Anda di halaman 1dari 4

MEA DORONG MAHASISWA TINGKATKAN KUALITAS

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bukan hanya berbicara tentang pentingnya peran industri dalam menghadapi persaingan global terutama di kancah ASEAN. MEA memang merupakan konsep garapan Negara ASEAN untuk menyelenggarakan perdagangan bebas bersama. Dengan perdagangan bebas ini, kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka yang berbasis produksi, dimana aliran barang, jasa dan investasi akan bergerak bebas, sesuai dengan kesepakatan ASEAN. Selain peran industri, MEA juga melibatkan peran mahasiswa. Mahasiswa sebagai calon tenaga ahli mendapatkan tantangan besar untuk mengarahkan masa depan Indonesia. Hal tersebut sepadan dengan salah satu rencana aksi MEA hingga tahun 2015 yaitu adanya Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional. Lebih jelasnya, rencana aksi tersebut meliputi arus barang, jasa dan investasi yang bebas, tenaga kerja yang lebih bebas, arus permodalan yang lebih bebas, Priority Integration Sectors (PIS), serta pengembangan sector foodagriculture-forestry. Tenaga kerja yang lebih bebas dapat diartikan sebagai peningkatan kompetisi di bursa tenaga kerja. Di tahun 2015 mendatang, tenaga kerja dapat memilih pekerjaan di Negara ASEAN mana saja, lapangan pekerjaan untuk industri di wilayah ASEAN terbuka lebar bagi siapa saja yang mau dan mampu. Hal tersebut bisa menjadi sebuah kesempatan atau malah menjadi hambatan. Tenaga kerja yang sudah siap dari segi keahlian dan keterampilan akan memandang MEA sebagai kesempatan emas dalam mengembangkan karir setinggi tingginya, sedangkan tenaga kerja yang belum siap akan tertinggal dan mulai menganggap MEA sebagai hambatan atau mungkin ancaman. Malangnya, kita masih sulit memprediksi apakah rata rata tenaga kerja Indonesia termasuk golongan orang orang yang beruntung atau yang dirugikan. Untuk tujuan tersebut, calon calon tenaga kerja ahli Indonesia membutuhkan proses pembelajaran yang lebih berat. Disinilah peran kunci mahasiswa. Mahasiswa dididik untuk menjadi tenaga ahli di bidangnya masing masing. Mahasiswa kini harus bertempur lebih serius lagi dalam proses pengasahan kualitas hardskill dan softskill. 1. Kualitas Hardskill Kualitas hardskill merupakan tingkat kemampuan Mahasiswa di bidang ilmunya masing masing. Jika diibaratkan sebuah makanan, hardskill merupakan cita rasa dari makanan. Sebaik apapun bungkusnya, agar konsumen tetap setia, maka cita rasa makanan tersebut harus mampu memenuhi kualifikasi dari konsumen.

Hardskill diperoleh dengan banyak belajar. Dengan semakin berkembangnya zaman, proses pembelajaran bukan hanya terjadi dari interaksi antara mahasiswa dan dosen di dalam kelas. Menonton video tutorial dari youtube, membaca artikel di berbagai website, menelaah dan memahami konsep konsep yang ada di berbagai buku pelajaran, mengikuti seminar keilmuan hingga melakukan teleconference dengan dosen dan professional, semua itu dapat dilakukan dengan mudah untuk meningkatkan capabilitas kita dalam disiplin ilmu yang telah kita pilih. 2. Kualitas Softskill Softskill sama pentingnya dengan hardskill atau bahkan lebih penting. Hardskill dapat dipelajari dari pelatihan sedangkan softskill merupakan serangkaian tempahan yang didapat dari pengalaman berorganisasi dan berinteraksi dengan orang lain. Mendapatkan softskill tidak semudah mengucapkan kata sakti, abra kadabra, ketika kita ingin sesuatu maka langsung mendapatkannya. Mencari softskill adalah sebuah perjalanan yang panjang dimana membutuhkan konsistensi dalam melakukan kebiasaan kebiasaan baru. Packaging dari makanan dapat dijadikan analogi sederhana dari softskill. Untuk menarik minat konsumen dan menimbulkan rasa epik pada sebuah makanan, maka packaging dari makanan harus didesain semenarik mungkin. Hal pertama yang menarik konsumen adalah tampilan luar. Jika tampilan luar sudah bagus maka semakin banyak konsumen yang mau mencobanya. Untuk menjaga keloyalan konsumen inilah, cita rasa makanan baru bermain peran. Dalam mendukung kesuksesan Indonesia di MEA mendatang, tenaga ahli harus memiliki setidaknya dua buah softskills. 1. Komunikasi 2. Kepercayaan terhadap diri sendiri Komunikasi atau proses menyampaikan informasi kepada lawan bicara merupakan kemampuan wajib bagi mahasiswa. Untuk MEA ini, kemampuan berbahasa inggris juga mutlak diperlukan. Di tahun 2015 mendatang, calon tenaga kerja dari seluruh Negara ASEAN akan bercampur bersama dan berkompetisi untuk mendapatkan jabatan di berbagai perusahaan. Perusahaan yang telah berlabel multinasional selalu memberi syarat tentang kemampuan berbahasa inggris. Negara Negara yang telah menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa resmi seperti Singapura ataupun Malaysia akan menguntungkan mahasiswa mahasiswanya. Mereka telah membiasakan diri dalam berbahasa inggris mulai dari kecil. Tetapi, untuk Negara seperti Indonesia yang belum terbiasa dalam menggunakan bahasa Inggris di kehidupan sehari hari, MEA akan menjadi tantangan yang berat.

Yang kedua adalah kepercayaan terhadap diri sendiri. Mahasiswa Indonesia tidak kalah dari Mahasiswa Negara ASEAN lainnya bahkan lebih unggul dari segi kemampuan. Hal tersebut dapat terlihat dari berbagai kejuaraan ilmiah dan olimpiade tingkat internasional. Mahasiswa Indonesia sering kali berhasil menyabet peringkat utama seperti pada lomba robot internasional atau lainnya. Tetapi, sifat merendah yang berlebihan condong membuat kita kurang mempercayai kemampuan diri sendiri. Anggapan bahwa produk hasil ciptaan Negara maju adalah lebih baik masih menjadi mindset. Bukan hanya dari segi kualitas SDM, kualitas dari consumer goods pun condong terpengaruhi oleh mindset tersebut. Untuk itulah perlu gebrakan serentak dari seluruh aspek untuk membobol mindset bahwa rumput tetangga jauh lebih enak daripada rumput sendiri. Dalam proses perubahan tersebut, ada beberapa hal yang perlu kita pelajari, (1) personal branding, (2) Lingkungan yang kompetitif, dan (3) Kebanggaan kepada budaya sendiri. Personal branding merupakan proses pencitraan jati diri kita kepada orang lain. Apa kegunaan dari personal branding? Orang orang yang telah memberi brand kepada diri mereka akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih baik. Dengan adanya brand, kita akan memiliki motivasi yang lebih besar dalam menghadapi persaingan global. Brand tersebut seakan akan menyuarakan bahwa kita adalah yang terbaik. Personal branding dapat digambarkan sebagai sebuah gunung es. Fenomena gunung es ini cukup menarik, walaupun di dalam lautan bongkahan es yang ada sangat besar, tetapi di atas permukaan laut gunung es hanya menampakkan sedikit saja kegagahannya. Jika kita seperti gunung es tersebut, orang orang tidak akan pernah mengetahui kehebatan kita. Tidak akan ada orang yang mengetahui bahwa di dalam diri kita, ada kemampuan yang luar biasa yang bahkan bisa menenggelamkan sebuah kapal pesiar. Kita hanya seperti sebuah gawang yang menunggu sebuah bola menyentuh tepat di jaring gawang. Berbeda jika penampilan atau brand dari bongkahan es yang mengapung tersebut diubah. Bongkahan tersebut bisa saja diukir menjadi bentuk bentuk yang unik dan menarik sehingga orang yang melihatnya akan semakin penasaran dan tertarik kepada diri kita. Ketika mereka sudah tertarik dan mulai mendekat, lama kelamaan mereka akan mengetahui bahwa potensi yang ada di dalam diri kita sangat luar biasa. Jadi, mulailah untuk membentuk personal branding diri sendiri! Orang orang hebat cenderung terlahir dari situasi yang terhimpit. Lingkungan memaksa mereka mengeluarkan kemampuan terbaik atau di atas rata rata. Ada sebuah motivasi yang muncul dari sisi eksternal yang terus menempah seseorang menjadi lebih baik, lebih baik dan lebih baik lagi dari sebelumnya. Kemudian, bagaimana jika kita memang

terlahir atau terkondisikan di lingkungan normal bahkan cenderung nyaman? Lingkungan nyaman akan menarik kita di zona aman. Untuk itu, perlu sebuah gebrakan dan komitmen untuk keluar dari zona aman tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mencari bahkan membuat lingkungan yang kompetitif. Berkumpul dengan orang orang hebat akan memotivasi dan menulari kita dengan perubahan perubahan positif. Orang orang hebat tersebut dapat dicari dengan mengikuti berbagai organisasi atau membentuk komunitas komunitas. Semakin sering kita berdekatan dengan seorang penjual minyak wangi, lama kelamaan akan kecipratan juga. Dan terakhir adalah kebanggaan terhadap budaya sendiri. Soekarno pernah berkata bangsa yang besar adalah bangsa yang mengetahui sejarah mereka. Setiap Negara mempunyai keunikan tersendiri. Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang bisa dibanggakan. Adat ramah, peduli dan murah tersenyum harus menjadi bagian dari Mahasiswa Indonesia. Dengan begitu, Indonesia akan secara otomatis memiliki brand yang baik di mata internasional. Brand tersebut tentu akan lebih memudahkan para tenaga ahli dari Indonesia untuk berkiprah dan berkompetisi dengan tenaga ahli Negara ASEAN lain di perusahaan multinasional karena kepercayaan mereka terhadap Indonesia sebagai Negara dengan brand yang baik. (ds)

Anda mungkin juga menyukai