Prakjak Withholding Tax Arga
Prakjak Withholding Tax Arga
Arga Widyatmoko
Withholding tax
Withholding Tax
Dalam sistem Withholding Tax, pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas Negara. Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut dan telah disetorkan ke kas negara itu akan menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi pihak yang dipotong dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan. Istilah pemotongan dimaksudkan untuk menyatakan jumlah pajak yang dipotong oleh pemberi penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima penghasilan sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah penghasilan yang diterimanya (misal: PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23). Sedangkan yang dimaksud dengan pemungutan adalah jumlah pajak yang dipungut atas sejumlah pembayaran yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima pembayaran (misal: PPh Pasal 22).
tabungan lainnya 2 PP 16/2009 Penghasilan bunga obligasi Diatas tahun 2014 Tahun 2011-2013 Tahun 2009-2010 15% x jml bunga 5% x jml bunga 0% x jml bunga berupa
PP 15/2009 Bunga
dibayarkan oleh koperasi 0% x jml bunga kepada anggota koperasi orang pribadi 4 PP 132/2000 Penghasilan hadiah undian berupa 25% x penghasilan bruto 5 PP 41/1994 Penghasilan dari transaksi 0,1% x nilai jual jo. 14/1997 PP saham lainnya dan sekuritas 0,5% x harga
perdana
diperdagangkan di bursa
PP 4/1995 Transaksi saham atau pengalihan
awal
48/1994 Penghasilan dari transaksi 5% x harga jual PP pengalihan harta berupa atau NJOP PBB, mana yang lebih tinggi
PP jo.
dari
40/2009
10 PP
stdtd.
71/2008
tinggi
11 PP 29/1996 Persewaan tanah dan/atau 10% x nilai sewa
dalam negeri
13 PP 27/2008 Penghasilan dari Surat 20% bunga x jumlah
Perbendaharaan Negara
USD
USD Rp Rp Rp
110.000
660.000 8.000 5.280.000.000 132.000.000
Berdasarkan contoh di atas, misalnya PT Nasional Indah tidak memiliki API mengimpor mesin yang sama lagi, PPh Pasal yang terutang sebesar 7,5% x Rp 5.280.000.000 = Rp396.000.000
2,5% x Nilai Impor Atas impor yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API) sebesar 7,5% x Nilai Impor Atas impor yang tidak dikuasai (dilelang oleh Ditjen Bea Cukai) sebesar 7,5% x Harga Jual Lelang
Nilai impor = Harga Patokan Impor (CIF) + Pungutan berdasarkan UU Pabean (Bea Masuk).
Untuk menghitung nilai impor, digunakan kurs berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (kurs KMK, bukan kurs Bank Indonesia)
Pasal 22 Final melalui bank persepsi sebelum penebusan DO (Delivery Order) ke Pertamina atau Importir tersebut PPh Pasal 22 yang terutang :
Jenis Produk SPBU Pertamina SPBU Non Pertamina atau Non SPBU Bahan Minyak Bakar 0,25% x Harga Jual 0,30% x Harga Jual
Gas
Pelumas
Pasal 22 dari distributor/penyalurnya pada saat transaksi penjualan produk-produk tersebut PPh Pasal 22 yang terutang :
Pemungut PPh Dasar Hukum PPh Pasal 22 Terutang
Tidak Final Pabrikan Kertas Pabrikan Semen KEP-69/PJ/1995 KEP-401/PJ/2001 0,10% x Harga Jual 0.25% x Harga Jual
Pabrikan Baja
Pabrikan Otomotif
KEP-01/PJ/1996
KEP-32/PJ/1995
usaha industri dan eksportir selaku Pemungut Pajak wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 Final dalam rangkap 3, yaitu : Lembar pertama, untuk penjual Lembar kedua, untuk disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak (dilampirkan pada SPT Masa PPh Pasal 22) Lembar ketiga, sebagai arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan
Kualifikasi
Kecil 2%
Menengah
dan Besar 3%
Tidak
berkualifikasi 4%
Jenis PPh
PPh Final