 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013). Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 51 responden mayoritas responden pernah memiliki riwayat penyakit yaitu sebanyak 34 orang (66,7%). 2. Analisa Bivariat a. Hubungan Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Tabel 4.5 Hubungan Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 Kadar Hemoglobin Normal Anemia f Normal Abnormal Jumlah 18 6 24 % 69,2 24 47,1 f 8 19 27 % 30,8 76 52,9 f 26 25 51 Total % 100 100 0,003 100 p Value

Menstruasi

Sumber : Data Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden yang mengalami menstruasi normal mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu

sebanyak 18 orang

(69,2%), sedangkan responden yang mengalami

menstruasi abnormal mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 19 orang (76%). Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value = 0,003 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013. b. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Tabel 4.6 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 Kadar Hemoglobin Normal Anemia f Teratur Tidak Teratur Jumlah 14 10 24 % 60,9 35,7 47,1 f 9 18 27 % 39,1 64,3 52,9 f 23 28 51 Total % 100 100 0,131 100 p Value

Pola Makan

Sumber : Data Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pola makan teratur mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu sebanyak 14 orang (60,9%), sedangkan responden yang memiliki pola makan tidak teratur mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 18 orang (64,3%). Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value = 0,131 (p > 0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara pola makan

dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013. c. Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Anemia Tabel 4.7 Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 Kadar Hemoglobin Normal Anemia f 11 13 24 % 32,4 76,5 47,1 f 23 4 27 % 67,6 23,5 52,9 f 34 17 51 Total % 100 100 0,007 100 p Value

Riwayat Penyakit Pernah Tidak Pernah Jumlah

Sumber : Data Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden yang pernah mengalami riwayat penyakit mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 23 orang (67,6%), sedangkan responden yang tidak pernah mengalami riwayat penyakit mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu sebanyak 13 orang (76,5%). Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value = 0,007 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.

C. Pembahasan 1. Hubungan Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden yang mengalami menstruasi normal mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu sebanyak 18 orang (69,2%), sedangkan responden yang mengalami

menstruasi abnormal mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 19 orang (76%). Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value = 0,003 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie. Hal ini sejalan dengan teori yang dibenarkan oleh Arisman (2004) yang menyatakan bahwa remaja putri yang sudah mengalami menarche, jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak (banyak yang tidak sadar kalau darah menstruasinya terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi zat besi, karena jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar 20-25 cc, jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan, atau kira-kira sama dengan 0,4-0,5 mg/hari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal, jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg/hari. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Dian Gunatmaningsih (2007) yang menyatakan bahwa hasil analisis bivariat terdapat hubungan yang bermakna antara menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian maka peneliti berasumsi bahwa adanya hubungan menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswi di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie dikarenakan pada saat menstruasi mengeluarkan darah yang banyak yang membutuhkan pelindung yang berlapis dan perlu menggantikan duek lebih dari 3 kali sehari yang diakibatkan karena darah yang keluar terlalu banyak dan kadang ada mahasiswi pada saat menstruasi hilang nafsu makan sehingga dapat membuat pasokan gizi dalam tubuh berkurang yang memicu terjadinya anemia. 2. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pola makan teratur mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu sebanyak 14 orang (60,9%), sedangkan responden yang memiliki pola makan tidak teratur mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 18 orang (64,3%). Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value = 0,131 (p > 0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie. Hasil penelitian ini ternyata bertentangan dengan teori yang

dikemukakan oleh Sadikin (2001) yang menyatakan kekurangan berbagai zat gizi dapat menyebabkan anemia, kekurangan protein ataupun karbohidrat, seperti yang terjadi pada keadaan kekurangan kalori dan protein akan disertai juga oleh anemia. kekurangan kalori dan protein yang merupakan perwujudan

kekurangan makanan dalam jangka waktu yang cukup lama, niscaya akan menyebabkan kekurangan berbagai bahan yang diperlukan untuk

pembentukan SDM. Akan tetapi, hal ini sejalan dengan teori yang dibenarkan oleh Sadikin (2001) juga yang menyatakan bahwa anemia hanyalah salah satu gejala di samping berbagai gejala lain pada kekurangan kalori dan protein ini. Demikian juga hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Indah Indriawati (2008) yang menyatakan tidak ada hubungan antara status gizi dengan anemia. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian maka peneliti berasumsi bahwa pola makan sehari-hari pada mahasiswi bisa saja tidak berpengaruh terhadap terjadinya anemia karena mahasiswi walaupun tidak mengkonsumsi makanan yang teratur seperti yang dianjurkan sesuai dengan porsi makanan sehari-hari tetapi mereka makan dengan porsi mereka sendiri seperti misalnya pagi mengkonsumsi kue atau roti, ada juga yang makan nasi, siang untuk menunda lapar mereka mengkonsumsi snack-snack dan mie. Sebagian dari mahasiswi untuk menjaga stamina tubuh pada saat mengalami menstruasi mengkonsumsi vitamin penambah darah sehingga mahasiswi mempunyai daya tahan tubuh yang stabil. 3. Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden yang pernah mengalami riwayat penyakit mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 23

orang (67,6%), sedangkan responden yang tidak pernah mengalami riwayat penyakit mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu sebanyak 13 orang (76,5%). Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value = 0,007 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie. Penelitian ini sejalan dengan teori yang dibenarkan oleh Proverawati (2011) yang menyatakan bahwa Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia. Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui, tetapi setiap berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia. Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup. Orang yang memiliki HIV / AIDS juga dapat mengembangkan anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Dian Gunatmaningsih (2007) yang menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat terdapat ada hubungan yang bermakna riwayat penyakit dengan terjadinya anemia pada remaja putri. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian maka peneliti berasumsi bahwa riwayat penyakit mempengaruhi terjadi anemia dikarenakan responden rata-rata pernah mengalami demam disertai menggigil seperti penyakit malaria dan ada juga mahasiswi mengalami kadar hemoglobin yang rendah (anemia) dengan daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terkena penyakit lain dan cenderung membuat tubuh lemah.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 51 mahasiswi Tingkat I yang berada pada STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie dengan nilai p<0,05 (0,003). 2. Tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie dengan nilai p>0,05 (0,131). 3. Ada hubungan riwayat penyakit dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie dengan nilai p<0,05 (0,007).

B. Saran 1. Diharapkan bagi institusi tempat penelitian agar dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang bagaimana cara yang tepat mengatasi anemia akibat menstruasi dan akibat penyakit kronis yang diderita dengan cara memberikan informasi yang berkaitan. 2. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan informasi dan penyuluhan tentang anemia kepada mahasiswi sehingga mahasiswi lebih

memahami lagi tentang cara mengatasi anemia akibat menstruasi dan akibat penyakit kronik dengan cara mengkonsumsi tablet Fe atau sangobion. 3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian tentang kejadian anemia yang dilihat dari variabel-variabel lain di tempat dan waktu yang berbeda. 4. Diharapkan bagi mahasiswi pada saat mengalami menstruasi yang banyak dan pernah menderita penyakit tertentu seperti malaria atau lainnya agar dapat mengkonsumsi tablet penambah darah dan menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta; Jakarta Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC; Jakarta Arumsari, 2008. Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri Peserta Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) Di Kota Bekasi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Anonymaous, 2013. Perdarahan Berlebih Saat Menstruasi. (http://Wanita Dunia Wanita. Perdarahan berlebih saat menstruasi). Diakses tanggal 11 April 2013 Ana Tardiana, 2012. Haid Tidak Berhenti Dan Banyak Mengeluarkan Darah. (http://ana-tardiana.blogspot.com/diberdayakan oleh blogger). diakses tanggal 11 April 2013 Bobak, dkk, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC; Jakarta Burner, 2012, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Jurnal diakses tanggal 15 Februari 2013 Depkes RI, 2008, Remaja Dan Anemia. UNICEF; Yakarta , 2002. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizo untuk Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Jakarta : Jakarta Hasmi, dkk, 2005. Remaja Mengenal Dirinya. UNFPA; Jakarta Harjana, 2013. Gejala Anemia, Penyebab, Faktor Resiko dan Pencegahan. (http://gejalapenyakitmu.blogspot). Diakses tanggal 18 Mei 2013 Martadisoebrata, dkk, 2005. Menstruasi Mengakibatkan Anemia, Jakarta Machfoedz, 2008. Metodologi Penelitian. Fitramaya; Yogyakarta Megabohari, 2011. Anemia Saat Menstruasi. (http://megabohari@yahoo.com). Diakses tanggal 11 April 2013. Notoatmodjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Niken, 2013. Menstruasi Tidak Normal, Waspada Anemia. (http://okehealth/detailhealthupdate/29/03/2013). Diakses tanggal 11 April 2013

Proverawati, 2011. Anemia Dan Anemia Kehamilan. Nuha Medika; Yogyakarta Purwanto, 2004. Pengantar Statistik Keperawatan. EGC; Jakarta Sediaoetama, 2004. Pola Makan seimbang. (http://polamakanseimbang/blogspot/ 2012). Saifuddin AB, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta Sadikin, 2001. Biokimia Darah. Widya Medika; Jakarta Wiknjosastro, 2007. Ilmu Kandungan. Prawirohardjo; Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Wirakusumah, 2010. Sehat Cara Al-Quran dan Hadits. Hikmah; Jakarta Widyastuti, dkk, 2011, Tahap-Tahap Remaja. (http://widyastuti.tahaptaharemaja.com/23/04.2011). Diakses tanggal 15 Februari 2013 Zen, 2013. Penyebab Anemia Dan Faktor Resikonya. (http://zonokesehatan. wordpress.com/2013/01/17/penyebab-anemia-dan-faktor-resikonya). Diakses tanggal 18 Mei 2013

BIODATA

Nama Tempat/Tgl Lahir Agama Pekerjaan Alamat No. Telp/HP Nama Orang Tua a. Ayah b. Ibu Pekerjaan Orang Tua a. Ayah b. Ibu Alamat Orang Tua

: SABARINA : Dayah Muara Sigli, 29 September 1987 : Islam : Karyawan Swasta : Dayah Muara Garot, Sigli : 085277455271

: ABDULLAH AHMAD : MARIANI

: Sopir : IRT : Dayah Muara Garot, Sigli

No. Telp Orang Tua : 081360114028 Status Nama Suami : Menikah : Sulaiman, AMD

Pendidikan yang ditempuh/Tahun Lulus 1. SD Negeri 1 Indrajaya : Tahun 1994 - 2000

2. SMP Negeri 1 Indrajaya : Tahun 2000 - 2003 3. SMU Negeri 2 Sigli 4. AKBID YPNAD Sigli : Tahun 2003 - 2006 : Tahun 2006 2009

Tertanda

(SABARINA)

Anda mungkin juga menyukai