Anda di halaman 1dari 8

KEGAGALAN MAHASISWA DALAM MENGAWAL REFORMASI Oleh: Asep Setiadi (Ketua Umum HMI Cab. Kab.

Bandung 201 !201"# Hampi$ tida% ada &ang menging%a$i' bah(a se)a$ah pe$)alanan bangsa ini tida% bisa dilepas%an da$i pe$anan mahasis(a. *e$i+de sebelum %eme$de%aan hingga a(al %eme$de%aan sampai dengan e$a $e,+$masi' mahasis(a mampu menampil%an di$in&a sebagai agen pe$ubahan s+sial (agent of sosial change# dan agen intele%tual (agent of intellectual#. *e$i+de %eme$de%aan' mahasis(a sebagai %aum te$pela)a$ mempel+p+$i te$bentu%n&a +$ganisasi Budi ut+m+. Me$e%alah pel+p+$ pen&elengga$aan K+ng$es pemuda tahun 1-2. &ang menghasil%an sumpah pemuda. Mahasis(a )uga be$pe$an dalam mendesa% S+e%a$n+ dan M+h. Hatta memp$+%lamasi%an %eme$de%aan /I dengan men0uli%n&a %e /engasdeng%l+%' %a$a(ang. *ada masa O$de 1ama' Maha(is(a dengan bebe$apa elemen mas&a$a%at be$pe$an dalam me$ebut %e%uasaan da$i penguasa +$de lama S+e%a$n+. *ada masa O$de Ba$u' mahasis(a be$pe$an dalam mela(an %edi%tat+$an penguasa hingga be$u)ung pada lengse$n&a *$esiden S+eha$t+ se%aligus menandai e$a &ang disebut dengan 2$a /e,+$masi. 3a%ta!,a%ta se)a$ah diatas membu%ti%an' bah(a mahasis(a adalah me$upa%an m+t+$ pengge$a% utama pe$ubahan bangsa ini. 4amun demi%ian' sei$ing dengan pe$)alanan bangsa ini' pe$an mahasis(a %ini sepe$ti pepatah 56+ng %+s+ng n&a$ing bun&in&a7. *as0a $e,+$masi' status mahasis(a sebagai %aum intele%tual ta% ubahn&a sepe$ti pepesan %+s+ng. mahasis(a ta% lagi mempun&ai spi$it pe$)uangan sebagai pel+p+$ pe$)uangan' mahasis(a ha$i ini tida% mempun&ai si%ap indepedensi dan te$%adang masih didi%te +leh pa$a seni+$. %eti%a pa$a seni+$ be$bi0a$a 5A7 me$e%a mengi%utin&a' %eti%a pa$a gene$asi tua sibu% %+$upsi pa$a gene$asi muda malah i%ut!i%utan %+$upsi bu%ann&a menegu$ pe$buatann&a &ang salah. Ban&a% %alangan &ang menggugat dan mempe$tan&a%an $ealitas dunia %emahasis(aan se%a$ang ini' &ang be$beda dengan 8aman dulu. 9e$a%an mahasis(a pas0a $e,+$masi 1--.' dinilai mengalami %emande%an dalam me$esp+n dinami%a %ebangsaan. S+$+tan %$itis te$hadap mahasis(a tida% han&a pada aspe% pe$ge$a%an (dem+nst$asi# mela(an %ebi)a%an peme$intah' tetapi pe$an da$i pa$a a%ti:is mahasis(a' &aitu ,ungsi mahasis(a sebagai agen of Intellectual )uga tu$ut men)adi s+$+tan. Mahasis(a se%a$ang di&a%ini tida% mampu menggali intele%tualn&a sesuai dengan disiplin ilmu masing!masing sehingga dapat mengambang%an %hasanah %eilmuan' melahi$%an ide!ide %$eati, dan in+:ati, untu% men)a(ab pe$s+alan bangsa.

*as0a $e,+$masi mahasis(a dihadap%an pada %+mple%sitas masalah &ang be$beda dengan ,ase!,ase sebelumn&a. /e,+$masi &ang melahi$%an sistem dem+%$asi ba$u di Ind+nesia dengan ditandai %ebebasan be$pendapat' mas&a$a%at %apitalis' pe$saingan pasa$ bebas dan be$%embangn&a te%n+l+gi in,+$masi' mau tida% mau men)adi m+m+% te$sendi$i bagi mas&a$a%at %hususn&a mahasis(a. 1ahi$n&a e$a $e,+$masi di Ind+nesia &ang diba$engi dengan a$us gl+balisasi membe$i%an ha$apan a%an %ema)uan %ehidupan. 4amun' disatu sisi mena(a$%an %ehidupan hed+nisme' %+nsume$isme dan mate$ialisme. /ealitas %ehidupan demi%ian men)adi medan (a0ana pe$ta$ungan nasib mahasis(a %edepan. ;i tengah mas&a$a%at %apitalisme gl+bal' pada aspe% buda&a' de$asn&a a$us gl+balisasi &ang masu% dalam dunia pemuda %hususn&a mahasis(a mampu mena(a$%an ga&a hidup %+nsume$isme dan hed+nisme. Se$buan buda&a ba$at me$ubah $asa buda&a mas&a$a%at Ind+nesia atau dengan %ata lain tida% ada dalam hal %ema)uan &ang di dapat dalam gl+balisasi &ang masu% di Ind+nesia. A$us gl+balisasi &ang mengali$ begitu de$as tanpa henti dan tanpa inte$upsi tida% han&a me$ubah 0a$a pandang $asa buda&a mahasis(a. *e$s+alan ga&a hidup bisa di$e,le%si%an lebih lan)ut pada aspe% ide+l+gis. Hal ini bisa dilihat pada %u$angn&a %esada$an a%an pe$an!pe$an pemuda se0a$a ideal dalam $ang%a membangun mas&a$a%at' bangsa dan nega$a. *ada %+nte%s ini' a$us gl+balisasi &ang datang di Ind+nesia men)adi%an mahasis(a %hususn&a HMI pada p+sisi gamang dan mis%in %a$a%te$. Me$e%a dituntut bagaimana setelah (isuda mendapat%an %e$)a. ;engan demi%ian' men)adi mahasis(a adalah )embatan mempe$bai%i ting%at %ese)ahte$aan dan mening%at%an status s+sial. A%ibatn&a' dunia %emahasis(aan dalam dasa(a$sa te$a%hi$ ini mengalami %emundu$an. Bebe$apa indi%asi &ang bisa menggamba$%an %emundu$an %aum intele%tual mahasis(a adalah $uang dis%usi mahasis(a tida% lagi di$amai%an pembi0a$aan tentang p$+blemati%a umat dan bangsa' +$ganisasi int$a maupun e%st$a %ampus sepi peminat' ban&a% ta(u$an anta$ mahasis(a. Mahasis(a se%a$ang 0ende$ung pada stud& +$iented' &aitu bagaimana mendapat%an nilai I*K &ang bagus dan 0epat lulus %uliah' sehingga dapat memasu%i dunia %e$)a dengan be%al I*K. A%ibatn&a' dunia %ampus se%a$ang tida% bedan&a dengan dunia pela)a Se%+lah Menengah Atas (SMA#. Mahasis(a pulang pe$gi da$i %ampus atau %+sann&a' begitu $utinitasn&a. A$tin&a' selesai mendapat%an 0e$amah d+sen di %elas' mahasis(a pulang %e $umah atau %ama$ %+san.

;unia mahasis(a tida% lagi %$itis dalam be$pi%i$. Me$e%a %ini adalah %aum te$didi% medi+%e$ (mediocreintellectual#. 6ida% ada hal %ema)uan dalam di$i mahasis(a. ;imana sains dan te%n+l+gi masu% %edalam dunia %emahasis(aan di saat buda&a memba0a dan menulis di%alangan mahasis(a &ang belum begitu mapan' gl+balisasi dan hed+nisme menggi$ing me$e%a %e dalam %ep+l+san be$pi%i$ atau masu% dalam ling%ungan culture of banality (buda&a %edang%alan#' a$us in,+$masi &ang me$e%a te$ima langsung dite$ima tanpa ada upa&a be$pi%i$ %$itis. Mahasis(a tida% mampu mengguna%an nala$ dalam menghadapi pe$s+alan. Ma%a tida% he$an %emudian me$e%a te$)eba% pada )a$ingan te$+$isme. Me$e%a te$)eba% pada a$us &ang pa$ad+g dengan nilai!nilai %emanusiaan. Intele%tual medi+%e$ begitulah p+t$et mahasis(a se%a$ang. Medi+%e$ adalah sebuah istilah untu% menggamba$%an sesuatu &ang tida% memili%i %elebihan. Intele%tual medi+%e$ be$a$ti %+ndisi dimana %aum intele%tual (ba0a: mahasis(a# tida% memili%i p$estasi &ang patut dibangga%an. /ealitas dunia mahasis(a saat ini te$)eba% pada $uang sempit &ang memebelenggu %$eati:itas' memati%an %ebebasan be$pi%i$' dan memati%an si%ap %$itis. Hal te$sebut be$u)ung pada ban&a%n&a pen&a%it!pen&a%it %$+nis &ang men)ang%iti mahasis(a' mulai da$i ta(u$an pelangga$an hu%um tinda% asusila' p$agmatisme' plagiat se$ta h&pe$m+$alitas. Bagaimana mahasis(a a%an mela%u%an pe$ubahan' )i%a me$e%a &ang be$tinda% sebagai agen pe$ubahan' )ust$u $usa%. *ada %+ndisi &ang demi%ian' mau diba(a %emana nasib bangsa ini' )i%a mahasis(a sebagai ha$apan bangsa' tida% lagi menempa di$in&a men)adi 5peta$ung7 &ang memili%i si%ap %$itis te$hadap p$+blemati%a umat dan bangsa< Apa%ah masih la&a% %ita semat%an istilah Agent Of Change' dan Sosial Of Control set$a Agent Of Intellectual %epada mahasis(a< Bangsa Ind+nesia tampa%n&a tengah te$)e$umus %e dalam satu situasi di mana batas anta$a bena$=salah' bai%=)ahat' m+$al=am+$al' men)adi %abu$ dan simpang siu$. Kita be$ada pada satu %eadaan >%etida%pastiaan m+$al? (indeterminancy of moral#' pada satu ga$is abu! abu m+$al' pada satu titi% ambiguitas m+$al. Melihat %abu$n&a batas!batas m+$al di dalam dunia %emahasis(aan %ita a%hi$!a%hi$ ini' ma%a apapun %ini tida% dapat lagi %ita lihat da$i %a0amata > moralitas? &ang biasa. Apa &ang %ini be$%embang di dalam mas&a$a%at %ita adalah apa &ang disebut 9e+$ge Bataille' di dalam bu%un&a Literature and evil (1--0#' sebagai >hipe$m+$alitas (hypermorality#' &aitu satu %+ndisi dimana u%u$an!u%u$an m+$alitas &ang ada tida% dipegang lagi' +leh %a$ena situasi &ang be$%embang telah >melampaui? batas!batas 9++d and 2:il.

Mas&a$a%at' %emudian be$ge$a% %e a$ah sebuah >%$isis legitimasi? ( moral#' sebagaimana di)elas%an +leh @u$gen Habe$mas di dalam legitimation Crisis (1--.#' &aitu tida% didenga$n&a lagi +leh mas&a$a%at imbauan!imbauan m+$al piha% be$(enang (%hususn&a penguasa#' +leh %a$ena me$e%a sendi$i &ang )ust$u dianggap se$ing mempe$0+nt+h%an tinda%an!tinda%an melangga$ m+$al. 6e$)adi satu ge$a%an pembebasan t+tal da$i nilai!nilai m+$alitas &ang ada' +leh %a$ena nilai! nilai te$sebut dianggap telah >didist+$si? atau >di0ema$i? . Apa$at hu%um dianggap tida% pun&a lagi legitimasi untu% men&elesai%an pe$s+alan!pe$s+alan hu%um dan %eadilan. Hipe$! m+$alitas menggi$ing pada satu situasi dimana mas&a$a%at tida% pun&a ha$apan lagi untu% men0a$i %eadilan' dan be$upa&a men0a$in&a sendi$i disebab%an si%ap apatisme &ang mun0ul te$hadap hu%um. @ulia K$iste:a' didalam *+(e$ +, H+$+$ (1-.2# menggamba$%an >m+$alitas mengambang? ini dengan istilah >abjeksi? (ab)e0ti+n#' &aitu suatu %+ndisi indi:idu atau mas&a$a%at tenggelam %e dalam )u$ang (m+$alitas# &ang paling $endah. M+$alitas be$ada pada dasa$n&a &ang paling $endah %eti%a len&apn&a batas!batas m+$al itu sendi$i (bai%=bu$u%' bena$=salah' dan sebagain&a#. 4ilai!nilai m+$alitas mengambang %e sana %e ma$i' &ang menggi$ing dunia pendidi%an %e a$ah ambiguitas m+$al: hu)atan mahasis(a &ang di sambut miste$ius' te$+$ &ang be$t+peng %eamanan' pen)a$ahan ha$ta $a%&at &ang dibe$i %+smeti% pembangunan' pen&i%saan &ang dibe$i m+ti, %esatuan bangsa' pembunuhan masal &ang dibe$i n+$ma penggalan pan0asila' %e)ahatan &ang ditutup dengan bung%us %epahla(anan' peme$%+saan ha% $a%&at &ang dibe$i embel!embel semangat 0inta bangsa. Aa)ah Ind+nesia %edepan ditentu%an +leh p+t$et $ealitas mahasis(a se%a$ang. 2%sistensi Ind+nesia masa depan sangat te$gantung pada bagaimana mahasis(a p+sisisn&a &ang st$ategis bagi pembangunan bangsa Ind+nesia. mahasis(a se%a$ang han&a mampu men)alan%an esta,et se)a$ah %ebesa$an mahasis(a &ang telah di$intis +leh pendahulun&a. Me$e%a tida% mampu men)adi a%t+$ pengge$a% pembangunan Ind+nesia. *e$an penting mahasis(a dalam membangun bangsa ini tida% a%an men)adi mit+s bela%a' )i%a mahasis(a se%a$ang mampu men)alan%an pe$an dan ,ungsin&a dengan %esungguhan se$ta be$tanggung )a(ab.

KEMARAU DI DUNIA INTELEKTUAL Dunia intelektual kita mengalami krisis. Tandanya, dari sana sudah lama tidak lahir pemikir-pemikir alternatif yang dapat memeberikan kesegaran dalam kehidupan politik dan kebudayaan ini. Buat menggambarkan state of the art dunia intelektual kita, saya tidak menngunakan konsep krisis, melainkan kemarau. Dunia intelektual kita diterjang musim kemarau (dan mungkin berkepanjangan), karena pertama, demi hidup yang memang susah, para intelektual kita diam-diam terjebak pada hal-hal yang lebih banyak bersifat teknis-praktis. Dan perlahan-lahan, tapi pasti, hal itu membikin mereka terperangkap dalam sumur kering pemikiran. urangnya kesempatan merenung se!ara longgar, kurangnya kesempatan retreat dan menarik diri dari dirinya sendiri, membuat para intelektual itu berubah jadi birokrat atau teknokrat, yang selalu harus menghasilkan sesuatu yang pasti-pasti, yang jelas tolok ukurnya, dan jika perlu, praktis dan mudah implementasinya. "efleksi menjadi barang yang mahal bagi para intelektual. Dan kemampuan untuk berpikir dan bersikap transenden, menembus batas-batas dunia wadag (yang bersifat material), menjadi sesuatu yang lebih mahal lagi. aum intelektual, dengan demikian, sebenarnya tidak lagi memainkan peran intelektual. #ereka tidak lagi menjadi penjaga suara ruh dan melantunkan tembangtembang surga$i buat memeberikan pertimbangan bagi hidup keduniaan yang semra$ut. Benarkah kalau begitu, bah$a kaum intelektual (!endikia$an) sudah mati, meskipun dalam masyarakat kita ada $adah resmi (artinya direstui pemerintah) yang menampung dan menandai kehadiran mereka di tengah-tengah kita semua. edua, ada perkara politis yang membuat para intelektual berperan demikian minor dalam masyarakat kita. %erkara itu terutama adalah karena posisi politis dalam dialog antara negara dan masyarakat sipil amat tidak seimbang. aum intelektual sebagai bagian dari masyarakat sipil, ternyata sama saja nyalinya dengan misalnya para petani, tukang be!ak, dan $arga masyarakat ba$ah lainnya. &rtinya, kaum intelektual pun tak bisa berbuat lain selain tunduk, patuh, dan menyerah tobat di depan kekuasaan. #emang benar bah$a kaum ke mana-mana. intelektual itu (akti'is, $arta$an, peneliti, dosen,kiai, pastur,seniman,budaya$an) masih bi!ara. Tapi,bi!aranya tak bergema

#ereka, dengan kata lain, (uma bi!ara dengan sesama mereka. "ame-rame memaki atau melakukan protes di antara mereka. Dan memperoleh rasa puas di antara sesama mereka. #aka terasa benar akibatnya, bah$a forum-forum diskusi atau seminar terkadang (uma menjadi sema!am forum, maaf, masturbasi kultural. )e!ara teoritis hal itu memang masih juga berarti. Dan mungkin positif, sebagai !ermin adanya suatu bentuk resistensi budaya, dan bah$a betapapun lemahnya posisi mereka, tapi langkah-langkah politis dari penguasa atas mereka tak sepenuhnya diterima dengan serba naif. Tapi, yang menjadi persoalan dan mengusik kita ialah bah$a real politics memiliki hukum-hukumnya sendiri, dan menurut kita agar kita memeberi ja$aban yang pas dengan tuntutan. Dan itu yang tak bisa dilakukan oleh kaum intelektual kita, karena tidak ada antara mereka yang memiliki nyali besar. Tak ada di antara mereka yang punya harga politis, yang membuat suara mereka layak diperhitungkan. alau toh ada yang punya harga politis, harga itu tentu (uma

rendah. &pa artinya hal itu* Barang siapa berpikir tentang kehidupan masyarakat dan negara, terutama tentang proses timbulnnya demokrasi yang lebih besar, penghargaan lebih tinggi atas hak asasi manusia dan hal-hal lain di seputar itu, mungkin pernah risau. Tapi, kita juga tahu, bah$a risau saja tidak meme!ahkan masalah. (elakanya, makin banyak terdengar suara orang-orang risau, makin mudah mereka dijaring dalam proses kooptasi, dan di dalam jaring itu mereka boleh merisaukan ini dan itu se!ara leluasa, tetapi tetap di ba$ah kendali tangan-tangan halus yang tak tampak. Dan artinya, terjadilah degradasi dalam diri kaum intelektual kita, yaitu dari status kultural sebagai manusia bebas menjadi alat dalam mesin besar kekuasaan. +a menjadi pelengkap dari kekuasaan. Dan kita tahu, itu sebuah penghianatan atas kodrat kulturalnya. Birokrat yang korup mungkin mudah dimaafkan dan masih bisa diperbaiki. Tapi, kalau intelektual yang terus-menerus dalam bersikap kemarau itu diam-diam sudah berkhianat terhadap peran sosio-politik dan budaya yang harus mereka mainkan, saya kira ini memang sebuah persoalan serius dalam kebudayaan kita hari ini. )elain faktor-faktor di atas, ada lagi sistem pendidikan kita kele$at menekankan unsur hafalan, termasuk menghafal ja$aban teknis, membuat mahasis$a tidak lagi memiliki ilmu dan seni ekspresi diri se!ara bebas. Disadari

atau tidak, kita telah memasung kebebasan ekspresi diri $arga negara kita. Dan ironisnya, hal itu dilakukuan atas nama dan melalui apa yang disebut pendidikan. Barangkali karena kele$at besarnya kehendak untuk menanamkan semangat ,-. pada generasi penerus, maka pendidikan kita jadi kentara amat bersifat normatifideologis. /elas bah$a tiga serangkai &gama, pendidikan #oral %an!asila, dan %endidikan )ejarah %erjuangan Bangsa merupakan suatu !ontoh, bah$a ketiganya lebih didekati (diajarkan) sebagai $arna ideologi (dihafal mati, tak boleh ada ja$aban kreatif), dan karena itu anak didik jadi beku. &neh bin ajaib, bah$a bahkan di perguruan tinggi, agama tetap diajarkan sebagai ideologi, dan bukan didekati dari sisi pemikirannya untuk mengembangkan intelektualitas. 0al ini perlu diperhatikan karena dalam kebudayaan dan politik kita, agama merupakan suatu yang strategis dan penting. #aka saya ikut setuju, bah$a di abad mendatang diharapkan agar agama lebih berperan sebagai pemberi alternatif dalam kehidupan politik, sosial, dan budaya bangsa. Tapi, kalau strategi pendidikan agama di sekolah pun di!ekokkan begitu rupa, bukan tak mungkin mahasis$a yang kritis bersikap dingin, apatis dan sinis terhadap ajarann agama. alau sudah begitu, jelas bah$a agama tak akan menjadi alternatif apa pun. )ejak tahun 1234-an, perubahan kuantitas dalam dunia pendidikan memang terjadi. eluarga besar +slam sering dengan rasa syukur menggarisba$ahi tanda perubahan itu pada sisi membanjirnya sarjana keluarga santri. emudian orang pun fasih bi!ara tentang santrinisasi birokrasi dan birokratisasi santri yang dianggap menandai $arna perubahan sosial de$asa ini. &nas )aidi dari 5+%+ itu malah pernah menyatakan pengamatannya, bah$a banyak doktor lulusan luar negeri yang terkenal, begitu kembali ketanah air, mereka gen!ar bi!ara teori ini teori itu dalam seminar-seminar. Tapi, kentara bah$a mereka begitu hapalan dari disertasi habis, mereka kehabisan lakon. &kibatnya, mereka tak bisa lagi memba!a realitas. Dan panitia seminar mana pun tak mau lagi mengundangnya. Dengan begitu tamat pula ri$ayat mereka. Tamat dalam arti bah$a mereka sudah sampai ke pun!ak karir akademis. )emua hapalan sudah mentok dan mapan dengan tertibnya. %adahal seharusnya kemapanan merupakan musuh utama.

Daftar Pustaka

Asgha$' ali dan pamung%as' a$idh+.201B.*e$pe0ahan HMI Menggugat Kebang%itan Intele%tual.@a%a$ta.Bumen *usta%a 2mas. Ami$' piliangCas$a,.200B.Hipe$!M+$alitas Mengadili Ba&ang! Ba&ang.C+ga&a%a$ta.Belu%a$. 1ati,' Cudi.2012.Intelegensia Muslim ;an Kuasa:9eneal+gi Intelegensia Muslim Ind+nesia Abad Ke 20. @a%a$ta: ;em+%$a0& *$+)e0t' edisi digital. *anitia *usat K+ng$es Muslimin Ind+nesia Bagian *ene$angan'1- -. 5*ed+man leng%ap K+ng$es Muslimin Ind+nesia 20!2" ;esembe$ 1- -7.C+g&a%a$ta Sit+mpul' Agussalim. 200.. 9ali8a' 0et. Ke B. Sit+mpul. Agussalim.1-EF. Se)a$ah *e$)uangan HMI 6ahun 1- E!1-E". Su$aba&a : Bina ilmu Sulast+m+.200..Ha$i!ha$i Cang *an)ang 6$ansisi O$de 1ama Ke O$de Ba$u: Sebuah mem+a$. @a%a$ta : *ene$bit bu%u %+mpas. S+ba$& m+hamad.1-- . M+$alitas Kaum *inggi$an.Bandung.Mi8an. Indi%at+$ Kemundu$an HMI. @a%a$ta:CD Misa%a

Anda mungkin juga menyukai