Karbohidrat atau gula menempati kedudukan inti pada metabolisme tumbuhan sehingga metode deteksi dan estimasinya sangat penting bagi para ahli tumbuhan. Gula merupakan kompleks senyawa organik pertama yang dibentuk tumbuhan sebagai hasil fotosintesis dan merupakan sumber energi utama untuk respirasi tumbuhan. Gula berperan sebagai sarana penyimpanan energi (pati), transport energi (sukrosa), dan sebagai bahan dasar pembangunan dinding sel (selulosa). Gula diklasifikasikan menjadi tiga golongan berdasarkan ukuran molekulnya, yaitu monosakarida (contoh: glukosa, fruktosa) dan turunannya; oligosakarida, yang terbentuk dengan kondensasi dua satuan monosakarida atau lebih (misalnya sukrosa); dan polisakarida, yang terdiri atas satuan monosakarida berantai panjang, disambungkan dengan cara kepala le ekor, berbentuk rantai lurus atau bercabang. Dari segi kimia, gula yang berbobot molekul rendah mempunyai sejumlah sifat yang sama. Mereka berupa senyawa polihidroksi alifatik yang aktif optik dan biasanya mudah larut dalam air, biasanya sukar mengkristal, meskipun murni, dan sering siisolasi sebagai turunannya (misalnya osazon, hasil reaksi dengan fenilhidrazin). Gula ini relatif labil dan mudah mengalami isomerisasi (enzimatis atau dengan cara lain), dan atau mengalami pembukaan cincin sewaktu proses ektrasi dan pemekatan ekstrak. Oleh karena itu, ketika diisolasi, harus dicegah pemanasan atau pH ekstrim. Gula merupakan senyawa tak berwarna, dan dalam jumlah mikro, harus dideteksi dengan menggunakan pereaksi kromogen yang cocok. Gula pereduksi seperti glukosa, yang secara klasik dideteksi berdasarkan pembentukkan endapan merah-kuning dengan larutan Fehling, dapat dengan mudah dideteksi pada kromatogram dengan menggunakan pereaksi fenol atau amina. Sementara itu, gula nonpereduksi biasanya dideteksi berdasarkan oksidasinya yang cepat dengan periodat atau timbal tetra asetat. Pereaksi umum untuk semua gula ialah larutan AgNO 3 basa, tetapi reaksi ini tidak sepenuhnya khas untuk gula karena ia bereaksi juga dengan senyawa tumbuhan tertentu seperti fenol. a. Monosakarida a.1 Kimia dan penyebaran Gula bebas utama merupakan monosakarida, seperti glukosa dan fruktosa (dan disakarida, yaitu sukrosa) bersama diikuti oleh xilosa, ramnosa, dan galaktosa. Gula lain yang terdapat dalam jumlah sedikit ialah gula fosfat, yang terlibat dalam proses metabolisme; senyawa ini mudah sekali terhidrolisis menjadi gula asalnya ketika ditangani; diperlukan cara khusus untuk mendeteksinya. Bagian terbesar karbohidrat yang terdapat dalam tumbuhan sebagai oligo- atau polisakarida, atau
terikat pada aglikon yang beraneka ragam yaitu sebagai glikosida. Ada lima gula yang biasanya dijumpai sebagai komponen glikosida dan polisakarida. Dua berupa heksosa, yaitu glukosa dan galaktosa, dua lagi berupa pentosa, yaitu xilosa dan arabinosa, dan satu lagi berupa metilpentosa, yaitu ramnosa. Yang umum didapatkan ialah asam uronat, yaitu asam glukoronat dan galakturonat. Heksosa ketiga, manosa, juga terdapat dalam bentuk polisakarida. Gula pentosa, yaitu ribosa dan deoksiribosa, yang berturut-turut merupakan komponen RNA dan DNA; tetapi jenis gula ini jarang ditemukan dalam tumbuhan dalam bentuk lain. Satu-satunya gula keto yang umum adalah fruktosa, tidak sering terdapat dalam glikosida tumbuhan, tetapi merupakan komponen biasa dalam oligosakarisa (contohnya sukrosa) dan dalam polisakarida, yang dikenal sebagai fruktan. Sederetan gula yang lebih langka terdapat dalam glukosida,contohnya gula lima karbon bercabang apiosa, yang terdapat sebagai glikosida flavon, apiin dalam biji peterseli, Peterselinum crispum. Gula dapat berada dalam lebih dari satu bentuk isomer aktif optik; tetapi dalam tumbuhan biasanya hanya dijumpai satu bentuk. Kromatografi biasanya tidak dapat membedakan enantiomer optik yang satu dari enantiomer optik lainnya. Secara teori, masing-masing gula bisa terdapat dalam bentuk piran (enam anggota) atau bentuk furan (lima anggota). Jadi, glukosa biasanya berbentuk konfigurasi piran, sementara fruktosa berbentuk furan. a.2 Metode yang dianjurkan (a) Menyiapkan cuplikan Analisis gula bebas dalam daun atau jaringan tumbuhan lain biasanya dilakukan dengan ekstraksi jaringan segar dengan etanol 95% 9atau metanol), kemudian dilanjutkan dengan memekatkan ekstrak untuk menghilangkan alkohol dan menyaringnya melalui celite, atau melakukan sentrifugasi untuk menghilangkan endapan. Ekstrak juga dapat dicuci pada suatu tahap dengan petroleum eter untuk menghilangkan lipid. Ekstrak air jernih yang diperoleh ditotolkan langsung pada kertas atau pelat. Sebelum menganalisis gula dalam hidrolisat polisakarida atau glikosida tumbuhan, perlu dihilangkan terlebih dahulu asam mineral yang dipakai untuk hidrolisis dengan menggunakan asam sulfat 1M, kemudian dinetralkan dengan barium karbonat hingga membentuk endapan barium sulfat. HCl 1M yang jumlahnya sedikit dapat dihilangkan pada tekanan rendah dengan menggunakan pompa arus, tetapi suhu harus terus dijaga di bawah 400C. HCl yang agak banyak dapat dihilangkan dari hidrolisat dengan mencucinya berulang-ulang memakai larutan n-oktilmetilamina 10% dalam kloroform. Catatan: kloroform lebih berat daripada air dan merupakan lapisan bawah). (b) Kromatografi kertas
Ekstrak gula dikromatografi satu arah secara menurun pada kertas Whatman no. 1 dengan empat pengembang yang berlainan di samping larutan campur baku yang mengandung glukosa, galaktosa, arabinosa, xilosa, dan ramnosa. Campuran baku harus dilarutkan dalam isopropanol 10% (mencegah pencemaran bakteria) masing-masing gula berkonsentrasi 0,5% bobot; kira-kira 3-5 l larutan ini harus ditotolkan pada kertas. Ekstrak tumbuhan harus ditotolkan dalam beberapa konsentrasi bila kadar gula dalam ekstrak tidak diketahui. Pemisahan gula umum dapat dicapai dengan baik secara kromatografi selama 18-24 jam, tetapi hasil terbaik memerlukan waktu 36 jam. Kertas yang telah dikeringkan kemudian dicelupkan ke dalam pereaksi anilina hidrogen ftalat, yang dibuat dengan pelarut eter-butanol, lalu dikeringkan lagi. Terakhir, kertas dipanaskan pada suhu 1050C selama 5 menit agar warna khas timbul. Kertas diperiksa secara rutin dengan sinar UV karena bercak gula berfluoresensi, dan cara ini merupakan cara deteksi yang lebih peka bila konsentrasi gula rendah. Hanya dua gula umum yang sukar dibedakan pada kromatogram yaitu glukosa dan galaktosa. Tetapi, keduanya dapat terpisah dengan baik bila kertas dikembangkan sekurang-kurangnta 24 jam. Glukosa dan fruktosa dapat dipisahkan dengan mudah, tetapi tidak demikian bila selain mereka terdapat juga sukrosa, maka dibutuhkan pengembang khusus. Asam glukoronat dan galakturonat dapat dibedakan dengan mudah selama kromatografi terjadi laktonisasi menjadi glukoronolakton, sehingga pada kromatogram akan tampak bercak kedua yang kekuatannya kira-kira sama tapi Rf-nya lebih tinggi. Belum lama ini, dalam tumbuhan telah ditemukan alosa, suatu monosakarida isomer glukosa yang terikat sebagai glikosida, misalnya sebgai flavon dalam Veronica filiformis. Identitas alosa sebgai salah satu gula yang terikat dipastikan dengan spektroskopi RMI-13C. (c) Memastikan identitas Pemastian identitas dapat dilakukan pada skala miro dengan mengukur serapan spektrum senyawa berwarna yang terbentuk sebagai hasil reaksi suatu gula dengan resorsinol-H2SO4 1M atau anilina hidrogen ftalat. Dengan pereaksi pertama ramnosa menghasilkan tiga puncak di daerah sinar tampak, 412, 488, dan 545 nm, sedangkan glukosa mempunyai puncak pada 489 dan 555 nm dengan suatu infleksi pada 430 nm, dan galaktosa mempunyai puncak pada 422 dan 495 nm dengan suatu infleksi pada 550 nm. Glukosa dan galaktosa dapat juga diidentifikasikan secara enzimatis pada skala mikro dengan menggunakan glukosa oksidase dan galaktosa oksidase. Dalam waktu singkat, glukosa akan dioksidasi secara khas menjadi senyawa yang tidak bereaksi lagi dengan anilina hidrogen ftalat. (d) Analisis kuantitatif
Salah satu cara baku yang tersedia adalah sebagai berikut: totolkan sejumlah volume larutan pada garis awal dengan mikropipet, dibuat triplo. Biarkan kertas mengering dan kembangkan dengan salah satu dari keempat pengembang baku gula. Untuk deteksi, kertas dicelupkan ke dalam pereaksi anilina hidrogen ftalat, lalu dikeringkan dan dipanaskan selama lima menit pada 1050C. Bercak berwarna digunting dan masing-masing diolesi dengan 3 ml metanol yang mengandung SnCl2 1%. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer (glukosa 397 nm, ramnosa 375 nm) dan diambil rata-rata dari tiga pembacaan. (e) Pembanding autentik Hampir semua gula di atas dapat dibeli di toko. Apiosa dapat diperoleh dari biji peterseli, Peterselinum crispum, dengan cara sebagai berikut: serbuk biji diekstrak dengan alkohol panas, alkohol diuapkan. Hidrolisis ekstrak akan menghasilkan campuran gula, dimana salah satunya adalah apiosa, yang dapat dibedakan dengan jelas karena mobilitasnya yang tinggi. Apiosa dapat diperoleh pada skala preparatif dengan mengkromatografikan campuran gula tersebut pada kertas Whatman no. 3 berupa garis dengan menggunakan salah satu dari empat pengembang gula. a.3 Teknik alternatif (a) Kromatografi lapis tipis Kebanyakan pemisahan yang dicapai dengan KKt dapat juga dicapai dengan KLT pada selulosa mikrokristal dengan menggunakan pengembang yang sama. Silika gel, penjerap KLT yang populer, sering dimodifikasi dengan perlakuan memberi larutan dapar yang sesuai (fosfat atau borat) sebelum digunakan untuk memisahkan gula. Pengembang yang dapat memisahkan gula yang biasa digunakan ialah campuran n-butanol-asam asetat-eter-air (9:6:3:1) dengan waktu pengembangan empat jam. Gula dapat dideteksi dengan menyemprot kromatogram memakai anilina hidrogen ftalat, atau naftoresorsinol 0,2 % dalam n-butanol yang mengandung asam fosfat 10 %. Bila pelat dipanaskan sepuluh menit pada 1000C, ketosa berwarna merah jambu, pentosa hijau, dan heksosa biru. Angka Rf (X100) dalam pengembang tersebut adalah : sukrosa 09, glukosa 22, fruktosa 27, xilosa 40, ribosa 47, dan ramnosa 55. (b) Kromatografi gas cair KGC gula merupakan cara yang kuran menyenangkan dibandingkan cara KKt, tetapi KGC mempunyai kelebihan, yaitu lebih peka. Tingkat deteksi dengan KGC ialah 0,1 g, sedangkan dengan KKt 5 g. Namun, gula harus dipisahkan dengan KGC sebagai eter trimetilsilil, dan harus diuapkan larutan gula dalam air hingga kering. Pekerjaan selanjutnya pun harus dilakukan dalam keadaan bebas air. Sisa
yang mengandung gula direaksikan dengan heksametildiasilazan (0,2 ml) dan trimetilklorosilan (0,1 ml) dalam piridina kering (0,5 ml). Kelebihan pereaksi dihilangkan di tekanan yang sangat rendah da eter gula dilarutkan dalam heptana kering untuk disuntikkan ke dalam kromatograf gas. Kromatografi dapat dilakukanpada kolom Chromosorb W yang dilapisi SE 52 3% pada suhu 1080C dan tekanan lubang masuk 15 psi. Semua gula menghasilkan dua puncak akibat pembentukkan anomer dalam kolom KGC. (c) Kromatografi cair kinerja tinggi (Kertas elektroforesis) Sebagian besar KCKT merupakan cara pelengkap pada KGC untuk memperkirakan gula. KCKT belum sepeka KGC (batas deteksi 10 g), tetapi KCKT sangat baik untuk memisahkan campuran gula yang berkerabat dekat. KCKT juga merupakan cara yang munkin lebih baik dibansingkan KKt untuk pemisahan dan penentuan kuantitatif deret homolog oligosakarida. (d) Elektroforesis kertas Cara ini penting untuk memisahkan gula, tetapi lebih berguna untuk oligosakarida dan turunan monosakarida dibandingkan untuk induk monosakarida. Elektroforesis kertas dapat digunakan sebagai penjaring untuk membedakan gula yang mengandung substituen asam atau basa (asam glukoronat, gula fosfat, gula amino) dari monosakarida netral. (e) Gula fosfat Untuk mendeteksi gula fosfat dalam ekstrak tumbuhan diperlukan cara khusus. Pertama, tumbuhan diekstraksi dengan asam trikloroasetat dan ekstrak kasar difraksinasika pada kolom penukar ion kemudian KLT dilakukan pada pelat selulosa dengan pengembang asam isobutirat-NH4OH 1M-EDTA 0,1M (100:60:1,6) atau etanol-amonium asetat (3:7), KKt juga dapat digunakan, tetapi hanya bila digunakan pengembang yang tidak mengandung asam kuat. b. Oligosakarida b.1 Kimia dan penyebaran Kebanyakan oligosakarida tumbuhan-umum mengandung mulai dari dua (misalnya sukrosa, maltosa) hingga lima (misalnya verbaskosa) satuan monosakarida. Masalah utama pada identifikasi oligosakarida ialah membedakan berbagai isomer. Pada disakarida yang mengandung glukosa, ada delapan struktur isomer yang mungkin atau telah diketahui keseluruhannya. Isomer yang satu dapat dibedakan dari yang lain dengan cara kromatografi yang sesuai. Jumlah oligosakarida yang terakumulasi dalam tumbuhan relatif sedikit. Sukrosa adalah satu-satunya yang terdapat di alam, atau yang agak umum halosa, rafinosa, stakhiosa, dan verbaskosa. Rafinosa
dan stakhiosa biasanya terdapat dalam biji kacang-kacangan. Salah satu oligosakarida yang tidak umum adalah umbeliferosa, yang penyebarannya tebatas pada Umbelliferae. Sejumlah oligosakarisa tumbuhan yang dikenal tidak terdapat dalam keadaan bebas, melainkan terikat dengan molekul organik lain sebagai glikosida tumbuhan, misalnya rutinosa, neohesperidosa, sofor, sambubiosa, dan robibiosa yang sering terdapat di anatara pigmen flavonoid. Glikosida lain yang mengandung berbagai oligosakarida ialah saponin dan alkaloid steroidal. Sifat kimia oligosakarida menyerupai monosakarida dan sebagian besar cara memisahkannya sama. b.2 Teknik yang direkomendasikan Memisahkan oligosakarida dengan KKt lebih sulit daripada memisahkan monosakarida karena mobilitasnya yang rendah dibandingkan dalam pengembang gula yang biasa. Maka biasanya jangka waktu pengembangan diperpanjang (48-96 jam), dan pengembang dibiarkan menetes dari ujung kertas karena pada kondisi ini Rf tidak dapat diukur, mobilitas diukur terhadap glukosa dan dinyatakan sebagai angka RG. Agar lebih meyakinkan bahwa oligosakarida yang sangat n=berkerabat dapat terpisah (misal rutinosa dan hesperidosa), perlu dilakukan elektroforesis kertas digabung dengan KKt. KCKT juga berguna untuk memisahkan oligosakarida. Oligosakarida yang sudah dikenal secara jelas dapat diidentifikasi pada skala mikro dengan cara ko-kromatografi dan ko-elektroforesis menggunakan pembanding autentik dalam sistem ini. Identifikasi demikian harus dipastikan dengan reaksi warna dan cara lain yang ditunjukkan sebagai berikut. (a) Pemastian identitas Ciri oligosakarida dapat ditentukan lebih lanjut dengan melakukan berbagai uji warna memakai pereaksi semprot yang lebih khas pada kromatogram setelah pengmbangan. Misalnya, trifeniltetrazolium klorida (4% dalam metanol ditambah NaOH 1M yang volumenya sama) dengan oligosakarida yang mepunyai ikatan 1 ke 4 atau 1 ke 6 (contohnya gentiobiosa, seforosa tidak) menghasilkan warna merah. Bisa juga diuji dengan hidrolisi -glukosidase dan maltase, untuk memeriksa berturut-turut apakah oligosakarida tersebut memiliki ikatan atau . Cara lain, bila cukup tersedia gula yang tidak dikenal tersebut, dapat diukur laju oksidasi periodat dan putaran optiknya. (b) Pembanding autentik Deretan oligosakarida murni dapat dibeli di toko, termasuk gentiobiosa, maltosa, sukrosa, laminaribiosa, dan trehalosa. Senyaea tertentu lainnya dapat diperoleh dengan menghidrolisis glikosida tumbuhan seperti rutinosa dari rutin atau polisakarida nigerosa dari nigeran. c. Alkohol gula dan siklitol
c.1 Kimia dan penyebarannya Gugus aldehida pada heksosa dan pentosa umum dapat direduksi dengan mudah menjadi alkohol, dengan natrium borohidrida atau pereaksi reduksi yang serupa. Reduksi tersebut biasanya berguna dalam identifikasi. Namun, reduksi pada atom anomer dapat mengubah peluang keisomeran, maka suatu alkohol gula dapat terbentuk dari beberapa gula pereduksi yang berlainan. Misalnya, sorbitol dapat diperoleh dari glukosa, gulosa, dan fruktosa. Alkohol gula yang dihasilkan di laboratorium dengan cara reduksi menggunakan borohidrida tersebut, cukup tersebar luas dalam tumbuhan. Kelarutan dan Rf-nya serupa dengan monosakarida umum tetapi tidak bereaksi dengan beberapa pereaksi semprot gula umum sehingga mungkin terlewat ketika proses survei tanaman secara rutin. Gliserol merupakan alkohol gula yang paling dikenal, tetapi senyawa ini merupakan bangunan dasar lipid tumbuhan. Alkohol gula lainnya, manitol (hasil reduksi manosa), sangat umum terdapat dalam alga, fungi, dan lumut, begitu juga dalam tumbuhan tingkat tinggi. Dua senyawa yang relatif dijumpai adalah sorbitol (dari glukosa) dan dusitol (dari galaktosa). Sorbitol tersebar luas pada Rosaceae dan dulsitol pada Celastraceae. Fungsi utama alkohol gula adalah pada penyimpanan energi, tetapi manitol juga terlibat dalam mekanisme transportasi pada tumbuhan tingkat tinggi. Selain itu, memiliki fungsi untuk mengendalikan osmosis dan melindungi tumbuhan dari kekeringan dan kerusakan lapisan karena cuaca dingin atau embun yang membeku. Golongan alkohol tumbuhan yang sekerabat dengan alkohol gula alisiklik ialah inositol karbosiklik yang merupakan alkohol dengan kerangka sikloheksana dengan enam gugus hidroksil. Salah satu dari gugus tersebut, atau lebih akan termetilasi. Keisomeran optik merupakan ciri struktur senyawa ini. Myo-inositol adalah salah satu siklitol yang terdapat di alam, yang lebih dikenal sebagai kandungan lipid dalam bentuk terikat berupa asam fitat. Siklitol umum lainnya adalah pinitol yang terdapat dalam sedikitnya 13 suku angiospermae dan kuebrakhitol yang terdapat dalam lebih dari 11 suku angiospermae. Inosital yang langka ialah sekuoyitolmae dan mitilitol yang hanya terdapat pada alga merah. Turunan inositol yang sedang menjadi perhatian dalam metabolisme karbohidrat ialah galaktinol. Senyawa ini awalnya diisolasi dari bit (Beta vulgaris), tetapi kemudian ditemukan juga dalam tumbuhan lain. c.2 Teknik yang direkomendasikan-Alkohol gula (a) Menyiapkan cuplikan
Jaringan tumbuhan diekstraksi dengan etanol 80% secara refluks tiga kali, setiap kali digunakan pelarut segar. Alkohol diuapkan pada tekanan rendah dan sisanya dilarutkan dalam air, lalu disaring atau disentrifugasi untuk menghilangkan endapan. Jika perlu, protein dihilangkan lalu diinosasi dengan resin penukar kation dan anion. (b) Kromatografi kertas Pengembang gula baku harus dihindari karena alkohol cenderung memiliki mobilitass yang sama (semua heksitol mempunyai Rf kira-kira 21 dengan pengembang BTPA) dan tak terpisahkan dari gula pereduksi. Pengembang umum yang digunakan ialah n-propanoletilasetat-air (7:1:2). Alkohol dapat dideteksi dengan AgNO3 basa atau dengan lembayung bromokresol. AgNO3 dibuat sebagai larutan jernih dalam air, dicampur aseton dengan perbandingan 1:200 dan dipakai sebagai pereaksi celup. Setelah dikeringkan, kromatogram dicelupkan ke dalam larutan NaOH 0,5% dalam etanol. Bercak coklat akan tampak pada latar belakang putih setelah sepuluh menit dalam suhu kamar. Latar belakang akan tetap putih bila kertas dicuci dengan NH4OH 2M, lalu dikeringkan. Pengembang lain yang dianjurkan ialah campuran metil etil ketonasam asetatlarutan jenuh asam boratair (9:1:1). Untuk mendeteksi bercak, diuraikan dulu senyawa kompleks borat yang terbentuk dari alkohol asam borat dalam pengembang dengan mencelupkan kromatogram kering ke dalam larutan asam hidrofluorida (14 volume asam 40%) dalam aseton (40 volume). Kertas kemudian dikeringkan selama 510 menit di suhu kamar. Alkohol dapat dideteksi dengan menyemprotkan AgNO3 dalam amonia. Maka, akan tampaklah bercak coklat hingga hitam pada latar belakang putih. Dengan pengembang di atas mobilitas alkohol gula lebih tinggi dibandingkan gula-umum. (c) Elektroforesis kertas Sebaiknya, deteksi alkohol gula secara KKt dipastikan lagi dengan menggunakan elektroforesis tegangan rendah yang dapat dilakukan dalam larutan timbal asetat basa (5,8%). Alkohol gula menunjukkan mobilitas sebagai berikut (relatif terhadap ribosa pada 100): dulsitol 32, sorbitol 47, dan manitol 23. Setelah elektroforesis, alkohol dideteksi sebagai bercak hijau kekuningan pada latar belakang merah jambu setelah disemprot dengan campuran krom trioksidaKmnO4 H2SO4 1M. Medium lain untuk elektroforesis kertas ialah dapar natrium borat (0,05 M, pH 10). Mobilitas relatifnya adalah: glukosa 100, dulsitol 97, sorbitol 83, dan manitol 91. Kertas harus mendapatkan perlakuan asam hidrofluorida untuk deteksi. c.3 Teknik yang direkomendasikan-Siklitol (a) Menyiapkan cuplikan
Bahan yang telah dikeringkan (1g) (atau bahan segar 10g) dihomogenkan dalam blender dengan 30 ml benzena, lalu disentrifugasi. Setelah itu, dikocok dengan 50 ml air mendidih selama 10 menit dengan 100 mg arangm 100 mg celite, dan masing-masing 10 ml resin penukar anion dan kation, lalu disentrifugasi pada 18.000 rpm. Hasilnya dipekatkan hingga 1-2 ml dan dipindahkan ke dalam labu kecil 5 ml lalu dikeringkan. Sirup dilarutkan dalam 100 l air dengan dipanaskan pada bunsen mikro. Sebanyak 10 l digunakan untuk KLT dua arah pada selulosa mikrokristal dengan pngembang asetonair (17:3), dilanjutkan dengan pengembang n-butanolpiridinaair (10:3:3). Bila terdapat glukosa yang berlebihan (dibandingkan siklitol) maka akan teroksidasi secara selektif dengan katalase dan glukosa oksidase menjadi asam D-glukorona yang memadat dan dapat dihilangkan dengan sentrifugasi. (c) Kromatografi kertas Siklitol biasanya dipisahkan dan diidentifikasi dengan cara gabungan KKt dan elektroforesis. Untuk kromatografi, dapat digunakan pengembang n-propanoletil asetatair (7:1:2) dengan kertas Whatman no.3 dan pengembangan semalam. Siklitol dapat dideteksi pada kromatogram memakai pereaksi yang sama seperti pereaksi untuk alkohol gula dimana yang paling banyak digunakan adalah AgNO3 basa. Galaktinol mobilitasnya lebih rendah dibandingkan myo-inositol dalam semua pengembang; perbandingan Rf, misalnya, 25 dan 31 dengan n-butanoletil asetatasam asetatair (8:6:5:8), 18 dan 24 dengan etil asetatpiridinaair (10:6:5). c.4 Teknik alternatif KLT dapat digunakan untuk memisahkan poliol dan siklitol sebagai pengganti KKt. Manitol, sorbitol, dan dulsitol dapat dipisahkan pada silika gel dengan pengembang n-butanolasam asetateterair (9:6:3:1). Sebaiknya siklitol dapat dikromatografi pada selulosa mikrokristal dengan memakai pengembang yang sama pada KKt. Pengembang yang cocok untuk pelat silika gel adalah n-butanolpiridinaair (10:3:1). Deteksi dapat dilakukan dengan menyemprotkan larutan timbal tetra asetat 1% dalam etanol. Jika dipanaskan selam 2-3 menit pada 1000C, akan tampak siklitol berupa bercak putih pada latar belakang merah manggis. Poliol dan siklitol dapat dipisahkan dengan KGC sebagai eter trimetilsilil dengan cara yang sama seperti pada monosakarida. KCKT juga dapat digunakan untuk memisahkan poliol dan siklitol. Umumnya dapat dipakai untuk gula pereduksi juga. Analisis gula bebas dan poliol dalam ekstrak kasar lumut menemukan bahwa penggunaan dua kolom menguntungkan.