Anda di halaman 1dari 107

PARAMETER

SIFAT FISIK TANAH


TANAH
dalam persepsi teknik sipil
adalah kumpulan
mineral
bahan organik
endapan lepas
yang terletak di atas batuan dasar.
Oksida
Yang mengendap
Di antara
partikel
karbonat
Zat
organik
Ikatan
antar
butiran
relatif
lemah
Proses Pembentukan Tanah
Batuan Beku (Igneous Rock)
Contoh: granite, andesite, basalt
Batuan Endapan (Sedimentary Rock)
Contoh: claystone, siltstone, sandstone, shales, limestone, coal
Batuan Metamorf (Metamorphic Rock)
Contoh: gneiss, quartzite, slate, marble
BATUAN: bagian dari kerak bumi yang mengandung satu macam atau lebih
mineral yang terikat sangat kuatBerdasarkan proses pembentukannya batuan
dapat dikategorikan sebagai:
Tanah: hasil pelapukan batuan berupa kumpulan butiran-butiran partikel dengan
ikatan antar butir yang lemah
Pelapukan (weathering)
adalah peristiwa penghancuran
atau perubahan bentuk/komposisi batuan
yang terjadi di atas atau di dekat permukaan bumi,
sehingga batuan tersebut berubah dari bentuk sebelumnya.
Proses Pelapukan :
1. Batuan mengalami penghancuran,
menghasilkan bahan yang bersifat lepas (regolit).
2. Pelapukan terus berlangsung sampai terbentuk tanah (soil).
3. Tahap akhir pelapukan adalah terbentuknya material
yang sangat halus ( lempung/clay )

BERDASARKAN PROSES,
PELAPUKAN DIGOLONGKAN :
1. Pelapukan Fisika ( Disintegrasi )
2. Pelapukan Kimia ( Dekomposisi )
PELAPUKAN DIPENGARUHI
OLEH :
Jenis Batuan
Topografi
Iklim dan organisma
Waktu.
Batuan merupakan kumpulan dari satu atau
lebih mineral.
Setiap mineral memiliki sifat fisika dan kimia
yang berlainan, oleh karena itu setiap jenis
batuan juga memiliki perbedaan sifat fisik dan
kimianya.
Pembentukan mineral dari proses pembekuan
cairan magma berlangsung secara berturutan
sesuai dengan deret Bown.
Berdasarkan Deret Bown
mineral digolongkan menjadi:
Mafic minerals ( mafik ), berwarna gelap.
Felsic minerals ( felsik ), berwarna terang.
Deret Bown
MAFIK
olivin
piroksen
amfibol
biotit
alkali feldspar
Na-plagioklas
Na-Ca-Plagioklas
Ca-Na-Plagioklas
Ca- plagioklas
muskovit
kwarsa
FELSIK
>1000
o
C
<800
o
C
T
e
r
a
n
g

g
e
l
a
p

A
s
a
m

B
a
s
a

asam
Ultra
basa
basa
M
u
d
a
h

m
e
l
a
p
u
k

Jenis Tanah
Berdasarkan Kedudukan
Terhadap Lokasi Pelapukan
Batuan Dasarnya
TANAH
(soil)
TANAH RESIDUAL
TANAH TERANGKUT
COLLUVIAL
ALLUVIAL
EOLIAN
GLACIAL
Tanah Residual
Tanah Colluvial
Tanah Endapan Air (Alluvial Soils)
Tanah Endapan Angin (Eolian Soils)
Tanah Endapan Sungai Es (Glacial Soils)
Berdasarkan Kedudukan terhadap posisi batuan
dasarnya:
Tanah Residual: hasil pelapukan batuan dasar dan masih berada di tempat
asalnya.
Contoh: Tanah merah/tanah laterit hasil dekomposisi batuan di daerah tropis.
Tanah merah lebih banyak mengandung lempung kaolinite, tidak begitu aktif, dan
non-swelling.
Tanah Colluvial: terbentuk dari tanah yang berpindah dari tempat asalnya
akibat gaya gravitasi pada saat kejadian keruntuhan lereng
Tanah Alluvial (endapan air): terbentuk dari tanah yang berpindah
dari tempat asalnya akibat terbawa air yang mengalir
Fluvial: tanah deposit endapan sungai
Lacustrine: tanah deposit endapan danau
Coastal: tanah deposit endapan di tepi pantai
Marine deposits: offshore deposits
Tanah Eolian (endapan angin): tanah deposit yang
ditransportasikan oleh angin
Sand dunes
Loess (silty)
Volcanic dust
Tanah Glacial: tanah yang terbentuk karena terbawa oleh perpindahan/gerakan
massa es dan oleh air dari lelehan massa es tersebut
TILL: tanah endapan yang terbawa langsung oleh massa es
OUTWASH: tanah yang diendapkan oleh aliran air lelehan massa es
TERMINOLOGI KHUSUS
Tanah Expansive:
tanah yang berpotensi mengembang (peningkatan volume) akibat
terjadi peningkatan kadar air dan menyusut bila kadar air berkurang.
Clay shales dan tanah lempung montmorillonite
Tanah Collapsible:
tanah yang berpotensi mengalami pengurangan volume yang besar
bila terjadi peningkatan kadar air tanpa adanya perubahan beban
luar.
,tidak terganggu
,terganggu
u
t
u
q
S
q
=
Quick Clay:
Tanah yang sangat peka terhadap gangguan. Apabila terganggu
kekuatannya berkurang drastis. Kadar kepekaan adalah perbandingan
antara kuat geser tanah asli dengan kuat geser tanah terganggu
Sensitifitas:
St Derajat
Kepekaan
<4 Tidak
sensitif
Kebanyakan
lempung
pada
umumnya
4 < St < 8 Sensitif
> 8 Sangat
sensitif
Tanah Organik:
Tanah yang banyak mengandung komponen organik. Kuat geser
rendah dan memiliki kompresibilitas yang besar

Mengandung massa kayu berserat, berwarna gelap hitam, berbau
tumbuhan yang membusuk
Karakteristik Tanah
Sistem Particulate:
Massa tanah terdiri dari partikel-partikel yang umumnya tidak terikat
kuat satu dan lainnya. Pergeseran antar partikel menjadi tidak linear
dan tidak dapat kembali ke bentuk asal
Sistem Multi Fase:
Zat padat
Zat cair atau gas di dalam pori antar partikel (biasanya air dan udara)
Bentuk, ukuran, tekstur, susunan, dan struktur
partikel tanah:
Tanah Berbutir Kasar (ukuran > 0.06 mm):
Bentuk partikel Penyebab
Angular Pecahan batuan akibat
pengaruh lingkungan
atau pelapukan
Subangular Pecahan batuan
dengan bagian
permukaan yang halus
akibat transportasi
Subrounded Permukaan umumnya
halus karena sudah
ditransportasikan
cukup jauh
Rounded Permukaan halus dan
bulat karena sudah
bertahun-tahun
ditransportasikan
Tanah Berbutir Halus (ukuran < 0.06 mm):
Kaolinite
illite
Na-Montmorillonite
Halloysite
5 micron
Di dalam mekanika tanah
keberadaan massa tanah dianggap terdiri atas
tiga komponen
udara
butiran
air
Model
diagram
tiga
fasa
butiran
air
udara
Butiran/solid
Air/water
Udara/air
berat Isi/volume
W
a
= 0
W
w

W
s

W
V
a

V
w

V
s

V
v

V
Permodelan Parameter Fisik
W = W
s
+ W
w
V = V
s
+ V
w
+ V
a

Vv = V
w
+ V
a
V = Vs + Vv
Kadar Air/water content (w)
Perbandingan antara berat air dengan berat
butiran.
w = W
w
/W
s
X 100 [%]


14 sept
Porositas/Porosity (n)
Perbandingan antara isi rongga dengan isi total.
n = V
v
/V
Angka Pori/void ratio (e)
Perbandingan isi rongga dengan isi butiran
e = V
v
/V
s
Berat Isi/Berat Volume/
Kepadatan/Density ( )
Perbandingan berat dengan isi tanah.
= W/V
Berat isi kering (
d
)
Perbandingan antara berat butiran dengan isi total tanah

d
= W
s
/V
Berat isi butiran padat (
s
)
Perbandingan antara berat butiran padat dengan isi butiran padat.

s
= W
s
/V
s
Berat Jenis Butir (G
s
)
Perbandingan antara berat isi butiran padat dengan berat isi air.
G
s
=
s
/
w
Berat Jenis Tanah
Jenis Tanah Berat Jenis Butir (G
s
)
Kerikil 2,65 2,68
Pasir 2,65 2,68
Lanau Tidak Organik 2,62 2,68
Lempung Organik 2,58 2,65
Lempung Tidak Organik 2,68 2,75
Humus 1,35 1,37
Gambut 1,25 1,80
Derajat Kejenuhan (S)
Perbandingan isi air dengan isi rongga di dalam tanah.
S = V
w
/V
v
x 100 [%]
Keadaan Tanah & Derajad Kejenuhan
Keadaan Tanah Derajad Kejenuhan [%]
Kering 0
Agak Lembab 1 - 25
Lembab 26 - 50
Sangat lembab 51 - 75
Basah 76 - 99
Jenuh 100
Sistem Multi Fase:
Hubungan antar fase
Sistem Multi Fase:
Hubungan antar fase
100%
v
V
n
V
=
v
s
V
e
V
=
1
n
e
n
=
+
1
e
n
e
=
+
Porositas, n: Angka pori (void ratio):
Hubungan antara porositas dan angka pori:
Derajat Kejenuhan, S:
100%
w
v
V
S
V
=
Hubungan antar fase
100%
w
s
W
w
W
=
s w
W W W
V V

+
= =
Kadar air:
Berat volume total atau basah (total atau wet unit weight):
Berat volume partikel solid tanah:
Berat volume kering:
s
s
s
W
V
=
s
d
W
V
=
Berat volume terapung:
sat w

'
=
Pengujian Untuk Klasifikasi Tanah
Uji Saringan dan Atterberg Limit
Uji Saringan (Distribusi Ukuran Partikel) ASTM D422
Nomor Saringan Ukuran lubang (mm)
4 4.75
10 2
20 0.85
40 0.425
60 0.250
100 0.15
140 0.106
200 0.075
Ukuran Partikel Tanah
Pengujian Untuk Klasifikasi Tanah
Grafik distribusi ukuran partikel tanah
Parameter Bentuk Kurva Distribusi
Ukuran Partikel Tanah
Koefisien keseragaman (coefficient of uniformity) C
u
60
10
u
D
C
D
=
D
60
= diameter butir yang lolos saringan sebanyak 60 persen
D
10
= dimeter butir yang lolos saringan sebanyak 10 persen
C
u
= 1 adalah tanah yang memiliki satu ukuran butir
C
u
= 2 atau 3 adalah tanah bergradasi buruk
C
u
>15 adalah tanah bergradasi baik
Parameter Bentuk Kurva Distribusi
Ukuran Partikel Tanah
Koefisien kelengkungan (coefficient of curvature) C
c
2
30
10 60
c
D
C
D D
=

D
30
= diameter butir yang lolos saringan sebanyak 30 persen
C
c
= 1 - 3 adalah tanah yang memiliki gradasi baik jika
C
u
> 4 untuk kerikil
C
u
> 6 untuk pasir
Pengujian Untuk Klasifikasi Tanah
Atterberg Limits (ASTM D 4318)
Dilakukan pada material tanah yang lolos saringan No. 40 (ukuran 0.425mm)
SL PL LL
Atterberg Limits (ASTM D 4318)
Plastic Limit
Liquid Limit
Atterberg Limits (ASTM D 4318)
Liquid Limit
LIQUID LIMIT PLASTIC LIMIT
TEST TEST
TEST NO. OF TEST WATER
NO. BLOWS NO. CONTENT
1 6 61.13 % 5 23.75
%
2 15 53.73 % 6 24.85
%
3 27 47.24 %
%
4 39 43.53 % 24.30
%
LQUID LIMIT w
L :
48.06
%
PLASTC LIMIT w
P :
24.30
%
PLASTICITY INDEX I
P :
23.76
%
N O T E :
WATER
CONTENT
MEAN
VALUE
Flow Graph
40
45
50
55
60
65
1 10 100
Number of Blows
W
a
t
e
r

C
o
n
t
e
n
t


(
%
)
25
Atterberg Limits (ASTM D 4318)
Pendekatan Casagrande untuk menentukan Shrinkage Limit
Atterberg Limits (ASTM D 4318)
Plasticity Index:
PI LL PL =
Liquidity Index:
w PL
LI
LL PL

PL LL w
Perilaku Stress Strain Tanah Lempung Berdasarkan
Daerah Atterberg Limits
SISTEM KLASIFIKASI TANAH
Sistem Departemen Pertanian Amerika (U.S Department of
Agriculture)

Sistem USCS (Unified Soil Classification System)



Sistem AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Officials)
Digunakan oleh ASTM (American Society for Testing and
Materials) dan the Uniform Building Code (UBC)
Digunakan terutama untuk mengklasifikasikan tanah subgrade
Diagram Plastisitas (ASTM, Casagrande)
Untuk tanah berbutir halus dan bagian butir halus dari tanah berbutir kasar
KLASIFIKASI TANAH AASHTO
KLASIFIKASI TANAH AASHTO
Penentuan Klasifikasi Group A-4 s/d A-7
Kelas
Subgrade
Nilai Indeks
Group
Sangat baik 0
Baik 0 1
Sedang 2 4
Buruk 5 9
Sangat buruk 10 - 20
KLASIFIKASI TANAH AASHTO
Tegangan Dalam Tanah
A
Titik A akan mengalami tegangan
Yang disebabkan oleh :
a. Berat tanah yang ada di atasnya.
b. Pengaruh beban luar.
h
fz
Tegangan akibat berat tanah
A
fz = .h.
h
fz
Tegangan akibat berat tanah jika titik A di bawah
permukaan air tanah
A
fz = 1.h1+(2-w).h2
h1
fz
h2
Tegangan akibat beban luar.
A
Tegangan tambahan akibat
Beban luar bergantung pada:
1. Bentuk beban
2. Posisi titik yang ditinjau
terhadap beban.
h
fz
Settlement:
1. Elastic/immediate settlement
2. Consolidation settlement
Elastic/ immediate Settlement
net pressure=
rigid foundation
Korelasi dng Kohesi (Lempung)
Rentang Harga E (Youngs Modulus) dan u (Poissons Ratio)
Korelasi dari harga N-SPT dan qc-Sondir
For Saturated Clay: u=0.5
For Sandy Soil (Schmertmann, 1978)
circular
Consolidation Settlement
KONSOLIDASI
80
KONSOLIDASI TANAH
Lempung
jenuh
M
T
q kPa
Lempung
jenuh
MT
H
o
Waktu ke 0

e = e
o
AH
Waktu ke

e = e
o
- Ae
Konsolidasi (pemampatan ) = AH
Tanah akan mengalami pemampatan apabila dibebani dengan suatu beban.
81
KONSOLIDASI TANAH
Dalam fase tanah, konsolidasi dapat diidealisasikan sebagai keluarnya
sebagian air akibat dari pembebanan.
Ae
1
e
o
Time = 0
+
Time =
Konsolidasi (pemampatan ) = Ae
waktu
s
e
t
t
l
e
m
e
n
t

Ae
82
PERUBAHAN AKIBAT KONSOLIDASI
Ao tetap sama (=q) selama pembebanan.
GL
q kPa
A
Ao
Au
Ao
Au berkurang, karena sebagian air terdrainasi keluar dari tanah
Ao
Au
Ao
q
Ao bertambah karena terjadi transfer beban dari air ke butiran
tanah
Lempung
jenuh
83
UJI KONSOLIDASI TANAH
Alat uji konsolidasi tanah
84
UJI KONSOLIDASI TANAH
AH
1
Aq
1
e
o
-

Ae
1
) 1 (
1
1 o
o
e
H
H
e +
A
= A
e
o
H
o
Aq
2
Proses konsolidasi dilakukan dengan pertambahan beban
AH
2
) 1 (
2
2 o
o
e
H
H
e +
A
= A
Pelepasan beban secara
bertahap
e
o
-

Ae
2
Ao
Seluruh
dipikul air
Ao Seluruh
dipikul Tanah
Ao
Ao
Ao
U + Ao U
S
pegas
(tanah)
kecepatan air
ditentukan permeabilitas
air
0 0
Ao 0
PEMODELAN KONSOLIDASI PRIMER
Akibat pertambahan beban kenaikan tekanan air pori
Keluarnya air dari pori tekanan air pori kembali lagi (tanah settle)
Kurva Test Konsolidasi
Persamaan untuk Menghitung Penurunan Konsolidasi
(Normally Consolidated Clay)
o
av o
o
c
c
p
p p
log
e 1
H
C
+
+
Dimana,
p
0
= tekanan efektif akibat berat sendiri
Ap
av
= tambahan tekanan efektif akibat
beban diatas lapisan kompresible
e
0
= initial void ratio
C
c
= compression index
H
c
= tebal lapisan lempung
Overconsolidated Soil
Ap?
1. Diasumsikan beban pondasi menyebar secara linier
Tegangan pada kedalaman 4.5 m
KONSOLIDASI
97
KONSOLIDASI TANAH
Lempung
jenuh
M
T
q kPa
Lempung
jenuh
MT
H
o
Waktu ke 0

e = e
o
AH
Waktu ke

e = e
o
- Ae
Konsolidasi (pemampatan ) = AH
Tanah akan mengalami pemampatan apabila dibebani dengan suatu beban.
98
KONSOLIDASI TANAH
Dalam fase tanah, konsolidasi dapat diidealisasikan sebagai keluarnya
sebagian air akibat dari pembebanan.
Ae
1
e
o
Time = 0
+
Time =
Konsolidasi (pemampatan ) = Ae
waktu
s
e
t
t
l
e
m
e
n
t

Ae
99
PERUBAHAN AKIBAT KONSOLIDASI
Ao tetap sama (=q) selama pembebanan.
GL
q kPa
A
Ao
Au
Ao
Au berkurang, karena sebagian air terdrainasi keluar dari tanah
Ao
Au
Ao
q
Ao bertambah karena terjadi transfer beban dari air ke butiran
tanah
Lempung
jenuh
100
UJI KONSOLIDASI TANAH
Alat uji konsolidasi tanah
101
UJI KONSOLIDASI TANAH
AH
1
Aq
1
e
o
-

Ae
1
) 1 (
1
1 o
o
e
H
H
e +
A
= A
e
o
H
o
Aq
2
Proses konsolidasi dilakukan dengan pertambahan beban
AH
2
) 1 (
2
2 o
o
e
H
H
e +
A
= A
Pelepasan beban secara
bertahap
e
o
-

Ae
2
102
GRAFIK TIPIKAL HASIL UJI KONSOLIDASI
log o
v

A
n
g
k
a

p
o
r
i

pembebanan
o
v
bertambah &
e berkurang
Pelepasan beban
o
v
berkurang &
e bertambah
(swelling)
103
INDEKS KOMPRESI DAN INDEKS
REKOMPRESI
log o
v

A
n
g
k
a

p
o
r
i

1
C
c
C
c
~ indeks
kompresi
C
r
~ indeks
recompresi
1
C
r
1
C
r
OVERCONSOLIDATION RATIO (OCR)
log o
v

v
o
i
d

r
a
t
i
o

virgin consolidation line
o
p

o
vo

e
o
Kondisi
awal
o
vo

'
'
vo
p
OCR
o
o
=
o
p
= tekanan prakonsolidasi
HITUNGAN SETLLEMENT DARI HASIL UJI
KONSOLIDASI
'
' '
log
vo
vo
c
C e
o
o o A +
= A
awal
o
vo

e
o
o
vo
+ Ao
Ae
Penurunan pada lempung normally consolidated,
seluruh lintasan beban jatuh pada VCL.
Penurunan (settlement) :
Hitungan penurunan menggunakan Ae dari grafik hasil uji konsolidasi
HITUNGAN SETLLEMENT DARI HASIL UJI
KONSOLIDASI
Hitungan penurunan menggunakan Ae dari grafik hasil uji konsolidasi
'
' '
log
vo
vo
r
C e
o
o o A +
= A
o
vo

awal
e
o
o
vo
+ Ao
Settlement pada lempung overconsolidated dengan beban kurang
dari tekanan pra-konsolidasi memberikan perbedaan dalam cara
perhitungan
Ae
VCL
menggunakan nilai C
r
o
p

Penurunan (settlement):
HITUNGAN SETLLEMENT DARI HASIL UJI
KONSOLIDASI
'
' '
log
'
'
log
p
vo
c
vo
p
r
C C e
o
o o
o
o
A +
+ = A
o
vo

awal
e
o
o
vo
+ Ao
VCL
o
p

Ae
Settlement pada lempung overconsolidated dengan beban lebih
besar dari tekanan pra-konsolidasi memberikan perbedaan dalam
cara perhitungan
Hitungan penurunan menggunakan Ae dari grafik hasil uji konsolidasi
Penurunan (settlement):

Anda mungkin juga menyukai