Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH Pemanfaatan Abu Terbang (fly ash) dan Abu Bawah (bottom ash) untuk Refraktori cor

DISUSUN OLEH : JEO FITRA RIANSYA 03111003047

Dosen pembimbing

FAKULTAS TEKINIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan keridhaan-Nya lah makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kita tujukan kepada pemimpin umat nabi besar Muhammad SAW. Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi kriteria tugas mata kuliah Teknologi Batubara. Makalah ini disusun sebagai sarana referensi energi alternatif untuk kelangsungan hidup manusia karena semakin minimnya cadangan sumber daya energi yang kita miliki. Semoga makalah ini dapat membantu menemukan solusi krisis energi di dunia khususnya Indonesia. Indralaya, November 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB 1 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Manfaat

BAB 2 2.1 Sejarah Batubara 2.2 Klasifikasi batubara 2.3 Pemanfaatan Batubara BAB 3 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang Batubara adalah sisa tumbuhan prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan gambut. Pembentukan batubara berawal pada zaman Carboniferus (periode pembentukan karbon dan batubara )yang berlangsung sekitar 260 sampai 350 juta tahun ang lalu. Batubara merupakan sumber energi konvensional yang sering digunakan selain minyak bumi. Batubara merupakan jenis batuan yang lebih dari 50% - 70% material penyusunnya merupakan material organik. Batubara memiliki beberapa tingkatan tergantung kandungan karbon yang dimilikinya. Semakin tinggi kandungan karbonnya semakin bagus pula kualitas yang dimilikinya. Mutu dari batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan pada awal pembentukannya. Batubara banyak digunakan sebagai sumber energi di industry industry di dunia.untuk menggerakkan mesin mesin tersebut dibutuhkan energi yang sangat besar dan dalam jumlah yang banyak pula. Untuk memenuhi kebutuhan energi sehari hari, batubara diolah menjadi bentuk sumber energi alternatif contohnya adalah briket. Briket sudah digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah di dalam rumah tangga walaupun belum digunakan secara masal. Penggunaan yang masih minim ini disebabkan ketidaktahuan masyarakat akan potensi dari briket batubara itu sendiri. Akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk Minyak Tanah di Indonesia. Tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban

yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 triliun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. 1.2 Rumusan Masalah Semakin berkurangnya cadangan minyak bumi di dunia, memaksa kita sebagai pengguna energi untuk mencari sumber energi alternative. Batubara merupakan sumber energi yang potensial untuk digunakan sebagai pengganti peranan minyak bumi. 1.3 Tujuan Penulisan Pemanfaata batubara sebagai sumber energi bertujuan untuk mengatasi kesulitan tentang sumber energi selain bahan bakar minyak (BBM). Batubara mempunyai keuntungan ekonomis karena dapat diproduksi secara sederhana, memiliki nilai kalor yang tinggi, dan ketersediaan batubara cukup banyak di Indonesia sehingga dapat menggantikan peranan bahan bakar lain. 1.4 Manfaat Mengetahui pengolahan batubara sebagai sumber energi Mengenal sumber energi alternatif selain BBM Mengetahui jenis jenis batubara Mengetahui pemanfaatan batubara

BAB 2 Pembahasan 2.1 Sejarah Batubara Batubara adalah sisa tumbuhan prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan gambut. Penimbunan danau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi ( pergeseran tektonik ) mengubur rawa dan gambut yang seringkali terdapat di kerak bumi. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut kemudian batubara. Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahunyang lalu. 2.2 Klasifikasi Batubara Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan terdapat dialam dalam tingkat (grade) yang berbeda mulai dari lignite, sub-bituminous, bituminous, dan anthrasite. Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu bara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak.

A. Antrasit Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.

Gambar 1 : Antrasit B. Bituminous Bituminous mengandung 68 - 86% unsur Karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Indonesia, tersebar di pulau sumatera, kalimantan dan sulawesi.

Gambar 2 : bituminous

C. Sub- bituminous Sub-bituminus mengandung sedikit Karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminous. D. Lignit

Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.

2.3 Pemanfaatan Batubara

Pemanfaatan Abu Terbang (fly ash) dan Abu Bawah (bottom ash) untuk Refraktori cor 1. Pendahuluan Fly Ash atau abu ringan merupakan abu sisa pembakaran batu

bara.Pembakaran batu bara menghasilkan dua jenis limbah yaitu abu ringan (Fly Ash) dan abu berat (Bottom Ash). Fly Ash adalah abu yang terbawa oleh aliran gas pembakaran dan dikumpulkan di economizer air heater dan penampung atau precipitator hopper (Hosenainy, 2011). Fly Ash merupakan limbah yang dihasilkan oleh PLTU yang mana mengkontribusi untuk pencemaran lingkungan (Jadhao,2008). Ada tiga type pembakaran batubara pada industri listrik yaitu dry bottom boilers, wet-bottom boilers dan cyclon furnace. Pembakaran batubara dibakar dengan type dry bottom boiler, menghasilkan kurang lebih 80% abu pembakaran sebagai fly ash, yang kemudian masuk ke dalam corong gas.

Pembakaran batubara

dengan wet-bottom boiler, menghasilkan

50%

abu

tertinggal dan 50% lainnya masuk dalam corong gas. Keberadaan Fly Ash yang semula masih dianggap sebagai polutan, kini telah mengalami pergeseran fungsi. Pada era modern ini Fly Ash banyak diteliti baik sifat fisik maupun kimiawi untuk dapat dimanfaatkan keberadaaanya . Fly ash dimanfaatkan sebagai pengganti Semen Portland,batu bata , beton ringan ,material pekerjaan tanah. Pemanfaat dari abu terbang dan abu bawah adalah dengan menggunakan kedua material tersebut untuk bahan baku pembuatan refraktori. Refraktori merupakan bahan tahan api sebagai penahan (isolator) panas pada tanur-tanur suhu tinggi yang banyak digunakan oleh berbagai industri, seperti industri peleburan logam, kaca, keramik, semen. Refraktori cor merupakan bahan tahan api berupa bubuk yang jika dicampur dengan air dan dibiarkan beberapa saat akan mengeras. Penggunaannya sebagai isolator panas dilakukan dengan cara pengecoran adonan campuran bahan tersebut dengan air pada dinding tanur yang akan diisolasi. 2. Karakterisasi Sampling contoh-contoh dilakukan dengan teknik basung prapat (coningquartering). Uji karakterisasi abu terbang dilakukan melalui analisis kimia, analisis fisik (distribusi ukuran, porositas, berat jenis, analisis SEM). Hasil - hasil analisis yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan komposisi/ karakteristik yang dimiliki oleh refraktori cor komersial. Refraktori cor (berupa bubuk) komersial yang dijual di pasaran digunakan sebagai bahan pembanding atau kontrol terhadap hasil-hasil karakterisasi abu terbang. Bahan pembanding tersebut adalah refraktori cor komersial tipe CAJ-14 dan tipe CAJ-16, masing-masing tahan terhadap suhu dan . Hasil konstuksi jalan, material

analisis kimia terhadap contoh refraktori cor komersial menunjukkan komposisi kimia seperti tercantum pada tabel

Tabel komposisi refraktori cor komersial Kode %SiO2 %Al2O3 %Fe2O3 %TiO2 %CaO %MgO %K2O %Na2O %LOI

CAJ 14 CAJ 16

38.2

35.3

1.48

1.28

3,64

0.53

0.88

0.7

0.58

29.1

47.2

1.2

1.62

4,04

0.17

0.58

0.42

0.74

Komposisi mineral CAJ-14 dan CAJ-16 sama yaitu terdiri atas corundum, mullite dan cristobalite

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Penggunaan batubara selain sebagai bahan bakar, juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya, contohnya sebagai bahan baku material.

3.2 Saran Penggunaan batubara sebagai pemenuhan kebutuhan sebaiknya lebih banyak dimanfaatkan dan lebih banyak di eksplorasi lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai