Anda di halaman 1dari 4

Bismillahirrahmanirrahim, Jika engkau ingin menjadi bintang, maka belajarlah dari para bintang.

Tulisan ini merupakan sebuah tulisan yang disadur dari sebuah buku yang tentu tidak asing buat teman-teman yang suka nongkrong di Gramedia.^_^. Young

on

Top edisi campus ambassadors. Buku yang merupakan kumpulan nilai sukses anakanak muda inspiratif Indonesia. Sesuai dengan temanya buku ini memang banyak
sekali memuat kumpulan pesan isnpirasi. Pesan generasi muda Indonesia yang tidaklah memanfaatkan media social untuk mengeluh, cuek terhadap sekitar karena sibuk dengan gadget ,atau hobi bersenang-senang. Tapi mereka adalah anak muda tumbuh untuk melahirkan karya. Diantaranya adalah Muhammad Iman Usman. Sosok pemuda yang berhasil mengukir berbagai presetasi dari tingkat kampusnya, Mahasiswa Berprestasi Utama UI, hingga Penghargaan Pemimpin Muda Inonesia 2008 dari Persiden RI, ASEAN youth award 2010 ,etc. Subahanallah, luar biasakan??? Tidak sampai disitu, sesuai dengan mottonya Learn & Share, Kak Iman ingin menyampaikan pesan inspirasi bagi sobat muda lainnya. Diantara 4 judul yang ditulisnya , ada sebuah tulisan yang makna pesannya, subuhanalla, sangat luar biasa!!! Your Lats Day Inilah memotivasi saya untuk kembali menulis pesan tersebut agar dapat dinikamati oleh sobat muda Indonesia lainnya. Tulisan yang semoga dapat juga mendoronng kita untuk berkarya mencapai puncak impian.

Sesungguhya Allah menyukai hal-hal yang tinggi dan membeci hal-hal yang rendahan

Kendari,15 February 2014

Al rubaiyn

YOUR LAST DAY

dahulu pergi ke sekolah pada setiap hari pertama liburan.Wah, benar juga dahulu hari pertama datang ke sekolah, biasanya saya sangat semangat. Buku-buku sudah disampul dengan kertas dan kemudian dimasukan ke dalam tas, kemeja putih sudah disetrika rapi dan tergantung di belakang pintu kamar, alat tulis baru sudah dibeli, pokonya persiapannya sempurna, deh!Pergi kesekolah pun saya sangat gembira, bisa berlari-lari atau berlompat-lompat kecil, sambil menyapa tetangga di sepanjang jalan dari rumah menuju kesekolah, sampai di sekolah pun senang sekali bertemu dengan teman-teman setelah sekian lama berlibur. Saat di kelas, saya menyimak pelajaran dengan serius dan mencatat yang diajarkan. Begitupula hari pertama kesekolah setelah libur panjang usai. Saya berpikir, wah, kalau semua aktivitas sehari-hari dilakukan seperti hari pertama pergi bersekolah, tak terbayang betapa bagusnya hasil yang kita kerjakan. Bagaimana tidak? Persiapannya sudah matang, segala hal dikerjakan dengan sungguh-sungguh, anggota tubuh pun bersemangat mendukung segala keinginan, hati pun bahagia. Kita memberikan yang terbaik pada apa yang kita lakukan. Ketika bisa melakukan yang terbaik, atau bahkan menjadi yang terbaik, memang senang rasanya. Namun saya merasa masih ada yang kosong, ada satu hal yang kurang yang rasanya jauh lebih besar dari pada sekedar melakukan rutinitas tadi.

aya punya seorang

sahabat yang selalu bilang kapada saya, Lakukanlah

segala aktvivitas seperti hari pertama kamu pergi ke sekolah. Saya coba renungkan pesan tersebut dan saya coba hubungkan dengan bagaimana saya

Makna Dalam menjalani kehidupan ini sering kali segala sesuatunya sudah seperti terprogram. Bangun pagi, lalu pergi kesekolah atau kampus, bermain, pulang, lalu tidur. Rutinitas yang sama setiap harinya. Segalanya pun kita upayakan untuk dijalankan dengan baik dan tentu saja tidak ada yang salah dengan hal itu. Tanpa sadar waktu terus berjalan hingga akhirnya waktu yang kita miliki tidak tersisa lagi.

Jika begini, apa bedanya kita dengan robot? Robot yang menjalankan segala sesuatunya dengan baik, sebagaimana ia diprogram dan diminta untuk bekerja, menghasilkan hingga akhirnya mesinya kedaluwarsa untuk memproses. Selama bertahun-tahun, sadar atau tidak sadar saya mencoba melakukan berbagai hal seperti hari pertama ke sekolah, berusaha menjalani segala sesuatu dengan kemampuan terbaik dan memaksimalakn sumber daya yang dimilki. Saya punya mimpi dan terus beroses untuk mencapai apa yang hasil yang diinginkan, yaitu mimpi saya. Mimpi pun rasanya tak habis-habis. Setelah yang satu tercapai, ingin lagi, ingin lagi. Tapi, lama-lama saya berpikir, sampai kapan saya terus begini? Proses pendewasaan diri membuat saya mulai memahami bahwa bukan hanya hasil terbaik yang saya ingin hasilkan.Namun, lebih dari itu saya ingin mendapatkan makna dari apa yang saya kerjakan dan makana itu bisa tercapai ketika saya membayangkan bahwa apa yang saya kerjakan seolah-oleh aktivitas terakhir dalam hidup saya, seolah-olah hari ini adalah hari terakhir dalam hidup saya, my last day. Makna apa? Perasaan senang, perasaaan syukur. Hal ini membawa saya pada pertanyaan berikutnya. Apa yang membuat saya senang? Saya merasa senang ketika apa yang saya kerjakan bisa membuat orang lain, khususnya orang-orang yang saya sayangi, bisa senang, bisa merasa terbantu.Ketika saya tahu bahwa apa yang saya lakukan juga bisa memberi makna bagi hidup mereka. Saya ingin makna ini jadi warisan, jadi

legacy bagi anak-anak saya, cucu saya, dan mungkin bagi orang banyak. Ketika saya
senang, saya bisa menikmati prosesnya. Menginterpretasikan sebuah kesalahan dalam sebuah proses bukan sebuah petaka, melainkan seuah pembelajaran. Dan , karena yang saya lakukan adalah meninggalkan legacy, saya paham kalau pun saya gagal , akan ada orang-orang yang tetap menghidupkan nilai yang saya yakini, menghidupkan impian saya. Aktivitas itu bukanlah dilihat sebagai rutinitas belaka, melainkan lebih daripada itu ,aktivitas tersebut menyiratkan pesan. Pesan yang ingin saya sampaikan kepada dunia, tentang siapa saya dan kenapa saya ada didunia ini. Pesan tentang tujuan hidup saya. Pesan yang mengisyaratkan bahwa keberadaan saya di dunia bukanlah

sebuah kesia-siaan belaka. Pada hari terakhir saya tidak ingin lagi membohongi diri saya. Mencoba untuk menjadi orang lain, tapi jujur degan diri saya. Ketika saya mencoba mangangap aktivitas yang saya lakukan sebagai aktivitas terakhir dalam hidup saya, saya akan berusaha untuk tidak melakukan hal-hal bodoh, dengan mengecewakan orang yang selama ini baik dan menyayangi saya. Akhirnya saya akan berusaha memberikan yang terbaik pada hari terakhir saya. Jika tugas mata kulian A adalah aktivitas terakhir yang saya kerjakan di dunia, tentu saya tidak ingin bahwa impresi terakhir dosen terhadap saya adalah saya siswa buruk dalam menegerjakan tugas.Jika bermain bersama teman-teman adalah hal terakhir yang saya kerjakan, tentu saya tidak ingin menciptakan kenangan terakhir bahwa saya adalah teman yang buruk. Yang ingin saya cipatakan adalah kenangan yang bagus. Memang benar bahwa kenangan orang terhadap kita tidak hanya dilihat dari aktivitas terakhirnya, tapi setidaknya saya ingin hari terakhir saya di dunia ini menjadi hari yang terbaik bagi semua orang yang bersama saya saat itu. Persoalannya, kita tidak pernah tahu kapan hari terakhir dalam hidup kita datang. Namun, dengan memastikan bahwa kita konsisten menciptakan hari terakhir yang baik, setikdaknya kita bisa menciptakan kenangan indah bagi orang-orang disekitar kita, keberadaan kita memberikan makna bagi hidup mereka. Dan, itulah makna mengpa saya ada di dunia ini. My last day.

Sekian & Terima Kasih ^_^

Anda mungkin juga menyukai