Anda di halaman 1dari 13

askep tumor/neoplasma

BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Menurut Reksoprodjo (1996) tumor (neoplasma) didefinisikan sebagai penyakit pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terbatas, tidak ada koordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologisnya. Senada dengan pendapat di atas, Tjarta (1991) mengemukakan neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terusmenerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Ahli lain berpendapat bahwa tumor adalah massa abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi (Price, et. all, cit.Abrams, 1995). Pengertian lain tumor adalah pembengkakan yang disebabkan oleh macam-macam kondisi, seperti karena inflamasi atau kuman (Long, cit.Zack, et. all, 1996). Sedangkan menurut Willis (1995) menyatakan bahwa neoplasma adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal, dan tetap tumbuh dengan cara berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut berhenti. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa tumor adalah penyakit pertumbuhan sel-sel baru yang abnormal, tumbuh secara terus-menerus membentuk massa jaringan yang disebabkan oleh inflamasi atau trauma, serta stimulus yang mengakibatkan pertumbuhan jaringan yang terkondisi atau tidak terkondisi. B. Penyebab Menurut Sukardjo (2000) penyakit tumor disebabkan oleh banyak faktor. Adapun faktor yang dapat menyebabkan timbulnya tumor adalah: 1. Kelainan kongenital atau konstitusi genetika. Konstitusi genetika dapat berupa kerusakan: a. Struktural b. Fungsional c. Sistem kerja Kerusakan struktural ialah karena konstitusi gen itu rusak. Kerusakan fungsi ialah kerusakan fungsi atau sistem kerjanya dan ini menentukan kemampuan tumbuh untuk: 1) Menetralisasi karsinogen yang masuk ke dalam tubuh 2) Mereparasi kerusakan gen dalam chromosom 3) Menjaga imunitas tubuh 4) Mematikan sel kanker yang baru terbentuk. Adanya kerusakan konginetal ini menentukan apakah seseorang itu mempunyai tidak bakat atau mudah/ sukar mendapat kanker.

2. Karsinogen Di dalam alam banyak terdapat karsinogen, yaitu zat atau bahan yang dapat menimbulkan tumor/ kanker. Ada beberapa macam karsinogen, yaitu: a. Karsinogen Kimiawi Pada saat ini telah ditemukan lebih dari 2000 jenis karsinogen yang berupa zat kimia sehingga dapat dikatakan hampir tidak ada orang yang bebas dari karsinogen. Karsinogen kimiawi dapat berupa: 1) Karsinogen alami

Banyak sekali karsinogen yang ditemukan di alam bebas seperti: a) Bahan organik (1) Aflatoxin Terdapat pada biji kacang-kacangan yang ditumbuhi jamur aspergillus flamus, alfatoxin itu dapat menimbulkan tumor ganas. (2) Cycasin dari biji cycad (3) Safide dari akar sassafras (4) Alkaloida dari golden raqwant (5) Nitrosamin dalam berbagai makanan dan minuman b) Anorganik (1) Berryllium (2) Cadmium (3) Plumbum (4) Chromium (5) Arsenikum (6) Asbes (7) Radium 2) Karsinogen buatan manusia Karsinogen buatan manusia digunakan untuk: a) Bahan industri di pabrik-pabrik seperti: (1) Arang dan tir (2) Cat (3) Petrokimia (4) Tekstil (5) Karet (6) Kulit (7) Plastik (8) Kayu b) Obat-obatan (1) Arsen (2) Chlornaphazine (3) Immunosupresif (4) Kontrasepsi c) Pestisida Karsinogen kimiawi dapat digolongkan dalam 3 golongan: 1) Direct acting carcinogen Bahan ini sangat aktif dan secara langsung dapat menimbulkan kanker/ tumor. Contoh : gas mustard, melphalan, dan lain sebagainya. 2) Pro carcinogen Bahan ini tidak secara langsung dapat menimbulkan tumor/ kanker, bahan ini melalui proses metabolisasi dulu oleh enzim-enzim tubuh. Contoh : nitroramin. 3) Co carcinogen Bahan ini tidak atau hanya sedikit sekali mempunyai aktivitas karsinogenesis Tetapi dalam memperbesar reaktivitas direct carcinogen atau pro carcinogen. Contoh: minyak kroton Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai karsinogen seperti yang terdapat dalam: 1) Tir atau jelaga Hasil pembakaran zat biologi seperti kayu, arang, minyak, tembakau, rokok, ikan, daging dan lain sebagainya.

2) Asap rokok Asap rokok mengandung gas partikel padat: a) Dalam gas asap rokok terdapat zat yang beracun dan karsinogen, seperti karbondioksida, karbonmonoksida, amnion, hydrozine, venyl clorida, nitrotamin, dan lain sebagainya. b) Dalam partikel padat terdapat banyak karsinogen seperti: (1) Polyciclic aromatic hydrocarbon (2) Aromatic amine b. Sinar inonisasi Sinar yang dapat mengadakan ionisasi air dan elektrolit dalam jaringan ialah sinar X atau sinar rntgen dan sinar- UV (Ultraviolet). Dengan adanya ionisasi air dan elektrolit dalam jaringan, akan tindakan desintegrasi sel dan bila disentegrasi loerat sel akan mati. Karena radiasi mungkin timbul malformasi sel, gangguan mitosis, mutasi gen. Ini semua dapat mengakibatkan timbulnya pembentukan sel yang tak terkontrol. c. Virus Ada 3 janis virus yang dapat menimbulkan tumor yaitu virus DNA(De-oksi Ribonucleac Acid), RNA(Ribo Nucleac Acid) dan Restroid. 1) Virus De-oksi Ribonucleac Acid Dan bermacam-macam virus De-oksi Ribonucleac Acid, seperti: a) Virus papava b) Virus edemona c) Virus herpes d) Virus hepatitis B 2) Virus Ribo Nucleic Acid. Virus Ribo Nucleic Acid dapat digolongkan menjadi 3 tipe, yaitu A, B dan C tergantung morvologinya yang tampak pada mikroskop elektron. a) Virus Tipe A b) Virus Tipe B, Virus tumor mamae c) Virus Tipe C, Virus sarkoma dan leukimia 3) Virus rektroid (Virus sektropspokon). d. Hormon Hormon menimbulkan hanya pada beberapa organ saja, yaitu payudara, uterus, dan prostat. e. Iritasi kronik Mekanisme karsinogenesis pada kasus ini belum jelas. Virshow kali pertama mengajukan hipotesa bahwa penyebab kanker ada iritasi kronik. 3. Lingkungan hidup Lingkungan hidup mencakup smua keadaan di daerah tempat hidup kita baik alamiah maupun biologi: a. Pekerjaan Risiko tinggi mendapat kanker pada pekerja-pekerja berikut: 1) Laboraturium radiologi 2) Tambang-tambang, batu bara, minyak tanah 3) Industri-industri: kayu, nikel, chrom, sepatu, cat pertokimia, plastik, karet, asbes, dan sebagainya. 4) Nelayan dan petani. b. Tempat tinggal Misalnya hidup pada daerah yang banyak mengandung: 1) Radium 2) Arsen 3) Nikel 4) Ahrom

5) Asbes c. Gaya hidup (Live Style) Gaya hidup yang mempengaruhi timbulnya tumor, karena gaya hidup itu menentukan banyak, lama dan seringnya kontak dengan karsinogen. 1) Nutrisi a) Makanan yang menambah risiko mandapat kanker atau tumor: (1) Lemak tinggi (2) Protein hewani tinggi (3) Alkohol (4) Makanan asin, diasap, dipanggang (5) Nitrate dan pengawet makanan nitrite (6) Kalori tinggi. b) Makanan yang mengurangi risiko mandapat kanker (1) Makanan yang berserat banyak (2) Sayuran, buah-buahan, bijian Mengandung indole, seperti kubis, caulim floves yang mengurangi risiko mendapat kanker colon tetapi mungkin menambah kanker lambung. (3) Kacang-kacangan terutama kedelai. 2) Minuman keras Mengandung alkohol menambah risiko mendapat kanker atau tumor. 3) Merokok Rokok yang dibuat dari daun tembakau banyak sekali mengandung karsinogen. 4) Menginang 5) Terik sinar matahari 6) Kawin muda 7) Sirkumsisi Sirkumsisi menghilangkan smegma dan ini mengurangi kemungkinan mendapat kanker penis. C. Pathways D. Pengkajian Fokus Pada post operasi exisi tumor pada pipi. Menurut Doenges (2000), pengkajian fokus pada klien dengan exisi tumor pada pipi (pasca operasi) adalah: 1. Integritas ego Gejala : takut terhadap hasil/ penampilan Tanda : peningkatan ketegangan, rangsangan simpatis. 2. Makanan/ cairan Gejala : membran mukosa kering. Tanda : anoreksia, mual/ muntah, tidak toleran terhadap makanan (karena adanya obat). 3. Neurosensori Gejala : kesemutan, parestesia wajah. Tanda : gerakan mata tak sama 4. Nyeri/ kenyamanan Gejala : ketidaknyamanan/ nyeri wajah Tanda : melindungi area yang sehat, perubahan tonus otot wajah, tegangan otot umum. 5. Pernapasan Tanda : takipnea, dangkal, cepat atau pernapasan keras, pengaruh terhadap efek anestesi pada tonus otot jalan napas adanya benda asing, contoh: lendir, muntah. 6. Keamanan

Gejala : luka, insisi pada pipi. 7. Penyuluhan/ Pembelajaran Gejala : riwayat keluarga/ pribadi: tumor/ kanker atau pembentukan keloid. Rencana pemulangan: Dapat memerlukan bantuan dalam persiapan makan atau pemasukan diit Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/ rehabilitasi keputusan, aktivitas perawatan diri, pemeliharaan di rumah. E. Fokus Intervensi 1. Risiko tinggi terhadap bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan trauma pada jaringan lunak/ jalan napas, cedera atau bedah. (Doenges, 2000). Tujuan : mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. Kriteria : mempertahankan/ meningkatkan patensi jalan napas dengan pola pernapasan normal, bunyi napas jelas, tidak bising dan aspirasi dicegah. Rencana intervensi: a. Observasi frekuensi/ irama pernapasan. Perhatikan penggunaan otot aksesori, pernapasan cuping hidung, serak, stridor. b. Awasi tanda vital dan perubahan mental c. Auskultasi bunyi jalan napas d. Berikan kantung es untuk area operasi sesuai indikasi e. Berikan pelembaban udara atau O2 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penggantian tidak cukup, demam (Doenges, 2000). Tujuan : mempertahankan hidrasi adequat. Kriteria : membran mukosa lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, haluaran urine adequat. Rencana intervensi: a. Pantau tanda-tanda vital, takipnea, dan ketakutan, perhatikan peningkatan nadi, perubahan tekanan darah proikteral. b. Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membran mukosa. c. Pantau masukan dan keluaran (mencakup semua sumber, misalnya emesis, selang) d. Observasi/ catat kuantitas, jumlah dan karakter drainage Nasogastrik. Anjurkan dan bantu dengan perubahan posisi sering. e. Kolaborasi pemberian cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi. 3. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah, distensi abdomen, selang Nasogastrik/ usus (Doenges, 2000). Tujuan : melaporkan nyeri hilang/ terkontrol Rencana intervensi: a. Selidiki keluhan nyeri/ perhatikan lokasi, intensitas (Skala 0 10) dan faktor pemberat/ penghilang. b. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat timbul c. Anjurkan bernapas melalui hidung pengganti mulut d. Kolaborasi untuk pemberian analgetik e. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. Misal: mendengarkan musik Kriteria: tampak rileks, mampu beristirahat/ tidur dengan tepat. 4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan pertahanan, misal prosedur invasif (Doenges, 2000). Tujuan : pemulihan luka tepat waktu Kriteria : tidak ada tanda infeksi/ peradangan

Rencana intervensi: a. Pantau tanda vital, perhatikan peningkatan suhu. b. Pertahankan perawatan luka aseptik. Pertahankan balutan kering c. Gunakan bebat Montogomercy untuk mengamankan balutan bila diindikasikan. d. Berikan obat-obatan sesuai indikasi, antibiotik, misal cefazoline (Ancel). e. Lakukan irigasi luka sesuai kebutuhan. 5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa pasca operasi (Doenges, 2000) Tujuan : mendemostrasikan pemeliharaan/ kemajuan penambahan berat badan yang diinginkan. Kriteria : normalisasi nilai laboratorium dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi. Rencana intervensi: a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna makanan. b. Kolaborasi 1) Pertahankan diet penuh sesuai toleransi setelah makan Nasogastrik dilepas. 2) Konsul dengan ahli diit, tim pendukung nutrisi. Berikan nutrisi enteral/ parenteral sesuai indikasi. 3) Berikan cairan, tingkatkan ke cairan jernih konsumsi ulang cairan dan diit penuh untuk mengembalikan fungsi usus normal. 6. Kerusakan integritas kulit berhubungan insisi bedah dan perubahan status nutrisi (Doenges, 2000) Tujuan : mencapai pemulihan luka tepat waktu Kriteria : tanpa komplikasi Rencana intervensi: a. Pantau tanda vital dengan sering, perhatikan demam, takipnea, takikardia, dan gemetar. Periksa luka dengan sering terhadap bengkak insisi berlebihan, inflamasi drainage. b. Berikan pengikat/ penyokong untuk lansia. c. Gunakan plester kertas/ bebat motgomer untuk balutan sesuai indikasi. d. Pertahankan sikap tenang, tinggal dengan pasien, beritahu dokter e. Pertahankan pasien pada tirah baring total, posisi dengan lutut tertekuk. 7. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya pemasangan alat-alat eksternal (Long, 1994) Tujuan : klien tidak mengalami keterlambatan gerak fisik Kriteria : memperlihatkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas, melaporkan adanya peningkatan mobilitas, menggunakan tindakan pengaman untuk meminimalkan kemungkinan terhadap edema, rentang gerak, batasan gerak normal. Rencana intervensi: a. Anjurkan individu untuk menceritakan perasaan dari ketakutan-ketakutannya mengenai pembatasan gerak. b. Posisi individu dalam kelurusan c. Lakukan mobilisasi progresif d. Anjurkan individu untuk mengenakan pakaian sendiri e. Berikan kesempatan pada individu untuk mengontrol keputusan-keputusannya.

NEOPLASMA OTAK / TUMOR OTAK


KONSEPDASAR NEOPLASMA OTAK / TUMOR OTAK

1. PENGERTIAN Pertumbuhan jaringan yang tidak normal yang tumbuh di jaringan otak. 2. KLASIFIKASI a. Berdasar asal : primer dan metastase. b. Keganasannya : benign dan malignant. c. Lokasi pada otak : intra axial dan ekstra axial. d. Encapsulation : encapsul dan nonencapsul. e. Histologi. 3. ETIOLOGI a. Degenerasi atau pertumbuhan neoplastik. b. Radiasi. c. Virus. d. Substansi-substansi carcinogen. e. Bawaan : meningioma, astrositoma, neurofibroma. 4. PATOFISIOLOGI Adanya massa / neoplasma pada jaringan otak akan berdampak pada jaringan otak sendiri secara lokal dan dampak tumor secara umum. Secara lokal efeknya berupa infiltrasi, invasi dan pengrusakan jaringan otak dan secara langsung akan menekan struktur saraf sehingga terjadi degenerasi dan gangguan sirkulasi darah. Edema juga akan meningkat, selain itu ICP juga meningkat apabila terjadi hambatan sirkulasi cairan cerebrospinalis. Efek tumor tergantung lokasi, jenis dan pertumbuhan tumor, kebanyakan tumor otak ini berkembang lambat ( progresif lambat ) dengan onset yang perlahan-lahan, namun kadangkadang ada juga tumor otak dengan gejala yang akut. Manifestasi klinis pada prinsipnya berupa manifestasi dari peningkatan tekanan intra kranial, baik karena efek massa tumor ( SOL : space occupying lesion / lesi desak ruang ) atau karena edema cerebri atau karena hydrosefalus obstruktif. Klinis peningkatan tekanan intrakranial, selain meningkatnya tekanan intra kranial juga akan disertai bangkitan epilepsi seperti terjadi pada tumor supra tentorial. 5. MANIFESTASI KLINIS a. Sakit kepala : mendalam, tumpul, terus menerus, hebat terutama pada pagi hari atau saat beraktivitas b. Vomiting : rangsang muntah, proyektil c. Papil edema : TIK meningkat ----- obstruktif

Manifestasi lainnya terjadi sangat bervariasi, tergantung pada lokasi tumor, misalnya : a. Tumor pada lobus frontal akan dijumpai gangguan kepribadian (dari mulai ganguan yang ringan sampai psikosa), gangguan intelektual, hilangnya daya ingat, affect long tidak tepat. b. Tumor pada lobus oksipital akan dijumpai gangguan penglihatan, kejang-kejang. c. Tumor pada gyrus foracental akan dijumpai kejang jackson. d. Tumor pada lobus temporal akan dijumpai halusinasi penciuman, penglihatan dan pengecapan, kejang psikomotor. e. Tumor pada lobus parietal sakan dijumpai ketidakmampuan membuat gambar, ketidakmampuan membedakan objek. 6. PENGOBATAN DAN PERAWATAN a. Terapi bedah. b. Radio terapi. c. Kemoterapi. d. Perawatan post operatif. e. Perawatan efek samping terapi. f. Pendidikan pasien. 7. PENATALAKSANAAN a. Pembedahan. b. Kontrol rasa nyeri. c. Mengatasi edema medula spinalis. d. Support atas dysfungsi neurologis. e. Terapi fisik dan radiasi sesudah operasi. f. Dukungan psikososial. g. Kontrol tanda vital dan neurologi.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN NEOPLASMA / TUMOR OTAK 1. PENGKAJIAN a. Data Subyektif o Pemahaman klien tentang diagnosa penyakitnya. o Perubahan kepribadian. o Adanya sensasi yang abnormal seperti parasthesia dan anesthesia. o Gangguan penglihatan seperti kebutaan atau diplopia. o Adanya keluhan mencium bau-bauan yang tidak biasa. o Adanya nyeri kepala. o Hilangnya pendengaran. o Ketidakmampuan melakukan ADL. b. Data Obyektif o Kekuatan otot / pergerakan. o Gaya berjalan. o Tingkat kesadaran. o Orientasi. o Daya ingat. o Kondisi pupil : ukuran, reaksi terhadap cahaya dan kesamaran. o Pemeriksaan tanda-tanda vital. o Pemeriksaan funduskopy untuk melihat adanya papiludemia. o Kejang-kejang. o Gangguan bicara. o Gangguan fungsi syaraf cradialis. o Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial. c. Data Penunjang o Foto tengkorak. o CT Scan. o Arteriografi atau ventrikulografi o Foto thorax o Pemeriksaan darah 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL Pre Operasi a. Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan perubahan tekanan intrakranial dan fungsi persepsi sensori sekunder terhadap tumor otak. Tujuan : Klien terbebas dari cidera. Intervensi : o Observasi perjalanan penyakit yang progresif :

Catat tingkat kesadaran setiap 4-5 jam sekali. Gunakan GCS mengkaji coma secara cepat. Catat kualitas dan ketegangan otot muka dan ekstremitas. Kontrol tekanan darah, Respirasi, nadi dan juga neurologisnya setiap 2-4 jam sekali. Kontrol suhu badan setiap 2-4 jam, hypotermi atau kedinginan merupakan indikasi. o Pelihara keamanan lingkungan dengan : Menggunakan pengaman samping dengan bantal. Menggunakan restraint yang lembut. o Pelihara ketenangan lingkungan. o Pertahankan cairan parenteral sesuai yang ditentukan. o Kontrol adanya rasa nyeri. o Usahakan komunikasi yang diperlukan : Bel pemanggil diletakkan dalam jangkauan klien. Letakkan buku catatan dan alat tulis dekat klien. o Observasi tanda-tanda perubahan mental dan personalitas. o Ikuti aktivitas klien. o Orientasikan klien dengan lingkungan sekitarnya sesuai dengan diperlukan. o Berikan dukungan emosi. o Jelaskan semua prosedur dan pengobatan, dengan menggunakan kata-kata yang dimengerti klien. o Ikatkanlah klien dan keluarganya untuk membantu merencanakan dan melaksanakan perawatan. o Jelaskan pada klien dan keluarganya bahwa perubahan tingkah laku dan bicara yang tidak terkontrol merupakan bagian dari proses penyakit. o Jelaskan dan persiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic apabila ada rencana untuk hal tsb. o Siapkan klien untuk pengobatan seperti : Terapi radiasi Pembedahan Rehabilitasi neurologist b. Resiko defisit perawatan diri ; kebersihan, makanan, toilet dan atau mobilisasi berhubungan dengan kelemahan neurologist, persepsi dan kognitif. Tujuan : Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi. Intervensi : o Lakukan kebersihan mulut. o Lakukan perawatan kulit. o Lakukan perawatan mata: Hilangkan kerak yang terbentuk Berikan tetes mata seperti yang dianjurkan. o Jika ada kelemahan penglihatan dan atau lapang pandang biasakanlah klien dengan

sekitarnya. o Menjamin / menjaga elimiansi tetap lancar : Gunakan kateter atau dower kateter sesuai anjuran. Hindari terjadinya komplikasi dan ketegangan, gunakan pelembek feces dan laksativ sedang. o Mempertahankan diet sesuai petunjuk. o Bantu klien apabila mengalami kesulitan makan / minum. o Ambulasi seperti : membantu dengan kursi roda, tingkat, kruk. o Jika klien tidak dapat bergerak, ajarkan dan bantulah klien untuk miring, batuk dan bernafas dalam setiap 2 jam. o Posisi kepala letakkan lebih tinggi 30 -45 derajat dari tempat tidur. o Lakukan latihan ROM baik pasif maupun aktif pada seluruh ekstremitas setiap 4-5 jam sekali. c. Ansietas Kemungkinan penyebab : o Gangguan komunikasi verbal. o Gangguan fungsi sensori dan motorik. o Lingkungan asing. o Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, test diagnostik dan pengobatan, prognosa yang tidak jelas. o Gangguan proses berpikir. o Dukungan sosial ekonomi yang kurang. o Kebutaan. Tujuan / Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang, ditandai dengan : o Pola tidur kembali ke keadaan semula. o Ekspresi wajah relaks. o Tanda vital stabil. o Klien dapat berinteraksi dengan orang lain. o Klien dapat mengungkapkan rasa cemas dan takut berkutang. Intervensi Keperawatan : o Kaji tanda dan gejala kecemasan pada klien seperti insomnia, tremor iritabel, tidak dapat tidur, diaporesis, tachypnoe, tachycardia, peningkatan tekanan darah, wajah pucat,menarik diri serta klien mengungkapkan ketakutan-ketakutan dan rasa cemasnya. o Orientasikan klien dengan lingkungan RS, alat-alat dan kegiatan sehari-hari. o Perlihatkan sikap yang tenang dalam berinteraksi dengan klien. o Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya (takut, cemas) dan beri umpan balik. o Beri penguatan terhadap penjelasan dokter dan jelaskan pengertian yang salah tentang diagnosa penyakitnya, rencana pengobatan dan prognosanya. o Jelaskan terlebih dahulu semua test diagnostik yang akan dilakukan. o Ciptakan lingkungan yang tenang sehingga klien dapat beristirahat dengan baik. o Bantu klien mengidentifikasi stressor dan cara menanggulanginya. o Beri dorongan pada orang-orang yang dekat dengan klien untuk berpartisipasi dalam

perawatannya tanpa menambah rasa cemas klien. o Beri informasi yang dibutuhkan klien dan orang-orang yang dekat sesuai dengan latar belakang pendidikan dan ekonomi serta dorong mereka untuk menanyakan ha-hal yang belum dimengerti. DIAGNOSA KEPERAWATAN LAIN YANG MUNGKIN MUNCUL : o Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial sekunder terhadap tumor otak. o Perubahan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala). o Resiko perubahan komunikasi : verbal. Post Operasi a. Nyeri kepala Kemungkinan penyebab : o Trauma jaringan cerebral (akibat prosedur pembedahan). o Peregangan atau komplikasi pada jaringan dan pembuluh darah cerebral (akibat peningkatan tekanan intra kranial bila terjadi). o Iritasi meningen (akibat perdarahan pembuluh darah meningeal, peradangan meningens). Tujuan / Kriteria Evaluasi : Nyeri kepala berkurang : o Klien mengungkapkan nyeri kepalanya berkurang o Ekspresi wajah dan posisi tubuh relaks Intervensi Keperawatan : o Kaji bagaimana respon klien terhadap nyeri. o Kaji persepsi klien tentang nyerinya mencakup lokasi, intensitas dan tipenya, gunakan skala 1 10 untuk mengkaji status nyeri klien. o Kaji tanda-tanda nyeri dari respon non verbal. o Kaji faktor-faktor yang dapat menambah keluhan nyeri kepala klien. o Ciptakan lingkungan yang jauh dari stimulus (batasi pengunjung, penerangan yang tidak menyilaukan). o Beri kompres dingin pada kepala o Beri usapan pada punggung. o Ajarkan dan anjurkan melakukan tehnik relaksasi o Berikan obat-obatan analgetik non narkotik seperti codein sesuai program terapi. Jangan diberi golongan narkotik karena dapat menyebabkan depresi pernafasan

b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap pembedahan; kurang pengetahuan tentang cara perawatan luka post operasi. Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Intervensi : o Rawat luka secara aseptik dan antiseptik dengan mengganti balutan setiap 2 kali sehari. o Catat adanya tanda tanda infeksi pada luka. o Jaga kebersihan area disekitar luka. o Jelaskan kepada klien tentang pentingnya memelihara personal hygiene bagi klien. o Anjurkan dan motivasi klien untuk selalu menggunakan alat-alat yang bersih. o Pertahankan masukan nutrisi (kalori dan protein) yang adekuat. o Observasi tanda vital setiap 4 jam. o Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian Antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Moorhouse Geissle, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Rachmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Persarafan. AKPER Depkes, Banjarbaru. Suddarth, brunner. Text of Medical Surgical-Nursing, Fifth Edition, j.b Lippincort Company, Philadelphia. Tucker, Susan Martin --- (et al). 1988. Standar Perawatan Pasien. Volume 3. penerbit : EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai