Anda di halaman 1dari 20

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1 UMUM A. Persyaratan Umum I. Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi: a. Pengadaan dan Pemasangan IPA Kapasitas 2 x 20 ltr/det b. Pembangunan reservoar distribusi kapasitas 600 m3 c. Pembuatan site plan lokasi IPA dan reservoar termasuk bangunan rumah jaga, saluran drainase, jalan tapak dan lingkungan, serta pagar keliling site plan. d. Pengadaan dan pemasangan jaringan pipa distribusi utama dari lokasi IPA ke setiap IKK, termasuk kelengkapan-kelengkapannya. e. Pengadaan dan pemasangan jaringan pipa IKK termasuk kelengkapan-kelengkapannya. f. Pembuatan bangunan-bangunan pelintasan pipa dan crosing jalan. II. Spesifikasi bahan untuk pelaksanaaan pekerjaan adalah sebagai berikut: a. Pipa dan aksesories menggunakan pipa PVC Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan kls. S-12.5, atau kelas AW yang mampu menahan tekanan sampai 10 kg/cm 2 dan kelas medium untuk galvanis (GIP) b. Diameter pipa distribusi adalah pipa PVC 12" , 8, 6, 4", 3, dan 2 sesuai dengan yang tertera dalam gambar rencana. c. Intalasi Pengolahan Air (IPA) terbuat dari bahan Plat Baja Mild Steel Produk KS Class BKI Grade A dengan Ketebalan plat yang dipergunakan adalah 6 mm s/d 8 mm. d. Reservoar distribusi terbuat dari konstruksi beton bertulang dengan ketebalan dinding 20 cm dan dilapisi dengan water proofing, sehingga kedap air dan tidak mudah bocor. B. Persyaratan Khusus I. Kontraktor harus melaksanakan dan menyelesaikan: a. Pekerjaan pembangunan IPA kapasitas 2x20 ltr/det dan bangunan reservoar kapasitas tampung 600 m3 termasuk pembuatan bangunan rumah jaga, pembuatan pagar keliling, pekerjaan saluran / drainase, dan pekerjaan jalan setapak / lingkungan. b. Pengadaan dan pemasangan pipa distribusi dari lokasi IPA ke setiap IKK. c. Pengadaan dan pemasangan jaringan pipa distribusi di setiap Ibu Kota Kecamatan (IKK) d. Pembuatan jembatan-jembatan pelintas pipa dan crossing jalan. II. Kontraktor harus mempelajari brosur-brosur teknis atau pedoman teknis yang dikeluarkan oleh pabrik dari pipa, fitting dan perlengkapannya yang VI - 1

digunakan dalam pekerjaan ini, tentang syarat dan petunjuk pemasangan produk mereka. Penggunaan brosur dan pedoman teknis dari pabrik tersebut dari Kontraktor harus diketahui dan disetujui oleh Direksi. III. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak mencakup dalam syarat ini dapat dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan praktis yang berlaku di Indonesia dan harus disetujui oleh Direksi. IV. Trase atau jalur pemasangan pipa diberikan sesuai dengan gambar dan penjelasan pada peninjauan lapangan setelah rapat penjelasan pekerjaan. Penjelasan trase pipa pada peninjauan lapangan ini mengikat Kontraktor untuk pelaksanaaan pekerjaan dilapangan. Segala biaya yang timbul untuk ketentuan trase ini termasuk pematokannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 3 KELURUSAN DAN KERATAAN PEMASANGAN 1. Kewajiban Kontraktor. Kontraktor berkewajiban dan bertanggung jawab agar pipa-pipa berikut fitting dan perlengkapannya terpasang secara benar pada trase yang ditentukan, baik kelurusannya, kedalamannya maupun kemiringannya. Untuk maksud ini, jika dikehendaki oleh Direksi, Kontraktor harus mengukur pekerjaannya dari tolak ukur atau titik referensi tertentu atas biaya Kontraktor. 2. Penyimpangan karena bangunan lain Bilamana ada rintangan yang tidak terlihat didalam rencana dan temyata menghalangi pekejaan dan mengakibatkan perubahan pelaksanaan, maka Kontraktor harus mengadakan perubahan tersebut sesuai petunjuk Direksi. 3. Kerusakan akibat pekerjaan penggalian Pekerjaan penggalian harus dilakukan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga pekerjaan galian pada trase yang rapat. Bila terdapat kerusakan-kerusakan pada bangunan dan/atau instalasi bawah tanah yang ada sebagai akibat penggalian, Kontraktor harus memperbaiki kembali sesuai dengan keadaan semula . 4. Penyelidikan sarana-sarana di bawah tanah. Bilamana diperlukan untuk penyelidikan dan penggalian untuk menentukan bangunan dan/Instalasi bawah tanah yang ada, maka Kontraktor harus melaksanakan penyuntikan pendahuluan pada trase pipa yang akan digali atas petunjuk Direksi serta biayanya menjadi tanggung jawab Kontraktor. 5. Semua pipa dipasang pada kedalaman yang sesuai gambar rencana atau atas petunjuk Direksi. Pasal 4 PENGGALIAN DAN PERSIAPAN PARIT GALIAN
1.

Umum a. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pemasangan pipa dan VI - 2

2.

peralatannya serta bangunan pelengkap yang termasuk dalam pekerjaan ini. b. Pekerjaan galian dan pembuatan parit galian hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang layak, aman dan tepat untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan timbulnya bahaya bagi keselamatan manusia dankerusakan bangunan instalasi yang ada. Segala hal yang dilakukan oleh pekerjaan penggalian dan pembuatan parit galian, menjadi tanggung jawab Kontraktor. c. Pekerjaan penggalian dilaksanakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pipa dapat dipasang dengan posisi yang baik dan aman. Penggalian harus bertahap sesuai dengan perkiraan jumlah pipa yang dapat dipasang untuk setiap harinya dan mengikuti petunjuk Direksi. Pekerjaan penggalian tanah untuk parit pemasangan pipa harus segera diikuti dengan pelaksanaan pemasangan pipa dan perlengkapannya, serta diikuti pula dengan penimbunan/pengurugan kembali dengan segera. d. Parit galian yang masih terbuka harus dijaga sehingga efisiensi pekerjaan dan keselamatan pekerjaan serta masyarakat umum dapat terjamin. e. Bila dijumpai adanya sarana-sarana atau instalasi diatas permukaan tanah atau dibawah tanah, maka harus diadakan pengamanan terhadapnya agar tidak terjadi kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan Kontraktor. Perbaikan atas kerusakan yang terjadi sebagai akibat pekerjaan penggalian menjadi tanggung jawab Kontraktor. Lebar dan kedalaman parit galian a. Lebar galian dan kedalaman minimum untuk pemasangan pipa berikut perlengkapan serta bangunan-bangunan yang nyata-nyata termasuk dalam pekerjaan ini harus dibuat sesuai dengan gambar kerja (gambar situasi profil memanjang, profil melintang dan gambar-gambar potongan). b. Patokan/pedoman yang dipakai untuk dalam galian adalah diukur dari atas pipa sampai permukaan jalan/tanah asal, ditambah diameter luar pipa dan lapisan dibawah pipa. Pasal 5 PEMASANGAN PIPA

1.

Umum a. Pipa, fitting dan perlengkapan yang akan dipasang adalah medium B dan memenuhi Standar Industri Indonesia (SII) dimana biaya pengadaan/pemasangan menjadi tanggung jawab Kontraktor pelaksana, berdasarkan dalam Rencana Anggaran Biaya. b. Cara-cara pengangkutan, penyambungan dari pipa-pipa dan ketentuan-ketentuan teknis cara pemasangan akan diberikan petunjuk oleh Direksi. c. Pipa dan perlengkapan yang telah diadakan oleh Kontraktor untuk dilaksanakan pemasangannya harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang atau rusak. Kerusakan atau hilang, hanus diganti sesuai dengan kualitas/bentuk aslinya dan biaya yang ditimbulkan akibat penggantian VI - 3

tersebut menjadi tanggungan Kontraktor. d. Sebelum dan sesudah dipasang, pipa-pipa dan perlengkapan pipa harus dijaga kebersihannya dan diperiksa lagi atas kerusakan dan retak-retak. 2. Pembongkaran sepanjang jalur parit galian. Pipa dibongkar sedekat mungkin dengan parit galian dan diletakkan setiap interval panjang pipa sehingga memudahkan penurunan pipa kedalam parit. Untuk pipa dengan sambungan kopling, pada sebuah ujung pipa dapat dipasang koplingnya. 3. Menurunkan pipa kedalam parit galian. a. Pipa yang akan dipasang, diturunkan kedalam parit galian dengan alat-alat khusus yang disediakan oleh Kontraktor. Semua pipa, fitting dan perlengkapannya harus diturunkan dengan hati-hati kedalam parit galian secara satu persatu dengan tangan, derek, tali-tali atau alat-alat lain yang sesuai untuk menghindari dari kerusakan. Tali yang digunakan harus bersifat lemas dan tidak boleh menggunakan sling baja atau rantai, karena dapat menusak dan menggores pipa. Bila Kontraktor menggunakan kait untuk mengangkat dan menurunkan pipa, maka ujung kait ini harus dilindungi karet, agar kerusakan pada ujung-ujung kait serta ujung-ujung pipa dan dinding bagian dalam pada pipa baja dapat dihindari. b. Bila terjadi kerusakan pada pipa dan perlengkapannya akibat kelalaian kantraktor, kortraktor harus mengganti pipa-pipa yang rusak atau memperbaiki kembali (bila masih dapat diperbaiki) seperti semula dengan persetujuan Direksi. c. Semua penurunan pipa-pipa utama, pipa fiberglass, dan pipa semen, harus dihindari terbantingnya atau terbenturnya pipa, karena dapat menimbulkan pecah atau retak-retak pada pipa atau kerusakan pada ujung pipa yang akan menyulitkan pemasangan sambungannya. 4. Pemeriksaan sebelum pemasangan Semua pipa dan perlengkapan pipa yang akan di pasang serta alat-alat bantu untuk pemasangan tersebut harus diperiksa dengan cermat dan hati-hati sesaat sebelum pipa-pipa/perlengkapan pipa tersebut diturunkan pada lokasi yang sebenarnya, Bila ada ujung pipa terdapat bengkokan-bengkokan, maka hal tersebut harus dihindarkan, atau ujung pipa yang bengkok harus dipotong sesuai dengan petunjuk-petunjuk Direksi. Pipa atau fitting yang rusak harus dipisahkan untuk diperiksa oleh Direksi. 5. Pembersihan pipa dan perlengkapannya Semua pipa yang akan dipasang harus bebas dari segala macam jenis kotoran. Bagian luar ujung pipa, kopling dan semua bagian sambungan yang akan dipasang harus dicuci terlebih dahulu sampai bersih sehingga diperoleh sambungan pipa yang stabil dan baik. Cincin karet ini harus disimpan ditempat yang terlindungi dari sinar matahari dan hanya dibawa ke lapangan bila akan dipasang. 6. Pemasangan pipa. a. Pada pipa-pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai VI - 4

b.

c.

b. c.

d.

e.

kemasukan segala macam kotoran umpamanya bekas puing-puing/batu, alat-alat, bekas pakaian dan Iain-Iain kotoran yang dapat mengganggu kebersihan dan kelancaran air di dalam pipa. Setiap pipa yang sudah dimasukkan kedalam parit galian harus langsung dipasang dan distel sambungannya dan kemudian diurug dengan bahan-bahan yang disetujui Direksi serta dipadatkan. Bila dianggap perlu oleh Direksi, pengurungan pada tempat sambungan pipa harus diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh Direksi. Setelah diperiksa dan disetujui oleh Direksi baru diperbolehkan untuk diurug. Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangan, berhenti, harus ditutup sehingga kotoran ataupun air buangan tidak masuk kedalam pipa. Cara-cara penutupan pada ujung pipa tersebut harus disetujui Direksi. Tikungan/belokan (vertikal/horizontal) tanpa elbow/bend dilaksanakan sedemikian rupa sehingga sudut sambungan antara dua pipa tidak boleh lebih besar dari yang diizinkan olet pabrik pipa yang bersangkutan, untuk itu akan diberikan petunjuk lebih lanjut oleh Direksi. Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan) harus dilaksanakan dengan penyambungan bend/elbow yang sesuai, begitu pula untuk percabangan harus dengan tee atau tee cross (sesuai kebutuhannya). Membengkokkan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak diperbolehkan (secara mekanis maupun dengan cara pemanasan) tanpa persetujuan Direksi.

Pasal 6 PENYAMBUNGAN PIPA


1.

2.

Umum a. Penyambungan pipa-pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk penyambungan pipa dari pabrik pembuat pipa dan atau berdasarkan petunjuk-petunjuk dari Direksi. b. Penyambungan pipa yang akan dilaksanakan adalah pemasangan Pipa Polyvinil Chloride (PVC) dan pipa Galvanis sesuai gambar/spesifikasi teknis. Sambungan solvent cement (PVC) a. Bersihkan bagian pipa atau socket yang akan dipasang. b. Agar pemasangan tepat, beri tanda pada pipa sepanjang didalamnya socket. c. Oleskan lem secukupnya pada bagian dari socket dan kemudian oleskan lem pada pipa yang akan disambung sampai dengan tanda seperti yang dijelaskan pada butir (b). d. Masukkan pipa kedalam socket (bila diperlukan alat penarik) dan diamkan selama 1 menit (baru alat penarik dilepas). e. Bila perlu dillakukan pemotongan pipa, pemotongan harus tegak lurus pada poros pipa dan ujungnya diserongkan dengan kikir/gerinda. VI - 5

3.

4.

Sambungan flanges a. Setelah flages pipa sudah bersih permukaannya, kemudian dipasang dan dibaut dengan putaran secukupnya. b. Baut-baut harus diputar dengan kunci-kunci yang sesuai sehingga dapat menjamin kesamarataan baut-baut pipa dengan kedudukan flanges pipa, sehiggga terdapat tekanan yang sama pada seluruh permukaan dari flanges. c. Sebelum baut dipasang, semua baut dan mur harus diberi gemuk dengan sempurna. Jenis sambungan accesories a. Sebelum pipa disambung, bagian luar ujung spigot, dan bagian dalam dari socket harus bersih dari segala macam jenis kotoran, disikat dan dibersihkan dengan air. b. Kemudian cincin karet pipa dimasukan kedalam spigot pipa dan gland distel sedemikian rupa kedalam socket pipa dan kemudian dibaut c. Pelaksanaan pembuatan pada sambungan pipa harus betul-betul menjalani kesempurnaan dengan memasukkan cincin karet secara tepat dan benar didalam socket, sehingga tidak akan memungkinkan timbulnya kebocoran - kebocoran air pada sambungan pipa. d. Semua baut diskrup dan diputar dengan alat sampai putaran tertentu, untuk semua pipa yang sudah tersambung dan dibaut, Kontraktor harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari Direksi lapangan untuk diperiksa dan disetujui, kemudian pelaksanaan pengurungan kembali pada tiap-tiap sambungan baru dapat dilaksanakan. e. Bila diinginkan jalur pipa yang agak melengkung, maka defleksi yang diizinkan untuk tiap-tiap sambungan harus disetujui Direksi. Bila dianggap perlu oleh Direksi, pengurungan pada tempat sambungan-sambungan pipa harus diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh Direksi. Setelah diperiksa dan disetujui oleh Direksi baru diperbolehkan untuk diurug. f. Semua ujung pipa yang terakhir pada saat pemasangan berhenti, harus ditutup sehingga kotoran ataupun air buangan tidak masuk kedalam pipa. g. Cara-cara penutupan pada ujung pipa tersebut harus disetujui Direksi. h. Tikungan/belokan (vertikal/horizontal) tanpa elbow/bend dilaksanakan sedemikian rupa sehingga sudut sambungan antara dua pipa tidak boleh lebih besar dari yang diizinkan oleh pabrik pipa yang bersangkutan, untuk itu akan diberikan petunjuk lebih lanjut oleh Direksi. i. Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan) harus dilaksanakan dengan penyambungan bend/elbow yang sesuai, begitu pula untuk percabangan harus dengan lee atau tee cross (sesuai kebutuhannya). j. Membengkokkan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak diperbolehkan (secara mekanis maupun dengan cara pemanasan) tanpa persetujuan Direksi.

VI - 6

Pasal 7 PEMASANGAN EXPANSION DAN FLEXIBLE JOINT 1. Setiap pemasangan expantion dan flexible Joint harus dipasang pada ketinggian yang tepat. 2. Sebelum dipasang, ujung-ujung flanges ataupun ujung coupling dari sambungan terlebih dahulu harus dibersihkan. Pasal 8 PEMASANGAN VALVE
1.

2.

Tempat Pemasangan Lokasi pemasangan valve dan valve box sesuai dengan gambar atau sesuai petunjuk Direksi. Surface Valve Box Surface valve box tidak boleh meneruskan goncangan atau tekanan, kepada valve jadi pemasangan harus tepat dan lurus diatas valve. Penutup dari box tingginya harus sama dengan permukaan jalan aspal/tanah yang ada, atau memenuhi level dan ketinggian yang ditentukan oleh Direksi. Pasal 9 PERLINTASAN PIPA

Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan jalan raya dan sungai, yang terlihat dalam gambar. Kontraktor hendakrya mendapatkan izin-izin yang diperlukan untuk membuat bangunan perlintasan dan biaya yang timbul untuk itu menjadi tanggung jawab Kontraktor, berdasarkan dalam Rencana Anggaran Biaya. 1. Perlintasan sungai a. Untuk pipa-pipa yang melintasi kali/sungai, bila mengizinkan, pipa-pipa digantungkan pada jembatan yang ada dengan konstruksi yang sederhana, yaitu dengan memakai gantungan dari besi plat yang dikuatkan pada gelagar jembatan. b. Apabila tidak memungkinkan digantung pada jembatan yang ada, harus diadakan konstruksi alternatif seperti pipa yang dibenamkan pada dasar sungai dengan menggunakan pemberat beton (campuran 1:2:3). Pasal 10 PENGURUGAN 1. Pengurungan kembali bekas galian harus dilakukan tidak langsung kebagian pipa atau struktur. 2. Urungan baru dapat dilaksanakan, setelah pemasangan pipa selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi. 3. Bahan urugan tidak boleh mengandung benda-benda organis, seperti rumput-rumputan, akar-akar pohon dan lain sebagainya dan tidak merupakan VI - 7

4.

5.

6.

7.

8.

9.

bahan yang melar (non expansive), serta tidak mengandung benda keras/batu dengan diameter lebih besar dari 2 cm. Semua pasir yang digunakan sebagai bahan urungan harus pasir alam yang komposisinya baik, tidak bergumpal-gumpal, bebas dari bara, abu, sampah atau bahan lainnya dan harus mendapat persetujuan Direksi. Urugan pasir ini harus dipadatkan dengan cara memberi air atau dipadatkan dengan stemper pada tiap lapisan pasir. Urugan tanah untuk pipa tiap-tiap pekerjaan harus dikerjakan selapis demi selapis yang tiap lapis dipadatkan dan tanah urug yang digunakan harus bersih dari kotoran-kotoran organik dan Iain-Iain sebagainya. Tiap lapisan urugan maksimum 30cm. Pemasangan pipa pada jalan dan tempat-tempat yang diperkirakan akan mendapat beban luar yang besar diberi alas balas pasir pipa yang merata, urugan pasir ini kemudian dipadatkan. Untuk pemasangan pipa pada jalan yang tidak mendapat beban luar yang besar tidak diberi alas balas pasir pada pipa, sesuai dengan gambar rencana. Pada bagian samping dan atas pipa/sambungan pipa/fitting harus diurug dengan pasir yang dipadatkan lapis demi lapis. Setiap lapisan urugan pasir tidak lebih dari 20 cm dan tebal urugan pasir sesuai dengan gambar. Pengurungan lapisan tanah dilakukan lapis demi lapis sampai kepermukaan yang direncanakan. Ketebalan tiap lapis tidak kurang dari 30 cm. Urugan tanah untuk pemasangan pipa baru dilaksanakan setelah pengurungan pasir keliling pipa yang dipasang telah disetujui Direksi. Pengurungan tidak boleh dilakukan pada tempat-tempat sambungan pipa, sambungan fitting dan tempat-tempat lain yang ditentukan Direksi sebelum pengujian pemasangan. Bila sebelum pengujian pipa, ada bagian-bagian yang harus diurug untuk kepentingan lalu lintas ataupun untuk keperluan lain, Kontraktor harus melaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi. Pasal 11 PERBAIKAN KEMBALI

Kontraktor berkewajiban serta bertanggung jawab untuk perbaikan kembali seperti keadaan/konstruksi semula (sebelum pemasangan pipa) dengan konstruksi dan kualitas yang minimal harus sama, untuk semua bangunan dan konstruksi lainnya yang rusak akibat pelaksanaan pakerjaan ini harus diperbaiki kembali sesuai petunjuk Direksi, yang biaya pelaksanaannya sebagaimana yang ada tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya. Pasal 12 PENGETESAN PIPA
1.

Umum a. Bila dianggap perlu oleh Direksi, pipa yang telah dipasang harus dites/diuji pada setiap sambungannya untuk diketahui apakah penyambungan pipa sudah dilakukan dengan sempurna. VI - 8

2.

3.

b. Pengetesan pipa dilaksanakan harus dengan sepengetahuan dan disaksikan oleh Direksi. Pengetesan ulang harus dilaksanakan kembali bila hasil pengetesan belum mendapat persetujuan Direksi. Segala biaya untuk pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor. c. Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari panjang pipa dengan panjang pipa untuk tiap kali pengetesan harus dalam batas toleransi yang dlizinkan (sesuai petunjuk Direksi). d. Pengetesan pipa harus dilakukan dengan tekanan minimal yang diisyaratkan dan dalam batas waktu toleransi pengujian telah dipenuhi bahwa tekanan tidak berubah atau turun, maka pengetesan dinyatakan berhasil dan dapat diterima. e. Pengetesan untuk pipa jenis PVC dengan sambungan "solvent cement" baru boleh dilakukan paling cepat 24 jam setelah penyambungan pipa yang terakhir untuk bagian pipa yang akan ditest. Hydrostatic Pressure Test a. Umum Bila dianggap perlu oleh Direksi, setelah pipa dipasang dan sebagian telah diurug, pada pipa tersebut harus dilakukan pengujian tekanan hidrostatis (Hydrostatic Pressure Test). Semua peralatan yang dipadukan untuk pengujian ini disediakan oleh Kontraktor. Cara-cara pelaksanaan pengujian harus mendapat persetujuan atau petunjuk dari Direksi. b. Pelaksanaan Pengujian Sebelum dilaksanakan pengujian, semua udara harus dikeluarkan dari dalam pipa dengan cara mengisi pipa dengan air sampai penuh. Bila pada jalur pipa yang diuji tidak terdapat katup pembuangan udara (air valve), Kontraktor dapat memasang kran pembuangan udara pada tempat yang disetujui Direksi. Setelah udara terbuang dari dalam pipa, kran pembuang udara ditutup rapat-rapat dan kemudian pengujian dapat dilakukan. Saat dilaksanakan pengujian, semua kran-kran harus dalam keadaan tertutup. Lama pengujian dilaksanakan minimum 60 menit. c. Hasil Pengujian Pada waktu pengujian, semua sambungan pipa, fitting maupun perlengkapan lainnya harus diuji/ditest dan diteliti apakah pemasangan pipa tersebut tidak bocor. Bila kelihatan ada kebocoran-kebocoran pada sambungan-sambungan tersebut harus diperbaiki sehingga tidak terdapat kebocoran pada tempat sambungan tersebut. Bila ada pipa-pipa, sambungan pipa, fitting dan perlengkapan pipa lainnya, yang retak ataupun rusak pada waktu pengujian tersebut, maka pipa sambungan pipa, fitting dan perlengkapan tersebut harus diganti dengan yang baru dan pengetesan pipa harus diulang kembali. Pengujian Kebocoran (Leakage Test) a. Pengujian kebocoran dilaksanakan setelah pengujian tekanan hidrotatis selesai dilaksanakan dan disetujui Direksi. VI - 9

b. Kontraktor harus mempersiapkan semua peralatan-peralatan yanq diperlukan untuk melaksanakan pengujian kebocoran. c. Lamanya pengujian untuk tiap-tiap kali pengujian adalah 2 jam dan selama pengujian, pipa-pipa harus tetap menunjukkan tekanan normal 4 kg/cm2. d. Hasil pengujian dianggap baik dan akan disetujui Direksi bila memenuhi standar pengujian kebocoran untuk tekanan 4 kg/cm2. e. Bila hasil pengujian tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan, Kontraktor dengan biaya sendiri harus memperbaiki kebocoran-kebocoran pada sambungan-sambungan pipa sampai hasil pengujian kebocoran memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Pasal 13 PENGURASAN PIPA Kontraktor harus mencuci semua pipa yang sudah selesai dipasang. Air yang dipakai untuk mencuci pipa tersebut adalah air bersih (potable) yang disetujui Direksi. Pengurasan dilakukan mulai dari hulu pipa yang sudah dipasang dan dibuang kesaluran-saluran drainase, secara berangsur-angsur segala kotoran kotoran yang ada didalam pipa dibersihkan. Pasal 14 PENGECATAN a. Semua pipa baja yang terbuka terhadap udara, harus diberi dua lapisan cat dasar setelah permukaan pipa terlebih dahulu dibersihkan dan sudah kering. b. Semua bagian-bagian besi baja yang terdapat pada jembatan pipa seperti pipe support, klem pipa, anchor dan Iain-Iain harus pula diberi cat. c. Semua sambungan pipa baja yang dilas, setelah selesai dilas bagian lapisan dalam dan luar harus diperbaiki kembali. Bagian pipa yang sudah diperbaiki tersebut, harus dicat dasar anti karat synchromate setara produksi ICI minimum 2 lapis dan dicat dengan cat besi tahan karat minimum 2 lapis. Kontraktor harus memberikan perincian lebih besar pada pengaruh pengkaratan terhadap pipa baja, terutama untuk pipa baja yang dipasang di daerah pantai atau sungai dan rawa-rawa pasang surut. Pasal 15 PEKERJAAN BETON
1.

Umum a. Lingkup Pekerjaan Kontraktor harus menyediakan semua bahan untuk pekerjaan beton dan harus membuat bekisting, mengaduk beton, mengecor beton, memelihara, memperbaiki, menyelesaikan dan mengerjakan semua pekerjaan tambahan dari seluruh pekejaan beton. b. Standar Pekerjaan VI - 10

2.

3.

Semua bahan dan konstruksi, jika tidak diberi catatan khusus, harus memenuhi standar yang umum dipakai di Indonesia, jika persyaratan tersebut diatas tidak dapat dipenuhi, maka konstruksi harus disesuaikan dengan standar yang disetujui Direksi. Perbandingan Adukan a. Umum Adukan beton terdiri dari bahan semen, pasir, koral dan air, serta bahan pembantu (admixture),. Kualitas bahan tersebut harus memenuhi syarat yang ditentukan, secara umum, adukan beton harus direncanakan untuk menghasilkan beton yang sedemikian rupa, sehingga diperoleh kepadatan maksimum dan penyusutan minimum, jika perlu, perbandingan adukan dapat dirubah sesuai dengan pendapat Direksi. Dalam membuat campuran beton, jumlah semen dan agregat akan diukur menurut berat, kecuali beberapa hal khusus dengan persetujuan Direksi, pengukuran material dengan volume, akan dipakai untuk bangunan-bangunan struktural yang kecil, semua volume dan berat agregat, semen dan air harus ditakar dengan seksama. Bilamana proporsi-proporsi yang disyaratkan tidak dilaksanakan Kontraktor, maka kontruksi beton yang sudah dicor akan tolak untuk segera disingkirkan b. Perbandingan air dan semen (PC) dan kekuatan tekan perbandingan maksimum air dan semen (PC) adalah 55 liter air per 100 kg semen. c. Jika memang dianggap perlu untuk mencapai kekuatan yang dikehendaki, Direksi berhak memerintahkan untuk menambahkan jumlah PC. d. Penambahan semen jika diperintahkan harus disediakan oleh Kontraktor tanpa tambahan biaya. Mutu Bahan a. Portland cement (PC) Semua merek PC yang digunakan harus Portland Cement merek standart, yang telah disetujui oleh lembaga yang berwenang dan memenuhi persyaratan Portland Cement Was 1-2475 (PBI-1971 NI-2). Seluruh pekerjaan harus menggunakan satu merek PC. PC harus disimpan secara baik, dihindarkan dari kelembaban sampai tiba saatnya untuk dipakai. PC yang menggumpal atau membatu tidak boleh digunakan. PC harus disimpan sedemikian rupa, sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil contohnya. b. Koral dan pasir Koral dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak mengandung bahan yang merusak bentuk dalam jumlah yang cukup banyak yang akan memperlemah kekuatan beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya terhadap karat dan baja tulangan. Koral harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada pasal 3 PBI-1971 NI-2. c. Air Air yang dipakai untuk pekerjaan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan yang lain yang merusak beton/baja tulangan yang akan mempegaruhi daya lekat semen. Air yang dipakai, terlebih dahulu harus mendapat VI - 11

4.

5.

persetujuan Direksi. d. Bahan tambahan (admixture) Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan pengerasan ataupun untuk maksud-maksud lain, dapat dipakai bahan-bahan pembantu/tambahan. Biaya penambahan bahan pembantu ditanggung oleh Kontraktor. Bahan pembantu yang digunakan harus berkualitas baik dan disetujui penggunaannya oleh Direksi dan harus sesuai dengan "BAHAN PEMBANTU" (pasal 3 PBI -1971 NI-2). Jumlah penggunaan PC dalam adukan adalah tetap dan tidak tergantung ada atau tidaknya penggunaan bahan pembantu dan cara pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik. Kekentalan Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup, waktu pengadukan beton harus diambil tetap dan normal, sehingga menghasilkan beton yang homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah satu sama lain. Pemadatan dilakukan dengan vibrator untuk mendapatkan beton yang padat, cukup kedap dan licin permukaannya. Jumlah air dapat diubah sesuai keperluan dengan melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban dari bahan adukan (pasir, koral) untuk mempertahankan hasil yang homogen dan kekentalan yang dikehendaki. Kekentalan adukan beton harus ditetapkan menurut percobaan "Method of Slump Test For Concerete" (JLS A 1101 1950) atau "Percobaan Slump Test of Portland Cement Concrete" (PBI, 1971 NI-2). Slump yang dipakai akan ditetapkan oleh Direksi untuk setiap jenis pekerjaan. Persiapan Pengecoran Beton a. Umum Kecuali untuk thrust block tumbuk, maka sebelum pekerjaan beton dimulai, sebelum 24 jam Kontraktor harus membuat laporan tertulis kepada Direksi mengenai rencana pengecoran. b. Persiapan pengecoran. Beton tidak boleh dicor, bila seluruh pekerjaan bekisting dan pekejaan instalasi tiap bagian selesai dipasang dan persiapan seluruh permukaan tempat pengecoran belum disetujui Direksi. Seluruh permukaan bekisting dan bagian instalasi yang akan ditanam di dalam beton yan tertutup dengan kerak beton bekas pengecoran yang lalu, harus dibersihkan terhadap seluruh kerak beton tersebut, sebelum beton disekelilingnya atau beton yang berdekatan dicor. c. Penyingkiran air. Beton tidak boleh dicor kedalam setiap struktur, sebelum semua air yang memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-baiknya, atau telah disalurkan dengan pipa atau alat lain. Beton tidak boleh di cor didalam air tanpa persetujuan dari Direksi. Kontraktor juga tidak dibenarkan tanpa seizin Direksi membiarkan air mengalir diatas beton sebelum beton cukup umurnya dan mencapai pengerasan awal. Air tidal boleh mengalir melalui permukaan beton yang baru dicor dengan kecepatan sedemikian rupa, sehingga akan merusak penyelesaian VI - 12

6.

7.

permukaan beton. Jika perlu, pemompaan air atau pekerjaan pengeringan air tanah harus mendapat persetujuan Direksi. Pencampuran beton. a. Sebelum pembuatan beton dimulai, semua alat-alat pengaduk dan pengangkut beton harus sudah bersih, dan tulangan terpasang sudah sesuai gambar-gambar, persyaratan persyaratan dalam penulangan dan telah disetujui oleh Direksi. b. Semen, pasir dan koral harus dicampur sedemikian rupa dan jumlah air yang ditambahkan harus menghasilkan adukan yang homogen dan kekentalan yang merata. Kotoran dan benda lain yang tidak dlinginkan harus dibuang. c. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi terus menerus oleh pengawas yang ahli dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran beton baru. d. Bersama slump dijadikan petunjuk apakah jumlah air pencampuran yang dimasukkan kedalam drum pengaduk adalah cukup tepat atau perlu koreksi, dalam hubungannya dengan faktor air semen yang digunakan. e. Pengadukan ditiap molen harus secara terus manerus dan waktu pengadukan tergantung dari kapasitas drum pengadukan dan banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dan aggregat yang dipakai dan slump dari betonnya, akan tetapi tidak kurang dari 15 menit sesudah bahan termasuk air berada didalam molen, selama itu molen harus terus berputar pada kecepatan yang akan menghasilkan kekentalan adukan yang merata pada akhir waktu pengadukan. f. Setelah selesai pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan susunan dan warna yang merata, apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimum, misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian jumlah air pencampuran atau sudah mengeras sebagian atau yang tercampur dengan bahan asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan. g. Beton atau lapisan aduk yang telah mengeras tidak diizinkan terkumpul pada permukaan dalam molen. Dilarang mencampur kembali dengan menambah air kedalam adukan beton yang sebagian telah mengeras. Pelaksanaan pengecoran a. Pengangkutan dan pengecoran Adukan beton yang tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan atau mutunya rendah menurut keputusan Direksi, harus disingkirkan dan dipindahkan dengan biaya Kontraktor. Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan Direksi. Apabila pengecoran beton akan dilakukan dan diterusakan pada hari-hari berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus disetujui oleh Direksi. Beton tidak boleh dicor, bilamana keadaan cuaca buruk, panas yang dapat menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik. VI - 13

Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak terjadi pemisahan dan kehilangan bahan-bahan. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang belum dicor. b. Pengecoran beton pada waktu cuaca panas. Kontraktor harus mengadakan pengeringan cepat dan adukan beton yang baru dicor. Bila suhu disekeliling dalam bekisting lebih dari 32C suhu adukan beton yang dicor tidak boleh melebihi 32C. Adukan beton yang baru dicor harus diberi pelindung terhadap panas matahari secepat mungkin setelah pengecoran dan segera setelah permukaan beton yang baru sudah cukup mengeras. 8. Pemadatan dan penggetaran a. Pada waktu adukan beton dicor kedalam bekisting atau lubang galian, tempat tersebut harus telah padat betul dan tetap, tidak ada penurunan lagi. Adukan beton tersebut harus memasuki semua sudut, melalui celah pembesian tidak tejadi sarang koral dan selama pengecoran kelebihan air pada permukaan beton harus sedikit. b. Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sebaik-baiknya dengan alat pengetar atau vibrator (beton triller), pemadatan dengan tongkat atau jika perlu dengan tangan untuk menyakinkan tidak terjadinya cacat beton seperti keropos, adanya kantong udara dan sarang koral dibawah water stop, yang akan memperlemah kekuatan beton. c. Bagian dalam dinding beton harus digetarkan dengan vibrator (triller) dan pada waktu yang sama bekistingnya diketuk sampai adukan beton betul-betul mengisi penuh bekisting tersebut atau lubang galian dan menutupi seluruh permukaan bekisting. d. Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya tidak dikerjakan secara seksama. e. Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis, Direksi dapat menganjurkan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator (triller). 9. Pengecoran beton Beton yang telah selesai dicetak harus dijaga agar tetap basah selama sekurang-kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiraman menutup dengan karung goni yang dibasahi atau dengan cara lain yang dibenarkan. 10. Perawatan beton a. Kontraktor harus menlindungi semua beton terhadap kerusakan akibat panas yang berlebihan, kurangnya pembasahan, tegangan yang berlebihan atau hal lain sampai saat penyerahan pekerjaan oleh Kontraktor. b. Perhatian khusus perlu diberikan untuk menjaga agar beton tidak sampai mengering dan menghindarkan permukaan beton menjadi kasar atau rusak. c. Bila karena satu dan lain hal hasil pengecoran tidak sesuai dengan yang diisyaratkan, maka Kontraktor harus memperbaiki atau membongkar dan VI - 14

mengganti beton tersebut.


11. Penyelesaian permukaan beton a. Penyelesaian permukaan

b.

Semua permukaan atau permukaan yang dicetak harus dikerjakan secara cermat sesuai dengan bentuk, garis, kemiringan dan potongan sebagaimana tercantum dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi. Segera setelah cetakan dilepaskan, semua permukaan "exposed" (terbuka) harus diperiksa secara teliti, bagian yang tidak rata harus segera dibuang atau ditutup dengan cara yang memuaskan agar diperoleh suatu permukaan yang licin, seragam dan merata. Perbaikan hanya boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari Direksi, pekerjaan perbaikan tersebut harus betul-betul mengikuti petunjuk Direksi. Semua perbaikan dan penggantian sebagaimana diuraikan disini harus dilaksanakan secepatnya oleh Kontraktor atas biaya sendiri. Pasal 16 PEKERJAAN PEMBESIAN

1.

2.

3.

Umum a. Ruang lingkup. Kontraktor harus menyiapkan, membengkokkan dan memasang pembesian sesuai dengan yang tercantum didalam dan apa yang dijelaskan didalam spesifikasi teknik. Dalam pekerjaan pembesian termasuk semua pemasangan kawat beton, kaki ayam untuk penyanggah, beton decking dan segala hal yang perlu serta juga menghasilkan pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan. b. Gambar kerja Sebelum pekerjaan pembengkokkan besi beton, Kontraktor harus terlebih dahulu menyiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar pembengkokan besi dan menyerahkan pada Direksi untuk disetujui. Kontraktor bertanggung Jawab sepenuhnya akan ketelitian ukuran, dan akan diperiksa dilapangan oleh Direksi proyek pada waktu pemasangan pembesian. c. Standar Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan peraturan pemerintah atau standart PBI1971 NI-2 atau yang disetujui Direksi. Besi beton Besi beton polos yang dipakai adalah besi beton dengan tegangan lelen 2.400 kg/cm2 dan tertera dalam gambar (U.24). Besi beton yang tersebut diatas haruslah memenuhi syarat PBI 1971 NI-2. Pembengkokan besi beton Pekerjaan pembengkokan besi harus dilaksanakan dengan diteliti sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar. Harus diperhatikan khusus pada pembuatan beugel sehingga diperoleh ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar dari beton decking yang semestinya. Besi beton tidak boleh dibengkokan atau diluruskan sedemikian rupa, sehingga rusak atau cacat, dan tidak VI - 15

diperbolehkan membengkokan, besi beton dengan cara pemanasan. Pembengkokan dilakukan dengan cara melingkari sebuah pasak dengan diameter tidak kurang dari 5 kali diameter besi beton, kecuali besi beton yang lebih besar dari 25 mm, pasak yang digunakan harus tidak kurang dari 8 kali diameter besi beton, kecuali bila ditentukan lain. Semua pembesian harus mempunyai hak pada kedua ujungnya bilamana tidak ditentukan lain.
4.

Pemasangan besi beton V. Pembersihan Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam, karatan dan lapisan yang dapat merusak atau mengurangi daya ikat. Bila pengecoran beton ditunda besi beton harus diperiksa kembali dan dibersihkan. b. Pemasangan Pembesian harus distel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat dengan kawat beton atau jepitan yang sesuai. Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel pada bekisting, sehingga diperoleh beton decking yang ditentukan. c. Beton decking Bilamana tidak ditentukan lain gambar, maka penulangan harus dipasang dengan celah untuk beton decking sebagal berikut: Beton yang dicor pada tanah 8cm. Semua bidang yang kena air atau tanah 5cm. Bagian atas plat bawah saluran yang tertutup, dan kolom yang tidak kena tanah atau air dengan celah 4cm. Bidang yang terkena udara dan semua bidang interior dengan celah 2,5cm. Untuk menjaga Jarak yang tepat antara besi dan permukaan beton, blok dari adukan 1:2 berukuran 5cm yang dikaitkan pada penulangan, dengan ketebalan disesuaikan dengan peruntukannya. d. Sambungan Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan overlap minimum 40 kali diameter besi beton. Panjang overlap penyambungan untuk diameter yang berbeda harus didasarkan pada diameter yang besar. e. Pengangkuran dinding Pada semua sambungan pengangkuran vertikal dari kolom dengan dinding, Kontraktor harus memberi batang tulangan dari baja lunak yang diameternya 8mm sepanjang 50cm dibengkokan, ujung yang satunya lagi yang panjangnya 35cm dibiarkan menjorok untuk dimasukkan kedalam sambungan dinding tembok. Angkur-angkuer Ini harus ditempatkan dengan jarak 50cm, 150cm dan seterusnya, diukur dari atas sloof pondasi beton bertulang.

VI - 16

Pasal 17 BEKISTING i. Umum Bekisting atau cetakan harus digunakan bila diperlukan untuk membatasi adukan beton dan membentuk adukan menurut garis dan permukaan yang diinginkan. Bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas seperti yahg ditujukkan dalam gambar konstruksi. Bahan Semua bahan untuk bekisting harus bahan baru, dikeringkan secara baik dan bebas dari mata kayu yang lepas, selah kotoran yang melekat dan sejenis lainnya, kecuali bila ada cara lain yang dibenarkan Direksi. Untuk bahan-bahan yang kurang/tidak memenuhi syarat tidak boleh dipakai dan harus dipindahkan dari lokasi pakerjaan. Persyaratan bekisting Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas perencanaan yang memadai untuk seluruh bekisting yang menurut Direksi membahayakan atau tidak memadai, maka bekisting tersebut ditolak Direksi, maka Kontraktor harus membongkar dan memindahkan bekisting yang ditolak itu dari pekerjaan dan menggantikan dengan biaya Kontraktor. a. Toleransi Toleransi yang diizikan adalah kurang lebih 3mm untuk garis permukaan dan setelah penyetelan bekisting yang harus demikian kuat dan kaku terhadap beban adukan beton yang masih basah dan getaran, terhadap beban konstruksi dan angin, bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui oleh Direksi. b. Kedap Air Bekisting harus cukup kedap air, sehingga tidak akan timbul sirip atau adukan keluar/kebocoran pada sambungan atau cairan dari beton. c. Pinggiran Semua sudut luar pekerjaan beton harus diberi pinggiran 20x20cm atau lebih besar, kecuali pekerjaan arsitektur yang tidak ditimbun dalam tanah secara permanen. d. Penanaman Pipa dan Lain-lain Pipa, saluran dan lainnya, serta perlengkapan lain untuk bisa membuat lubang saluran dan Iain-Iain harus dipasang kokoh dalam bekisting, kecuali bila diperintahkan lain oleh Direksi. Pemeriksaan bekisting Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran beton, akan diperiksa oleh Direksi, beton tidak boleh bocor sebelum bekisting disetujui oleh Direksi. Untuk menghindari kelambatan dalam mendapatkan persetujuan sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya, Kontraktor harus memberitahukan Direksi bahwa bekisting sudah siap untuk diperiksa. Pembongkaran VI - 17

ii.

iii.

iv.

v.

a. Umum Bekisting harus dibongkar tanpa goncangan, getaran atau kerusakan pada beton. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati dan jikalau ada pembetonan yang keropos, harus cepat-cepat diperbaiki dengan persetujuan Direksi dan jika Direksi mengharuskan beton tersebut untuk dibongkar, maka Kontraktor harus membongkar dan membuat pembetonan yang baru lagi, dan biayanya menjadi tanggungan Kontraktor. b. Saat pembongkaran bekisting Kontraktor harus memberitahukan Direksi bilamana bermaksud akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utarma dan minta persetujuan itu tidak berarti Kontraktor lepas dari tanggung jawab. Saat untuk membongkar bekisting tergantung dari persetujuan Direksi.

VI - 18

Pasal 20 KETENTUAN-KETENTUAN LAIN 1. Setiap hendak memulai pekerjaan terlebih dahulu disetujui oleh Asisten Teknis/ Pengawas Lapangan dan dicatat pada buku harian. 2. Pelaksana harus mengisi buku harian setiap hari tentang jenis kegiatan/bahan yang masuk, tenaga kerja, keadaan cuaca dan ditanda tangani bersama Asisten Teknis/Pengawas Lapangan. 3. Lain-lain pekerjaan yang tidak jelas, baik dalam gambar maupun spesifikasi teknis, akan tetapi pekerjaan tersebut masih ada kaitannya dengan proyek tersebut, tetap harus dilaksanakan dengan tidak memperhitungkan pekerjaan tambahan. 4. Apabila ada hal-hal yang tidak dijelaskan dalam spesifikasi teknis, namun item pekerjaan tersebut tercantum dalam gambar ataupun BOQ, maka yang berlaku dan wajib dilaksanakan oleh Kontraktor adalah yang tercantum dalam gambar ataupun BOQ. Pasal 21 PEKERJAAN FINISHING 1. 2. 3. 4. Seluruh pekerjaan dianggap/dinyatakan selesai, termasuk pekerjaan pagar. Mesin sudah berfungsi dan air sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Sisa bahan galian dan timbunan/telah diangkut dan diratakan. Masa pemeliharaan telah dilalui dan mendapat persetujuan dari Asisten Teknis/Pengawas Lapangan

VI - 19

Pasal 20 PENUTUP Semua ketentuan/persyaratan yang terdapat dalam syarat-syarat spesifikasi teknis ini wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh Peserta Lelang / Pemenang Pelelangan.

Makassar, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

2012

Konsultan Perencana CV. Widya Sarana Consultant

Heriwanto D. Manda, ST. NIP: 1973 1029 200604 1 004

Ir. Andi Sudarman, MT Direktur

Mengetahui: Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar

Drs. Askar, M.Si. NIP: 1968 1007 199009 1 003

VI - 20

Anda mungkin juga menyukai