Anda di halaman 1dari 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gastritis 1.

Defenisi Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara histopologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis adalah salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam pada umumnya (Herlan, 2001) 2.Klasifikasi Gastritis A.Gastritis akut Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk Gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah Gastritis erosit atau Gastritis hemoragik. Disebut Gastritis hemoragik karena pada penyakit ini dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada mukosa lambung tersebut (Herlan, 2001). Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering diakibatkan diet yang sembrono. Individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Penyakit lain dari Gastritis akut mencakup alkohol, aspirin, refluk, empedu, atau terapi radiasi.

Bentuk terberat dari penyakit Gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi piloris. Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut (Brunner dan Suddarth, 2002). Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. (Silvia A. Price dan Lorrenne M.Wilson, 1995). B.Gastritis kronis Disebut Gastritis kronis apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan neutrofil pada daerah tersebut menandakan adanya aktivitas (Herlan, 2002). Gastritis kronis ditandai oleh Atropi Progresif Epitel kelenjar disertai kehilangan sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang nyata. Gastritis kronis digolongkan menjadi dua kategori yaitu Gastritis Tipe A (Atropik atau Fundal) dan Gastritis Tipe B (Antral) (Silvia A. Price dan Lorrenne M.Wilson, 1995). Gastritis kronis adalah inflamasi yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter Pylory (H. Fylory) (Brunner dan Suddarth, 2006).

3.Penyebab Gastritis Dapat dicatat bahwa faktor etiologi atau faktor penyebab Gastritis sampai saat ini adalah : A.Penyebab Gastritis akut Dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar karena Gastritis erosit menyertai timbulnya keadaan klinis yang berat. Keadaan yang sering menyebutkan Gastritis erosif misalnya trauma yang luas operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati yang berat, sengatan luka bakar yang luas, trauma kepala, dan septikemia. Kira-kira 80-90% pasien yang dirawat di ruang intensif menderita Gastritis akut erosif ini. Gastritis akut jenis ini sering disebut Gastritis stress. Penyebab lain adalah obat-obatan. Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan Gastritis erosif adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (Herlan, 2002). Makan terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit ini. Penyabab lain dari Gastritis akut adalah mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner dan Suddarth, 2002). Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim infeksi Helicobacter Pylory lebih sering dianggap sebagai penyebab Gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epital yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi non steroid (NSAID) misalnya Indometarin, Ibuprofen, Nafroksen, Sulfonamida, Steroid dan Etanol juga diketahui mengganggu sawar nukosa lambung (Silvia A. Price dan Lorrenne M.Wilson, 2006).

B.Penyebab Gastritis kronik Dua aspek penting sebagai etiologi Gastritis kronis yakni aspek imunologi dan aspek mikrobiologis. Aspek imunologis hubungan antara sistem imun dan Gastritis kronik menjadi jelas dengan ditemukannya auto antibodi terhadap faktor intrinsik lambung (intrinsik faktor antibodi) dan sel parietal (Parietal Cell Antibody) pada pasien dengan anemia pernisiosa. Antibody terhadap sel parietal lebih dekat hubungannya dengan Gastritis kronik korpus dalam berbagai gradiasi. Pasien Gastritis kronik atropik predominasi korpus, dapat menyebar ke atrium dan hipergastrinemia. Gastritis autoimun adalah diagnosa histologis karena secara endoskopik amat sukar menentukannya kecuali sudah amat lanjut. Hipergastrinemia yang terjadi terus menerus dan hebat dapat memicu timbulnya karsinoid Gastritis, tipe ini sulit dijumpai. Aspek bakteriologi agar dapat mengetahui keberadaan bakteri pada Gastritis, biopsi harus dilaksanakan waktu pasien tidak mendapat antimikroba selama 4 (empat) minggu terakhir. Bakteri yang paling penting sebagai penyebab Gastritis adalah Helicobacter Pylory. Gastritis yang ada hubungannya dengan Helicobacter Pylory lebih sering dijumpai dan biasanya merupakan Gastritis tipe ini. Atropi mukosa lambung dapat terjadi pada banyak kasus setelah bertahun-tahun mendapat infeksi Helicobacter Pylory. Atropi terbatas pada atrium, pada korpus atau mengenai keduanya dalam stadium ini pemeriksaan serologi terhadap Helicobacter Pylory lebih sering memberi hasil negatif. Kejadian Gastritis kronik, terutama Gastritis kronik antrium meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya pada dekade ke-6 hampir 80% menderita Gastritis kronik dan menjadi 100% pada saat usia mencapai dekade ke-7. Selain

10

mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks kronik cairan penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Herlan, 2002). Gastritis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : Gastritis Tipe A dan Gastritis Tipe B. Tipe A sering disebut sebagai Gastritis auto imun diakibatkan dari perubahan dari sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit auto imun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B kadang disebut sebagai Helicobacter Pylory mempengaruhi antrium dan pilorus (ujung bawah dekat dedenum). Ini dihubungkan dengan bakteri Helicobacter Pylory (H. Pylory). faktor lain seperti diet minum pedas atau panas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refleks isi usus ke dalam lambung (Brunner dan Suddarth, 2002). 4.Diagnosa Gastritis A.Gastritis Akut Tiga cara menegakkan diagnosis, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi, mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan rata pada endoskopi dan gambaran radiologi. Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan yang superfisial karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung (Arif Mansoer, 1999). Gastritis akut harus selalu diwaspadai pada saat pasien pada keadaan kronis yang berat atau penggunaan aspirin dan anti inflamasi nonsteroid. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan gastroskopi. Pada pemeriksaan gastroskopi akan tampak mukosa yang sembab, merah,mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi dari penyembuhan sampai tertutup oleh tekanan darah dan kladang-kadang ulserasi. Lesi-lesi tersebut

11

biasanya terdapat pada fundus dan korpus lambung secara endoskopik Gastritis akut dapat berupa Gastritis eksudatif atau eritematus, Gastritiserasif flat, Gastritis reised, Gastritis hemoragik dan memberikan manfaat yang berarti untuk menegakkan diagnosa Gastritis akut (Herlan, 2001). B.Gastritis kronis Evaluasi diagnosis untuk Gastritis kronis dilakukan dengan : pada Tipe A dihubungkan dengan tidak adanya atau rendahnya kadar asam hidra klorida Tipe B dihubungkan dengan hipoklarhidria dan Gastritis pada gastrointestinal atas, seri sinar X dan pemeriksaan histologis (Monica Ester, 2002). Diagnosa Gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung, perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter Pylory apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada dedenum. Mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Dilakukan pula Rapid Ureum Test (CLO). Kriteria minimal yang ditegakkan diagnosis Helicobacter Pylory jika hasil Ureum Test (CLO) dan ataupun positif dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk Helicobacter Pylory sebagai diagnosis awal (Arif Mansjoer, 1999). Kebanyakan Gastritis kronik tanpa gejala. Mereka yang mempunyai keluhan biasanya keluhannya tidak jelas. Keluhan yang sering dihubungkan dengan Gastritis kronik adanya nyeri tumpul di epigastrium, disertai dengan mual/kadang muntah-muntah, cepat kenyang. Keluhankeluhan ini tidak dapat digunakan untuk evaluasi keberhasilan pengobatan, pemeriksaan fisik tidak memberikan informasi apapun juga.

12

Diagnosa ditegakkan berdasarkan endoskopi dan histopatologi untuk pemeriksaan histopatologi sebaiknya dilakukan biopsi dan semua segmen lambung. 5.Manifestasi Klinis Gastritis A.Gastritis akut Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri Epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula pedarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disesuaikan dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, tanpa riwayat penggunaan obatobatan atau bahan kimia tertentu (Arif Mansjoer, 1999). Ulserasi superfisial yang dapat terjadi dan dapat menimbulkan Hemoragi,

ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual dan anoreksia) dan dapat terjadi muntah, serta cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik, kolik dan diare dapat terjadi jika makanan pengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi mencapai usus besar, pasien biasanya sembuh kira-kira dalam sehari meskipun nafsu makan kurang atau menurun selama 2 sampai 3 hari (Monica Ester, 2002). Keluhannya bervariasi, mulai dari yang sangat ringan sampai asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. B.Gastritis kronis Tipe A biasanya meliputi asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi B 12 dan pada Gastritis Tipe B pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa pahit atau mual dan muntah (Monica Ester, 2002).

13

Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kesil mengeluh nyeri hati, anoreksia, nusea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan (Arif Mansjoer, 1999).

6.Penatalaksanaan Gastritis A.Gastritis akut Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan posisi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2 Inhibition pompa proton, antikolinergik dan antasid juga ditujukan sebagai sifo protektor berupa sukralfat dan prostaglandin (Arif Mansjoer, 1999). Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat menjadi kuasa dan pengobatan suportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap dianjurkan. Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan Misaprostol, atau Devivat Prostaglandin Mukosa. Dahulu sering dilakukan kuras lambung dengan air es untuk menghentikan perdarahan saluran cerna bagian atas, karena tidak ada bukti klinis yang dapat menunjukkan manfaat tindakan tersebut untuk menghenti-kan perdarahan saluran cerna bagian atas, pemberian antasida, antagenis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efek teraupetiknya masih diragukan. Biasanya perdarahan akan segera berhenti bila keadaan si pasien membaik dan lesi
14

mukosa akan segera normal kembali, pada sebagian pasien biasa mengancam jiwa. Tindakantindakan itu misalnya dengan endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri atau gastrektomi. Gastrektomi sebaiknya dilakukan hanya atas dasar abolut (Herlan, 2001). Penatalaksanaan medical untuk Gastritis akut dilakukan dengan menghindari alkohol dan makanan sampai gejala, dilanjutkan diet tidak mengiritasi. Bila gejala menetap, diperlukan cairan intravena. Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila Gastritis dihubungkan dengan alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya perforasi. B.Gastritis kronis Faktor utama adalah ditandai oleh progesif epitel kelenjar disertai sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata, Gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori Tipe A (Altrofik atau Fundal) dan tipe B (Antral). Gastritiskronis Tipe A disebut juga Gastritis altrofik atau fundal, karena mempunyai fundus pada lambung Gastritis kronis Tipe A merupakan suatu penyakit auto imun yang disebabkan oleh adanya auto antibodi terhadap sel. Parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik dan berkaitan dengan tidak adanya sel parietal dan Chief Cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin. Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai Gastritis antral karena umunya mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan Gastritis kronis Tipe A. Jadi penyebab utama Gastritis Tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter Pylory. Faktor etiologi Gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan, merokok, dan refluks dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan karsinoma.
15

Pengobatan Gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai. Bila terdapat ulkus dedenum, dapat diberikan antibiotik untuk membatasi Helicobacter Pylory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan Gastritis kronis alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini harus diobati, pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B.12 dan terapi yang sesuai. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat mengurangi dan memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat diatasi dengan antibiotik (seperti Tetrasiklin atau Amoxicillin) dan garam bismut (Pepto bismol). Pasien dengan Gastritis Tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B.12. B.Pengetahuan (Knowledge) 1.Defenisi Pengetahuan adalah merupakan hasil dari TAHU dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). 2.Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2007 menyatakan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a. Tahu (Know)

16

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya), aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan kaitannya satu sama lain. Ukuran kemampuan dapat dilihat dalam penggunaan tenaga kerja seperti : menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adaptasi perilaku dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisiologi. e. Sintesis (Syntesis)

17

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun komulasi dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 3.Cara Memperoleh Pengetahuan A.Cara tradisional Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain : 1. Cara coba-coba dan salah (Trial dan Error) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lama. 2. Cara kekuasaan (otoritas) Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas (kekuasaan) baik otoritas pemerintahan, otoritas 3. Berdasarkan pengalaman Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
18

4. Melalui jalan pikiran Yaitu manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

B.Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi penelitian (Notoatmodjo, 2002). 4.Variabel penelitian yang mempengaruhi pengetahuan 1. Umur Umur adalah lamanya tahun dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian ini dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru. Pada masa ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa ketrampilan, sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental, semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin bertambah keinginan dan pengetahuannya tentang kesehatan. Umur yang lebih cepat menerima pengetahuan adalah 18-40 tahun (Notoadmojo, 2003). 2. Pendidikan Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku melalui pengajaran, sehingga pendidikan itu perlu mempertimbangkan umur (proses
19

perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi yang baru (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan memiliki peranan yang laing penting dalam menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan, manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas, perubahan yang cepat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi sangat dibutuhkan orang yang berpengetahuan baik. Untuk mendapatkan pengetahuan yang baik kita dapatkan dalam pendidikan, jadi pendidikan yang tinggi akan didapatkan pengetahuan yang baik (Hurlock, 1999). 3. Sumber Informasi Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi, maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan keamanan (Notoatmodjo, 2003). Sumber informasi adalah suatu proses pemberitahuan yang dapat membuat seseorang mengetahui informasi dengan mendegar atau melihat sesuatu secara langsung maupun tidak langsung. Semakin banyak informasi yang didapat akan semakin luas pengetahuan seseorang (Depdikbud, 2001) C.Pola Makan

20

1.Pengertian Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari suatu kelompok masyarakat tertentu(Hartono, 2000)

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).

2.Faktor yang mempengaruhi pola makan Perawat perlu mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan pasien, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan pasien antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan, status ekonomi, personal preference, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang, dan kesehatan (Depkes RI, 2009). 3.Syarat Pola Makan Pasien Gastritis Menurut Almatsier (2002) syarat diet untuk pasien gastritis akut adalah sebagai berikut: 1) Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan diberikan sering, 2) Protein cukup untuk mengganti jaringan yang rusak, 3) Tidak merangsang, 4) Makan secara berangsur angsur harus dapat memenuhi gizi normal.

21

4.Makanan Biasa Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar tetap sehat (Depkes RI, 2009) makanan biasa diberikan pada penderita yang tidak memerlukan makanan khusus berhubungan dengan penyakitnya, susunan makanan sama dengan orang sehat. Hanya tidak diperbolehkan makan makanan yang merangsang yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan, makanan ini cukup protein dan zat gizi lainya. 5.Perawatan Gastritis pada Pola Makan Dalam masalah ini tugas perawat yang paling penting adalah memberikan health education terhadap pasien gastritis untuk menghindari makanan yang dapat merangsang atau mengiritasi lambung seperti makanan pedas, makanan berbumbu seperti cuka dan makanan yang mengandung tajam, makanan asam, serta pola makan yang tepat baik dari segi Jenis, Jumlah, dan Jadwal makan disamping itu pula kebersihan makanan harus diperhatikan agar tidak terkontaminasi oleh Helicobacter Pylory penyebab penyakit. Pemberian health education kepada penderita untuk mengenali secara dini gejala gastritis dan secepatnya berobat ke Puskesmas terdekat bila gejala gastritis itu kambuh adalah salah satu cara yang paling baik untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah dari penyakit tersebut. Adapun jenis makanan yang dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan gastritis adalah jenis makanan yang berbumbu dan asam seperti cuka, makanan pedas yang dapat menyebabkan terjadinya pengeluaran asam lambung secara berlebihan atau mengiritasi lambung dan makanan

22

yang kurang terjaga kebersihanya sehingga terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit. Golongan bahan makanan Makanan yang boleh diberikan Makanan yang tidak boleh diberikan: a.Sumber hidrat arang Beras dibubur, biskuit, tepung-tepungan. Beras ketan, jagung, singkong, cake, dodol, kue yang terlalu manis. b.Sumber protein hewani Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam digiling, telur ayam direbus. Ayam yang diawet, digoreng, daging babi. c.Sumber protein nabati Tahu, tempe direbus, kacang hijau direbus dan dihaluskan, margarin dan mentega. Tahu, tempe, digoreng; kacang tanah. d.Sayuran Bayam, wortel, tomat direbus dan ditumis. Macam-macam minyak, santan, sayuran mentah. e.Buah-buahan Pepaya, pisang. Jambu biji, nenas, kedondong.

f.Minuman Sirop, teh Soda dan alkohol, kopi. Sumber: Almatsier (2002) http://akperla.blogspot.com/2009/08/konsep-pola-makan.html

D.Tingkat Stress 1.Definisi Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie K., 2005).

23

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003). Menurut Morgan dan King, as an internal state which can be caused by physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping (Morgan & King, 1986). Jadi stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (AAT Sriati, 2007).

2.Jenis-jenis stres Quick dan Quick (1984) dan Hans Selye dalam Girdano (2005) mengatakan bahwa terdapat dua jenis stres, yaitu eustres dan distres. Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Ini adalah semua bentuk stres yang mendorong tubuh untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Ketika tubuh mampu menggunakan stres yang dialami untuk membantu melewati sebuah hambatan dan meningkatkan performa, stres tersebut bersifat positif, sehat, dan menantang (Walker.J, 2002).

24

Di sisi lain, distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu terhadap penyakit sistemik dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Distres adalah semua bentuk stres yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya, membebani tubuh, dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika seseorang mengalami distres, orang tersebut akan cenderung bereaksi secara berlebihan, bingung, dan tidak dapat berperforma secara maksimal (Walker.J, 2002).

3.Sumber stres Sumber stres atau penyebab stres dikenali sebagai stresor. Antara penyebabnya adalah, fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan dari dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan (anxiety), rasa bersalah, kuatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat traumatic yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pension, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain. (Nasution I. K., 2007).

4.Mekanisme stres

Empat variabel psikologik yang mempengaruhi mekanisme respons stres:

25

1) Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor yang mengurangi intensitas respons stres. 2) Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi. 3) Persepsi: pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stres. 4) Respons koping: ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat ansietas dapat menambah atau mengurangi respons stres.

Secara fisiologi, situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada
26

kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight (Nasution I. K., 2007).

5.Gejala stres Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis stres : kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung, perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian), sensitif dan hyperreactivity, memendam perasaan, penarikan diri depresi, komunikasi yang tidak efektif, perasaan terkucil dan terasing, kebosanan dan ketidakpuasan kerja, kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas serta menurunnya rasa percaya diri. Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres adalah : meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular, meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin), gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung), meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan, kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome), gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada, gangguan pada kulit, sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan

27

otot, gangguan tidur, rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker. Gejala-gejala perilaku dari stres adalah: menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan, perilaku sabotaj dalam pekerjaan, perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan), mengarah ke obesitas, perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi, meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi, meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman serta kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Pengalaman stres sangat individual. Stres yang luar biasa untuk satu orang tidak semestinya dianggap sebagai stres oleh yang lain. Demikian pula, gejala dan tanda-tanda stres akan berbeda pada setiap individu (AAT Sriati, 2007). 6.Stres pada mahasiswa Fenomena stres di kalangan pelajar universitas merupakan satu topik yang sering menjadi bahan kajian kebanyakan pengkaji. Terdapat banyak faktor yang boleh menyebabkan seseorang pelajar mengalami stres seperti lingkungan, akademik, persaingan kerjaya, hubungan interpersonal dan cara pemikiran pelajar juga boleh menyumbang stres kepada pelajar. Justeru, stres masih tidak boleh dipisahkan dengan kehidupan pelajar dalam kesibukan mereka menuntut ilmu dan memperolehi pelbagai kemahiran di universitas. Perbedaan stres di kalangan pelajar juga adalah berbeza. Terdapat pelajar yang berupaya berhadapan dengan stres tanpa mengalami apa-apa kesan fizikal, mental atau emosi yang negatif serta boleh memotivasikan diri.

28

Terdapat juga pelajar yang tidak berupaya menguruskan stres apabila berada dalam pengajian di universiti. Stres yang melebihi pada tahap tertentu sekiranya tidak dikawal akan mewujudkan pelbagai masalah kepada setiap individu. Kebiasaannya stres akan dialami dalam pelbagai keadaan seperti rasa kesunyian, kurang tidur, keresahan, kebimbangan yang tinggi serta simptom-simptom fisiologi yang ditunjukkan kesan daripada sesuatu peristiwa yang dialami (Wright, 1967). Oleh yang demikian, stres boleh menyebabkan kehidupan dan pergaulan seharian seseorang pelajar terjejas sehingga memberi dampak negatif terhadap tahap kesihatan, personaliti, interaksi sosial dan pencapaian akademik mereka. Menurut Campbell dan Svenson (1992), apabila stres dilihat dari aspek negatif atau tekanan yang terlalu tinggi, ia boleh mendatangkan kesan negatif terhadap kesihatan dan pencapaian akademik seseorang pelajar (Mastura, 2007). Stres yang bersifat konstan dan terus menerus mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dan tiroid dalam memproduksi hormon. Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormon utama stres akan naik jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf simpatis berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal Metabolism Rate (BMR), juga menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas. Namun, pemaparan stres yang ringan atau sementara tidak menyebabkan penyakit sistemik. Ia hanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sebagai proses homeostasis. Perubahan gaya hidup mahasiswa semasa periode ujian disebabkan oleh stres dan perubahan gaya hidup ini juga boleh menyebabkan stres. Antaranya adalah kekurangan tidur, kurangnya bersenam, pola makan yang berubah, rasa takut menghadapi ujian dan sebagainya. Selain itu, rasa takut dan anxietas semasa ujian juga bisa menyebabkan stres pada mahasiswa.

29

Stres ini memicu respons fight or flight pada tubuh. Ini akan menyebabkan sistem simpatik bekerja. Aktivasi sistem simpatik akan menyebabkan vasokonstriksi supaya darah dipam lebih banyak dalam masa sesaat, di mana stroke volumenya meningkat langsung meningkatkan tekanan darah (Qureshi.F, 2002).

Stress dapat menyebabkan kambuh nya gastritis ,hal ini dimungkinkan karena system persarafan di otak berhubungan dengan lambung, sehingga jika seseorang mengalami stress, bisa muncul kelainan dalam lambungnya. Stress bisa menyebabkan terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh. Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih dan kembung. Lama-kelamaan hali ini dapatmenimbulkan luka di dinding lambung (Sari,2008:104).(http://fesyu-ristha.blogspot.com/2012/06/hubungan-pola-makan-dan-tingkatstress.html)

E.Pola Tidur 1.Definisi tidur Tidur adalah merupakan suatu kondisi istirahat alami yang dialami oleh manusia dan hewan-hewan lainnya yang sangat penting untuk kesehatan. (organisasi. Org komunitas). Setiap manusia membutuhkan waktu tidur kurang lebih sekitar sepertiga waktu hidupnya atau sekitar 68 jam sehari. Secara alami dan otomatis jika tubuh lelah maka kita akan merasa mengantuk sehingga memaksa tubuh kita untuk beristirahat secara fisik dan mental. Dengan waktu tidur yang cukup maka kita akan merasa segar bugar ketika bangun pagi dan siap melakukan berbagai aktifitas sepanjang hari dari pagi hingga malam. Normalnya

30

manusia tidur pada saat malam hari hingga pagi hari, namun tidak jarang ada orang yang bisa tidur dari siang sampai malam hari karena tuntutan pekerjaan atau karena sudah terbiasa. Menurut penelitian, orang yang tidur selama 6,5 sampai 7,5 jam dalam sehari akan memiliki hidup yang lebih panjang dari pada yang tidurnya hanya memakan waktu kurang dari 6,5 jam atau lebih dari 8 jam perhari (Japan Epidemiology Association). Lalu apa definisi tidur? Sebagai acuan, tidur bisa diartikan sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal. Secara otomatis, otak kita memprogram untuk tidur begitu gelap datang dan terbangun ketika terang tiba. Pun kita bisa tidur kapan saja, baik karena mengantuk ataupun dipengaruhi obat-obatan. (Achmanto Mendatu.2006). 2. Tahapan tidur Tahapan tidur terdapat tidur tenang atau nonREM (non rapid eye movement) dan tidur aktif atau REM, dengan penjelasan sebagai berikut :

A.Tidur NonREM Tidur nonREM terdiri dari 4 tahap, dimana setiap tahapnya mempunyai ciri tersendiri. Pada tidur tahap I terjadi bila merasakan ngantuk dan mulai tertidur. Jika telepon berbunyi atau ada sesuatu sampai terbangun, sering kali tidak merasakan bahwa sebenarnya kita telah tertidur. Gelombang listrik otak memperlihatkan gelombang alfa dengan penurunan voltase. Tahap I ini berlangsung 30 detik sampai 5 menit pertama dari siklus tidur. Tidur tahap II, seluruh tubuh kita seperti berada pada tahap tidur yang lebih dalam. Tidur masih mudah dibangunkan, meskipun kita benar-benar berada dalam keadaan tidur. Periode

31

tahap 2 berlangsung dari 10 sampai 40 menit. Kadang-kadang selama tahap tidur 2 seseorang dapat terbangun karena sentakan tiba-tiba dari ekstremitas tubuhnya. Ini normal, kejadian sentakan ini, sebagai akibat masuknya tahapan REM. Tahap 3 dan 4. Tahap ini merupakan tahap tidur nyenyak. Pada tahap 3, Orang yang tertidur cukup pulas, rileks sekali karena tonus otot lenyap sama. Tahap 4 mempunyai karakter : tanpa mimpi dan sulit dibangunkan, dan orang akan binggung bila terbangun langsung dari tahap ini, dan memerlukan waktu beberapa menit untuk meresponnya. Pada tahap ini, diproduksi hormone pertumbuhan guna memulihkan tubuh, memperbaiki sel, membangun otot dan jaringan pendukung. Perasaan enak dan segar setelah tidur nyenyak, setidaktidaknya disebabkan karena hormon pertumbuhan bekerja baik. Menurut Tarwoto & Wartonah, (2006) tahapan NonREM mempunyai karakter sebagai berikut : NonREM Tahap I kedaan ini masih dapat merespons cahaya, berlangsung beberapa menit, aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun, bila terbangun terasa sedang mimpi. NonREM Tahap II tubuh mulai relaksasi otot, berlangsung 10 20 menit, fungsi tubuh berlangsung lambat, dapat dibangunkan dengan mudah. NonREM Tahap III adalah awal dari keadaan tidur nyenyak, sulit di bangunkan, relaksasi otot menyeluruh, tekanan darah menurun, berlangsung 15 30 menit. NonREM Tahap IV sudah terdapat tidur nyenyak, sulit untuk di bangunkan, untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun, sekresi lambung menurun, gerak bola mata cepat. B.Tidur REM Tahap tidur REM sangat berbeda dari tidur nonREM. Tidur REM adalah tahapan tidur yang sangat aktif. Pola nafas dan denyut jantung tak teratur dan tidak terjadi pembentukan keringat. Kadang-kadang timbul twitching pada tangan, kaki, atau muka, dan pada laki-laki dapat
32

timbul ereksi pada periode tidur REM. Walaupun ada aktivitas demikian orang masih tidur lelap dan sulit untuk dibangunkan. Sebagian besar anggota gerak tetap lemah dan rileks. Tahap tidur ini diduga berperan dalam memulihkan pikiran, enjernihkan rasa kuatir dan daya ingat dan mempertahankan fungsi sel-sel otak. Siklus tidur pada orang dewasa biasanya terjadi setiap 90 menit. Pada 90 menit pertama seluruh tahapan tidurnya adalah NonREM. Setelah 90 menit, akan muncul periode tidur REM, yang kemudian kembali ke tahap tidur NonREM. Setelah itu hampir setiap 90 menit tahap tidur REM terjadi. Pada tahap awal tidur, periode REM sangat singkat, berlangsung hanya beberapa menit. Bila terjadi gangguan tidur, periode REM akan muncul lebih awal pada malam itu, setelah kira-kira 30-40 menit. Orang itu akan mendapatkan tidur tahap 3 & 4 lebih banyak. Selama tidur, tahapan tidur akan berpindah-pindah dari satu tahap ke tahapan yang lain, tanpa harus menuruti aturan yang biasanya terjadi. Artinya suatu malam, mungkin saja tidak ada tahap 3 atau 4. Tapi malam lainnya seluruh tahapan tidur akan didapatkannya. (Widodo DP, 2000) Karakteristik tidur REM meliputi : mata cepat tertutup dan terbuka, kejang otot kecil, otot besar imobilisasi, pernapasan tidak teratur, kadang dengan apnea, nadi cepat dan ireguler, tekanan darah meningkat atau fluktuasi, sekresi gaster meningkat, metabolisme meningkat, temperatur tubuh naik, siklus tidur : sulit di bangunkan (Alimul, 2006) 3.Faktor - faktor yang mempengaruhi Tidur Menurut (Alimul, 2006). Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhanya.di antaranya faktor faktor yang mempengaruhi tidur antara lain adalah: A Penyakit

33

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya : penyakit yang disebabkan oleh infeksi (infeksi limfa) akan memerlukan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur. (widodo, 2009) B.Latihan dan Kelelahan Keletihan akibat akivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal ini terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.(widodo, 2009)

C.Stres Psikologis Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur. (psikologis, dr harry, 2009)

D.Obat Obat juga dapat mempengaruhi proses tidur, beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic menyebabkan seseorang menjadi isomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan syaraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.(ria lina, 2005)
34

E.Nutrisi Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya trytophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian juga sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang juga dapat mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur. F.Lingkungan Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang juga dapat mempercepat terjadinya proses tidur.

G.Motivasi Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur. (dr Brandon peters, 2006) 4.Kebutuhan tidur menurut usia Jumlah tidur yang dibutuhkan pada usia 0-2 bulan 10,5-18 jam perhari. Sifat tidur pada usia ini yaitu pola tidur yang tidak teratur (hingga usia 6-8 minggu) yang berhubungan dengan rasa lapar, periode tidur yang multipel pada siang dan malam hari, tidurnya bersifat aktif seperti tersenyum, menghisap, pergerakan badan. Kebutuhan tidur untuk anak usia 2-12 bulan . Jumlah tidur yang dibutuhkan sekitar 14-15 jam sehari. Sifat tidur yaitu jumlah tidur malam bertambah, pola tidur mulai terlihat, tidur siang yang awalnya berjumlah 3-4 kali berubah menjadi 1-2 kali di akhir tahun pertama

35

Jumlah tidur yang dibutuhkan pada usia 1-3 tahun adalah 12-14 jam (tidur siang antara 1,5-3,5 jam). Sifat tidur yaitu tidur di pagi hari semakin berkurang pada usia sekitar 18 bulan. Perlu dilanjutkan rutinitas waktu tidur, tetapkan waktu, dorong anak untuk berani tidur sendiri, diperhatikan transisi dari tidur di tempat tidur bayi ke tempat tidur biasa. Jumlah tidur yang dibutuhkan pada usia 3-5 tahun sekitar 11-13 jam dalam sehari. Tidur siang biasanya tidak ditemukan lagi pada akhir tahun kelima, pada saat ini mungkin dapat timbul ketakutan di malam hari. Jumlah tidur yang dibutuhkan pada usia 5-12 sekitar 10-11 jam dalam sehari. Semakin meningkatnya kegiatan anak dapat mengakibatkan berkurangnya tidur. Pengaruh televisi, komputer dan keadaan medis dapat mengganggu tidur. Waspadai adanya masalah tidur yang persisten dan keadaan mengantuk di siang hari. Jumlah tidur yang dibutuhkan pada usia 12-18 tahun adalah sekitar 7-9 jam dalam sehari. Dalam waktu remaja ini, mereka berhadapan dengan peningkatan aktivitas dan kurang tidur. (Viginia Academy of Sleep Medicine)

36

Anda mungkin juga menyukai