Anda di halaman 1dari 3

Setelah melihat majalah tempo dan membaca kedua tulisan tersebut,dapat dilihat bahwa kedua tulisan tersebut membahas

mengenai hokum rajam. Tetapi kedua tulisan tersebut melihat hokum rajam dari sudut pandang yang berbeda. Tulisan yang pertama melihat hokum rajam dari segi kemanusiaan (juga ada segi keagamaan) , sedangkan tulisan yang kedua melihat hokum rajam dari segi hokum. Yang dimaksudkan dengan hukum rajam tersebut identik dengan hukuman mati,yaitu para pelaku perzinahan dikubur dalam tanah hingga batas bahu, lalu pelaku perzinahan tersebut dilempari dengan batu hingga meninggal. Salah satu tulisan mengenai hokum rajam (tulisan yang melihat hokum rajam dari segi kemanusiaan) tersebut ditulis oleh Goenawan Mohamad. Goenawan Mohamad adalah seorang pria yang beragama islam. Beliau adalah seorang muslim yang taat pada ajaran agamanya. Namun disamping itu,Goenawan Mohamad juga gemar menambah pengetahuannya dengan membaca kitab suci dari agama-agama lainnya. Beliau juga khusus membaca dan mempelajari alkitab untuk mempelajari mengenai hokum rajam ini. Selain itu beliau juga merupakan salah satu orang yang tidak setuju dengan pemberlakuan hokum rajam tersebut. Dalam tulisannya, beliau membahas mengenai hokum rajam dan membandingkannya dengan sikap yang diambil oleh Yesus pada saat Yesus menyikapi permasalahan perempuan yang tertangkap berzinah. Pagi itu Yesus sedang duduk mengajar orang banyak. Tiba-tiba datanglah para ahli taurat dan orang farisi sambil membawa seorang wanita kehadapan Yesus. Mereka memaksa wanita itu untuk berdiri ditengah banyak orang. Wanita itu tertangkap basah sedang berzinah. Dan menurut Hukum Taurat Musa,wanita itu harus dihukum rajam. Para ahli taurat dan orang farisi sudah tahu tentang hokum itu,namun tetap saja mereka menanyakan kepada Yesus mengenai hal apa yang harus mereka lakukan pada wanita itu. Sesungguhnya para ahli taurat dan orang farisi ini ingin mencobai Yesus namun Yesus menjawab Barang siapa diantara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu. Setelah Yesus menjawab demikian,tak ada satu orang pun yang berani memulai untuk melempari perempuan itu dengan batu, yang terjadi justru satu per satu dari orang-orang itu pergi meninggalkan tempat itu. Dan akhirnya disana hanya tinggal Yesus berdua dengan perempuan itu,lalu yesus berkata Aku pun tak menghukum engkau. Pergilah,dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang. Menurut saya dari cerita yang dituliskan oleh Goenawan Mohamad tersebut dapat kita lihat alasan mengapa beliau tidak setuju dengan diberlakukannya hokum rajam. Karena pada dasarnya manusia tidak dapat luput dari melakukan kesalahan. Manusia tidak dapat luput dari yang namanya dosa. Manusia didunia ini tidak ada yang sempurna. Pasti pada suatu saat tertentu pernah melakukan kesalahan. Dapat kita lihat dalam cerita tersebut,Yesus sangat bijaksana dalam mengambil keputusan. Yesus mempersilahkan orang yang merasa dirinya tidak berdosa untuk melempari perempuan itu. Namun ternyata tidak ada satu orangpun yang berani untuk memulau melempari perempuan itu. Yang terjadi justru mereka meninggalkan tempat itu. Hal itu jelas menunjukan bahwa sesungguhnya manusia

pun menyadari bahwa dirinya tidak akan pernah luput dari dosa. Yesus saja mau dan bisa untuk mengampuni perempuan tersebut. Bahkan Yesus memberikan kesempatan kedua bagi perempuan tersebut untuk menjalani hidupnya dengan lebih baik lagi. Oleh karena itu,sebagai seorang manusia telah seharusnya kita menyadari bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh kesempatan kedua,yakni suatu kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya dan kesempatan untuk hidup lebih baik dari sebelumnya serta berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Disamping itu saya sependapat dengan bapak Goenawan Mohamad. Saya sangat tidak menyetujui dengan adnya hokum rajam. Menurut saya hokum rajam itu adalah sesuatu hal yang melanggar hak asasi manusia ( HAM ). Karena sejak dilahirkan kedalam dunia ini, sesungguhnya manusia telah memiliki hak untuk hidup. Hak untuk hidup ini berasal dari Tuhan. Tuhanlah yang memberikan kehidupan kepada umat manusia dan telah seharusnya juga hanya Tuhan yang dapat mencabut nyawa manusia. Jika kita melakukan hokum rajam berarti kita juga adalah sama seperti seorang pembunuh. Karena kita yang melempari orang yang bersalah tersebut dengan batu sampai ia meninggal. Hal itu juga sama artinya bahwa kita yang mencabut nyawa orang tersebut dan hal itu berarti kita tidak menghargai hak untuk hidup yang dimiliki oleh orang tersebut. Padahal seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa hak untuk hidup itu diberikan oleh Tuhan. Selain itu dari hokum rajam tersebut juga tercermin sikap tidak manusiawi. Manusia yang satu sampai hati untuk membunuh manusia yang lain. Hal ini sangat memprihatinkan. Jika kedepannya hokum rajam ini tetap disahkan dan digunakan, maka akan muncul banyak pertentangan dan juga akan muncul banyak pelanggaran hak asasi manusia. Dapat kita lihat dari undang-undang yang mengatur mengenai hokum rajam ini bahwa hokum rajam ini diberlakukan bagi orang yang melakukan perzinahan baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Bagi yang belum menikah,mereka mendapatkan dispensasi yakni hanya dilepari batu hingga seratus kali. selain itu juga hokum rajam ini baru dapat dilaksanakan jika telah terdapat empat orang saksi mata yang memergokinya. Bagaimana halnya jika para saksi ini berbohong mengenai keterangan yang diberikannya karena memiliki masalah pribadi dengan orang yang dituduhya melakukan perzinahan,padahal orang yang dituduhnya itu sama sekali tidak melakukan perzinahan, dan saat hal itu terbongkar orang yang tidak bersalah itu(sang korban penuduhan) telah meninggal karena dihukum rajam?? Bukankah hal itu menjadi sangat tidak adil? Padahal hokum rajam dimaksudkan untuk menerapkan keadilan. Dalam hal ini sangat jelas terlihat bahwa hokum rajam yang dilaksanakan terhadap orang yang melakukan perzinahan tidak memiliki batasan-batasan atau patokan-patokan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan. Hukum rajam hanya berpatokan pada saksi dan belum tentu terdapat bukti.

Selain itu juga perlu dipertimbangkan bahwa selain terdapat pihak-pihak yang menyetujui dengan diberlakukannya hokum raja mini,juga terdapat pihak-pihak yang tidak menyetujui. Hail ini dapat menimbulkan masalah besar dikemudian hari. Pertentangan ini akan terus berlanjut jika hokum rajam ini benar-benar diberlakukan. Sebenarnya dalam menyelesaikan masalah perzinahan ini masih banyak peraturan undangundang atau hukuman yang lebih tepat serta lebih baik. Selain hukuman rajam masih banyak peraturan yang lebih masuiawi dan lebih dapat dipertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai