Anda di halaman 1dari 3

Qing artinya bersih. Ming artinya terang.

g. Jadi Qing Ming ini, artinya adalah suasana dimana langit terang dengan cuaca cerah, dimana siang hari lebih panjang daripada malam hari, suasana musim semi tampak di mana-mana, bunga-bunga bermekaran. Cuaca bersih, pemandangan terang, sehingga disebut Hari Raya Qing Ming (arti harfiah = bersih & terang). Zaman dulu pada waktu hari raya Cheng Beng ini, nasi, sayur & buah-buahan yang telah disembahyangkan kepada leluhur, dibagikan kepada anak gembala, anak orang miskin, atau fakir miskin yang ada di sekitar kuburan. Hal ini menyatakan bahwa budi kebajikan leluhur juga dibagikan untuk dapat dinikmati orang lain. Tradisi Cheng Beng Salah satu Tradisi penting yang ada pada masyarakat etnis Tiong Hoa selain Imlek adalah Cheng Beng atau dalam bahasa Mandarin disebut Qing Ming. Cheng Beng merupakan tradisi ziarah ke makam leluhur yang dilakukan setiap tahun dan dimulai dari tanggal 25 Maret sampai tanggal 5 April. Biasanya, para etnis Tionghoa yang pergi merantau jauh dari kampung halaman pun akan pulang untuk melaksanakan ziarah Cheng Bheng ini. Tradisi ini sudah dilaksanakan sejak jaman dinasti Tang. Pada jaman itu, hari cheng beng ditetapkan sebagai hari libur sekaligus hari wajib bagi para pejabat untuk menghormati para leluhur yang telah meninggal dan mengimplementasikannya dengan membersihkan kuburan para leluhur, sembahyang dan lain-lain. Di dinasti Tang, implementasi hari cheng beng hampir sama dengan kegiatan sekarang, misalnya seperti membakar uang-uangan, menggantung lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang dan membersihkan kuburan. Yang hilang adalah menggantung lembaran kertas, yang sebagai gantinya lembaran kertas itu ditaruh di atas kuburan. Bagi masyarakat Tiong Hoa, ziarah ini dianggap sebagai upacara sangat resmi. Mereka datang dari jauh dari seberang lautan. Ada yang datang dari Hongkong - Singapura - Malaysia buat ber- Cheng Beng di tanah kelahirannya untuk sembahyang Cheng Beng di pekuburan para leluhur dan orang tuanya. Apapun namanya, ziarah merupakan sesuatu yang bisa mengingatkan kita akan hal yang pasti datang kepada setiap yang hidup yaitu kematian. Semoga bemanfaat ya..:) Cheng Beng atau Qing Ming yaitu sembayang kuburan dimana keluarga pergi ke keburan leluhur untuk membersihkan kuburan, membawa makanan dan membakar uang kertas (palsu) dan membakar hio agar para leluhur bahagia di alam baka. Pada zaman Dinasti Ming ada seorang anak bernama Cu Guan Ciong (Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming) yang berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin. Dalam membesarkan dan mendidik Cu Guan Ciong, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil. Semakin dewasa, karma Cu Guan Ciong semakin baik. Sehingga ketika dewasa, Beliau menjadi seorang kaisar. Setelah menjadi kaisar, Cu Guan Ciong kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya.

Sesampainya di desa ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya. Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtuanya, sebagai seorang kaisar, Cu Guan Ciong memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan (5 April). Selain itu diperintahkan juga, untuk memberikan tanda kertas kuning di atas makam-makam tersebut. Setelah semua rakyat selesai berziarah, kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibersihkan serta tidak diberi tanda. Kemudian kaisar menziarahi makam-makam tersebut dengan berasumsi bahwa di antara makam-makam tersebut pastilah merupakan makam orangtua, sanak keluarga, dan leluhurnya. Hal ini kemudian dijadikan tradisi untuk setiap tahunnya. Yaitu setiap tanggal 5 April, seluruh orang diwajibkan untuk menziarahi makam leluhur mereka masing-masing. Bakti kepada orang tua adalah dasar dari segala perbuatan. Yang paling utama adalah bakti saat orang tua masih hidup yaitu dengan berusaha membalas jerih payah mereka membersearkan kita. Saat orang tua telah meninggal dunia, kita mengenang dan mengingat kembali budi-budi mereka dan sekuat tenaga membalasanya. .. Sembahyang Cengbeng alias sembahyang kuburan bukan sembahyang kolektif namun sembahyang pribadi. Itu sebabnya sembahyang Cengbeng dilakukan secara pribadi. Qingming jie alias kedudukan matahari di garis bujur 150 terjadi pada tanggal 4 April, dalam tahun kabisat terjadi pada tanggal 5 April. Sembahyang Cengbeng dilakukan di antara 10 hari sebelum dan setelah Qingming jie. Setiap keluarga alias setiap pribadi boleh memilih harinya sendiri. Artinya, tidak harus melakukannya bersama-sama. Orang Tionghoa melakukan sembahyang Cengbeng dengan membakar satu batang hio (dupa) dan kertas perak (gincua) serta menyajikan makanan bagi almarhum. Itu adalah cara orang Tionghoa menyatakan hormat dan cinta kasih kepada almarhum. Menyajikan makanan ibarat mengajak almarhum makan. Namun, orang mati tidak ikut makan, itu sebabnya dipersilahkan menyajikan makanan kesukaan anda sebab andalah yang akan makan atau diberikan kepada fakir miskin karena budi kebajikan leluhur juga dibagikan untuk dinikmati orang lain. Membakar tiga batang hio dan kertas emas (kimcua) serta menyajikan makanan bagi Shendi (Tuhan khalik semesta alam). Itu adalah cara orang Tionghoa bersyukur dan berdoa kepada Tuhan khalik semesta alam. Menyajikan makanan artinya bersyukur karena berkat darinyalah maka makanan demikian tersedia. Hio dan kertas perak serta kertas emas namanya mingqi (barang sembahyang), hanya barang tiruan. Hio digunakan karena harumnya. Kertas perak adalah tiruan dari perak dan kertas emas adalah emas tiruan. Kertas perak hanya digunakan untuk sembahyang leluhur, tidak boleh digunakan untuk sembahyang Tian Di. Kertas emas tidak boleh digunakan untuk menyembahyangi leluhur. Emas untuk pencipta dan perak untuk leluhur. Kertas emas dan perak dibakar untuk menunjukkan ketulusan bahwa keduanya tidak digunakan lagi. Di dalam ajaran Tiongkok kuno, mingqi tidak dibatasi, artinya boleh apa saja bentuknya karena itu hanya simbol. Makanan untuk dimakan oleh orang yang melakukan sembahyang sebab arwah dan Shendi tidak makan.

Melakukan sembahyang Cengbeng adalah HAK, bukan KEWAJIBAN. Itu sebabnya mereka yang tidak melakukannya tidak dicela. Yang dicela adalah mereka yang menghina sembahyang Cengbeng. Yang dicela adalah mereka yang menguburkan leluhurnya namun tidak merawat kuburan mereka. Itu namanya tidak bertanggungjawab. Menabur namun tidak mau merawat. Apabila anda merayakan Cengbeng namun tidak menggunakan hio dan mingqi serta tidak menyajikan makanan, namun menaburkan bunga, maka percayalah, sebagian orang akan menganggap anda aneh namun mereka yang mengerti makna perayaan Cengbeng mustahil mencela anda. Mereka merasa aneh karena setahu mereka Cengbeng adalah perayaan orang Tionghoa, bukan perayaan orang Kristen dan selama ini orang-orang Kristen percaya bahwa parayaan Cengbeng adalah penyembahan leluhur yang haram hukumnya. Mereka yang mengerti makna perayaan Cengbeng tahu bahwa anda adalah seorang Tionghoa Kristen dan berhak merayakan Cengbeng dengan cara anda sebab Cengbeng hanya ziarah kuburan di mana anda mengungkapkan cinta kasih dan hormat kepada leluhur serta bersyukur kepada Tuhan Khalik semesta alam. Apabila merayakan Cengbeng menggunakan hio dan mingqi serta menyajikan makanan, maka anda akan dicela oleh orang-orang Kristen sebab mereka tidak memahami makna sembahyang Cengbeng sehingga menyangka anda sedang menyembah leluhur yang haram hukumnya. Namun orang-orang Tionghoa Kristen yang memahami makna sembahyang Cengbeng akan tersenyum dan mengangguk hormat karena mengenali anda sebagai seorang Tionghoa Kristen yang memahami ajaran leluhur tentang Cengbeng dan mengerti ajaran Alkitab dengan benar. Bagaimana dengan suhu hai hai? Karena kesibukan kerjanya tidak setiap tahun hai hai bisa pulang kampung untuk merayakan Cengbeng dengan handai taulannya. Namun setiap kali sempat pulang kampung, hai hai memilih untuk merayakan Cengbeng menurut tradisi leluhur, menggunakan mingqi dan menyajikan makanan. Ikut memasak dengan para wanita lalu makan dengan handai taulan sekampung dengan duduk di atas tanah beralas daun pisang. Ketika ada yang bertanya kenapa suhu hai hai yang Kristen ikut merayakan Cengbeng, maka hai hai pun mulai mengajarkan apa itu Cengbeng dan apa itu Kristen. Dengan cara itulah suhu hai hai menunjukkan walaupun Kristen namun dia adalah orang Tionghoa itu sebabnya BERHAK untuk ikut merayakan Cengbeng dengan handai taulan sekampungnya di kuburan Hokkian. Ketika merayakan Cengbeng dia sama sekali tidak melanggar li (kesusilaan) dan yi (kebenaran) baik yang diajarkan kitab Tiongkok kuno maupun Alkitab. Itu sebabnya dia menyebut dirinya seorang Tionghoa Kristen.

Anda mungkin juga menyukai