Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor yang berkembang dalam

pertanian Indonesia. Berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang holtikultura, Pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayur, bahan obat nabati dan florikultura. Pembangunan hortikultura telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional, yang dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB),.............. jumlah rumah tangga yang mengandalkan sumber pendapatan dari sub sektor hortikultura, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga meningkatkan nilai dan volume perdagangan internasional atas produk hortikultura nasional dan ketersediaan sumber pangan masyarakat. Hortikultura tidak saja memberikan sumbangan bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional, namun hortikultura juga berperanan dalam memperbaiki gizi masyarakat, memperbesar devisa negara, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan petani dan pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Dalam membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a). Tidak dapat disimpan lama, b) perlu tempat lapang, c) mudah rusak dalam pengangkutan, d) melimpah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain dan e) fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997). 1

Cabai rawit (Capsicum frutescens L) merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk tanpa memperhatikan tingkat sosial. Cabai rawit biasa digunakan dalam bentuk segar maupun olahan. Cabai dalam bentuk segar dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sambal dan penghias makanan. Sedangkan bentuk olahannya seperti saus sambal dan bubuk cabai. Cabai juga mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Cabai mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe), vitamin-vitamin, dan mengandung senyawa-senyawa alkaloid, seperti capsaicin, flavenoid, dan minyak esensial. Rasa pedas cabai rawit, sifatnya yang panas ditimbulkan oleh zat capsacin yang bermanfaat untuk memperkuat jantung dan aliran darah, antirematik, menghancurkan bekuan darah (antikoagulan),

meningkatkan nafsu makan (stomakik), perangsang kulit (bila digosokkan ke kulit akan menimbulkan rasa panas. sehingga, digunakan sebagai campuran obat gosok), peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), peluruh liur, dan peluruh kencing (diuretik). (Tyas Ekowati Prasetyoningsih, FF UNAIR, 1987)..SESUAIKAN DENGAN ATURAN PENULISAN SUMBER PUSTAKA.. Masyarakat Indonesia memiliki tingkat konsumsi cabai rawit yang tinggi, sehingga cabai rawit menjadi salah satu produk penting dalam pangan Indonesia. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS, 2012), konsumsi cabai rawit rata-rata per kapita di Indonesia terus berubah dari tahun 2007 2011, pada tahun 2007 konsumsi rata rata perkapita sebesar 1,517 kg, tahun 2008 sebesar 1,444 kg, tahun 2009 sebesar 1,288 kg, tahun 2010 sebesar 1,298 kg dan tahun 2011 sebesar 1,210 kg. Dari tersebut dapat dilihat rata-rata pertumbuhan konsumsi cabai rawit dari 2

tahun 2007 2011 sebesar -5,41% (Lampiran 1). Ini menunjukan bahwa tingkat konsumsi cabai rawit mengalami penurunan, tetapi permintaan terhadap cabai rawit untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena naik turunnya harga cabai rawit yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga cabai rawit yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktorfaktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dari sisi penawaran menunjukkan bahwa produksi cabai rawit pada tingkat petani produsen dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor cuaca/ iklim; biaya-biaya input yang dibutuhkan selama masa produksi, diantaranya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan luas lahan; serta proses penyediaan (produksi dan distribusinya) cabai rawit belum sepenuhnya dikuasai para petani. Faktor utama yang menjadi penyebab adalah bahwa petani cabai rawit merupakan petani kecil yang proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan harga yang baik (Anonimousd, 2011). Kenaikan harga cabai rawit juga berkaitan dengan kegiatan pemasaran. Bila dibandingkan dengan harga di daerah konsumen, harga cabai rawit di daerah produsen lebih rendah karena dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor transportasi, rendahnya daya tahan komoditi, dan daya beli masyarakat yang rendah. Kecamatan Amarasi selatan merupakan salah satu daerah produsen cabai rawit di Kabupaten Kupang yang mengalami fluktuasi harga, produksi cabai rawit pada tahun 2011 di Kecamatan Amarasi Selatan sebesar 2.315,83 Kw (Lampiran 2) (Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kupang, 2012). 3

Harga jual cabai merah di pasaran Kabupaten Kupang, dan Kupang ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, naik dari Rp.35.000 menjadi Rp.70.000 per kilogram atau naik 100%. Sedangkan, cabai rawit yang sebelumnya dijual dengan harga Rp.20.000 per kilogram, naik menjadi Rp.25.000 per kilogram. Hanya cabai merah keriting yang harganya masih tetap di kisaran Rp35.000 per kilogram (SIGAP Bencana & Bansos, 2013). Peningkatan harga cabai rawit yang terjadi di kalangan petani produsen, membuat para pedagang pada umumnya menolak menerima pasokan cabai rawit. Dikarenakan harga jual yang ditawarkan terlalu mahal dibandinglan cabai yang berasal dari daerah Surabaya, Bali dan Mataram (SIGAP Bencana & Bansos, 2013). Dengan semakin besarnya fluktuasi harga cabai rawit yang diakibatkan oleh berbagai faktor, maka peneliti merasa perlu untuk mengetahui bagaimana kecenderungan perubahan harga yang terjadi di Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit berdasarkan penilaian dan pengalaman petani di Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang sehingga dapat diketahui faktorfaktor apa yang menyebabkan terjadinya fluktuasi harga cabai. Dari alasan-alasan di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Identifikasi Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Rawit Berdasarkan Penilaian Petani Di Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang

1.2.

Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kecenderungan perkembangan harga cabai rawit berdasarkan penilaian petani di Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit berdasarkan penilaian pertani di Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang?

1.3.

Tujuan dan Kegunaan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kecenderungan perkembangan harga cabai rawit berdasarkan penilaian petani di Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang. 2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit berdasarkan penilaian di Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1. Bagi para produsen hasil ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan perencanaan dalam berproduksi dan ditingkat harga berapa cabai rawit tersebut akan terjual. 2. Bagi pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dapat dijadikan sebagai bahan untuk merumuskan kebijakan terhadap cabai rawit dalam menentukan harga pasar. 3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama kuliah dengan fakta yang terjadi di lapangan, serta menambah wawasan dan pengalaman dalam menganalisis, mengkaji dan memberikan 5

alternatif pemecahan pada suatu masalah yang terjadi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Rujukan Penelitian Terdahulu Sugiharta (2002) meneliti tentang pola fluktuasi harga cabai merah dan cabai

merah keriting di PIKJ(............)...SINGKATAN DARI APA SEBUTKAN DULU, SELANJUTNYA BOLEH SINGKATAN SAJA??. Hasil yang didapat terlihat bahwa pola harga cabai mengikuti suatu trend yang menurun dan tidak mengikuti suatu pola musiman tertentu. Pola fluktuasi harga cabai merah yang tidak mengikuti pola musiman ini bertentangan dengan asumsi umum harga komoditas pertanian yang mengikuti pola musiman. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang

mempengaruhi pergerakan harga cabai merah di PIKJ sangat kompleks dan melibatkan spekulasi serta instinc para pedagang besar. Di lain pihak, trend menurun pada harga cabai merah sudah sesuai dengan adanya trend meningkat pada jumlah pasokan keseluruhan cabai di PIKJ. Hasil penelitian Adrianto (2000) menyatakan bahwa perkembangan harga cabai merah yang cenderung fluktuatif lebih dipengaruhi oleh faktor permintaan. Hal tersebut didasari oleh fenomena yang menunjukkan kecenderungan harga cabai merah selama ini yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada saat menjelang hari besar agama, terutama Idul Fitri. Menurut Rozfaulina (2000) cabai merah merupakan komoditas pertanian yang bersifat inelastis untuk jangka pendek, sehingga peningkatan produksi yang melebihi permintaan pada waktu tertentu akan menjatuhkan harga yang cukup besar. Demikian pula sebaliknya, pasokan yang tidak dapat memenuhi permintaan akan 7

meningkatkan harga cabai yang sangat drastis. Sehingga hasil penelitian Rozfaulina adalah perubahan harga cabai merah sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi. 2.2. 2.2.1. Landasan Teori Aspek Agronomi Cabai Rawit Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia. Secara umum cabai bisa ditanam di sembarang tempat, daerah, dan waktu. Di sembarang tempat maksudnya cabai bisa ditanam di persawahan maupun tegalan. Di sembarang daerah maksudnya cabai bisa ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi. Di sembarang waktu berarti cabai bisa ditanam saat musim kemarau atau musim penghujan. Tetapi, tanaman ini akan tumbuh baik di lahan dataran rendah yang tanahnya gembur dan kaya bahan organik, tekstur ringan sampai sedang, pH tanah 5,5-6,8, drainase baik, dan cukup tersedia unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Buah cabai bervariasi antara lain dalam bentuk, ukuran, warna buah, tebal kulit buah, jumlah rongga buah, permukan buah, dan tingkat kepedasan. Preferensi konsumen terhadap buah cabai bervariasi. Untuk konsumen buah segar bervariasi dari kesukaan terhadap jenisnya : cabai besar atau cabai keriting; terhadap kepedasan : pedas atau tidak pedas; dan lain-lain. Untuk konsumen industri sudah ada kriteria tersendiri sesuai dengan tujuan penggunaannya : untuk saus, tepung, atau bumbu dapur lainnya (Santika, 1999).

Jenis cabai (Capsicum sp) banyak sekali. Yang umum dikonsumsi digolongkan dalam 2 jenis, yaitu cabai merah/ cabai besar (Capsicum annuum) dan cabai rawit/ cabai kecil (Capsicum frutescens). Bertanam cabe rawit dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi apabila diusahakan dengan sungguh sungguh. Satu hektar tanaman cabe rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabe rawit karena tanaman cabe rawit dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim tanam (Polengs, 2011). Tanaman cabai rawit dalam sistematika taksonomi di klasifikasikan sebai berikut : Divisi Subdivisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Spermatophyte (tumbuhan berbiji) : Angiospermae ( biji dalam buah) : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) : Corolliforea : Solanaceae : Capsicum : Capsicum frustescens L.

Menurut Rukmana (2001), teknologi budidaya cabai yang baik dapat mencakup : a. Pengolahan tanah Tanah dan iklim merupakan faktor yang utama dalam proses pertumbuhaan dari suatu tanaman termasuk cabai, setelah tanah selesai diolah, kemudian dibuat bedengan. Setiap bedengan dipersiapkan lubang penanaman yang berukuran 40 cm. lubang tersebut diisi dengan pupuk 9

organik yakni pupuk kandang atau kompos. Pada setiap bedengan hendaknya dibuat saluran drainase, sebab tanaman tidak tahan air tergenang. Tanaman yang tergenang air akan layu, bunga dan buah yang masih muda akan gugur. b. Pembibitan atau persemaian Tanaman cabai dapat dikembangkan dengan benih. Benih tersebut dapat disemaikan terlebih dahulu pada tempat yang disediakan. Persemaian hendaknya dilakukan selama 1 2 bulan, kemudian dipindahkan ke area tanam. Pada tahap ini harus diperhatikan petani yaitu mempertahankan kondisi tanaman seperti tidak terlalu tergenang air dan kondisi tanah tidak boleh terlalu kering atau lembab, selain itu tanaman cabai harus ditutup pada pagi hari dan siang hari dengan tujuan agar tanaman tidak layu terkena sinar matahari. c. Penanaman Penanaman dapat dilakukan setelah bibit berumur 1 2 bulan. Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang disiapkan dengan jarak 40 x 50. d. Pemeliharaan 1. Penyiraman Bibit ditanam, maka harus selalu disiram, terlebih pada musim kemarau. Penyiraman dapat dilakukan dua kali yaitu pagi dan sore hari. 2. Penyiangan

10

Penyiangan yang baik adalah setiap 3 minggu sekali, setiap gulma yang tumbuh harus dilakukan penyiangan dengan cermat. 3. Pemupukan Pemupukan yang baik harus dilakukan waktu cabai berumur 1 bulan. Pemupukan tersebut dengan perbandingan NPK 1:2:2 atau 1:2:1 dengan dosis 20 50 gr/tanaman untuk sekali pemberian, sedangkan pemupukan selanjutnya diberikan dua minggu kemudian. 4. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama penyakit yang baik adalah dengan menggunakan pestisida, dengan dosis 5 10 gr tergantung dari kondisi tanaman. 5. Panen dan pascapanen Panen merupakan masa yang sangat dinanti nanti oleh petani sebagai wujud keberhasilan dari serangkai kegiatan budidaya. Namun proses kematangan buah cabai disetiap pohon tidak serentak sehingga dapat dijumpai buah cabai dengan tingkat kemasakan berbeda. Umumnya buah cabai rawit di petik apabila telah masak penuh, dengan ciri ciri seluruh bagian buah berwarna merah. Di dataran rendah masa panen pertama adalah pada umur 75 - 80 hari setelah tanam, dengan interval waktu panen 2 - 3 hari. Sedangkan di dataran tinggi agak lambat yaitu pada tanaman berumur 90 - 100 hari setelah tanam dengan interval panen 3 - 5 hari. Secara umum interval panen buah cabai rawit berlangsung selama 1,5 - 2 bulan. Produksi puncak 11

panen adalah pada pemanenan hari ke - 30 yang dapat menghasilkan 1 - 1,5 ton untuk sekali panen. Buah cabai rawit yang di panen tepat masak dan tidak segera di pasarkan akan terus melakukan proses pemasakan, sehingga perlu adanya penempatan khusus. Oleh karena itu hasil produksi cabai sebaiknya di tempatkan pada ruang yang sejuk, terhindar dari sinar matahari, cukup oksigen dan tidak lembab (Anonimous d, 2011). Pascapanen merupakan kegiatan penanganan hasil yang diarahkan untuk memelihara kualitas buah cabai hasil panen. Pascapanen dapat dilakukan sebagaiakhir dari rangkaian kegiatan budidaya tanaman. Namun demikian fungsinya tidak kalah pentingnya dengan rangkaian kegiatan budidaya sebelumnya. Rangkaian kegiatan dalam pascapanen cabai yaitu sortase dan grading hasil panen, pengemasan dan pengepakan, penyimpanan dan perlakuan khusus untuk mempertahankan kesegaran buah serta pengolahan.

2.2.2.

Harga Menurut Basu Swastha (1998) pengertian harga adalah sebagai berikut : Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Selanjutnya,harga menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh 12

lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa. Lebih jauh lagi, Harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa.

2.2.3.

Fluktuasi Harga Fluktuasi merupakan istilah yang mengacu pada ketidakstabilan, ketidaktetapan, guncangan, kelabilan, dan perubahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fluktuasi harga merupakan keadaan yang menunjukan gejala turun naiknya harga dan perubahan harga tersebut karena pengaruh permintaan dan penawaran. Sedangkan volatilitas merupakan pengukuran statistic dari besarnya jarak antara fluktuasi harga selama periode waktu tertentu. Ukuran tersebut menunjukan penurunan dan peningkatan harga dalam periode yang pendek dan tidak mengukur tingkat harga, namun derajat variasinya dari satu periode ke periode berikutnya (Hugida 2011). Salah satu komoditas yang rentan terhadap adanya fluktuasi harga adalah komoditas pertanian. Umumnya, fluktuasi harga pada komoditas ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara jumlah barang yang tersedia dengan jumlah barang yang diminta oleh konsumen. Jika terjadi kelebihan pasokan maka harga komoditas akan turun, sebaliknya harga akan naik jika terjadi kekurangan pasokan.

13

Fluktuasi harga yang tinggi juga berpengaruh kepada penerimaan dan keuntungan pelaku usaha yang diperoleh dari hasil kegiatan usahataninya. Hal ini sama seperti pendapat Hutabarat (1999) yang menyatakan bahwa fluktuasi harga yang tinggi tidak menguntungkan bagi perkembangan agribisnis karena dapat memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan pemilik modal untuk melakukan investasi akibat ketidakpastian penerimaan yang akan diperoleh.

2.2.4.

Permintaan Menurut Diphayana (2009), permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh para pelanggan selama periode tertentu berdasarkan sekelompok kondisi tertentu. Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan : makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan di bawah ini : 1. 2. 3. Harga barang itu sendiri Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat. 14

4. 5. 6. 7. 2.2.5.

Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat. Cita rasa masyarakat. Jumlah penduduk. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

Penawaran Menurut Diphayana (2009), penawaran adalah keseluruhan jumlah barang yang bersedia ditawarkan pada berbagai tingkat harga tertentu dan waktu tertentu. Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor. Yang terpenting adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Harga barang itu sendiri Harga barang-barang lain Biaya produksi Tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut Tingkat teknologi yang digunakan 15

2.2.6.

Penentuan Harga Oleh Permintaan Dan Penawaran Dalam teori ekonomi mikro, harga terbentuk oleh keseimbangan antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Menurut Lipsey (1995), hubungan antara harga suatu komoditas dengan jumlah yang diminta mengikuti suatu hipotesis dasar ekonomi yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu komoditas, maka semakin sedikit jumlah komoditas yang diminta, apabila variabel lain konstan (ceteris paribus), sedangkan hubungan antara harga suatu komoditas dengan jumlah yang ditawarkan mengikuti hipotesis dasar ekonomi yang menyatakan bahwa secara umum, semakin rendah harganya maka semakin rendah jumlah yang ditawarkan, apabila variabel lain konstan (ceteris paribus). Lipsey (1995) juga menerangkan bahwa kedua kekuatan, permintaan dan penawaran, berinteraksi dalam menentukan harga dalam suatu pasar yang bersaing. Kondisi keseimbangan akan tercapai jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Pada kondisi ini, kedua pihak baik produsen maupun konsumen sama-sama diuntungkan. Proses terjadinya kondisi keseimbangan dapat dijelaskan melalui Gambar 1. Pada kondisi harga di titik Pd, ketika jumlah yang ditawarkan produsen lebih kecil dibanding jumlah yang diminta konsumen, terjadi kelebihan permintaan terhadap penawaran(excess demand). Dalam hal ini konsumen akan bersaing untuk mendapatkan komoditas tersebut dan berani membayar dengan harga yang lebih tinggi. Produsen juga akan memanfaatkan kesempatan ini untuk

16

meningkatkan harga. Jadi, dalam kondisi seperti ini akan ada tekanan ke atas terhadap harga.

17

Harga Pu Pe Pd

Penawaran

Permintaan Jumlah

Gambar 1. Penentuan Harga oleh Permintaan dan Penawaran Selanjutnya jika harga berada pada Pu, ketika jumlah yang ditawarkan produsen lebih besar dibanding jumlah yang diminta konsumen, dalam hal ini terjadi kelebihan penawaran atas permintaan (excess supply). Melihat kondisi ini para produsen akan berusaha menurunkan harga agar kelebihan penawaran tersebut bisa terjual. Jadi, dalam keadaan excess supply akan ada suatu tekanan ke bawah terhadap harga. Akhirnya kedua kondisi tersebut akan mengarahkan harga pada Pe, dimana jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Kedua pihak, baik konsumen maupun produsen akan sama-sama diuntungkan. Kondisi inilah yang disebut sebagai kondisi keseimbangan, dimana jumlah dan harga yang terjadi sama-sama disetujui oleh kedua pihak.

2.2.7.

Fluktuasi Produksi dan Kecenderungan Harga Fluktuasi produksi akan menyebabkan pergeseran kurva penawaran. Jika produksi turun, maka kurva penawaran akan bergeser ke kiri atas. Sebaliknya jika produksi naik, maka kurva penawaran akan bergeser ke kanan bawah. Berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, pergeseran 18

kurva penawaran akan mengakibatkan perubahan harga keseimbangan dan jumlah yang diminta. Kemudian perubahan ini akan mengakibatkan perubahan penerimaan produsen (Lipsey, 1995).
Harga P1 P0 P2 S2 S1

S0

Q1

Q0

Q2

Jumlah

Gambar 2. Fluktuasi Produksi dan Kecenderungan Harga Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa bila produksi seperti yang direncanakan (Q0) maka harga yang akan diterima produsen juga akan seperti yang direncanakan (P0). Tetapi pada kenyataannya, seringkali produksi tidak sesuai dengan yang direncanakan akibat perubahan faktorfaktor yang mempengaruhi proses produksi. Dalam bidang pertanian, misalnya faktor cuaca yang buruk, serangan ha ma penyakit yang dapat menyebabkan produksi turun, jauh di bawah produksi yang direncanakan sehingga menggeser kurva penawaran ke kiri (S1). Akibatnya, harga keseimbangan akan naik ke P1 dan jumlah keseimbangan turun ke Q1. Tetapi dapat juga terjadi keadaan yang sebaliknya di mana cuaca sangat menguntungkan sehingga produksi jauh di atas yang direncanakan. Hal ini akan menggeser kurva penawaran ke kanan (S2) yang pada akhirnya menyebabkan harga keseimbangan turun ke P2 dan jumlah keseimbangan naik ke Q2. 19

Selain permintaan dan penawaran, masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga suatu komoditas. Antara lain faktor harga, misalnya harga input produksi seperti harga pupuk. Ketika terjadi kecenderungan peningkatan harga pupuk maka akan berimplikasi terhadap jumlah produksi yang dihasilkan yaitu jumlah produksi akan cenderung mengalami penurunan. Jumlah produksi yang turun tersebut akan berimplikasi terhadap harga komoditas di pasar yaitu harga akan cenderung meningkat akibat penurunan pasokan, sehingga dalam hal ini faktor harga input produksi dapat memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap perubahan harga komoditas.

2.2.8.

Penilaian Assessment adalah alih bahasa dari istilah penilaian. Penilaian digunakan dalam konteks yang lebih sempit daripada evaluasi dan biasanya dilaksanakan secara internal. Penilaian atau assessment adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolok ukur yang telah ditetapkan sebelumnya (Anonimous b, 2010). Penilaian adalah keputusan tentang nilai. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut (Anonimous, 2010).

20

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.

Kerangka Berpikir Dalam teori ekonomi mikro, harga terbentuk oleh keseimbangan antar kurva

permintaan dan kurva penawaran. Hubungan antara harga suatu komoditas dengan jumlah yang diminta mengikuti suatu hipotesis dasar ekonomi yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu komoditas, semakin banyak jumlah komoditas tersebut yang diminta, apabila variabel lain konstan (ceteris paribus) (Lipsey, 1995). Fluktuasi harga dari suatu barang sangat ditentukan oleh fluktuasi jumlah produksi dan juga fluktuasi tingkat konsumsi masyakat terhadap barang tersebut. Demikian juga halnya dengan produk-produk pertanian, seperti cabai rawit. Fluktuasi harga cabai rawit di pasaran sangat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah cabai yang beredar di pasaran, tingkat konsumsi masyarakat terhadap cabai rawit, serta banyaknya cabai rawit impor yang masuk ke daerah tersebut. Dilihat dari sisi penawaran, produksi cabai dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor cuaca/iklim, dan biaya-biaya yang dibutuhkan selama masa produksi cabai. Faktor cuaca/iklim berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan produksi dari cabai rawit. Cuaca/iklim yang tidak menentu dapat menyebabkan tanaman cabai rawit mudah terserang penyakit serta mempertinggi resiko gagal panen. Hal ini akan menyebabkan supply cabai rawit di pasaran berkurang sehingga menimbulkan kelangkaan. Dan pada akhirnya akan menaikkan harga jual cabai rawit karena jumlah persediaannya yang terbatas. 21

Dari segi volume produksinya, tingkat produksi cabai rawit dipengaruhi oleh harga-harga input yang digunakan selama masa produksi, di antaranya bibit, pupuk, pestisida, luas lahan dan tenaga kerja. Sedangkan dari sisi permintaan, konsumsi cabai rawit dipengaruhi oleh adanya perayaan hari raya atau hari-hari besar keagamaan lainnya, juga adanya hajatan yang diadakan di masyarakat sehingga menyebabkan tingkat konsumsi cabai rawit naik dibandingkan hari-hari biasanya. Selain itu, masuknya cabai rawit impor ke suatu daerah juga akan mempengaruhi harga cabai rawit di daerah tersebut. Akan terjadi persaingan antara cabai rawit yang diproduksi oleh petani lokal dan cabai rawit impor yang didatangkan dari luar. Cabai rawit impor yang masuk dalam jumlah besar akan menambah supply dan pada akhirnya akan menurunkan harga karena jumlah supply yang berlebihan.

22

Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut ini : Analisis Trend Linear Cuaca/Iklim Fluktuasi Produksi Volume Produksi Fluktuasi Harga Impor Cabai Rawit Hajatan/Pesta Fluktuasi Konsumsi Hari Raya/Besar Analisis Regresi Berganda Keterangan : : Menyatakan Hubungan Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran 23 Biaya Input
Input Produksi: Bibit Pupuk Pestisida Luas Lahan Tenaga Kerja

3.2.

Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang tertulis dalam latar belakang dan

kerangka pemikiran maka dapat diajukan hipotesis bahwa faktor faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap fluktuasi harga cabai rawit berdasarkan penilaian petani adalah oleh faktor harga-harga input yang digunakan selama masa produksi, di antaranya bibit, pupuk, pestisida, luas lahan dan tenaga kerja.

3.3.

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Amarasi Selatan

Kabupaten Kupang dari bulan November sampai dengan Desember 2013.

3.4.

Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan melalui 2 tahap yaitu :

1. Tahap pertama : Penentuan lokasi ditentukan

secara sengaja (Porposive

Sampling), yakni di Kecamatan Amarasi Selatan. Dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Amarasi Selatan merupakan salah satu daerah produsen cabai rawit di Kabupaten Kupang. 2. Tahap kedua : Menentukan responden diambil dari petani yang

mengusahakan cabai rawit di Kecamatan Amarasi Selatan yang dimana populasi petani cabai rawit di Kecamatan Amarasi Selatan sebanyak 68 petani. Rumus Slovin, Soekidjo (2003) dalam Levis (2013). digunakan untuk menentukan sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikan = 5% sehingga n = 58 Responden

24

3.5.

Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan bantuan kuesioner yang telah disiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa Dinas terkait yakni Dinas Pertanian Kabupaten Kupang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kupang, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang, maupun literature atau buku-buku yang terkait dengan penelitian ini.

3.6.

Pengamatan dan Konsep Pengukuran Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1. Identitas responden, yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal dan non formal, dan jumlah tanggungan keluarga. 2. Luas lahan yaitu lahan yang digunakan untuk usahatani cabai rawit (Ha). 3. Jumlah input yang digunakan dalam usahatani cabai rawit yang meliputi bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja (Rp). 4. Curahan tenaga kerja yaitu sumber dan jumlah tenaga kerja yang terlibat mulai dari persiapan lahan, tanam sampai dengan produk siap jual pada satu musim tanam (HKO). 5. Biaya Produksi yakni semua biaya yang dikeluarkan petani cabai rawit dalam proses produksi untuk satu musim tanam meliputi bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja (Rp). 6. Besar Produksi cabai rawit (Kg).

25

7. Harga yaitu harga jual cabai rawit di tingkat petani diukur dalam rupiah (Rp/Kg)

3.7.

Model dan Alat Analisis Data Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan:

1.

Untuk menjawab tujuan pertama penelitian yaitu untuk mengetahui kecenderungan perkembangan harga cabai rawit berdasarkan penilaian petani di Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang, digunakan analisis

deskriptif dengan menggunakan metode analisis trend linear untuk melihat bagaimana trend perkembangan dari harga cabai di daerah penelitian selama 3 tahun terakhir. Persamaan trend dibentuk dengan menggunakan metode Least Square. Model (persamaan) trend yang menggunakan metode Least Square (Santoso, 2003) yaitu : Y = a + bx Dimana : Y x = y hasil prediksi (y sendiri adalah data asli dari time series) = kode yang berhubungan dengan waktu

untuk mecari nilai b dirumuskan :

Dan a dicari dengan rumus :

Dimana : n = Jumlah data

26

2.

= Nilai rata-rata dari x = Nilai rata-rata dari y

Untuk menjawab tujuan kedua yaitu untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit berdasarkan penilaian petani di Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang, dianalisis dengan menggunakan Analisis Regresi Liniar Berganda dengan formula sebagai berikut (Nasoetion dan Barizi,1979 ; Soedjana,1982) yakni :

Y = 0 + 1 X1+ 2 X2+ 3 X3 + 4 X4 + 5 X5+ e


Dimana : Y X1 X2 X3 X4 X5 0 1.. 5 E = = = = = = Harga cabai rawit di tingkat petani (Rp). Jumlah bibit cabai rawit yang digunakan (Rp) Pestisida (Rp) Pupuk (Rp) Luas lahan yang ditanami cabai rawit (Ha) Tenaga kerja dari dalam atau luar keluarga yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan mamar (HKO) = = = Intersep Koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas. Error term

Untuk menguji keberartian koefisien regresi secara keseluruhan di gunakan uji F dengan formulasi sebagai berikut :

F=
Dimana : JK regresi JK residu

JK regresi/ k JK residu /(n-k-1)

: Jumlah Kuadrat Regresi : Jumlah Kuadrat Residu

27

n k dengan demikian

: Besar sampel : Jumlah variabel bebas bentuk hipotesis dan kaidah pengambilan

keputusannya adalah H0 : i = 0, artinya Variable bebas (Xi) yang dianalisis tidak ada yang berpengaruh nyata pada fluktuasi harga cabai rawit. H1 : i 0, artinya Terdapat satu atau lebih variable bebas (Xi) yang dianalisis berpengaruh nyata pada fluktuasi harga cabai rawit. Apakah hipotesis H0 atau H1 diterima maka digunakan analisis regresi linier berganda dilanjutkan dengan uji t. Untuk mengukur presentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat di gunakan koefisien determinasi dengan formulasi sebagai berikut:

Hasil perhitungan Analisis Of Varians (ANOVA) dari Regresi Linier Berganda tersebut bila ( F
hit

>F

tabel

(0,05) ( k;n-k-1) ) nyata maka untuk

mengetahui variabel bebas mana yang berpengaruh nyata terhadap fluktuasi harga cabai rawit maka dihitung menggunakan uji t dengan petunjuk Gaspersz (1991) dengan model persamaan sebagai berikut :

t=
Dimana : bi sbi : Koefisien regresi : Simpangan baku

28

Sementara untuk menguji nilai koefisien regresi secara parsial dari variabel bebas mana yang berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat maka digunakan kriteria pengujian sebagai berikut : < t tabel ; (n-k-1), maka hasil pengujian tidak nyata Jika t hit > t tabel; (n-k-1), maka hasil pengujian nyata

29

DAFTAR PUSTAKA Andrianto, N. M. 2000. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usaha tani Cabai Merah Studi Kasus di Desa Karawang, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi. [Skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Anonimous (b), 2010. Pengertian Pengukuran Penilaian dan Evaluasi. http://adhenarlin.wordpress.com/2010/03/19/pengertianpengukuranpenilaian- dan-evaluasi/ Anonimous (c), 2010. Pengertian Penilaian Menurut Para Ahli.

http://zonependidikan.blogspot.com/2010/06/pengertianpenilaianmen urutparaahli.html Anonimous (d), 2011. Budidaya Tanaman Cabai Merah.

http://herihariyadi.blogspot.com/p/pertanian.html BPS Kabuten Kupang. 2012. Kabupten Kupang Dalam Angka 2012. BPS Kabupaten Kupang. Kupang Gasperz,V,1991. Ekonomitrika Terapan 1, Penerbit Tarsito.Bandung Hugida L. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham [Skripsi]. Semarang: Fakultas Ekonomi, Universitas

Diponegoro. Hutabarat B. 1999. Sistem Komoditas Bawang Merah dan Cabai Merah. Monograph Series No. 7. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Petanian. Lipsey, R.G., Courant, P.N., Purvis D.D, Steiner, P.O..1995. Pengantar Mikroekonomi (terjemahan). Jilid I. Ed ke-10.. Bina Rupa Aksara. Jakarta. 30

Nasution,A.H, dan Barizi,1979, Metode Statistika Dalam Penarikan Kesimpulan, Penerbit, PT Gramedia, Jakarta. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2012. Statistik Konsumsi Pangan 2012. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Jakarta Rozfaulina. 2000. Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting. Kasus Tiga Desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rukmana, R. 2001. Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta. Santika, A. 1999. Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. Santoso, S. 2003. Statistik Deskriptif Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Soedjana, 1982, Metode Statistik.Penerbut Tasita, Bandung. Sugiharta, F. 2002. Aplikasi Metode Peramalan terhadap Harga Komoditas Cabai Merah Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Para Pelaku Perdagangan : Studi Kasus Pasar Induk Kramat Jati. [Skripsi]. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Swastha, B. 1998. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi Ketiga. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai