Anda di halaman 1dari 90

Psikopatologi

Kelompok Kepaniteraan Psikiatri Periode 01 Agustus 10 September 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Dr. Marzoeki Mahdi

Sign & Symptoms


-> Psikiater -> Membuat diagnosis yang akurat Merencanakan penanganan pasien Prediksi Prognosis Menganalisa keputusan selengkap mungkin Berkomunikasi dengan sejawat yang lain Agar dapat melaksanakan tujuan-tujuan diatas harus dpt memahami istilah-istilah dalam psikiatri :

Istilah-istilah Psikiatri
Sign (Tanda) : a/ observasi dokter dan temuan obyektif seperti afek yang menyempit & retardasi psikomotor Symptom : a/ Pengalaman subyektif yang dideskripsikasn o/pasien, seperti mood depresi & energi yang berkurang Syndrom : a/ Kumpulan dari Sign & Symptom yang scr bersamasama membantu suatu kondisi yang bisa dikenal, yang bisa lebih kompleks daripada kelainan atau penyakit yang spesifik.

I. KESADARAN
I. A. APERSEPSI
a/ Persepsi yang dimodifikasi o/ emosi & pikiran diri seseorang. Sensorium : a/ Keadaan tingkat fungsi kognitif dari perasaan khusus (kadang-kadang digunakan sbg sinonim dari kesadaran), gangguan kesadaran sering berhubungan dgn kelainan dalam otak.

1. Disorientasi : Gangguan dalam orientasi waktu, tempat atau orang. 2. Kesadaran berkabut : Kejernihan pemikiran yang tidak lengkap disertai dengan gangguan persepsi & sikap. 3. Stupor : Berkurangnya reaksi & ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling 4. Delirium : Kebingungan, gelisah, konfusi, reaksi disorientasi yg disertai dgn ketakutan & halusinasi 5. Koma : Derajat ketidaksadaran yg berat. 6. Koma vigil : Koma dimana pasien terlihat seperti mengantuk tetapi masih bisa dibangunkan ( dikenal juga dengan mutisme akinetik)

7. Twilight state : Gangguan kesadaran dengan hulusinasi 8. Keadaan seperti mimpi (Dreamlike state) : sering digunakan sebagai sinonim u/ kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor 9. Somnolen : Mengantuk yang abnormal. 10. Konfusi : Gangguan kesadaran dimana reaksi terhadap stimulus eksternal tidak sesuai, bermanifestasi sbg gangguan orientasi yang berhubungan dengan waktu, tempat & orang. 11. Drownies (mengantuk) : Keadaan kesadaran yg berkurang yg berhubungan dgn keinginan atau kecenderungan u/ tidur. 12. Sundowning : Syndrom yg terjadi pd orang yang lebih tua, biasanya terjadi pada malam hari & ditandai dengan mengantuk, bingung, ataxia, & jatuh sebagai akibat dari efek sedasi yg berlebihan dari medikasi, juga disebut sundowner syndrome.

I. B. GANGGUAN ATENSI (PERHATIAN)


Adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memfokuskan pada bagian tertentu dari suatu pengalaman, kemampuan u/ mempertahankan perhatian pd satu aktivitas, kemampuan u/ berkonsenterasi. Distractibilitas : Ketidak mampuan u/ memusatkan perhatian, suatu kondisi dimana perhatian jatuh pada stimuli eksternal yg tidak penting & tidak relevan Gangguan atensi selektif : Hambatan yg hanya terjadi pada hal2 yg menimbulkan kecemasan Hipervigilitas : Perhatian yg berlebihan &berfokus pd stimuli internal & eksternal biasanya sekunder dari kondisi waham atau paranoid. Trance : Perhatian yg terfokus & kesadaran yg berubah, biasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif & pengalaman religius yg luar biasa.

1.

2.

3.
4.

I. C. GANGGUAN SUGGESTIBILITAS
Adalah Kepatuuhan & respon yg otomatis atau patuh pada ide2 atau pengaruh 1. Folie adeux : Penyakit atau Gangguan komunikasi emosional antara dua atau tiga orang. Hypnosis : Modifikasi Kesadaran yang diinduksi secara buatan yang ditandai dengan pengaruh yang meningkat.

2.

II. EMOSI
Adalah keadaan perasaan yg kompleks dengan komponen psikis, somatik, perilaku yg berhubungan dengan afek & mood.

II. A. AFEK
yaitu ekspresi emosi yg bisa diamati, mungkin tidak konsisten dgn deskripsi emosi yg dikatakan o/ pasien.
1. Afek yg sesuai (Appropriate) : kondisi dimana irama emosional sesuai dgn gagasan, pikiran, pembicaraan, yg menyertai, digambarkan selanjutnya sebagai afek yg luas/ penuh, dimana rentang emosional yang luas diekspresikan secara sesuai.

2.

3.
4.

5.
6.

Afek yg tidak sesuai (In appropriate) : Ketidakharmonisan antara irama emosi & gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertainya. Afek yg tumpul : gangguan pada afek yg dimanifestasikan dgn penurunan yg berat pd intensitas dr irama perasaan yg terlihat. Afek yg menyempit : Penurunan intensitas irama perasaan yg lebih ringan daripada afek tumpul tapi jelas terlihat penurunan. Afek datar : Tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda2 ekspresif afektif, suara monoton, wajah yg tidak bergerak. Afek labil : Perubahan irama perasaan yg cepat & tiba2, yg tidak dipengaruhi o/ rangsangan dari luar.

II. B. MOOD
Adalah emosi yang meresap & dipertahankan, pengalaman subyektif & dilaporkan o/ pasien & terlihat o/ orang lain, termasuk depresi, elasi & kemarahan

MOOD
1. 2. 3. Mood Disforik: mood yang tidak menyenangkan Mood Euthym: Batasan yang normal dari mood, yang menunjukkan tidak adanya mood depresi/elasi Mood yang meluap-luap/meluas: ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan, sering disertai dengan penilaian yang berlebihan pada diri sendiri yang merasa lebih berarti dan lebih penting Mood iritabel: suatu keadaan dimana seseorang mudah dirangsang untuk marah. Mood labil: perubahan yang cepat/suatu keadaan yang berubah-rubah antara efori dan depresiatau ansietas.

4. 5.

6. Mood elevasi: suatu perasaan percaya diri dan rasa senang yang melambung, mood yang lebih membahagiakan dari biasanya. 7. Euforia: peningkatan mood yang kuat dengan perasaan kebesaran. 8. Ecstasy: perasaan kegembiraan dan kegairahan yang luar biasa. 9. Depresi: perasaan sedih yang abnormal. 10. Anhedonia: hilangnya minat dan penarikan diri dari aktifitas yang menyenangkan, sering disertai dengan depresi. 11. Dukacita/berkabung: kesedihan yang berhubungan dengan suatu kehilangan yang nyata.

12. Aleksitymi: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau untuk menyadari emosi/mood orang lain. 13. Ide-ide bunuh diri: pemikiran/tindakan untuk membunuh diri sendiri. 14. Elasi: perasaan bahagia, eforia, kemenangan, rasa puas diri yang kuat, atau optimisme.

C. Emosi lain-lain
1. Ansietas: perasaan cemas yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya, baik dari dalam maupun luar. Kecemasan yang mengambang bebas: rasa takut yang meresap dan tidak terfokus pada suatu gagasan, Ketakutan: kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara sadar dan realistik. Agitasi: kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan motorik. Tension (ketegangan): peningkatan aktifitas motorik dan psikologis yang tidak menyenangkan. Panic: serangan kecemasan yang akut, berulang dan kuat yang disertai dengan perasaan ketakutan yang berlebihan dan peningkatan aktifitas otonom.

2.
3.

4.
5. 6.

7.

Apati: Irama emosi yang tumpul yang disertai dengan ketidakacuhan. 8. Ambivalensi: terdapatnya dua dorongan hati yang berlawanan pada topik yang sama, pada orang yang sama dan waktu yang sama. 9. Abreaksional: pelepasan atau peluapan emosi setelah mengingat kembali pengalaman yang menyakitkan. 10. Rasa malu: kegagalan untuk membangun pengaharaoan diri. 11. Rasa bersalah: emosi tambahan setelah melakukan sesuatu yang dianggap salah. 12. Kontrol impuls: kemampuan untuk melawan impus, dorongan atau godaan untuk melakukan suatu tindakan.

D. Gangguan Psikologi Yang Berhubungan Dengan Mood


tanda disfungsi somatik (biasanya otonomik). Lebih sering berhubungan dengan depresi (disebut juga tanda-tanda vegetatif) 1. Anoreksia: hilangnya/menurunnya nafsu makan. 2. Hiperfagia: peningkatan nafsu makan dan asupan makanan. 3. Insomnia: menurunnya/hilangnya kemampuan untuk tidur. a. Awal: kesulitan untuk jatuh tertidur. b. Pertengahan: kesulitan untuk tidur sepanjang malam tanpa terbangun. Kesulitan untuk tidur kembali setelah terbangun c. Terminal: terbangun dini

4. 5.

6.

7. 8. 9.

Hipersomnia: tidur yang berlebihan. Variasi diurnal: mood yang secara teraturburuk dipagi hari pada saat bangun tidur dan berangsur-angsurmembaik dengan semakin siangnya hari. Penurunan libido: penurunan minat, dorongan dan aktifitas seksual (peningkatan libidosering disertai dengan keadaan manik) Konstipasi: ketidakmampuan atau kesulitan untuk defekasi. Fatigue perasaan berkurangnya tenaga, mengantuk, atau iritabel yang mengikuti suatu periode aktifitas mental/fisik. Pica; menginginkan dan memakan bahan-bahan yang bukan makanan, seperti cat dan tanah liat.

10. Pseudosiesis: kondisi yang jarang dimana pasien menunjukkan tanda dan gejala kehamilan, seperti distensi abdomen, pembesaran payudara, pigmentasi, berhentinya menstruasi dan morning sickness. 11. Bulimia: rasa lapar yang tidak bisa ditahan dan makan dengan rakus. Terlihat pada bulimia nervosa dan depresi atipikal.

III. Perilaku Motorik (konasi)


Adalah aspek-aspek jiwa yang termasuk impuls, motivasi, harapan, dorongan, insting dan keinginan yang diekspresikan dalam perilaku dan aktifitas motorik seseorang. 1. Ekopraksia: peniruan gerakan seseorang oleh orang lain secara patologis. 2. Katatonia dan posisi tubuh yang abnormal: terlihat pada skizofrenia katatonik dan beberapa kasus penyakit-penyakit pada otak seperti ensefalitis. A. Katalepsi: istilah umum untuk suatu posisi tidak bergerak yang dipertahankan terus-menerus.

B. kegelisahan katatonik: agitasi, aktivitas motorik yang tidak bertujuan yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal. c. Stupor katatonik: penurunan aktivitas motorik yang nyata, seringkali sampai pada suatu keadaan yang tidak bergerak dan terlihat tidak menyadari sekelilingnya. d. Rigiditas katatonik: kekakuan postural yang disadari, menentang segala usaha untuk menggerakannya. e. Posturing katatonik: portur tubuh yang tidak sesuai dan aneh yang disadari, biasanya, dipertahankan dalam waktu lama. (14)

f.

Fleksibilitas Cerea kondisi tubuh seseorang yang bisa dibentuk ke dalam suatu posisi kemudian dipertahankan, ketika pemeriksa menggerakkan pasien, anggota tubuh tersebut terasa seolah-olah terbuat dari lilin. g. Akinesia Menurunnya gerakan fisik, seperti immobilitas yang ekstrim terhadap pasienskizofren katatonik, bisa juga sebagai efek samping ekstra piramidal dari terapi antipsikotik (5-6)

3. 4. 5.

6.
7.

Negatifisme: PErtahanan/penolakan tanpa motif terhadap semua usaha untuk menggerakan atau terhadap semua perintah Katapleksi: Hilangnya tonus otot secara sementara dan kelemahan yang diakibatkan oleh berbagai kondisi emosional Stereotypi:Pola pergerakan tubuh atau pembicaraan secara berulang-ulang yang menetap Mannerisme: gerakan involunter yang sudah dilakukaan dalam waktu lama dan menjadi kebiasaan Otomatisme: Penampilan gerakan yang otomatis atau aktivitas yang menggambarkan aktivitas simbolik yang tidak disadari.

8.

Otomatisme perintah: secara otomati mengikuti perintah (juga kepatuhan secara otomatis) 9. Mutisme: tidak adanya suara/tidak berbicara tanpa adanya kelainan struktural 10. Aktifitas yang berlebihan
a. Agitasi Psikomotor: aktifitas motorik dan kognitif yang berlebihan, biasanya tidak produktif dan terjadi sebagai respon terhadap ketegangan dari dalam diri pasien Hiperkinesis: kegelisahan, agresif, destruktif, sering berhubungan dengan kelainan otak yang mendasari Tic: Gerakan motorik yang spsmodik dan tidak disadari

b. c.

d. e.

f.

Somnambulisme: Aktifitas motorik yang terjadi saat tidur Akatisia: perasaan subjektif tentang kekakuan otot yang terjadi akibat penggunaan obat antipsikotik, yang bisa menyebabkan kegelisahan,berjalan bolak-balik, duduk dan berdiri berulangulang, dapat disalah artikan sebagai agitasi psikotik Kompulsi: dorongan keinginan yang tidak terkontrol untuk melakukan sesuatu tindakan yang berulang-ulang:

Dipsomania: kompulsi untuk minum alkohol Kleptomania: kompulsi untuk mencuri Nymphomania: Kebutuhan yang berlebihan untuk koitus pada wanita Satyriasis:Kebutuhan yang berlebihan untuk koitus pada pria Trichotilomania: Kompulsi untuk mencabut rambut Ritual: Aktivitas yang otomatis, kompulsif dalam pembawaan, menurunkan kecemasan.

g. h. i.

Ataksia: Kegagalan koordinasi otot-otot, gerakan otot yang tidak beraturan Polifagi: Makan berlebihan yang patologis Tremor: Gerakan-gerakan yang ritmis dan berulang, biasanya lebih cepat dari suatu gerakan dalam satu detik yang berkurang selama periodik relaksasi dan tidur, dan meningkat pada periode kemarahan dan meningkatnya ketegangan

11. Hipoaktif: Penurunan aktifitas motorik dan kognitif, seperti pada retardasi psikomotor, perlambatan pikiran, pembicaraan dan gerakan yang dapat terlihat 12. Mimikri: Peniruan aktifitas motorik yang sederhana pada anak-anak 13. Agresi: Tindakan/kekerasan fisik maupun verbal yang diarahkan pada tujuan tertentu, bagian motorik dari kemarahan kekasaran atau permusuhan

14. Acting out: Ekspresi langsung dari keinginan yang tidak disadari atau dorongan dari suatu tindakan, fantasi yang secara tidak sadardihidupkan dalam perilaku 15. Abulia: Penurunan dorongan kehendak untuk beraktifitas dan berfikir, disertai dengan ketidakacuhan terhadap akibat dari suatu tindakan, etrjadi sebagai akibat dari defisit neurologis 16. Anergi: hilangnya energi 17. Astasia: ketidak mampuan untuk berdiri atau berjalan dengan normal, walaupun gerakan tungkai yang normal bisa diperlihatkan saat dudukatau bersandar. Cara berjalan yang aneh dan tidak disebabkan oleh suatu kelainan organik, terlihat pada gangguan konversi

18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

Koprofagi: memakan kotoran atau feses Diskinesia: kesulitan dalam memperlihatkan gerakan volunter seperti pada kelainan ekstrapiramidal Kekakuan otot: suatu kondisi dimana otot-otot sulit digerakan kembali setelah suatu posisi tertentu, terlihat pada skizofrenia Twirling: Salah satu tanda yang terlihat pada anak autis dimana selalu memutar-mutar sesuatu pada satu titik dimana kepalanya terpusat Bradikinesia: aktifitas motorik yang melambat disertai dengan penurunan gerakan spontan yang normal Korea: gerakan-gerakan yang acak dan tidak disadari yang terjadi secara cepat, mendadak/ seperti kejang dan tidak bertujuan Konvulsi: kontraksi atau spasme otot yang keras dan terjadi secara tidak sadar
1. 2. Kejang klonik: Kejang dimana otot-otot berganti-ganti antara kontraksi dan relaksasi Kejang tonik: Kejang dimana Kontraksi otot terjadi terus menerus/tertahan

25. Seizure: Suatu serangan atau onset yang ,endadak dari ssuatu gejala, seperti kejang, hilangnya kesadaran,dan gangguan fisik atau sensorik, terlihat pada epilepsi dan bisa terjadi pada induksi dari suatu bahan tertentu
1. Kejang tonik-klonik umum: Kejang yang terjadi secara menyeluruh dengan gerakan tonik-klonik pada anggota badan, lidah yang tergigit dan inkontinensia kemudian diikuti dengan kembalinya kesadaran dan fungsi kognitif secara pelan-pelan, disebut juga grand mal seizure dan psikomotor seizure. Kejang parsial sederhana: Kejang yang terlokalisir pada satu titik tanpa disertai dengan perubahan kesadaran

2.

B. Gangguan spesifik dalam bentuk pikiran


1. Neologisme : kata- kata baru yang dicipyakan oleh pasien, sering kali dengan cara mengkombinasikan kata- kata dari kata- kata yg lain, untuk alasan psikologis yg aneh. 2. Word salad : campuran kata & frasa yang tidak berhubungan dan tidak bisa dimengerti. 3. Sirkumstansial : pembicaraan yang tidak langsung yang terjadi secara lambat dalam mencapai suatu tujuan tetapi pada akhirnya sampai pada suatu tujuan yg dimaksud, ditandai dengan memasukkan perincian2 dan kutipan2 yg berlebihan.

4. Tangensialitas : ketidakmampuan utk membangun pikiran ya g diarahkan pada suatu tujuan tetentu. Pembicaraan tidak pernah berangkat dari titik awal yg diinginkan utk suatu tujuan yg dimaksud. 5. Inkoheren : pikiran yang tidak bisa dipahami; pikiran dan katakata berjalan bersama- sama yang tidak logis dan tidak mempunyai hubungan tata bahasa yg benar, akibat dari suatu disorganisasi. 6. Perseverasi : respon yang menetap terhadap suatu stimulus yang baru, sering disertai dgn gangguan kognitif.

7. Verbigerasi : pengulangan kata- kata atau frasa- frasa yg tidak mempunyai arti. 8. Ekolalia : pengulangan kata- kata atau frasa- frasa dari seseorang oleh orang lain secara patologis, cenderung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan mengejek atau dengan intonasi yg terputus- putus. 9. Kondensasi : pengganbungan dari berbagai macam konsep menjadi satu.

10. Jawaban yg tidak relevan : jawaban yang tidak harmonis atau tidak sesuai dengan pertanyaan yg ditanyakan ( pasien terlihat tidak acuh/ tidak memperhatikan pertanyaan). 11. Asosiasi longgar : arus pikiran dimana gagasa2 / ide2 berpindah2 dari satu topik ke topik yg lain dgn cara yang sama sekali tidak berhubungan; bila berat, pembicaraan menjadi inkoheren. 12. derailment/ keluar dari jalur : penyimpangan jalur pikiran yang terjadi perlahan lahan maupun mendadak tanpa disertai dgn bloking, kadang- kadang digunakan sebagai kata lain dari asosiasi longgar.

13. Flight of ideas : pembicaraan yg cepatatau penggunaan katakata dimana gagasan- gagasan berpindah dari satu topik ke topik yg lain secara terus- menerus (meloncat2), gagasan gagasan cenderung dihubung- hubungkan, pada kondisi yg tidak terlalu berat pendengar mungkin bisa mengikuti arah pembicaraannya. 14. Asosiasi bunyi (clang association) : penggabungan kata- kata yg mempunyai bunyi yang mirip tetapi mempunyai arti berbeda, kata- kata mempunyai hubungan yg tidak logis; dapat termasuk sajak dan permainan kata- kata.

15. Bloking : terputusnya alira pikiran secara tiba- tiba sebelum pemikiran atau gagasan tersebut selesai; setelah terhenti sebentar tersebut pasien terlihat tidak teringat apa yg telah dikatakannya atau apa yg akan diucapkan (jg dikenal sebagai pencabutan pikiran ) 16. glosolalia : pengungkapan dari penyampain pesan melalui kata2 yg tidak dapat dipahami (dikenal juga dengan pembicaraan di lidah).

c. Kejang parsial kompleks : kejang yg terlokalisir dengan kesadaran yg berubah 26. Distonia : kontraksi yg pelan dan menetap dari badan dan ekstremitas, terlihat pada distonia yg di induksi oleh obat.

IV. Proses Pikir


Aliran gagasan, simbol dan asosiasi yang bertujuan yg di awali dari suatu masalah atau tugas yang berkembang menjadi suatu kesimpulan yang berorientasi pada realitas, jika terjadi urutan yg logis proses pikir adalah normal, parapraksis (tergelincirnya pemikiran dari hal2 yg logis yg tidak disadari disebut jg pelesetan dari Freud) dianggap sebagai bagian dari berfikir normal.

A. Gangguan Umum dalam Bentuk atau Proses Pikir 1. Gangguan mental : sindroma gangguan perilaku dan psikologis yg bermakna yg berhubungan dgn penderitaan dan ketidakmampuan, tidak hanya suatu respon yang diperkirakan terjadi terhadap suatu peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang dgn lingkungan sekitarnya/ masyarakat.

2. Psikosis : ketidakmampuan utk membedakan antara kenyataan dan khayalan, gangguan daya nilai realitas, dgn pembentuka realitas yg baru (sebagai lawan dari neurosis : gangguan mental dimana daya nilai realitas tidak terganggu, perilaku kemungkinan tidak melanggar norma2 sosial ygumum, tetapi relatif bertahan lama dan berulang tanpa pengobatan).

3. 4.

5.

Daya nilai realitas : evaluasi dan pertimbangan objektif terhadap dunia di luar diri seseorang Gangguan fikiran normal : gangguan yg cenderung lebih terjadi pada bentuk pikiran daripada isi pikiran, ditandai dgn longgarnya asosiasi, neologisme dan susunan kata- kata yg tidak logis, proses berpikir mengalami gangguan dan orang tersebut di definisikan sebagai psikotik. Pikiran yg tidak logis : pikiran yg mengandung kseimpulan yg salah atau penyangkalan/ pengingkaran dari dalam, hal ini menjadi patologis hanya bila terbentuk tanpa disebabkan oleh nilai- nilai kultural atau defisit intelektual.

6. Dereisme/ dereistik : aktifitas mental/ pemikiran yg tdk sesuai dgn logika dan pengalaman. 7. Pikiran autistik : preokupasi dgn sesuatu dari dalam dunia sendiri, istilah digunakan agak mirip degan dereistik. 8. Pikiran magik : salah satu bentuk pikiran dari dereistik, pikiran sama dengan pikiran anak- anak dalam fase praoperasional ( sbg contoh, mereka dapat menyebabkan atau mencegah suatu peristiwa).

9. Proses pikir primer : istilah umum untuk pikiran yg dereistik, tidak logis, magis, normal ditemukanpada mimpi, abnormal pada psikosis. 10. insight/ tilikan emosional : tingkat yg terdalam tingkat yg terdalam dari pemahaman atau kesadaran bahwa sesuatu sperti berkembang menjadi perubahan yg positif dalam perilaku dan kepribadian.

GANGGUAN-GANGGUAN SPESIFIK PADA ISI PIKIRAN


1. Kemiskinan isi pikiran : pemikiran yang memberikan sedikit informasi yang disebabkan karena tidak bisa dimengerti, pengulangan yang tidak ada artinya, atau frasa yang tidak jelas

2.

Ide-ide yang berlebihan : keyakinan yang tidak rasional dan sebenarnya salah tapi dipercaya oleh pasien, dalam kondisi yang lebih ringan dari waham 3. Waham : keyakinan yang salah yang didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan diluar dirinya, tidak terbentuk dari tingkat intelegensi pasien dan latar belakang budaya nya; dan tidak bisa dikoreksi dengan alasan-alasan yang rasional

a.

b.

Waham aneh (bizzare): keyakinan yang sama sekali aneh, mustahil, dan tidak masuk akal (misalnya mahluk luar angkasa menanamkan elektroda ke dalam otak pasien) Waham sistematis : keyakinan yang salah atau keyakinan-keyakinan yang digabungkan dengan satu peristiwa atau tema tertentu (misalnya pasien merasa dimata-matai oleh FBI, CIA, atau mafia)

c.

d.

Waham yang sejalan dengan mood: waham yang isinya sejalan dengan mood (misalnya pasien depresi yang merasa bahwa dirinya bertanggung jawab atas kehancuran dunia) Waham yang tidak sejalan dengan mood: waham yang berisi sesuatu yang tidak berhubungan dengan mood atau mood netral (misalnya pasien depresi mempunyai waham bahwa pikirannya dikontrol atau disiarkan)

e.

f.

Waham nihilstik: perasaan yang salah bahwa dirinya, orang lain, atau dunia adalah tidak ada dan akan berakhir Waham kemiskinan: keyakinan yang salah dari sesorang dimana dia kehilangan atau akan terampas semua harta miliknya

g.

h.

Waham somatik: keyakinan yang salah yang menyangkut fungsi-fungsi dari tubuh (misalnya keyakinan bahwa otak penderita berakar atau mencair) Waham curiga: termasuk waham kejar, waham perintah, waham kendali, dan waham kebesaran (dibedakan dari ide-ide paranoid, dimana kecurigaan tidak sampai menjadi waham atau lebih ringan dari waham)

Waham kejar: keyakinan yang salah dari sesorang dimana dia merasa diganggu, ditipu, atau dikejar, sering ditemukan pada pasien yang suka menuntut yang mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan hukum akibat penganiayaan yang di khayalkan atau dibayangkan dialami oleh orang tersebut Waham kebesaran: konsep yang berlebihan dari sesorang dimana dia merasa dirinya paling penting, paling berkuasa, atau identitas diri yang berlebihan

Delusion of reference: keyakinan yang salah dari seseorang dimana perilaku orang lain seakan-akan ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, benda-benda atau orang-orang lain mempunyai kepentingan tertentu terhadap dirinya yang tidak biasa, umumnya dalam bentuk negatif; berbeda dengan ideas of reference dimana orang mempunyai perasaan yang salah bahwa orang lain membicarakan dirinya (misalnya percaya bahwa orangorang/TV/radio berbicara padanya atau tentang dirinya)

i.

j.

Waham menyalahkan diri sendiri: keyakinan yang salah tentang perasaan bersalah dan penyesalan Waham kendali: perasaan yang salah dimana tindakan, pikiran, atau perasaan pasien dikendalikan oleh sesuatu kekuatan dari luar

Tought of withdrawal (penyedotan pikiran): waham dimana pasien merasa pikirannya dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau suatu kekuatan dari luar Tought of insertion (penyisipan pikiran): waham dimana pasien merasa ada pikiran yang disisipkan ke dalam pikirannya oleh orang lain atau suatu kekuatan

Tought broadcasting (penyiaran pikiran): waham dimana pasien merasa pikirannya bisa didengar oleh orang lain seperti pikiran mereka sedang disiarkan lewat udara Tought control (pengendalian pikiran): waham dimana pasien merasa pikirannya dikontrol oleh orang lain atau suatu kekuatan k. Waham cemburu: keyakinan yang salah yang didapatkan dari kecemburuan yang patologis tentang ketidakjujuran, perselingkuhan pasangannya

l.

Erotomania keyakinan yang salah, lebih sering terjadi pada wanita daripada pria, dimana pasien merasa bahwa sesorang sangat mencintai dirinya (dikenal juga sebagai kompleks Clerambaut-Kandisky) m. Pseudologia fantasia: suatu jenis kebohongan dimana seseorang terlihat percaya pada kebenaran dari fantasinya dan bertindak atas keyakina tersebut, disertai dengan sindroma Munchausen, berpura-pura sakit yang berulang

4.

5. 6.

kecenderungan/preokupasi pikiran: pemusatan pikiran pada satu gagasan/ide-ide tertentu, disertai dengan irama afektif yang kuat, seperti kecenderungan paranoid atau preokupasi bunuh diri atau membunuh egomania: preokupasi pada diri sendiri yang patologis manomania: preokupasi pada obyek tunggal

7.

8.

Hipokondria: perhatian yang berlebihan tentang kondisi kesehatan pasien yang tidak didasari oleh penyakit yang jelas, begitu juga interpretasi yang tidak realistis dari tanda-tanda fisik dan keluhan-keluhan yang dianggap tidak normal (suatu penyakit) Obsesi : pikiran atau perasaan yang tidak normal yang menetap dan tidak dapat dilawan oleh pasien dan tidak bisa dihilangkan dari kesadaran dengan cara-cara yang logis, berhubungan dengan ansietas

9.

Kompulsi : kebutuhan yang tidak normal/patologis untuk berbuat sesuatu terhadap suatu rangsangan yang jika ditahan akan menimbulkan kecemasan; perilaku yang berulang-ulang sebagai respon terhadap obsesi atau dilakukan berdasarkan suatu aturan tertentu, dengan akhir yang tidak benar pada diri sendiri selain daripada untuk mencegah sesuatu yang akan terjadi di waktu yang akan datang 10. Koprolalia : kompulsi untuk mengucapkan kata-kata kotor

PHOBIA
Yaitu rasa takut yang menetap, tidak rasional, berlebihan&tidak berubah-ubah terhadap stimulus atau situasi tertentu, menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus yang menakutkan tersebut. Jenis-jenis phobia : 1. Phobia sederhana/spesifik :ketakutan yang terbatas pada obyek/situasi yang jelas (seperti ketakutan pada laba-laba/ular) 2. Phobia sosial : ketakutan pada saat berada ditengah-tengah keramaian atau ditempat dimana banyak orang berkumpul, seperti ketakutan bicara di depan umum, tampil di muka umum atau makan bersama-sama dengan orang banyak. (11-12)

3. Acrophobia : rasa takut di tempat tinggi 4. Agoraphobia : rasa takut berada di keramaian. 5. Algophobia : rasa takut akan rasa sakit 6. Ailurophobia : rasa takut pada kucing 7. Erythrophobia : rasa takut pada warna merah (merujuk pada rasa takut pada darah) 8. Panphobia : rasa takut terhdap segala sesuatu 9. Claustrophobia : rasa takut pada tempat tertutup 10. Xerophobia : rasa takut pada orang asing 11. Zoophobia : rasa takut pada hewan 12. Neddel phobia : rasa takut yang menetap, belebihan&patologis untuk disuntik.

NOESIS
Yaitu suatu wahyu (pengumuman) dimana terjadi pencerahan yang besar yang berhubungan dengan perasaan bahwa seseorang tealh terpilih untuk memerintah&menjadi pemimpin.

UNIO MYSTICA
Yaitu suatu perasaan yang meluap akan penyatuan pasien secara mistik dengan kekuatan yang tidak terbatas, tidak dianggap suatu gangguan pikiran bila berhubungan dengan keyakinan pasien&lingkungan kulturalnya

V. BICARA
gagasan, pikiran & perasaan yang diekspresikan melalui bahasa; komunikasi melalui penggunaan kata-kata & bahasa. A. Gangguan Bicara 1. Tekanan pembicaraan : bicara yang cepat dimana terjadi peningkatan jumlah pembicaraan&sulit untuk diputus/disela 2. Logorrhoe : pembicaraan yang banyak, koheren&logis 3. Kemiskinan pembicaraan : pembatasan jumlah pembicaraan, jawaban mungkin hanya satu suku kata

4.

5.

6.
7.

Pembicaraan yang tidak spontan : respon verbal hanya diberikan bila ditanya atau berbicara hanya untuk tujuan tertentu, tidak mempunyai inisiatif untuk memulai pembicaraan Kemiskinan isi pembicaraan : berbicara dalam jumalh (kuantitas) yang cukup tetapi hanya memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan isi pembicaraan atau penggunaan frasa@byang tetap Disprosadi : hilangnya irama pembicaraan yang normal (disebut prasodi) Disartria : kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam pemilihan kata2 atau penyusunan kalimat

8. 9.

Stuttering ( gagap) : pengulangan yang sering atau perpanjangan dari bunyi atau suku kata, meningkatkan gangguan pada kelancaran kefasihan berbicara Cluttering (kekacauan) : pembicaraan yang aneh&tidak berirama, terdiri dari semburan kata2 yang cepat&meldeak2.

B. Gangguan Afasia gangguan dalam penyampaian bahasa (pengeluaran suatu kalimat) 1. Afasia motorik : gangguan dalam bicara yang disebabkan oleh gangguan kognitif dimana pasien bisa mengerti pembicaraan tetapi kemampuan untuk berbicara sangat terganggu, bicara terhenti2, susah payah&tidak akurat (dikenal juga sebagai afasia broca, tidak fasih&ekspresif) 2. Afasia sensorik : kehilangan kemampuan untuk mengerti arti kata2 yang terjadi akibat kelainan organik, pembicaraan lancar&spontan tetapi kacau, membingungkan&tidak bisa dipahami (dikenal juga sebagai afasia wernicke, fasih&reseptif) 3. Afasia nominal ; kesulitan untuk menemukan nama/istilah yang tepat untuk sesuatu obyek/benda(disebut juga anomia&afasia amnestik).

4. 5.

6.
7.

8.

Afasia sintatikal : ketidakmampuan untuk merangkai/menyusun kata2 dalam urutan yang tepat Afasia logat khusus : kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik, kata2 yang bukan2 diulangi dengan berbagai intonasi&nada suara Afasia global : kombinasi dari afasia motorik&sensorik yang berat Alogia : ketidakmampuan untuk berbicara karena keterbelakangan mental atau karena suatu episode dari demensia Kopropegia : penggunaan bahasa/kata2 yang vulgar&kotor yang terjadi secara tidak sadar, terlihat pada gangguan Tourette&beberapa kasus dari skizofrenia

VI. PERSEPSI suatu proses pemidahan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis; suatu proses mental dimana stimulasi sensorik dibawa ke dalam kesadaran A. Gangguan Persepsi 1. Halusinasi : persepsi sensorik yang salah yang tidak diserati oleh stimulus eksternal yang nyata; dapat disertai/tidak disertai dengan interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi

a.

Halusinasi hipnagogik : persepsi sensori yang salah yang terjadi pada saat akan jatuh tertidur, biasanya dianggap sebagai suatu keadaan yang non patologis b. Halusinasi hipnopompik : persepsi yang salah yang terjadi pada saat akan tersadar/terbangun dari tidur, biasanya dianggap tidak patologis c. Halusinasi auditorik : persepsi yang salah dari suatu bunyi, biasanya berupa suara tetapi bisa juga bunyi2 yang lain, seperti musik ; merupakan halusinasi yang paling sering dalam gangguan psikiatrik.

D. Halusinasi Visual Persepsi yang salah tentang penglihatan terhadapt sesuatu yang berbentuk (misal : orang) dan sesuatu yang tidak berbentuk (misal : kilatan cahaya), paling sering terjadi pada gangguan organik. E. Halusinasi Olfatorik Persepsi yang salah tentang pembauan, paling sering pada gangguan organik.
F. Halusinasi pengecap Persepsi yang salah tentang pengecapan, seperti rasa yang tidak menyenangkan, disebabkan oleh serangan kejang, paling sering pada gangguan organik. G. Halusinasi taktil/haptik/raba Persepsi yang salah tentang suatu sentuhan atau sensai pada permukaan tubuh, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya sesuatu yang bergerak/merayap pada atau di bawah kulit (kesemutan).

H.

Halusinasi Somatik Persepsi yang salah tentang sesuatu yang terjadi pada tubuh, paling sering berasal dari visual (dikenal juga sebagai halusinasi kinestetik). Halusinasi Liliput Persepsi yang salah tentang obyek yang dilihat berukuran lebih kecil (mikropsia) Halusinasi yang sejalan dengan mood Halusinasi dimana isinya konsisten dengan mood yang depresif atau manik (misalnya pasien depresi merasa mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat, pasien manik merasa mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri, kekuatan & pengetahuan yang tinggi).

I.

J.

K.

Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood Halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood depresif/manik (misalnya pasien depresi, halusinasinya tidak melibatkan tema-tema tentang rasa bersalah, hukuman-hukuman yang layak diterima, atau ketidakmampuan; pasien manik halusinasinya tidak melibatkan tema-tema seperti harga diri/kekuasaan yang tinggi).
Halusinosis Halusinasi, paling sering halusinasi dengar yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol yang kronis dan terjadi pada saat kondisi sensorik yang jernih, berbeda dengan delirium tremens (DTs), halusinasi yang terjadi pada kondisi sensorik yang berkabut. Sinestesia Sensasi/halusinasi yang disebabkan oleh sensasi yang lain (misalnya sensasi dengar yang disertai oleh atau dicetuskan oleh sensai visual; suatu bunyi dialamu sebagai dilihat atau penglihatan dialami sebagai didengar.

L.

M.

N. Trailing phenomenon Kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat halusinogen dimana benda-benda yang bergerak terlihat sebagai sederetan gambaran yang terpisah-pisah dan terputus-putus. O. Halusinasi Perintah Persepsi yang salah dimana seseorang merasa diharuskan/dipaksa untuk mematuhi sesuatu dan tidak bisa menolak.

2. Ilusi
Ilusi Persepsi yang salah atau interpretasi yang salah terhadap stimulus eksternal yang nyata.

B. Gangguan yang berhubungan dengan fungsi kognitif & kondisi medis


Agnosia Ketidakmampuan untuk mengenal dan menginterpretasikan kepentingan (arti dari suatu rangsangan sensorik). Anosognosia (ketidaktahuan tentang penyakit) Ketidakmampuan seseorang untuk mengenali defisit neurologis yang terjadi pada dirinya Somatopagnosia (ketidaktahuan tentang tubuhnya) Ketidakmampuan seseorang untuk mengenali bagian-bagian tubuhnya sebagai miliknya (disebut juga autopagnosia) Anosognia visual Ketidakmampuan untuk mengenal benda-benda atau orang-orang Astereognosis Ketidakmampuan untuk mengenal benda-benda melalui sentuhan

B. Gangguan yang berhubungan dengan fungsi kognitif & kondisi medis (2)
Progopagnosia Ketidakmampuan untuk mengenali wajah Simultagnosia Ketidakmampuan untuk mengerti lrbih dari satu bagian dari penglihatan pada suatu waktu atau untuk mengintegrasikan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan Adiadokokinesia Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang berubah dengan cepat Aura Suatu sensasi yang berfungsi sebagai peringatan seperti gerakan otomatis, lambung yang terasa penuh, muka kemerahan, dan perubahan respirasi, sensasi kognitif dan kondisi afektif biasanya terjadi sebelum suatu serangan kejang, sensori awal yang terjadi sebelum terjadinya nyeri kepala migren klasik

C. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif


Definisi Somatisasi dari material yang direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi yang melibatkan otot volunter atau organ sensorik, bukan di bawah kontrol volunter dan tidak disebabkan oleh suatu gangguan fisik.

C. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif


Anesthesi histerikal Hilangnya modalitas sensori sebagai akibat dari konflik emosional Macropsia Suatu kondisi dimana benda-benda terlihat lebih besar dari sebenarnya Micropsia Suatu kondisi dimana benda-benda terlihat lebih kecil dari sebenarnya (makro dan mikropsia bisa disebabkan oleh kondisi organik yang jelas seperti kejang parsial kompleks) Depersonalisasi Perasaan subjektif seseorang yang merasa disirnya tidak nyata, asing, dan tidak mengenali diri sendiri.

C. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif


Derealisasi Perasaan subjektif seseorang yang merasa dirinya tidak nyata, asing, dan tidak mengenali diri sendiri. Fugue Pengambilan identitas baru dengan amnesia (hilang ingatan) terhadap identitas yang lama/sebelumnya; sering termasuk berjalan-jalan atau berkelana dalam lingkungan baru Kepribadian ganda Satu orang yang menampakkan dua/lebih kepribadian dan karakter yang berbeda pada waktu yang berbeda (disebut gangguan identitas disosiatif dalam DSM IV) Dissosiasi Mekanisme pertahanan diri yang tidak disadari termasuk pemisahan dari beberapa kelompok proses mental dan perilaku dari aktivitas psikis seseorang dapat mengakibatkan pemisahan suatu gagasan dari suatu irama emosional, seperti terlihat pada gangguan disosiatif & konversi.

VII. MEMORI (DAYA INGAT)


Suatu fungsi dimana informasi disimpan didalam otak dan kemudian bisa diingat kembali kedalam kesadaran

A. Gangguan daya ingat 1. Amnesia : ketidakmampuan untuk mengingat kembali sebagian / keseluruhan dari pengalaman masa lalu, dapat berasal dari penyakit organik atau kondisi emosional 1. Anterograde : amnesia pada peristiwa yang terjadi setelah suatu titik waktu 2. Retrograde : amnesia pada peristiwa yang terjadi sebelum suatu titik waktu

II. 1. 2. 3.

4. 5. 6. 7. 8.

Paramnesia : daya ingat yang salah diakibatkan oleh distorsi dalam pengingatan kembali Fause reconnaissance : pengenalan yang salah Retrospective falsifation : ingatan menjadi tidak diharapkan (tidak disadari) terdistorsi saat disaring melalui kondisi emosi, kognitif dan pengalaman pasien pada saat ini Konfabulasi : pengisian ingatan yang kosong secara tidak disadari dengan khayalan dan pengalaman tidak benar (tidak terjadi) dimana pasien mempercayainya tetapi tidak ada bukti dalam kenyataan, lebih sering berhubungan dengan kelainan organik Dejavu : ilusi atau pengalaman secara visual dimana suatu situasi baru secara keliru dianggap sebagai pengulangan dari satu ingatan sebelumya Deja entendu : ilusi dari pengenalan auditoris Deja pense : ilusi dimana pemikiran yang baru dikenal sebagai pikiran yang sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan Jamais vu : perasaan yang salah dimana situasi yang sebenarnya pernah dialami oleh pasien dirasakan seperti tidak dikenali Memori/ingatan yang salah : ingatan yang dipercaya pasien sebagai suatu peristiwa yang sebenarnya tidak dikenali

3.

4.
5.

Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpanan dan pengingatan kembali Eidetic image : ingatan visual dari hampir semua hal yang tidak jelas Screen memory : ingatan yang secara sadar bisa ditoleransi untuk menutupi ingatan yang menyakitkan

6.

7.

8.

Represi : mekanisme pertahanan diri yang ditandai dengan melupakan secara tidak disadari terhadap gagasan2/ impuls2 yang tidak dapat diterima Lethologika : ketidakmampuan untuk mengingat suatu nama atau suatu kata yang terjadi sementara Black out : pengalaman amnesia pada pasien alkoholik tentang perilaku selama serangan (pada saat pasien minum), biasanya mengindikasikan bahwa telah terjadi kerusakan otak yang reversibel

B. Tingkat daya ingat 1. Segera (immediate) : pengingatan kembali/reproduksi dengan hal2 yang dirasakan dalam beberapa detik/menit 2. Baru saja (recent) : pengingatan kembali peristiwa2 yang terjadi setelah beberapa hari 3. Jauh (remote) : pengingatan kembali peristiwa2 yang telah lama terjadi

IV. INTELEGENSIA
Kemampuan untuk memahami, mengingat, menggerakan dan menyatukan secara konstruktif pelajaran2/ informasi yang telah diterima sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru

A. Retardasi mental : kurangnya inteligensia sampai derajat dimana terjadi gangguan dalam kemampuan sosial dan ketrampilan Ringan : 50/55 - 70 Sedang : 35/40 50/55 Berat : 20/25 35/40 Sangat berat : <20/25 Idiot : usia mental 3 tahun Imbesil : usia mental 3-7 tahun Moron : usia mental 8 tahun

B.

Demensia : penurunan fungsi intelektual secara organik atau keseluruhan tanpa disertai dengan kesadaran yang berkabut (penurunan kesadaran) 1. Diskalkulia (akalkulia) : hilangnya kemampan untuk berhitung, tidak disebabkan oleh ansietas atau gangguan konsentrasi 2. Disgrafia (agrafia) : hilangnya kemampuan untuk menulis dengan rapi/baik, hilangnya struktur/susunan kata2 3. Aleksia : hilangnya kemampuan untuk membaca yang sebelumnya sudah dimiliki; tidak disebabkan oleh gangguan ketajaman penglihatan C. Pseudodemensia : gambaran klinis menyerupai demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik, lebih sering disebabkan oleh depresi (sindrom demensia dari depresi) D. Berpikir kongkret : berpikir harafiah, penggunaan kiasan yang terbatas tanpa pemahaman terhadap perbedaan arti, pemikiran satu dimensional E. Berpikir abstrak : kemampuan untuk memahami perbedaan dari suatu arti, pemikiran yang multidimensional dengan kemampuan untuk menggunakan kiasan & hipotesis dengan tepat

IX. INSIGHT (TILIKAN)


Kemampuan seseorang untuk memahami penyebab yang sebenarnya & arti dari suatu situasi (seperti sekumpulan gejala) A. Tilikan intelektual : pemahaman tentang kenyataan objektif dari suat keadaan tanpa kemauan untuk menerapkan pemahaman tentang penggunaan cara2 yang diperlukan untuk mengatasi suatu situasi tertentu

B. Tilikan sesungguhnya : pemahaman tentang kenyataan objektif dari suatu keadaan, dipadukan dengan motivasi dan daya dorong emosional untuk mengatasi situasi. C. Tilikan yang terganggu : hilangnya kemampuan untuk memahami kenyataan objektif dari suatu situasi

X. PERTIMBANGAN (JUDGEMENT)
Kemampuan untuk menilai suatu situasi secara benar dan untuk bertindak secara tepat sesuai dengan situasi tersebut a. Pertimbangan kritis : kemampuan untuk menilai, membedakan & memilih diantara berbagai macam pilihan dari suatu situasi (keadaan) b. Pertimbangan otomatis : perbuataan / tindakan yang terjadi secara refleks c. Pertimbangan yang terganggu : hilangnya kemampuan untuk memahami suatu keadaan secara benar & untuk bertindak sesuai dengan keadaan tersebut.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai