Anda di halaman 1dari 2

Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi (QS.

87: 1) Dan siapa yang lebih berhak untuk ditinggikan dan disucikan melainkan hanya Dzat yang serba maha ini. Tuhan yang maha tinggi, kemuliaan-Nya tiada yang melangkahinya, keperkasaan-Nya tiada yang sanggup menandinginya. Dalam setiap ruku dan sujud kita selalu membaca tasbih, mengakui kesucian dan ketinggian -Nya, maka di luar shalat seharusnya kita lebih menyucikan dan meninggikan Allah. Dan ketinggian di sini bukanlah sebuah ketinggian materi dan tempat atau kedudukan. Namun ketinggian dengan segala maknanya. Berkuasa, serba mampu bertindak dan melakukan apa saja. Yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya) (QS. 87: 2) Allah lah Sang Pencipta dengan sebenar makna penciptaan yang selalu menyempurnakan ciptaanNya. Apalagi ciptaan Allah yang bernama manusia, Allah bekali dengan segala kesempurnaan([4]). Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk (QS. 87: 3) Asy-Syibli dan Abu Bakar al-Wasithy mengatakan Allah menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan, Dia tunjuki jalan kebahagiaan dengan mudah untuk orang-orang yang berbahagia. Dan Dia mudahkan jalan kesengsaraan bagi orang-orang yang celaka ([5]). Al-Baghawi memberikan penafsiran lain, Allah tentukan kemanfaatan dan memberikan jalan serta petunjuk bagi manusia untuk mengeluarkan dan memanfaatkannya ([6]). maksudnya Allah telah menakdirkan segala sesuatu di dalam kitab takdir, takdir baik maupun tadir buruk.

Kemudian Allah-lah yang memberi petunjuk kepada setiap makhluk untuk menuju takdirnya masingmasing.akhirnya kita hanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan takdir, tempat, waktu, dan gambarannya yang telah tertulisdalam takdirnya tersebut.

Dan yang menumbuhkan rumput-rumputan. Lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitamhitaman (QS. 87: 4-5) Dialah yang menumbuhkan dan menghidupkan rumput basah dan menjadikannya rizki serta makanan untuk binatang ternak. Dia juga yang sanggup mematikannya, mengubahnya dari segar dan basah menjadi kering kehitaman([7]). Ghutsa` artinya kering sehingga mudah terbawa air atau tiupan angin dan Ahwa berarti hitam, dan tidak seperti aslinya yaitu berwarna hijau([8]). Ibnu Manzhur mengatakan aslinya adalah hitam, dipakai untuk tumbuhan yang kering. Beliau menukil dari al-Jauhari bahwa ahwa dipakai untuk warna hitam campuran karena warna aslinya tidak demikian([9]). Az-Zamakhsyari menambahkannya ia menjadi kering dan kemudian hancur([10]).

Tanaman yang tadinya hijau. Indah dipandang mata. Ranting dan daunnya terlihat gagah dan kencang, kemudian bisa berubah menjadi kering dan berwarna hitam. Hitam yang mengerikan. Tanda kematian. Seharusnya manusia berpikir. Sebagaimana tumbuhan berotasi, ia pun akan mengalaminya. Dari tak berdaya saat menjadi bayi kemudian menjadi gagah ketika berusia remaja dan dewasa. Ia juga akan seperti tanaman, kering dan kemudian mati. Siapakah yang membuat rotasi usia ini.

Anda mungkin juga menyukai