Anda di halaman 1dari 11

DIKTAT KULIAH

EPIDEMOIOLOGI PENYAKIT MENULAR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

BAB I PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang semakin meningkat, termasuk bidang kesehatan secara umum. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran telah mencapai tarat yang sangat memuaskan dalam hal mengatasi penderitaan dan kematian penyakit tertentu. Namun demikian, masalah kesehatan bagi masyarakat umum masih sangat rawan, walaupun pada beberapa tahun terakhir ini, sejumlah penyakit menular tertentu dapat diatasi. Tetapi di lain pihak, timbul pula masalah baru dalam bidang kesehatan masyarakat, baik yang berhubungan dengan penyakit menular dan tidak menular, maupun yang erat hubungannya dengan gangguan kesehatan lainnya. Dewasa ini banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi bahkan ada yang telah dapat dibasmi berkat kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan biologis yang erat hubungannya dengan penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara sedang berkembang, disamping munculnya masalah baru pada negara yang sudah maju. Disamping penguasaan teknologi terhadap pengaruh lingkungan biologis yang erat hubungannya dengan penyakit menular maka penguasaan terhadap lingkungan fisik sedang dikembangkan di berbagai negara dewasa ini yang sejalan dengan penguasaan terhadap lingkungan biologis. Di lain pihak, kemajuan ilmu dan teknologi juga ikut mempengaruhi lingkungan sosial budaya dan sangat erat hubungannya dengan pola tingkah laku masyarakat. Perubahan lingkungan sosial budaya tersebut memberikan dampak positif dan negatif terhadap pola penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk penyakit menular. Di lain pihak, dengan semakin meningkatnya kemajuan di bidang komunikasi perhubungan dan transportasi antar negara dewasa ini, maka setiap kejadian penyakit menular pada suatu negara tertentu akan merupakan ancaman yang potensial untuk negara lainnya.

Manusia sebagai mahluk sosial sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut di atas dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam hal ini manusia harus selalu berusaha untuk mengatasi berbagai pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan oleh ketiga faktor tersebut dengan : (1) menyesuaikan kebutuhan hidupnya dengan keadaan lingkungan sekitarnya terutama terhadap keadaan lingkungan yang sulit diubah, atau (2) berusaha mengubaq keadaan lingkungannya untuk disesuaikan dengan kebutuhannya, terutama keadaan lingkungan yang dapat mengganggu ketentraman hidupnya.
,

Dewasa ini berbagai jenis penyakit menular telah dapat diatasi terutama pada negara-negara maju, tetapi sebagian besar penduduk dunia yang mendiami belahan dunia yang sedang berkembang, masih terancam dengan berbagai penyakit menular tertentu. Dalam hal ini maka penyakit menular dapat dikelompokkan

dalam 3 kelompok utama, yakni : 1. Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematiannya cukup tinggi, 2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dibanding dengan yang pertama, 3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian atau cacat, tetapi dapat mewabah sehingga menimbulkan kerugian waktu maupun materi / biaya. Untuk dapat mengambil tindakan yang berarti dalam usaha mengatasi serta menanggulangi berbagai penyakit menular tertentu, maka harus diketahui dengan pasti berbagai aspek epidemiologi penyakit menular secara umum.

BAB II

BEBERAPA DEFINISI ISTILAH PENTING DALAM PENYAKIT MENULAR*)

1. Carrier : Manusia (orang) atau hewan tempat berdiamnya agen menular spesifik dengan adanya penyakit yang secara klinis tidak terlihat nyata, tetapi dapat bertindak sebagai sumber infeksi yang cukup penting. Kemampuan sebagai pembawa (carrier) bisa terdapat pada seseorang dengan infeksi yang tidak tampak nyata sepanjang waktu tersebut (umumnya dikenal sebagai orang sehat atau pembawa yang tidak jelas gejalanya), atau berada dalam masa tunas (incubatory carrier), masa penyembuhan dan sesudah masa penyembuhan dari suatu penyakit infeksi tertentu

(convalescent carrier). Pada kondisi tertentu maka kemampuan sebagai pembawa bisa berlaku dalam waktu singkat atau panjang (temporary carrier/transient carrier, atau chronic carrier). 2. Case Fatality Rate : Biasanya dinyatakan sebagai persentase dari jumlah orang yang didiagnosa menderita penyakit yang telah ditentukan dan meninggal karenanya. Istilah ini lebih sering dipergunakan untuk kejadian luar biasa (outbreak) penyakit akut dimana semua penderita setelah diikuti dengan periode waktu yang cukup untuk sampai mengakibatkan kematiannya. Angka kefatalan (Fatality rate) harus dengan jelas dibedakan dari angka kematian (Mortality rate). Sinonim: Angka kefatalan (Fatality rate), Persentase kefatalan (Fatality percentage). 3. Chemoprophilaxis : Pemberian bahan kimiawi termasuk antibiotika, untuk mencegah pertumbuhan atau perkembangan infeksi menjadi penyakit yang nyata. Selanjutnya chemotheraphy yang berkenaan dengan penggunaan bahan-bahan kimiawi untuk penyembuhan suatu penyakit yang secara klinis dapat diketahui, atau membatasi perkembangannya lebih jauh.

*) Saduran bebas dari Control of Communicable Disease in Man oleh Abraham S. Benenson, 1990

4. Cleaning : Pembersihan dengan menggosok dan mencuci, seperti dengan air panas, sabun atau detergen yang sesuai, ataupun dengan menghisap debu maupun agen menular atau zat organik dari permukaan pada dan dimana agen menular tersebut dapat menemukan keadaan yang menguntungkan untuk bisa bertahan atau berkembang biak . 5. Communicable Disease : Penyakit yang disebabkan oleh unsur/agen penyebab menular tertentu atau hasil racunnya, yang terjadi karena perpindahan/penularan agen atau hasilnya dari orang yang terinfeksi, hewan, atau reservoir lainnya (benda lain) kepada pejamu yang rentan (potensial host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pejamu perantara hewan (vektor), atau lingkungan yang tidak hidup (lihat transmission of infectious agent). 6. Communicable Period: waktu atau selama waktu tertentu dimana agen menular dapat dipindahkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari orang terinfeksi ke orang lain, dari hewan terinfeksi ke manusia atau dari orang terinfeksi ke hewan, termasuk arthropoda. Pada penyakit - penyakit seperti dipteria dan infeksi oleh streptococcus yang melibatkan selaput lendir sebagai pintu keluar masuknya penyakit, maka waktu periode penularannya adalah tanggal pada saat terjadi keterpaparan (eksposur) dengan sumber infeksi yang pertama kali sampai mikro-organisme yang dapat menularkan tidak lagi disebabkan dari selaput lendir yang terlibat. Beberapa penyakit lebih bersifat menular selama periode inkubasi selama masa klinis penyakitnya. Pada beberapa penyakit tertentu seperti tuberculosis, lepra, syphilis, gonorhoe, dan beberapa bentuk salmonellosis, masa penularannya bisa berada dalam waktu yang lama dan kadangkala periode yang berselang bilamana luka-Iuka yang belum sembuh memberikan peluang masuknya kotoran/agen penyebab dari permukaan kulit atau juga melalui lubang-lubang tubuh yang manapun. Pada penyakit yang ditularkan oleh vektor arthropoda seperti malaria dan demam kuning/berdarah, periode penularannya (atau lebih tepatnya infektivitasnya) adalah selama agen menular terdapat dalam darah atau jaringan lain orang yang terinfeksi dalam jumlah yang cukup untuk dapat memberikan infeksi pada vektor. Juga periode penularannya

pada vektor arthropoda, yaitu pada saat agen berada dalam jaringan arthropoda (tahap infektif) untuk dapat dipindahkan ke pejamu potensial tertentu. 7. Contact : orang atau hewan yang telah berhubungan/mengalami hubungan dengan orang atau hewan terinfeksi, atau lingkungan yang terkomunikasi sehingga dapat memberikan peluang untuk memperoleh agen penyakit menular. 8. Contamination : adanya agen menular pada permukaan tubuh, pada atau dalam pakaian, termasuk semua yang berkaitan dengan tempat tidur (bedding), mainan, alat - alat bedah atau baju operasi, maupun benda/zat mati termasuk air dan makanan. Pollution (pencernaan) berbeda dengan kontaminasi dan secara langsung memperlihatkan adanya perusakan pada lingkungan, akan tetapi tidak harus menular. Kontaminasi pada permukaan tubuh tidak bisa dianggap sebagai pembawa kuman (carrier). 9. Desinfection : mematikan agen penyakit menular dengan bahan-bahan kimiawi atau alat/cara yang bersifat fisik yang mengena secara langsung agen penyakit menular di luar tubuh. Concurrent desinfection: penerapan usaha untuk mendesinfeksi secepatnya setelah pengeluaran bahan yang menular dari tubuh orang terinfeksi, atau setelah terjadi pengotoran benda-benda dengan kotoran-kotoran menular; semua hubungan perorangan dengan kotoran-kotoran atau benda-benda yang sebelumnya dianggap tidak perlu untuk didesinfeksi. Terminal desinfection: penerapan usaha untuk mendesinfeksi setelah penderita dipindahkan karena meninggal atau ke rumah sakit, atau setelah tidak lagi menjadi sumber infeksi, atau setelah isolasi rumah sakit maupun tindakan-tindakan lain yang sudah tidak dilakukan lagi. Tindakan ini jarang sekali dilakukan; pembersihan terakhir (terminal cleaning) umumnya sudah mencukupi (lihat cleaning) sejalan dengan menganginkan dan memanaskan ruangan agar terkena matahari langsung, juga alat-alat rumah tangga dan semua yang berhubungan dengan tempat tidur. Disenfeksi hanya penting untuk penyakit-penyakit yang melalui hubungan langsung; dianjurkan melakukan usaha sterilsasi dengan uap panas, atau pembakaran semua yang berhubungan dengan tempat tidur (bedding) dan barang-barang lain setelah penyakit seperti lassa fever dan

penyakit - penyakit lain yang sangat menular.

10. Desinfestation: semua proses baik secara fisik maupun kimiawi untuk merusak/ menghancurkan atau memusnahkan bentuk-bentuk hewan kecil yang tidak dikehendaki khususnya arthropoda atau rodent (binatang pengerat), yang ada pada orang, pakaian, dalam lingkungan seseorang, atau pada hewan-hewan peliharaan (insecticide dan rodenticide). Disinfestasi juga termasuk menghilangkan kutu-kutu untuk infestasi dengan kutu kepala (pediculus humanus), dan kutu-kutu pada tubuh. Sinonim: termasuk isinsektasi dan disinsektisasi akhir jika sasaran hanya pada insekta yang terlibat. 11. Endemic: adanya penyakit atau agen menular yang tetap dalam suatu area geografis tertentu, dapat juga berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu area tertentu. Hyperendemic: menyatakan suatu penularan hebat yang menetap (terus-menerus). Holoendemic : tingkat infeksi yang cukup tinggi sejak awal kehidupan dan dapat mempengaruhi hampir seluruh populasi; sebagai contoh: penyakit malaria pada beberapa daerah tertentu (lihat zoonosis). 12. Epidemic: kejadian atau peristiwa dalam suatu masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu (atau suhu kasus kejadian yang luar biasa) yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan. Jumlah kasus menandakan adanya wabah yang akan berubah-ubah berdasarkan agen menularnya, jumlah dan jenis populasi yang terkena, adanya kejadian sebelumnya atau tidak adanya keterbukaan (kerentanan) terhadap penyakit, dan waktu serta tempat kejadian. Epidemicity: keadaan yang berkaitan dengan frekuensi penyakit yang sering dalam satu area yang sama, di antara populasi yang telah ditentukan, dalam satu musim tahun yang sama. Kasus tunggal suatu penyakit menular yang lama tidak terjadi dalam populai tertentu, atau serangan pertama oleh suatu penyakit yang tidak dijumpai sebelumnya dalam area tersebut memerlukan laporan yang cepat dan penyidikan (investigasi) epidemiologi. Dua kasus penyakit tertentu yang

berhubungan dalam waktu dan tempat tertentu adalah bukti transmisi yang cukup untuk dapat dianggap sebagai suatu wabah atau kejadian luar biasa (lihat report of disease dan zoonosis).
13. Fumigiation: semua proses untuk mematikan bentuk-bentuk hewan yang

khususnya arthropoda, rodent dan binatang kecil lainnya yang dilakukan dengan menggunakan gas (lihat pada insecticide dan rodenticide).
14. Health Education : adalah proses yang secara individu maupun secara

berkelompok, orang orang belajar untuk meningkatkan, memelihara maupun memulihkan derajat keshatan. Pendidikan kesehatan ini dimulai dengan segala macam tujuan yang mereka inginkan dalam usaha memajukan taraf hidup mereka. Tujuannya adalah menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri mereka untuk mencapai taraf hidup yang sehat, secara individu dan sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam penanggulangan penyakit menular, pendidikan kesehatan pada umumnya termasuk penilaian tentang kebiasaan tingkah laku masyarakat yang berkenaan dengan frekuensi serta penyebaran penyakit, maupun pengenalan cara/alat khusus untuk mengamati kekurangan dalam usaha pengobatan.

15. Host (Pejamu) : manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan arthropoda,
yang dapat memberi kehidupan atau tempat tinggal untuk agen menular dalam kondisi alam lawan dari percobaan). Beberapa protozoa dan cacing melalui tahapan yang berturut turut dalam pejamu pilihan (alternatif host) dari jenis yang berbeda. Pejamu dimana parasit mencapai kematangan/pendewasaan atau melewati tahap seksual adalah pejamu definitive atau pejamu primer. Sedangkan parasit dalam tahap larva atau tahap aseksual adalah pejamu intermediate atau sekunder. Pejamu pembawa (transport host) adalah pembawa, dimana organisme tetap bertahan hidup tetapi tidak berkembang/berubah.

16. Immune Individual : yaitu manusia atau hewan yang mempunyai perlindungan antibodi khusus atau kekebalan seluler sebagai hasil infeksi yang terjadi sebelumnya, atau hasil imunisasi, atau satu keadaan yang disebabkan kejadian khusus sebelumnya dan memberikan reaksi yang sarna untuk mencegah penyakit dan/atau adanya gejala klinis penyakit tertentu setelah mengalami keterpaparan dengan agen penyakit menular tertentu. Kekebalan adalah keadaan yang tidak mutlak (relatif): suatu perlindungan efektif biasa, dapat melemah oleh dosis agen menular yang berlebihan atau oleh keterpaparan melalui pintu masuk yang tidak lazim. Juga bisa dirusak oleh terapi dengan obat yang menekan kekebalan, penyakit yang terjadi bersamaan, atau oleh proses ketuaan.

17. Immunity: kekebalan yang biasanya dihubungkan dengan adanya antibodi atau hasil reaksi sel-sel yang spesifik terhadap mikro-organisme penyebab keracunan, dan yang dapat menimbulkan penyakit menular tertentu. Passive humoral immunity adalah kekebalan yang didapat dengan pemindahan secara buatan melalui inokulasi antibodi pelindung yang spesifik (dari hewan yang dikebalkan, atau dengan serum seseorang yang baru sembuh dari sakit yang daya kekebalannya sangat tinggi atau dengan kekebalan serum globulin); dan yang berlangsung dengan durasi yang pendek (beberapa hari sampai beberapa bulan). Avtive humoral immunity atau kekebalan yang biasanya dapat berlangsung lama sampai bertahun-tahun, didapat baik secara alamiah melalui proses infeksi, dengan atau tanpa gejala klinis yang jelas, atau secara buatan dengan cara inokulasi agen penyebabnya itu sendiri yang telah dimatikan, atau telah dilemahkan, atau dari bagian protein maupun hasil produk agen penyebabnya. Kekebalan efektif tadi bergantung pada kekebalan seluler yang diberikan oleh sel limfosit - T yang dibuat lebih peka dan humoral immunity yang berdasarkan atas reaksi respons limfosit - B. 18. Inapparent Infection: adanya infeksi pada pejamu tanpa adanya tanda-tanda klinis yang jelas atau gejala yang dapat dikenal. Infeksi yang tidak nyata dapat diidentifikasi hanya secara laboratorium, atau oleh timbulnya suatu reaksi positif pada tes kulit yang spesifik. Sinonim : Asymptomatic, subclinical, occult-infection.

19. Insidence Rate: nilai suatu hasil bagi (angka), antara jumlah penderita baru suatu penyakit yang telah diagnosa sebagai suatu penyakit khusus, atau dilaporkan dalam periode waktu yang telah ditentukan (sebagai pembilang), dan jumlah person dalam populasi yang telah ditentukan, dimana kasus tersebut terjadi (sebagai penyebut). Biasanya ini mencerminkan sebagian kasus per 1000 atau 100.000/tahun. Angka tersebut biasanya menggambarkan dalam bentuk umur atau jenis kelamin tertentu, atau khusus untuk sifat populasi yang lain atau sifat suatu subdivisi (lihat mortability rate atau prevalence rate). Attack rate, or case rate : adalah angka kejadian yang sering digunakan untuk kelompok-kelompok khusus yang diamati untuk periode yang terbatas dan dalam keadaan khusus pula, seperti dalam suatu wabah, dan biasanya dinyatakan dalam nilai persen (kasus per 100). The secondary attack rate pada penyakit menular adalah jumlah kasus di antara keluarga atau hubungan institusional/serumah yang terjadi di antara periode inkubasi setelah keterpaparan (eksposur) pada kasus utama dalam kaitannya pada keterpaparan secara umum; jika ditentukan hanya sebatas pada mereka yang rentan. (risk group). Infection rate menyatakan kejadian dari semua infeksi, yang nyata maupun yang tidak nyata/tampak. 20. Incubation Periode: selang waktu antara terjadinya permulaan kontak dengan agen penyebab penyakit menular sampai timbulnya gejala yang pertama kali atau gejala penyakit yang dicurigai atau transmisi yang pertama kali pada vektor penyakit. 21. Infected Individual: manusia atau hewan yang merupakan tempat berdiamnya suatu agen penyakit menular, yang dapat disertai dengan gejala penyakit yang nyata atau dalam bentuk infeksi yang tanpa gejala klinis (lihat carrier). Orang atau hewan yang dapat menularkan salah satu dari agen penyakit menular yang secara alami dapat diperoleh.

22. Infection: masuknya, bertumbuh dan berkembangnya agen penyakit menular dalam manusia atau hewan. Infeksi tidaklah sama dengan penyakit menular; akibatnya mungkin tidak kelihatan (lihat inapparent infection), atau nyata (Iihat infection disease .Adanya kehidupan agen menular pada permukaan luar tubuh, atau pada barang pakaian barang-barang lainnya, bukanlah infeksi, tetapi merupakan

kontaminasi pada permukaan tubuh atau benda (lihat contamination). 23. Infection Agent: suatu organisme (virus, rickettsia, bakteri, jarmur, protozoa dan cacing) yang mampu menimbulkan infeksi atau penyakit menular. 24. Infection Disease: penyakit yang secara klinis tampak nyata pada manusia atau hewan yang merupakan akibat suatu infeksi. 25. Infestation: manusia atau hewan sebagai tempat menempelnya, berkembang dan berbiaknya arthropoda pada permukaan tubuh atau di dalam pakaian, barang, benda atau tempat-tempat yang tertular adalah semua yang merupakan tempat berdiamnya atau memberi tempat untuk tinggal pada agen penyakit tersebut, khususnya arthropoda dan rodent. 26. Insecticide: semua zat kimia yang digunakan untuk mematikan, menghancurkan/ membasmi serangga, bisa berupa sebagai tepung, cairan yang disemprotkan, aerosol atau seperti cat semprot; lazimnya adanya residu (akibat sisa penggunaan zat tersebut). Pada istilah larvicide seringkali digunakan untuk menunjukkan pemakaian insektisida khususnya perusakan bentuk jentik sebelum tahap dewasa (tahap larva) dari arthropoda; adulticide atau imagocide menunjukkan pemakaian untuk merusak bentuk serangga yang dewasa. Istilah insektisida seringkali digunakan secara luas mencakup zat-zat untuk membasmi semua arthropoda, tetapi acarcide lebih tepat dipakai untuk agen pembunuh caplak dan kutu-kutu. Istilah-istilah yang lebih khusus, seperti lousicide (pembasmi belalang) dan miticide (pembasmi rayap) kadang juga dipakai.

Anda mungkin juga menyukai