Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda (contohnya, pembuluh-pembuluh empedu, pembuluh-pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak). Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatocytes) membentuk sampai 80% dari jaringan hati. Jadi, mayoritas dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari selsel hati dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular cancer) atau Karsinoma (carcinoma).
2.
Etiologi
Orang yang didiagnosis menderita kanker hati berusia diatas enam puluh tahun. Faktor faktor yang dapat merusak hati dan penyebab kanker hati : 1. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang 2. Tidak buang air di pagi hari 3. Pola makan yang terlalu berlebihan 4. Tidak makan pagi 5. Terlalu banyak mengkonsumsi obat obatan
6. Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna, pemanis buatan. 7. Minyak goreng yang tidak sehat. Sedapat mungkin kurangi penggunaan minyak goreng saat menggoreng makanan. Jangan mengkonsumsi makanan yang di goreng bila kita dalam kondisi penat, kecuali dalam kondisi tubuh yang fit.
Mengkonsumsi makanan mentah ( sangat matang ) juga menambah beban hati. Sayur yang digoreng harus dimakan habis saat itu juga, jangan disimpan. Alkohol Keturunan Hepatis B, C
Patologi
a. Ada 3 type : 1. Type masif tumor tunggal di lobus kanan. 2. Type Nodule tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak sama. 3. Type difus secara makroskpis sukar ditentukan daerah massa tumor. b. Penyebarannya : 1. Intrahepatal. 2. Ekstrahepatal.
Manifestasi Klinis
Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tandatanda dan gejala seperti : a) Gangguan nutrisi : penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan kekuatan, anoreksia, dan anemia. b) Nyeri abdomen c) Pembesaran hati yang cepat d) Pada pemeriksaan fisik, palpasi teraba permukaan hati yang ireguler Gejala ikterus, terjadi jika saluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul malignan dalam hilus hati. Acites timbul setelah nodul tersumbat vena porta atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal.
Pemeriksaan
a. Laboratorium: 1. Darah Lengkap : Hb/Ht dan sel darah merah (SDM) mungkin menurun karena perdarahan kerusakan SDM dan anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defisit besi leukopenia mungkin ada sebagai akibat hipersplenisme. 2. Bilirubin serum : meningkat karena gangguan seluler, ketidak mampuan hati untuk menkonjugasi atau obstruksi bilier. 3. AST (SGOT) / ALT (SGPT), LDH : meningkat karena kerusakan seluler dan mengeluarkan enzim. 4. Alkali fosfatase : meningkat karena penurunan ekskresi.
Penatalaksanaan
Pengobatan Pengobatan yang telah dilakukan sampai saat ini adalah dengan kemoterapi dengan obat sitostatik seperti 5Fluorourasil secara intra arterial, embolisasi, radioimunoterapi dan pembedahan. Pasien yang tidak menjalani terapi biasanya meninggal dalam jangka 3-4 bulan, sedangkan pasien yang diterapi mungkin dapat hidup 6-18 bulan jika terapi berjalan dengan baik (Anonim, 2001).
Penatalaksanaan non bedah ini seperti : 1) Terapi Radiasi 2) Kemoterapi b.Penatalaksanaan Bedah 1) Lobektomi hati 2) Transplantasi hati
Prognosa Tumor ganas liver memiliki prognosa yang jelek dapat terjadi perdarahan dan akhirnya kematian. Dan proses ini berlangsung antara 5-6 bulan atau beberapa tahun
Dalam pengumpulan data ada 2 tipe data yang ada pada pengkajian yaitu data subyektif dan data obyektif (Nursalam, 2001 : 19).
Data Obyektif adalah dan diukurata yang dapat diobservasi dan diukur (Iyer, et.al., 1996, dalam Nursalam, 2001 : 19). Data Subyektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subyektif sering didapatkan dari riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatan (Nursalam, 2001 : 19).
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan : a. Ascites b. Ikterus c. Hipoalbuminemia d. Splenomegali, Spider nevi, Eritoma palmaris, Edema. Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus kanker hati, meliputi a. Gangguan metabolism b. Perdarahan c. Asites d. Edema e. Hipoproteinemia f. Jaundice/icterus g. Komplikasi endokrin h. Aktivitas terganggu akibat pengobatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang dapat muncul pada pasien dengan Ca. Hepar yaitu : 1. Tidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan absorbsi, metabolisme vitamin di hati. 2. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites ). 3. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan 4. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus,edema dan asites
RENCANAAN KEPERAWATAN
Rencana keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan yang terdiri dari tiga tahap yaitu menetapkan prioritas diagnosa keperawatan, menentukan tujuan dan merumuskan intervensi keperawatan.
Tujuan : 1) Mendemontrasikan BB stabil, penembahan BB progresif kearah tujuan dgn normalisasi nilai laboratorium dan batas tanda-tanda malnutrisi 2) Penanggulangan pemahaman pengaruh individual pd masukan adekuat .
setiap hari, beri pasein buku harian tentang maka sesuai Indikasi.
penghilangan
pascaterapi, Pasien harus mencoba untuk menemukan solusi/kombinasi terbaik. 2) Kebutuhan jaringan metabolek begitu juga cairan (untuk
2)
ditingkatkan
menghilangkan produksi sisa). Suplemen dapat memainkan peranan penting dlm mempertahankan protein adekuat. masukan kalori dan
3)
3)
Mual/muntah
paling
dan makanan sering / lebih sedikit yg dibagi bagi selamasehari. Berikan antiemetik pada jadwal reguler sebelum / selama dan setelah pemberian agent antineoplastik yang sesuai .
menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi yang menimbulkan stess.
Intervensi
Rasional
1)
Tentukan
riwayat
nyeri
1)
misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-10 ) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
mengevaluasi intervensi
2)
meningkatkan
relaksasi
dan
memfokuskan
kembali
nyeri
maksimum
dengan
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan Tujuan : 1. Dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh.
Intervensi
Rasional
1.Dorong pasein untuk melakukan apa saja bila 1.Meningkatkan kekuatan / stamina dan memampukan mungkin, misalnya mandi, bangun dari kursi/ pasein menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti. tempat tidur, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan. 2.Teloransi sangat tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbnagan cairan dan reaksi
2.Pantau respon fisiologi terhadap aktivitas terhadap aturan terapeutik. misalnya; perubahan pada TD/ frekuensi jantung / pernapasan. 3. Adanya hifoksia menurunkan kesediaan memperberat O2 untuk ambilan seluler dan 3.Beri oksigen sesuai indikasi keletihan.
d. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus,edema dan asites
Tujuan : 1. Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus. 2. Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan penyembuhan
perlambatan penyembuhan
2. sabun 3.
2.
Mempertahankan
kebersihan
tanpa mengiritasi kulit. Dorong pasien untuk menghindari 3. trauma fisik. Membantu mencegah friksi atau
menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari pada menggaruk. 4. sering Balikkan / ubah posisi dengan
4.
mencegah tekanan pada kulit/ jaringan yang 5. Anjurkan pasein untuk tidak perlu. 5. Dapat meningkatkan iritasi atau
menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak kecuali seijin dokter
PELAKSANAAN
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dari proses keperawatan dan merupaka wujud nyata dari rencana keperawatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan pasien akan keperawatan dengan melaksanakan kegiatan kegiatan sesuai dengan alternatif tindakan yang telah direncanakan. Pelaksanaan keperawatan sebagai data untuk rencana keperawatan.
EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam keperawatan untuk menilai pencapaian tujuan. Berdasarkan analisis, jika tujuan belum tercapai maka dilakukan perencanaan selanjutnya (P) sebagai berikut : 1. Rencana dilanjutkan yang artinya diagnosa tetap berlaku, tujuan atau intervensi masih memadai. 2. Direvisi yang artinya diagnosa tetap berlaku, tujuan atau intervensi perlu direvisi. 3. Diagnosa keperawatan atau kemungkinan menjadi aktual atau bahkan disingkirkan (untuk diagnosa kemungkinan). Jika diagnosa menjadi aktual maka dibutuhkan perencanaan baru sehinggadalam planning (P) diuraikan perencanaan yang dimaksud. 4. Tujuan tercapai maka perencanaan selanjutnya tidak perludilanjutkan, tidak perlu direvisi dan tidak perlu perencanaan baru. 5. Rencana semula dipakai lagi, jika dalam analisis ditentukan bahwa masalah atau diagnosa yang telah teratasi terjadi kembali.