Anda di halaman 1dari 27

PENDEKATAN DIAGNOSIS FRAKTUR

DISUSUN OLEH:

REZKYANA DANIL 1102008212 PEMBIMBING : dr. EKA MULYANA, Sp.OT, M.Kes, SH, MH.Kes KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA RSUD SUBANG

DEFINISI FRAKTUR
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan mungkin tidak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup; kalau kulit atau salah satu rongga tubuh tembus, keadaan ini disebut fraktur terbuka yang cenderung mengalami kontaminasi dan infeksi.

ETIOLOGI FRAKTUR
1. Fraktur akibat peristiwa trauma

a. Trauma langsung
b. Trauma tidak langsung

c. Trauma ringan
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan

3. Fraktur Patologis

PATOFISIOLOGI FRAKTUR

KLASIFIKASI FRAKTUR
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan) a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu: 1) Tingkat 0 2) Tingkat 1 3) Tingkat 2 4) Tingkat 3

b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka terbagi atas 3 derajat (menurut R.Gustilo), yaitu: 1) Derajat I 2) Derajat II 3) Derajat III 2. Berdasarkan luas dan garis fraktur a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang b. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti: 1) Hair Line Fraktur 2) Buckle atau Torus 3) Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya

3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang

4. Berdasarkan jumlah garis patah a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tetapi tidak pada tulang yang sama 5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang a. Fraktur Undisplace (tidak bergeser) b. Fraktur Displaced (bergeser), terbagi atas: 1) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping) 2) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut) 3) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh)

6. Berdasarkan posisi fraktur Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian : a. 1/3 proksimal b. 1/3 medial c. 1/3 distal 7. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang

MANIFESTASI KLINIS FRAKTUR


1. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas 2. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur 3. Spasme otot 4. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi 5. Kurang/hilang sensasi 6. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang 7. Pergerakan abnormal 8. Rontgen abnormal

DIAGNOSIS FRAKTUR
1. Anamnesa Anamnesis dilakukan untuk mencari riwayat mekanisme trauma (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan trauma tersebut. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olahraga. Penderita biasanya datang denga keluhan nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala lain. Perlu juga ditanyakan riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obatobatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.

2. Pemeriksaan Lokal a. Look 1) Bandingkan dengan anggota gerak yang sehat 2) Perhatikan posisi anggota gerak 3) Keadaan umum penderita secara keseluruhan 4) Ekspresi wajah karena nyeri 5) Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan 6) Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur terbuka atau tertutup 7) Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari 8) Perhatikan ada tidaknya deformitas: angulasi, rotasi,pemendekan, pemanjangan, bengkak

b. Feel Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri. 1) Temperatur setempat yang meningkat 2) Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang. 3) Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati 4) Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena 5) Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma 6) Pengukuran tungkai terutama tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai

c. Moving Pergerakan dengan meminta penderita menggerakan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf d. Pemeriksaan trauma (kepala, thoraks, abdomen, pelvis) Pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing dan circulation. Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis. Saat pasien stabil, maka dilakukan secondary survey.

PEMERIKSAAN PENUNJANG FRAKTUR


1. Pemeriksaan Radiologi 2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum b. Alkalin Fosfat c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase(LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang

3. Pemeriksaan lain-lain

PENATALAKSANAAN FRAKTUR
Penanganan awal fraktur dan dislokasi sendi berupa immobilisasi. Immobilisasi adalah suatu tindakan untuk memfiksasi dan mencegah pergerakan bagian tubuh yang cidera. 1. Fraktur Terbuka Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Agar kuman tidak masuk terlalu jauh kedalam tubuh maka dilakukan: a. Pembersihan luka b. Exici c. Hecting situasi d. Antibiotik

2. Seluruh Fraktur a. Rekognisis/Pengenalan b. Reduksi/Manipulasi/Reposisi 1) Reduksi tertutup 2) Traksi 3) Reduksi Terbuka c. Retensi/Immobilisasi 1) Imobilisasi fraktur d. Rehabilitasi

3. Macam-macam penanganan fraktur dan dislokasi a. Fraktur Kepala Bahaya terbesar dari tulang kepala yang pecah ialah akibatnya terhadap otak. Fraktur tengkorak dapat terjadi tertutup ataupun terbuka. Tindakan pertolongan: 1) Penderita tidak boleh terlalu sering diangkat karena dapat memperparah 2) Bersihkan mulut, hidung, dan tenggorokan dari darah, lendir atau muntahan, jaga airway 3) Baringkan penderita dengan kedudukan miring atau kepala ditelungkupkan 4) Apabila tidak ada tanda-tanda patah tulang belakan,baringkan penderita dengan letak kepala lebih rendah dari tubuhnya 5) Bersihkan luka, pada fraktur terbuka jangan mencuci dengan cairan apapun 6) Tutup luka, balut dengan kasa steril (lihat penangananperdarahan kepala) 7) Kirim ke rumah sakit

b. Fraktur Leher Tindakan pertolongan 1) Immobilisasi dengan collar neck 2) Jaga Airway, Breathing, Circulation 3) Hentikan perdarahan

c. Fraktur Tulang Selangka Apabila tulang selangka patah, bahu di sisi itu akan condong ke arah dada. Selain itu, didaerah yang patah akan terasa nyeri. Tindakan pertolongan: 1) Kenakan balutan ransel kepada penderita 2) Caranya ; Dari pundak kiri, pembalut disilangkan melalui punggung keketiak kanan 3) Selanjutnya dari bawah ketiak kanan ke depan dan ke atas pundak kanan 4) Dan dari pundak kanan disilangkan lagi ke ketiak kiri, dan seterusnya 5) Ujungnya dipenitikan

d. Fraktur Lengan Atas Tindakan pertolongan: 1) Pasanglah bidai di sepanjang lengan atas, dan berikan balutan untuk mengikatnya 2) Kemudian dengan siku terlipat dan lengan bawah merapat ke dada, lengan digantungkan ke leher 3) Apabila patah tulang dekat sendi siku, biasanya siku tidak dilipat. Dalam hal ini pasanglah bidai yang juga meliputi lengan bawah. Dan lengan tidak digantungkan ke leher

e. Fraktur Lengan Bawah Tindakan pertolongan: 1) Pasangkan bidai di sepanjang lengan bawah 2) Ikat bidai-bidai itu dengan pembalut 3) Gantungkan lengan yang patah itu ke leher 4) Kirim ke rumah sakit

f. Fraktur Vertebrae Tindakan pertolongan: 1) Biarkan penderita dalam keadaan berbaring. Jangan diubah atau disuruh duduk 2) Siapkan usungan yang beralas keras, misalnya dengan mempergunakan papan/long spine board. Dengan hati-hati angkat penderita ke usungan tersebut 3) Beri bantal di bawah pinggangnya, untuk mengurangi rasa sakit dan agar tidak bergerak ketika diusung

g. Fraktur Tulang Paha Tindakan pertolongan: 1) Pasanglah sepasang bidai yang memanjang dari pinggul hingga ke kaki. Bidai harus sudah dipasang sebelum penderita dipindahkan ke tempat lain 2) Apabila tidak ada bidai, dapat menggunakan kaki yang sehat sebagai bidai h. Fraktur Tulang Betis Tindakan pertolongan: 1) Dengan dua bidai, betis dibidai dari mata kaki sampai beberapa jari diatas lutut 2) Di bawah lutut dan mata kaki diberi bantalan 3) Selama menunggu pengangkutan, kaki diletakkan lebih tinggi dari bagian tubuh lain. Ini untuk menghambat pembengkakan dan mengurangi rasa sakit 4) Apabila tulang yang patah terdapat diatas pergelangan kaki , pembidaian berlapis bantal dipasangkan dari lutut hingga menutupi telapak kaki

KOMPLIKASI FRAKTUR
1. Komplikasi Awal a. Kerusakan Arteri b. Kompartement Syndrom c. Fat Embolism Syndrom d. Infeksi e. Avaskuler Nekrosis f. Shock 2. Komplikasi Dalam Waktu Lamaa a. Delayed Union b. Non-union c. Malunion

DAFTAR PUSTAKA
1. Apley A.Graham dan Louis Solomon; alih bahasa, Edi Nugroho. 2012. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem. Ed 7.Hal 238-254. Jakarta: Widya Medika 2. R.Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2.Hal 840-874. Jakarta: EGC 3. Thompson JC.Netters Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy. 1st. edition. Philadelphia; Mosby Elsevier. 2001 4. Purwadianto, Agus, dkk. 2000. Kedaruratan Medik Edisi Revisi. Jakarta Binarupa Aksara 5. Canale ST and Beaty JH. Editors. Campbells OperativeOrthopaedics. 11th ed. Philadelhia, Pennsylvania; Mosby Elsivier.2007.5.Moore KL, and Agur, AMR. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta;Hipokrates.2002

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai