Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR MEDIS BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASI) A.

PENGERTIAN Hiperplasia prostat jinak adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker, (Corwin, 2000) Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Pri e!"ilson (200#) BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan ori$isium uretra. (%melt&er dan Bare, 2002) B. ETIOLOGI Penyebab hiperplasia prostat belum diketahui dengan pasti, ada beberapa pendapat dan $akta yang menunjukan, ini berasal dan proses yang rumit dari androgen dan estrogen. 'ehidrotestosteron yang berasal dan testosteron dengan bantuan en&im 5- reduktase diperkirakan sebagai mediator utama pertumbuhan prostat. 'alam sitoplasma sel prostat ditemukan reseptor untuk dehidrotestosteron ('H(). )eseptor ini jumlahnya akan meningkat dengan bantuan estrogen. 'H( yang dibentuk kemudian akan berikatan dengan reseptor membentuk 'H(*)eseptor komplek. +emudian masuk ke inti sel dan mempengaruhi ),- untuk menyebabkan sintesis protein sehingga terjadi proti$erasi sel. -danya anggapan bahwa sebagai dasar adanya gangguan keseimbangan hormon androgen dan estrogen, dengan bertambahnya umur diketahui bahwa jumlah androgen berkurang sehingga terjadi peninggian estrogen se ara retati$. 'iketahui estrogen mempengaruhi prostat bagian dalam (bagian tengah, lobus lateralis dan lobus medius) hingga pada hiperestrinism, bagian inilah yang mengalami hiperplasia .enurut Purnomo (2000), hingga sekarang belum diketahui se ara pasti penyebab prostat hiperplasi, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron ('H() dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah / a. -danya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut0 b. Peranan dari growth factor ($aktor pertumbuhan) sebagai pemi u pertumbuhan stroma kelenjar prostat0 ara menutupi

. .eningkatnya lama hidup sel*sel prostat karena berkurangnya sel yang mati0 d. (eori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proli$erasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan. Pada umumnya dikemukakan beberapa teori / a. (eori %el %tem, sel baru biasanya tumbuh dari sel srem. 1leh karena suatu sebab seperti $aktor usia, gangguan keseimbangan hormon atau $aktor pen etus lain. .aka sel stem dapat berproli$erasi dengan epat, sehingga terjadi hiperplasi kelenjar periuretral. b. (eori kedua adalah teori )eawekering (,eal, 2345) menyebutkan bahwa jaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologi sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih epat dari jaringan sekitarnya. . (eori lain adalah teori keseimbangan hormonal yang menyebutkan bahwa dengan bertanbahnya umur menyebabkan terjadinya produksi testoteron dan terjadinya kon6ersi testoteron menjadi setrogen. ( +ahardjo, 233#). -da 2 stadium yang mempengaruhi perubahan pada dinding kemih yaitu / a. %tadium dini Hiperplasi prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menyumbat aliran urine sehingga meningkatkan tekanan intra6esikel b. %tadium lanjut (erjadi dekompensasi karena penebalan dinding 6esika urinaria tidak bertambah lagi residu urine bertambah. 7ejala semakin menyolok ( retensi urine lonis ), tonus otot 6esika urinaria menurun. Persyara$an para simpatis melemah dan akhirnya terjadi kelumpuhan detsrusor dan spinter uretra sehingga terjadi o6er $low in ontinensia ( urine menetes sa ara periodik ) C. PATOFISIOLOGI +elenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah in$erior buli*buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa 8 20 gram. .enurut . ,eal (2349) yang dikutip dan bukunya Purnomo (2000), membagi kelenjar prostat dalam beberapa &ona, antara lain &ona peri$er, &ona sentral, &ona transisional, &ona $ibromuskuler anterior dan periuretra (Purnomo, 2000). %jamsuhidajat (200#), menyebutkan bahwa pada usia lanjut akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron

menurun dan terjadi kon6ersi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di peri$er. Purnomo (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon tertosteron, yang di dalam sel*sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron ('H() dengan bantuan en&im al$a reduktase. 'ehidrotestosteron inilah yang se ara langsung mema u m*),- di dalam sel*sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar prostat. 1leh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka e$ek terjadinya perubahan pada traktus urinarius juga terjadi perlahan*lahan. Perubahan pato$isiologi yang disebabkan pembesaran prostat sebenarnya disebabkan oleh kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher 6esika dan kekuatan kontraksi detrusor. %e ara garis besar, detrusor dipersara$i oleh sistem parasimpatis, sedang trigonum, leher 6esika dan prostat oleh sistem simpatis. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada leher 6esika dan daerah prostat. +emudian detrusor akan men oba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trahekulasi (buli*buli balok). .ukosa dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor. (onjolan mukosa yang ke il dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut divertikel. :ase penebalan detrusor ini disebut :ase kompensasi otot dinding kandung kemih. -pabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. 7ejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan ukup lama dan kuat sehingga kontraksi terputus*putus (mengganggu permulaan miksi), miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pan aran lemah, rasa belum puas setelah miksi. 7ejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hiperseniti6itas otot detrusor ($rekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan;urgen y, disuria). +arena produksi urin terus terjadi, maka satu saat 6esiko urinaria tidak mampu lagi menampung urin, sehingga tekanan intra6esikel lebih tinggi dari tekanan s$ingter dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia parado< (overflow incontinence). )etensi kronik menyebabkan re$luks 6esiko ureter dan dilatasi. ureter dan ginjal, maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. +erusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan

peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. %tasis urin dalam 6esiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambal. +eluhan iritasi dan hematuria. %elain itu, stasis urin dalam 6esika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi re$luks menyebabkan pyelone$ritis (%jamsuhidajat, 200#)

Phatway Perubahan estrogen, testosterone pada laki*laki usia lanjut Peranan growth hormon =ama hidup sel prostat Proli$erasi abnormal sel stem

BPH Penyempitan lumen uretra prostatik -liran urine terhambat Perubahan sekunder kandung kemih

%tadium lanjut 'inding 6esika menurun )esidu urine (onus 6esika urinaria menurun

%tadium dini (ekanan intra6esika meningkat +ompensasi mus ulus destrusor Penebalan 6esika urinaria

%ara$ parasimpatis melemah +elemahan mus le destrusor

%ulit ken ing

+eluhan =?(% (=ower ?rinary (ra t %ymptom) Bertahan lama .ikroorganisme )esiko in$eksi * Pembedahan ((?)*P)

'istensi 6esika urinaria

7angguan rasa nyaman nyeri )esiko ketidak e$ekti$an jalan na$as

Pemasangan kateter )esiko in$eksi * )esiko inkontinensia pas a kateter

-nastesi * * *

,yeri akut )esiko perdarahan )esiko kekurangan airan * Penurunan pengetahuan post operasi * )esiko retensi urine

D. MANIFESTASI KLINIS 7ambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. 7ejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan ukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan/ pan aran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan (straining) ken ing terputus*putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow. 7ejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hiperseniti6itas otot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain/ sering miksi ($rekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (.ansjoer, 2000) 2. >PP% ( >nternational Prostat %ymptoms % ore ) adalah kumpulan pertanyaan yang merupakan pedoman untuk menge6aluasi beratnya =?(% a. %kor 0*4 / gejala ringan b. %kor 5*23 /gejala sedang . %kor 20*@# / gejala berat 7ejala /

a. 1bstrukti$ / hesitansi, pan aran miksi lemah, intermitten miksi tak puas, menetes setelah miksi b. >ritati$ / no turna, urgensi ! disuria. 2. )e tal grading 'idapatkan batas atas teraba, menonjal A 2 m (seperti ujung hidung ) =obus kanan;kiri simetri ! tidak teraba nodul a. 7rade 0 / penonjolan 0*2 m b. 7rade 2 / penonjolan 2*2 m . 7rade 2 / penonjolan 2*@ m d. 7rade @ / penonjolan @*B m e. 7rade B / penonjolan AB m @. Clini al grading (berdasarkan residu urine) a. 7rade 2 %ejak berbulan*bulan bahkan bertahun*tahun pasien mengeluh ken ing tidak puas, pan aran urine lemah, harus mengedan, no turia (belum terdapat sisa urine) b. 7rade 2 (elah terdapat sisa urine (sistitis), no turia makin sering dan kadang disertai hematuri pada y tos opy dinding 6esika urinaria menebal karena trabekulasi (hipertropi mus ulus destrusor) . 7rade @ %isa urine men apai 50*200 ml, in$eksi semakin hebat (hiperple<i, menggigil ! nyeri pinggang karena ystitis). (rabekulasi semakin banyak. d. 7rade B )etensi urine total. E. KOMPLIKASI +omplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain/ sering dengan semakin beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan in$eksi saluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000) +erusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. %tasis urin dalam 6esiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. %elain itu, stasis urin dalam 6esika urinaria menjadikan media pertumbuhan

mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi re$luks menyebabkan pyelone$ritis (%jamsuhidajat, 200#). F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 2. Pemeriksaan laboratorium a. 'arah lengkap * ?ntuk menilai kadar Hb, PCC (hematokrit), trombosit, leukosit dan =D' * ?ntuk menilai kemungkinan in$lasi akibat statis urine b. %edimentasi urine * ?ntuk menilai kemungkinan in$lamasi saluran kemih . +ultur urine * ?ntuk menentukan jenis bakteri ! terapi antibiotik yang tepat d. )enal $ungsi tes (B?,;ureum, reatitin) * ?ntuk menilai gangguan $ungsi ginjal akibat dari statis urine e. P%- (Prostatik %pesi$ik -ntigen) * ?ntuk kewaspadaan adanya keganasan 2. Pemeriksaan radiology a. :oto abdomen polos (B,-; Blass ,ier -6er&ith) * ?ntuk melihat adanya batu pada system kemih b. >ntra6enus phielogra$i * ?ntuk menilai kelainan ginjal dan ureter * ?ntuk menilai penyulit yang terjadi pada $undus uteri . ?%7 (ultrasonogra$i) * ?ntuk memeriksa konsistensi, 6olume dan besar prostat @. Pemeriksaan penendos opy * ?ntuk melihat derajat pembesaran kelenjar prostat B. Pemeriksaan pan aran urine (uro$lowmetri) * :lowrate ma<imal A2# ml; dtk / non obstrukti$ * :lowrate ma<imal 20*2# ml; dtk / border line * :olwrate ma<imal E20 ml; dtk / obstrukti$ G. PENATALAKSANAAN .enurut .ansjoer (2000) dan Purnomo (2000), penatalaksanaan pada BPH dapat dilakukan dengan/

2. 1bser6asi +urangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan, kurangi kopi, hindari alkohol, tiap @ bulan kontrol keluhan, sisa ken ing dan olok dubur. 2. .edikamentosa a. Penghambat al$a (alpha blocker) Prostat dan dasar buli*buli manusia mengandung adrenoreseptor*F2, dan prostat memperlihatkan respon menge il terhadap agonis. +omponen yang berperan dalam menge ilnya prostat dan leher buli*buli se ara primer diperantarai oleh reseptor F2a. Penghambatan terhadap al$a telah memperlihatkan hasil berupa perbaikan subjekti$ dan objekti$ terhadap gejala dan tanda (sing and symptom) BPH pada beberapa pasien. Penghambat al$a dapat diklasi$ikasikan berdasarkan selekti$itas reseptor dan waktu paruhnya b. Penghambat #F*)eduktase (5-Reductase inhibitors) :inasteride adalah penghambat #F*)eduktase yang menghambat perubahan testosteron menjadi dihydratestosteron. 1bat ini mempengaruhi komponen epitel prostat, yang menghasilkan pengurangan ukuran kelenjar dan memperbaiki gejala. 'ianjurkan pemberian terapi ini selama 9 bulan, guna melihat e$ek maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20G) dan perbaikan gejala*gejala . (erapi +ombinasi (erapi kombinasi antara penghambat al$a dan penghambat #F* )eduktase memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin hanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya (era&osin. Penelitian terapi kombinasi tambahan sedang berlangsung d. :itoterapi :itoterapi adalah penggunaan tumbuh*tumbuhan dan ekstrak tumbuh* tumbuhan untuk tujuan medis. Penggunaan $itoterapi pada BPH telah popular di Dropa selama beberapa tahun. .ekanisme kerja $itoterapi tidak diketahui, e$ekti$itas dan keamanan $itoterapi belum banyak diuji e. (erapi Bedah >ndikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan $ungsi ginjal, in$eksi saluran kemih berulang, di6ertikel batu saluran kemih, hidroureter, hidrone$rosis jenis pembedahan/ 2) (?)P (Trans Uretral esection !rostatectomy)

Haitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat melalui sitoskopi atau resektoskop yang dimasukkan malalui uretra. 2) Prostatektomi %uprapubis Haitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada kandung kemih. @) Prostatektomi retropubis Haitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian bawah melalui $osa prostat anterior tanpa memasuki kandung kemih. B) Prostatektomi Peritoneal Haitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi diantara skrotum dan rektum. #) Prostatektomi retropubis radikal Haitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, 6esikula seminalis dan jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian bawah, uretra dianastomosiskan ke leher kandung kemih pada kanker prostat. $. (erapi >n6asi$ .inimal 2) Trans Uretral "ikrowave Thermotherapy ((?.() Haitu pemasangan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui antena yang dipasang melalui;pada ujung kateter. 2) Trans Uretral Ultrasound #uided $aser %nduced !rostatectomy ((?=>P) @) Trans Uretral &allon 'ilatation ((?B') H. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. P !"#aha$ %&'a '()($a*( "!( + * h"#"$,a$ - $,a$ / a. .ekanisme obstruksi / bekuan darah, edem, truma, prosedur pembedahan. b. (ekanan dan iritasi kateter ; balon . +ehilangan tonus kandung kemih akibat o6er distersi pada preoperasi atau dekompresi terus*menerus. ditandai dengan / a. %ering ken ing, dysuria, inkontinensia, retensi urin. b. Blas penuh, suprapubis tidak nyaman. (ujuan / Iumlah urine normal dan tanpa retensi. +riteria /

a. +lien mampu mengosongkan kandung ken ing setiap 2 * B jam. b. +lien mampu melakukan perineal e<er ise. . +lien B.a.k 2#00 >nter6ensi a. +aji pengeluaran urine dan sistem drainage atau kateter terutama selama blader irigasi. b. +aji kemampuan klien untuk mengosongkan kandung kemih ontoh, berapa kali klien kekamar mandi untuk buang air ke il. . Catat waktu, jumlah, ukuran, urine setelah kateter diangkat. d. -njurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih setiap 2 * B jam. e. -njurkan klien banyak minum 2#00 * @000 per hari jika tidak ada kontra indikasi. +urangi minum pada malam hari setelah keteter dilepaskan. $. -njurkan klien untuk perineal e<er ise, ontoh dengan mengerutkan bokong, menahan urine, baru mengalirkan urine. .. R *(/& t($,,( "$t"/ / /"!a$,a$ 0&'") 1a(!a$ 2 * h"#"$,a$ - $,a$ 2 a. b. a. b. Perdarahan pada area pembedahan Pembatasan intake preoperasi. Post (?) Prostat hari ke >> .asih terpasang kateter dan irigasi drip ,aCl 0,3 G ; 2B jam.

ditandai dengan /

(ujuan / +ebutuhan airan klien terpenuhi. +riteria / Iumlah airan yang masuk dan keluar seimbang. >nter6ensi / a. Catat airan yang masuk dan keluar tiap 5 jam dan total dalam 2B jam. b. +aji mukosa mulut dan kekenyalan kulit. . 1bser6asi tanda 6ital tiap B jam atau sesuai kebutuhan. d. Berikan airan peroral atau in$us sesuai program medik ( 2#00 * @000 jam ). 3. R *(/& t($,,( "$t"/ ($4 /*( 2 * h"#"$,a$ - $,a$ 2 a. Prosedur in6asi$, instrumentasi selama operasi, kateter, seringnya irigasi kandung kemih. ; 2B

b. . d.

Iaringan traumatik, insisi bedah. )e$luk urine ke dalam kandung kemih. (erbukanya sistem drainage urine.

ditandai dengan / a. Post (?) Prostat hari ke >> b. .asih terpasang kateter dengan irigasi drip ,aCl 0,3 G. . (ujuan / klien terhindar dari resiko in$eksi saluran kemih. +riteria / a. (anda 6ital dalam keadaan normal. b. ?rine bersih dan jernih. . (idak terasa nyeri. >nter6ensi / a. .emasang dan melepaskan kateter dengan ara aseptik dan antiseptik. b. )awat kateter dengan tehnik aseptik dan antiseptik. . Cegah terjadinya re$luks urine yaitu kembalinya urine ke kandung kemih. d. 'engan ara / menggantung urine bag lebih rendah dari kandung kemih.'an klem kateter bila akan memindahkan klien. e. 7unakan tehnik aseptik pada saat mengosongkan urine bag. $. 7anti kateter setiap 4 * 20 hari dengan tehnik aseptik . g. >rigasi kateter dilakukan dengan tehnik aseptik dan antiseptik h. -njurkan klien banyak minum 2#00 i. indikasi j. l. .engukur ; mengamati tanda kardinal klien setiap B jam atau sesuai +olaborasi dengan (im medis untuk penberian antibiotik atau pemeriksaan k. kebutuhan. m. diagnostik 5. Ny !( a/"t 2 * h"#"$,a$ - $,a$ 2 a. b. >ritasi mukosa kandung kemih. %pasme otot sehubungan dengan prosedur operasi atau penekanan dari balon * @000 ; hari bila tidak ada kontra

(traksi) ditandai dengan / a. 'ilaporkannya adanya nyeri pada pangkal alat kelamin dari perut bagian bawah. b. "ajah meringis kesakitan.

. )espon autonomik (ujuan / nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan. +riteria / a. +lien dapat mengontrol nyeri dengan menggunakan skala nyeri 2 * 20 b. +lien tampak rileks. . +lien dapat beristirahat dengan tenang. >nter6ensi / a. b. . d. e. $. g. h. +aji intensitas nyeri dengan skala 2* 20. :iksasi kateter dengan ara yang tepat agar tetap stabi sehingga tidak menimbulkan gesekan baru pada mukosa urethra. :iksasi selang urine pada alat tenun disamping klien dengan menggunakan peniti atau klem yang telah tersedia pada set urine bag. 7unakan kateter menetap dengan nomor atau ukuran yang sesuai agar tidak menimbulkan iritasi pada urethra. -njurkan pada klien untuk tehnik relaksasi dengan panjang dan menghembuskannya. Hindari gerakan atau tarikan mendadak pada selang kateter untuk menghindari trauma baru pada urethra. +empiskan balon kateter sampai habis sebelum melepaskan kateter dan keluarkan kateter se ara perlahan. +olaborasi pemberian analgetik dengan medik bila diperlukan. ara menarik napas

6. R *(/& t($,,( "$t"/ -(*4"$,*( * /*"a'2 * h"#"$,a$ - $,a$ 2 a. b. a. b. %ituasi krisis (inkontinensia, kondisi area genital) Perubahan status kesehatan. Pola berkemih saat ini lewat kateter. Post (?) Prostat hari ke >> (kemungkinan ada kerusakan ,A Pudendes)

ditandai dengan /

(ujuan / klien dapat menerima dan beradaptasi terhadap keadaannya. +riteria / a. +lien tampak rileks. b. +lien menyatakan emas berkurang.

>nter6ensi / a. 'iskusikan bersama klien tentang anatomi dan $isiologi $ungsi seksual se ara singkat. b. Ielaskan pada klien tentang tujuan dan man$aat pemakaian kateter yang menetap. . -njurkan klien untuk berdialog dengan sesama klien yang menggunakan kateter. d. Berikan kesempatan pada klien untuk saling mengungkapkan perasaan dengan pasangannya. a. Ciptakan suasana humor pada saat merawat klien. Bila perlu konsulkan pada psikolog atau seksolog. 9. K"!a$,$ya % $, tah"a$2 * h"#"$,a$ - $,a$ / a. .isinterpretasi in$ormasi b. (idak $amiliar dengan in$ormasi yang ada. ditandai dengan / a. %ering bertanya b. .enanyakan ulang in$ormasi . +ondisi miskonsepsi d. .enunjukkan se ara 6erbal masalahnya. e. (idak adekuat dalam mengikuti instruksi. (ujuan / %etelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan klien meningkat +riteria / a. +lien memahami tentang / pengertian, tanda dan gejala, prognosa, perawatan dan pengobatan >nter6ensi / b. . d. e. +olaborasi dengan medik untuk menjelaskan pada klien tentang pengertian, tanda dan gejala, prognosa serta pengobatan 'iskusi bersama klien untuk men egah in$eksi saluran kemih 'iskusikan tentang ara mempertahankan aliran urin 'iskusikan ara mempertahankan 6olume airan tubuh

7. P&t $*(a' t !8a-($ya *")#ata$9&#*t!"/*( a'(!a$ "!($ * h"#"$,a$ - $,a$ 2 a. b. Penyumbatan lubang ;lumen kateter selang urin karena endapan urine atau bekuan darah (ertekuk atau terpelintirnya kateter (ujuan / +elan aran aliran urine dapat dipertahankan +riteria / a. ?rine keluar lan ar, 2#00 >nter6ensi / b. Iaga kateter atau selang urine tidak tertekuk;terpelintir . 7antung urine bag lebih rendah dari kandung kemih d. Bila selang urine terlalu panjang, gulung dan di$iksasi diatas tempat tidur disamping klien e. =akukan irigasi kateter bila ma et (kolaborasi dengan dokter) $. Berikan airan peroral atau in$us 2#00 * #000 dr) ;2B jam (kolaborasi dengan ;2B jam

DAFTAR PUSTAKA Brunner ! %uddarth, 2002. &uku ()ar *eperawatan "edikal &edah, 6ol 2. Iakarta./.D7C %jamsuhidajat, ) ! "im, de Iong. 200. &uku ()ar %lmu &edah, Ddisi ke*2. Iakarta/ D7C Iohnson, .arion, .aas, .eridean, and .oorhead, %ue. 2000. +ursing ,utcomes -lassification (+,-) second edition. ?%-/ .osby. . Closkey, Ioanne and Bule he k, 7loria .. 2339. +ursing %ntervention -lassification second edition. ?%-/ .osby

,orth -meri an ,ursing 'iagnosis -sso iation. 2002. +ursing 'iagnoses / 'efinition 0 -lassification 1223-1221. Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai