Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TETAP PEMBUATAN TEMPE

I.

No Percobaan

:9 : Pembuatan Tempe : Mengetahui peranan mikroorganisme Rhyzopus oryzae dalam pembuatan tempe dan proses pembuatan tempe

II. Judul Percobaan III. Tujuan Percobaan

IV. Dasar Teori

: biji kedelai atau Rhizopus,

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa

jenis kapang

seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam. Terdapat berbagai metode pembuatan tempe. Namun, teknik pembuatan tempe di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan perebusan, pengupasan, perendaman dan pengasaman, pencucian, inokulasi dengan ragi, pembungkusan, dan fermentasi. Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman. Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium fungi dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji. Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Bila pertumbuhan bakteri asam laktat tidak Pembuatan Dodol Wortel

optimum (misalnya di negara-negara subtropis[4], asam perlu ditambahkan pada air rendaman. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata juga bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri beracun. Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan fungi. Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau laru. Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada daun waru atau daun jati (disebut usar; digunakan secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu, beras, atau tapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni (umum digunakan oleh pembuat tempe di luar Indonesia). Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum pembungkusan; atau (2) inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan beberapa lama, lalu dikeringkan. Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang, daun waru, daun jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara karena kapang tempe membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk. Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami

proses fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 C37 C selama 1836 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi, sementara proses tradisional menggunakan laru dari daun biasanya membutuhkan waktu fermentasi sampai 36 jam. Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu Pembuatan Dodol Wortel

tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.[11] Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut). Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita. Berikut merupakan khasiat dan kandungan gizi dari tempe, yaitu sebagai berikut: Asam lemak Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya. Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat danlinolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.

Pembuatan Dodol Wortel

Vitamin Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks)

dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan tempe; vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 25 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii. Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya. Mineral Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfordan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.

Pembuatan Dodol Wortel

Antioksidan Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon.

Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteriMicrococcus

luteus dan Coreyne bacterium. Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara. V. Alat dan Bahan Alat : :

1. Dandang 2. Kompor 3. Tampah 4. Pengaduk kayu 5. Baskom 6. Daun pisang 7. Kantong plastik 8. Steples Bahan :

1. Kedelai 2. Inokulan (ragi tempe) Pembuatan Dodol Wortel

VI. Prosedur Percobaan Kedelai kupas basah

1. Rendam kedelai dalam air mendidih selama 1 malam 2. Cuci dan buang bagian kedelai yang mengambang, kemudian remas-remas sehingga kulitnya terlepas dan keping bijinya terbelah. Sementara itu masak air hingga mendidih. 3. Kukus kedelai yang sudah bersih dalam dandang yang airnya sudah mendidih selama 30 menit 4. Keluarkan isi kedelai dari dalam dandang, tiriskan dalam kalo, lalu taburkan dalam tampah sehingga dingin 5. Selama menunggu kedelai dingin, siapkan kantong plastik dan daun pisang sebagai pembungkus. Lakukan penusukan pada kantong plastik dengan jarak 3 cm secara vertikal dan horizontal. 6. Campurkan inokulum (ragi tempe) dengan kedelai matang yang sudah dingin secara merata. Usahakan proses pencampuran tidak dilakukan dengan tangan. 7. Masukan bakal tempe kedalam masing-masing pembungkus. Untuk kantong plastic isi kira-kira setengahnya, lalu ujungnya direkatkan dengan penutup plastic (sealer). Untuk daun pisang lipat sedemikian rupa sehingga berupa bungkusan. 8. Fermentasikan bakal tempe tersebut kira-kira 36-48 jam pada rak-rak yang kemudian ditutup dengan karung goni atau langsung masukan dalam laci-laci. Kedelai kupas kering 1. Kupas kedelai yang masih kering (kadar air 12-13%) dengan alat pengupas kulit yang sekaligus kulit arinya bisa terbuang 2. Cuci kedelai untuk membersihkan kotoran yang masih terdapat di kedelai 3. Rendam kedelai selama 12 jam dengan pH akhir 3-5 (bisa ditambahkan asam cuka) 4. Lakukan pencucian kembali yang diikuti dengan pengupasan kulit ari pada kedelai yang belum terkupas dan pencucian dilakukan sampai air cucian bening 5. Kedelai direbus sampai matang (2 jam)

Pembuatan Dodol Wortel

6. Kedelai yang sudah direbus diangkat dan diriskan sambil dikeringanginkan sampai benar-benar tiris. Pendinginan kedelai dilakukan dengan cara dihamparkan diatas tampah besar 7. Setelah kedelai benar-benar tiris, inokulasikan dengan pemberian ragi tempe, untuk setiap 1 kg kedelai memerlukan 1 sendok teh ragi tempe. Ragi diratakan pada kedelai sampai benar-benar rata. 8. Kedelai yang sudah tercampur ragi selanjutnya dikemas dalam kantong plastik atau daun yang telah ditusuk-tusuk dengan lidi. Diameter 1 mm dan jarak antar lubang 2 x 2 cm 9. Setelah selesai dikemas dilanjutkan dengan fermentasi (pemeraman) pada suhu kamar Selama 36-48 jam VII.Diagram Alir

Pembuatan Dodol Wortel

VIII. Hasil Pengamatan

Berikut merupakan tabel hasil pengamatan pembuatan dodol wortel: No 1 2 3 4 5 Parameter Warna Bau Tekstur Rasa Kenampakan Perlakuan Jenis Kemasan Plastik Putih Khas Tempe Keras Rasa Kedelai Tidak Buyar

IX. Reaksi

C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2+ 2ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol) Keterangan : Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) Alkohol (etanol) +K arbon dioksida + Energi (ATP)

X. Pembahasan

: kedelai direndam kemudian

Pada praktikum pembuatan tempe, sebelumnya

langsung dikupas kulit arinya. Pengupasan kulit ari perlu dilakukan karena dalam kulit ari tersebut mengandung senyawa anti jamur, Bentuk senyawa ini tidak disebutkan tetapi bersifat larut dalam air perendaman dan pemasakan, sehingga bila kedelai dikupas sebelun direbus maka kapang akan menghasilkan miselia yang baik dan bau yang disukai. Pada pengupasan kulit ari diusahakan keping biji kedelai terpisah karena penetrasi miselium kapang banyak banyak terjadi pada permukaan yang datar daripada lengkung. Selanjutnya kedelai yang telah dicuci bersih dilakukan pengukusan 30 menit setelah air mendidih, yaitu sampai sampai matang. Pada pengukusan kedelai jangan telalu matang supaya tidak mudah busuk pada proses fermentasi. Dan jangan terlalu mentah biar tidak keras dan cepat ditumbuhi jamur. Kemudian kedelai ditiriskan dan diangin-anginkan biar kadar airnya turun karena dalam keadaan basah jamur tidak dapat menempel pada kedelai, akhirya kedelai tidak ditumbuhi miselia pada permukaan kedelai. Peniriasan dilakuakn agar kelebihan air dapat dihindari, jika air Pembuatan Dodol Wortel

bebas yang tersedia terlalu banyak akan mendorong pertumbuhan bakteri namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan dihirasi pada permukaan kedelai sehingga menghambat pertumbuhan kapang. Sedangkan pendinginan dimaksudkan agar suhu kedelai turun sesuai suhu kamar karena bila suhu kedelai terlalu teinggi saat inokulasi maka pertumbuhan kapang akan terganggu. Setelah dingin dilakukan inokulasi yaitu pemberian jamur tempe sebanyak 2 gram/2 kg kedelai kering, jenis jamur tempe yang dipakai yaitu Rhizopus Oligosporus sehingga membentuk padatan kompak yang berwarna putih.Dalam proses inokulasi diperlukan tingkat kebersihan yang tinggi, karena pada tahp ini rentan sekali terjadi kontaminasi. Setelah merata kemudian dikemas pada kemasan plastic . Sebelumnya plastic yang digunakan untuk mengemas di beri lubang dengan ditusuk-tusuk menggunakan jarum jarak 3 cm secara vertiksl dan horizontal. Tujuannya agar ada udara yang masuk ke dalam selama proses fermentasi berlangsung, karena berdasarkan kebutuhan oksigenya fermentasi tempe termasuk tipe aerob yaitu fermentasi yang pada prosesnnya memerlukan oksigen, semua organism untuk hidupnya memerlukan sumber energy yang diperoleh dari hasil metebolisme bahan pangan dimana organism itu berada.Mikroorganisme adalah organism yang memerlikan energy tersebut. Bahan energy yang paling banyak digunakan mikroorganisme untuk tumbuh adalah glukosa dengan adanya oksigen maka organisme dapat menerima glukosa menghasikan karbondioksida dan sejumlah besar energy. Syarat kemasan tempe anatara lain: dapat memberian cukup oksigen yang dibutuhkan kapang, dan dapat memungkinkan pengeluaran uap air, sehingga air tidak menempal pada kedelai yang dapat mendorong pertumbuhan bakteri kontaminan. Kedelai yang telah di kemas langsung di fermentasi selama 2 hari, disimpan pada suhu kamar. Fermentasi merupakan tahap terpenting dalam proses pembuatan tempe. pada tahap fermentasi terjadi penguraian karbohidrat, lemak, protein dan senyawasenyawalain dalam kedelai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga mudah dimanfaatkan tubuh. Pada proses fermentasi kedelai menjadi tempe terjadi aktivitas enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik, yang diproduksi oleh kapang Rhizopus oligosporus (Karmini 1996, dalam Yaniex 2009). . Fermentasi dipengaruhi oleh suhu dan konsentari laru, semakin tinggi suhu fermentasi semakin cepat pertumbuhan kapang namun apabila suhu fermentasi mencapai lebid dari 40 C akan menghambat pertumbuhan kapang. Pembuatan Dodol Wortel

Jamur yang tumbuh pada biji kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organic kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga senyawa tersebut dapat dipergunakan oleh tubuh. Perubahan yang terjadi selama fermentasi yaitu fermentasi dapat terjadi karena adanya aktifitas mikrobia penyebab fermentasi pada substrat organic yang sesuai, terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan perubahan sifat pangan, sebagai akibat pemecahan kandungankandungan pangan tersebut. Hasil-hasil fermentasi tersebut terutama tergantung pada jenis bahan pangan (substrat), macam mikrobia dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme tersebut. (winarno 1980, dalam Deliani 2008). Dalam proses fermentasi dapat menyebabkan perubahan kimia protein karena adanya enzim proteolitik, menyebabkan degradasi protein kedelai menjadi asam amino. Sehingga nitrogen terlarut meningkat dari 0,5 menjadi 2,5%, degradasi protein ini juga menyebabkan peningkatan PH. NIlai PH tempe yang baik berkisar antara 6,36,5 (Nurhidayat dkk, 2006, dalam Deliani 2008). Kedelai yang telah terfermentasi menjadi tempe akan mudah dicerna karena banyak bahan yang mudah larut. Bau langunya juga hilang. Aktivitas protease terdeteksi setelah fermentasi 12 jam ketika pertumbuhan hifa kapang masih relatif sedikit. Hanya 5% dari hidrolisis protein yang digunakan sebagai sumber karbon dan energy . Sisanya terakumulasi dalam bentuk peptida dan asam amino. Asam amino mengalami perubahan dari 1,02 menjadi 50,95 setelah fermentasi 48jam (Nurhidayat dkk, 2006 dalam Deliani 2008). Proses perendaman dan pemasakan juga mempengaruhi hilangnya protein, selama perendaman protein turun sebanyak 1,4%. Selama fermentasi protein kasar hanya sdikit yang berubah tetepi kelarutannya meningkat menjadi kira-kira 50% (jones 1975 dalam) .Suhu meningkat selama fermentasi dan akan akan menurun jika pertumbuhan jamur terhenti. PH meningkat, disebabkan oleh penurunan protein. Fermentasi juga meningkatkan

padatan terlarut, peningkatan total solid ternyata dapat meningkatkan daya cerna tempe dibandingkan kedelai rebus. Selama fermentasi terjadi peningkatan PH secara bertahap 5,0-7,5 disebabkan terbentuknya NH3 pada tahap fermentasi (Veen dan Schaefer 1950, dalam Deliani 2008). Pada proses fermentasi tempe juga terjadi perubahan kimia lemak, kapang akan menguraikan sebagian besar lemak dalam kedelai selama fermentasi. Pembebasan asam lemak ditandai dengan meningkatnya angka asam 50-70 kali sebelum fermentasi. Lemak dalam tempe tidak mengandung Pembuatan Dodol Wortel

kolesterol, lemak dalam tempe juga tahan terhadap ketengikan karena adanya antioksidan alami yang dihasilakn oleh kapang. Adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe maka protein , lemak dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah kedelai. Perubahan kimia yang terjadi pada proses pembuatan tempe adalah pada saat inkubasi. Pada saat itu terjadilah reaksi fermentasi. Proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Rhizopus sp menghasilkan energi. Energi tersebut sebagian ada yang dilepaskan oleh jamur Rhizopus sp sebagai energi panas. Energi panas itulah yang menyebabkan perubahan suhu selama proses inkubasi tempe. Selain terjadi perubahan suhu, selama proses inkubasi tempe juga terjadi perubahan warna, dan munculnya titik-titik air yang dapat diamati pada permukaan dalam plastik pembungkus tempe. Pada awal pengamatan, kedelai pada tempe seperti berselimut kapas yang putih. Tetapi dengan bertambahnya masa inkubasi, mulai muncul warna hitam pada permukaan tempe. Perubahan warna ini menunjukkan adanya reaksi kimia pada proses inkubasi. Jamur Rhizopus sp tergolong makhluk hidup. Oleh karena itu ia juga melakukan respirasi. Respirasi merupakan reaksi kimia atau perubahan kimia. Salah satu zat yang dilepaskan dari peristiwa respirasi adalah gas karbondioksida dan uap air. Uap air itulah yang menyebabkan permukaan dalam plastik pembungkus tempe basah oleh titik-titik air. dicerna didalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam

XI. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Setelah melakukan praktikun dapat disimpulkan bahwa pada proses pembuatan tempe dalam proses inokulasi diperlukan tingkat kebersihan yang tinggi, karena pada tahap ini rentan sekali terjadi kontaminasi. Faktor keberhasilan fermentasi sangat ditentukan oleh jenis bahan pangan (subsrat). Mikroba membentuk energy yang berasal dari karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan zat-zat gizi lainya yang ada dalam bahan pangan (substrat). Demikian pula dengan macam mikrobanya, yang perlu dimiliki mikroba adalah harus mampu tumbuh pada substrat dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya, dan mikroba harus mampu mengeluarkan enzim-enzim penting yang dapat melakukan perubahan yang dikehendaki secara kimiawi. Pembuatan Dodol Wortel

XII.Daftar Pustaka

Anonim. 2013. Tempe. (Online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe, diakses tanggal 17 Desember 2013).

XIII. Gambar Alat


1. Panci

4. Baskom

2. Kompor

5. Timbangan

3. Pengaduk kayu

Pembuatan Dodol Wortel

Pembuatan Dodol Wortel

Anda mungkin juga menyukai