Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA

KAJIAN KRITIS JURNAL OPEN-ENDED TASKS IN THE PROMOTION OF CLASSROOM COMMUNICATION IN MATHEMATICS

Dosen : Dr. Sugiatno

Oleh : Nama : Uni Nurul Rahmawati NIM : F04110006

PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Selama ini konsepsi guru tentang tindakan pengajaran berjalan sesuai perubahan kurikulum (Ponte, 1992), konsepsi yang sangat sering terfokus pada otoritas guru dalam memvalidasi apa yang terjadi di dalam kelas. Ketika menilai apa yang siswa dikatakan dan dilakukan dalam kegiatan kelas, bagaimana guru merangsang dan mengelola komunikasi matematika sangat penting. Pedoman metodologis saat ini untuk program siklus yang ketiga adalah bahwa guru harus menyajikan berbagai jenis tugas yang memungkinkan adanya "perbandingan hasil, pembahasan strategi" (Departemen Pendidikan, 2007, hal. 8). Oleh karena itu, strategi pengajaran harus melibatkan siswa dalam kegiatan menganalisis, melakukan, mendengarkan, mencerminkan, berdebat, dan berdiskusi. Kegiatan-kegiatan tersebut mempengaruhi bagaimana guru mengevaluasi penalaran siswa dan mendorong mereka untuk menganalisis dan menanggapi penalaran siswa lain, yang berkaitan dengan bagaimana komunikasi matematika dipromosikan selama pekerjaan kelas. Sedangkan untuk mengajukan pertanyaan, NCTM (1994) menganggap bahwa rumusan pertanyaan-pertanyaan guru dapat membantu siswa untuk memahami kegiatan mereka, agar siswa dapat memutuskan apakah sesuatu benar atau tidak benar secara matematis, dapat berspekulasi, berdebat dan menyelesaikan masalah dan dapat menghubungkan ide-ide matematika serta mengaplikasinya. Salah satu cara untuk melakukannya dengan menggunakan tugas tantangan (Ponte, 2005). Namun, pemilihan tugas tidak dengan sendirinya menjamin pengajaran yang efektif. Guru penting untuk menentukan "aspek yang harus digarisbawahi dalam tugas yang diberikan, seperti mengatur dan membimbing karya siswa, apa yang ingin ditanyakan, dapat menantang berbeda tingkat keterampilan siswa "(NCTM, 2007, hal. 20). Hal ini penting bagi siswa untuk "mengerjakan tugas-tugas matematika yang mengatur mata pelajaran yang relevan untuk diskusi "(NCTM, 2007, hal. 66). Sehingga pada langkah berikutnya setelah pelaksanaan tugas yang ditetapkan pada diskusi ini, memungkinkan bagi siswa untuk berpikir, merasionalisasi dan berkomunikasi secara matematis. Penelitian ini dirancang oleh 2 guru, dengan memilih topik urutan dan keteraturan. Topik ini berkaitan dengan istilah umum dari urutan numerik, representasi dan ekspresi aljabar. Di kelas pertama, mereka mengimplementasikan tugas eksplorasi, sedangkan kelas kedua melibatkan tugas yang bersifat investigasi. Waktu antara dua kelas adalah sekitar satu bulan, untuk memastikan: (1) pengembangan partisipasi siswa dalam diskusi kelas dan keterlibatan mereka dalam belajar urutan dan keteraturan, dan (2) kemajuan guru dalam monitoring diskusi ini ketika mereka membaca dan mendiskusikan teks pada komunikasi matematika di kelas. Dari analisis data yang dikumpulkan dengan metode ini, informasi ini diselenggarakan sebagai berikut: (1) Kelas penelitian melibatkan tugas eksplorasi, (2) kelas penelitian melibatkan investigasi tugas, (3) pandangan peneliti tentang pengaruh tugas pada diskusi kelas. Penyelesaian dua tugas di kelas memungkinkan peneliti untuk melihat pengaruh yang konsepsi nya telah dijalani yang ia promosikan mengenai komunikasi dengan sedikit ruang

bagi siswa untuk campur tangan dan, ketika mereka melakukannya, adalah untuk menyajikan jawaban - memberi jalan untuk komunikasi kontributif selama presentasi dan diskusi solusi siswa, yang cenderung mempengaruhi jalannya kelas. Keterbukaan untuk berinovasi dalam praktek nya kontribusi terhadap perubahan ini dan juga membantunya untuk membaca dan berdiskusi dengan rekan-rekan teks tentang aspek mengajar. Dalam pelajaran pertama kali diamati, aktivitas guru menang dengan merugikan kegiatan siswa. Ketika seorang siswa dari salah satu kelompok mempresentasikan solusinya, yang lain tidak melakukan intervensi. Peneliti cenderung untuk menjelaskan apa yang para siswa lakukan oleh mengulangi apa yang mereka katakan, dan mengajukan pertanyaan yang direncanakan (Moyer & Milewicz, 2002). Setelah kelas dengan tugas eksplorasi, guru diakui di kelas ini bahwa ia mengulangi apa siswa katakan dan lakukan. Dia melakukan ini untuk kepentingan siswa yang tidak mempertanyakan mereka rekan-rekan yang telah mempresentasikan solusi mereka. Meskipun Osana et al. (2006) menganggap bahwa tugas yang bersifat terbuka merangsang siswa untuk terlibat dalam kegiatan kelas, Nicol (1999) menekankan pentingnya guru mengetahui bagaimana untuk mendengarkan siswa mereka dalam rangka mendorong mereka untuk membahas kegiatan kelas. Hanya kemudian, seperti yang disarankan oleh Moyer dan Milewicz (2002) dapat guru gunakan tanggapan siswa untuk mengumpulkan informasi tentang cara mereka berpikir. Di kelas kedua guru merasa bahwa "kontribusi dari siswa untuk mempengaruhi jalannya kelas dengan penemuan terinspirasi dan mempertanyakan dari orang lain tentang penemuan ini "(I2). Perubahan dalam cara bahwa ia di dorong berkomunikasi antar siswa memberi kesan bahwa itu adalah karena, seperti yang dianjurkan oleh Stein dan Smith (1998), dengan tingkat kognitif yang lebih tinggi dari tugas yang ia mengusulkan, yang dirangsang pembahasan dan perumusan dugaan. Tapi juga itu karena perhatian bahwa guru berikan kepada jawaban siswa. Pertimbangan apa yang siswa katakan dan lakukan harus menjadi bagian dari budaya kelas yang dipelihara di awal tahun sekolah dan harus bertahan di tahun-tahun yang lebih maju. Hanya kemudian akan siswa memahami bahwa mereka keterlibatan dalam kegiatan kelas tidak hanya memperkaya pembelajaran mereka sendiri tetapi juga memperkaya pembelajaran rekan-rekan mereka. Pembahasan teks pada komunikasi matematika dengan seorang rekan dan sifat yang berbeda dari tugas-tugas terbuka memainkan peranan utama dalam membawa perubahan ini. B. Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana keefektifan tugas terbuka dalam mempromosikan komunikasi dalam kelas matematika? Dari rumusan masalah tersebut dapat di rinci menjadi beberapa pertanyaan, yaitu sebagai berikut : 1. Apakah yang menjadi tujuan penulisan artikel ? 2. Hal apa yang terlupakan / tidak dinyatakan oleh penulis ? 3. Apakah komunikasi matematika merupakan suatu masalah yang penting ? 4. Apakah ada dugaan yang dibuat penulis ? 5. Apakah bukti yang disuhkan sudah cukup ? 6. Apakah sudah jelas simpulan yang dirumuskan ?

7. Apakah penulisan cocok untuk pembaca yang dituju / disasar? 8. Apakah kelebihan dari artikel tersebut ? 9. Apakah kekurangan dari artikel tersebut ? C. Tujuan Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Untuk mengetahui tujuan penulisan artikel ini Untuk mengetahui apa-apa saja yang terlupakan / tidak dinyatakan oleh penulis Untuk mengetahui alasan pentingnya komunikasi matematika Untuk mengetahui dugaan yang dibuat penulis Untuk mengetahui sudak cukup atau belum bukti yang disuguhkan Untuk mengetahui sudah jelas atau belum simpulan yang dirumuskan Untuk mengetahui cocok atau tidaknya penulisan untuk pembaca yang dituju / disasar Untuk mengetahui kelebihan dari artikel tersebut Untuk mengetahui kekurangan dari artikel tersebut

BAB II PEMBAHASAN

Tujuan penulis untuk menulis artikel ini adalah untuk mempromosikan komunikasi matematika di Sekolah Dasar. Selain itu, artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana guru menempatkan pedoman baru untuk pengajaran matematika menjadi berlatih, dengan penekanan khusus pada matematika komunikasi di dalam kelas. Hal yang terlupakan oleh penulis menurut saya sebagai pengkaji artikel ini adalah alasan mengapa dia memilih tugas terbuka untuk mempromosikan komunikasi matematika di Sekolah Dasar. Berikut paparan mengenati tugas terbuka. "Apakah tugas terbuka itu?" Kesulitan dalam mendefinisikan tugas terbuka terletak pada konteks permasalahan di mana tugas itu dibingkai. Sebuah tugas yang memungkinkan beberapa jawaban, namun jika salah satu jawaban secara eksplisit diberikan nilai yang lebih tinggi daripada yang lain, maka tugas tersebut akan ditafsirkan oleh responden sebagai tugas tertutup. Jika karakter "terbuka" dari tugas berada di jalur yang memungkinkan solusi ganda, maka hampir semua tugas dapat dianggap terbuka, karena teknik pemecahan masalah murid telah didokumentasikan secara luas. Satu contoh yang sangat penting dari fenomena ini dapat ditemukan di koran "Dua ratus cara untuk mengurangi: Sebagian besar dari mereka salah" (Marriott, 1976), analisis dari 2.826 usaha anak-anak untuk mengurangi 586 dari 940. Untuk beberapa siswa, masalah matematika merupakan tugas a. Dimana siswa tertarik dan terlibat dan yang ia harapkan agar mendapatkan sebuah pemecahan, dan b. Dimana siswa tidak memiliki sarana matematika yang dapat diakses dengan mudah untuk mencapai pemecahan tersebut. (Schoenfeld, 1989, pp.87-88).

Jelas, "Masalah" matematika tidaklah harus "terbuka". Namun, Dengan menggunakan soal (masalah) terbuka, pembelajaran matematika dapat dirancang sedemikian sehingga lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi mereka dalam menggunakan ekspresi matematik (Takahashi, 2006). Dalam upaya menemukan berbagai alternatif strategi atau solusi suatu masalah, siswa akan menggunakan segenap kemampuannya dalam menggali berbagai informasi atau konsep-konsep yang relevan. Sehingga dengan demikian akan mendorong siswa menjadi lebih kompeten dalam memahami ide-ide matematika. Hal demikian tidak akan terjadi dalam pembelajaran yang menggunakan

soal tertutup yang hanya merujuk pada satu jawaban atau strategi penyelesaian. Penggunaan soal tertutup kurang mendorong siswa untuk mengeksplorasi berbagai ide-ide

matematikanya, sehingga kurang memungkinkannya untuk secara efektif digunakan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematika sekaligus membangun pemahaman matematik siswa. Pada prinsipnya artikel tersebut menggunakan metode pemberian tugas, jenis tugas tersebut adalah tugas terbuka yang memiliki banyak cara untuk menentukan jawaban. Dalam pelaksanaannya, pemberian tugas ini memiliki kelebihan dan juga kelemahan. Kelebihan pemberian tugas yakni : 1). Pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar akan dapat diingat lebih lama, 2). Siswa berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, kreatif, tekun, giat, rajin belajar, dan berdiri sendiri, 3). Siswa terbiasa mengisi waktu senggang dengan hal-hal yang konstruktif. Sedangkan kelemahan dalam pemberian tugas adalah : 1). Seringkali siswa hanya menirukan hasil pekerjaan orang lain tanpa mau berusaha, 2). Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain, 3). Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual, 4). Apabila terlalu sering memberikan tugas dan terlebih jika tugas tersebut terlalu sulit dikerjakan maka akan mempengaruhi ketenangan mental siswa. Dalam pelaksanaannya, pemberian tugas ini diberikan secara perorangan maupun kelompok. Pemberian tugas perorangan dan pemberian tugas kelompok masing-masing memiliki kelebihan dan juga kelemahan. Adapun kelebihan pemberian tugas perorangan adalah : 1). Siswa lebih mandiri, 2). Siswa lebih mengekspresikan seluruh kemampuannya, 3). Siswa lebih bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugasnya, 4). Sangat terlihat kemampuan masing-masing siswa. Sedangkan kelemahan pemberian tugas perorangan adalah : 1). Penyelesaian tugas kurang mendalam dan kurang sempurna karena hasil pemikiran perorangan, 2). Apabila terdapat tugas yang kurang diminati siswa malas untuk menyelesaikan, 3). Bagi siswa yang kurang memiliki kepercayaan diri tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Adapun kelebihan pemberian tugas kelompok adalah : 1). Secara mental siswa merasa tenang dalam menyelesaikan tugasnya, 2). Penyelesaian tugas lebih mendalam dan sempurna karena hasil pemikiran beberapa orang, 3). Siswa terlatih untuk mengerjakan tugas secara team. Sedangkan kelemahan pemberian tugas secara kelompok adalah : 1). Dalam satu kelompok pasti terdapat siswa yang tidak turut mengerjakan tugas tersebut, 2). Kurang terlihat kemampuan perorangan, 3). Seringkali terjadi motivasi untuk mengerjakan tugas rendah karena lemahnya tanggung jawab pribadi.

Menurut penulis, komunikasi matematika adalah penting untuk memungkinkan siswa untuk memahami tentang proses, diskusi dan keputusan yang dibuat. Namun, aturan pencapaian kurikuler tergantung pada bagaimana mereka diinterpretasikan oleh guru dan bagaimana mereka menyesuaikan mereka untuk konsepsi mereka sendiri pada tindakan mengajar. Di sisi lain, Greenes dan Schulman (1996: 168) yang mengatakan bahwa komunikasi matematik merupakan: (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain. Ada dua alasan penting mengapa pembelajaran matematika terfokus pada pengkomunikasian. Pertama, matematika pada dasarnya adalah suatu bahasa, bahasa kedua. Kedua, matematika dan belajar matematis dalam batinnya merupakan aktivitas sosial. Bukti yang disuguhkan penulis belum cukup, hanya dari berbagai sumber saja yang terlalu banyak, sehingga fakta-fakta yang seharusnya ada akhirnya ditiadakan. Simpulan yang ditulis oleh penulis masih tersirat belum tersurat di dalam artikel, hal ini memungkinkan pembaca untuk menyimpulkan sendiri atas apa yang tertulis di dalam jurnal / artikel. Gaya penulisan penulis menurut saya belum sesuai dengan yang ingin dituju, berhubung ini adalah jurnal atau artikel penelitian di sekolah dasar. Gaya penulisan yang berbelit-belit ini yang akan sulit dimengerti pembaca. Walaupun tujuan penulis yang sebenarnya dari penjelasan yang panjang ini adalah agar pembaca lebih mudah untuk mengerti maksud dari penulis. Yang menjadi kelebihan artikel ini adalah penulis menyuguhkan berbagai macam sumber sehingga data yang diperoleh valid untuk menjadi landasan penulisan artikel ini. Selain itu, peneliti memberikan tugas eksplorasi dalam pelajaran pertama dan tugas investigasi dalam pembelajaran kedua. Jarak antara pembelajaran pertama dan kedua 1 bulan. Pengamatan pada pembelajaran pertama menunjukkan bahwa komunikasi di dalam kelas sebagian besar difokuskan pada guru, yang menyediakan sedikit interaksi siswa-siswa dan kelas siswa. Dalam pembelajaran kedua yang diamati, guru mengubah perhatian dia membayar apa yang dikatakan setiap siswa dan melakukan, mendorong siswa untuk saling bertanya dan mendorong siswa-kelas dan siswa-siswa komunikasi. Sehingga tampak jelas perbedaan perkembangan komunikasi matematik siswa di kelas.

Yang menjadi kelemahan artikel ini adalah penulis tidak menuliskan alasan yang jelas, mengapa dia memilih tugas terbuka untuk mempromosikan komunikasi matematika di sekolah dasar. Selain itu, penulis terkesan berbelit-belit dalam menyampaikan apa yang ditelitinya, sehingga pembaca harus mengulang membacanya agar dapat mengerti maksud dari penulis. Kemudian hasil penelitian di artikel ini masih tersirat. Oleh karenanya kita harus bisa menyimpulkan sendiri atas apa yang ditulis oleh penulis.

BAB III PENUTUP

Jadi, yang dapat saya simpulkan setelah mengkaji artikel ini adalah artikel ini masih layak untuk dijadikan referensi untuk artikel selanjutnya. Hanya saja perlu pendukung (artikel) lain yang lebih memadai. Tugas terbuka dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan interpretatif dapat menjadi salah satu alternatif untuk mempromosikan komunikasi matematika di kelas, baik di sekolah dasar ataupun sekolah menengah. Karena seorang guru harus mempunyai berbagai macam cara metode pengajaran di dalam pembelajaran di kelas agar siswa dapat lebih memahami apa yang disampaikan guru.

DAFTAR PUSTAKA

http://firda91.blogspot.com/2013/05/soal-open-ended.html
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/download/1116/1168

http://kartiniokey.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-kemampuan-komunikasi.html http://suradin.wordpress.com/2008/03/07/perbedaan-hasil-belajar-siswa-yan-diberi-tugasperorangan-dengan-tuas-kelompok-dan-motivasi-belajar-terhadap-hasil-belajar-ssiswa-pada-bidangstudi-ekonomi-koperasi-di-sma-negeri-4-kendari/

http://www.researchgate.net/publication/50928365_STUDI_TENTANG_KEMAMPUAN_K OMUNIKASI_MATEMATIKA_SISWA_KELAS_XI_IPA_SMAN_1_MANTUP_PADA_ MATERI_STATISTIKA

Anda mungkin juga menyukai