Gender

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

$

GENDER 1. SEKS DAN GENDER Sejak dua dasawarsa terakhir, diskursus tentang gender sudah mulai ramai dibicarakan orang. Berbagai peristiwa seputar dunia perempuan di berbagai penjuru dunia ini juga telah mendorong semakin berkembangnya perdebatan panjang tentang pemikiran gerakan feminisme yang berlandaskan pada analisis hubungan gender. Berbagai kajian tentang perempuan digelar, di kampus-kampus, dalam berbagai seminar, tulisan-tulisan di media massa, diskusi-diskusi, berbagai penelitian dan sebagainya, yang hampir semuanya mempersoalkan tentang diskriminasi dan ketidakadilan yang menimpa kaum perempuan. Pusat-pusat studi wanita pun menjamur di berbagai uni ersitas yang kesemuanya muncul karena dorongan kebutuhan akan konsep baru untuk memahami kondisi dan kedudukan perempuan dengan menggunakan perspektif yang baru. !imasukkannya konsep gender ke dalam studi wanita tersebut, menurut Sita an Bemmelen paling tidak memiliki dua alasan. Pertama, ketidakpuasan dengan gagasan statis tentang jenis kelamin. Perbedaan antara pria dan wanita hanya menunjuk pada sosok biologisnya dan karenanya tidak memadai untuk melukiskan keragaman arti pria dan wanita dalam pelabagi kebudayaan. Kedua, gender menyiratkan bahwa kategori pria dan wanita merupakan konstruksi sosial yang membentuk pria dan wanita. "dalam #brahim dan Suranto, $%%&' (( i) *amun ironisnya, di tengah gegap gempitanya upaya kaum feminis memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender itu, masih banyak pandangan sinis, cibiran dan perlawanan yang datang tidak hanya dari kaum laki-laki, tetapi juga dari kaum perempuan sendiri. +asalah tersebut mungkin muncul dari ketakutan kaum lakilaki yang merasa terancam oleh kebangkitan perempuan atau mungkin juga muncul dari ketidaktahuan mereka, kaum laki-laki dan perempuan akan istilah gender itu sendiri dan apa hakekat dari perjuangan gender tersebut.

Bertolak dari fenomena tersebut maka konsep penting yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum membicarakan masalah perempuan ini adalah perbedaan antara konsep seks "jenis kelamin) dengan konsep gender. Pemahaman yang mendalam atas kedua konsep tersebut sangatlah penting karena kesamaan pengertian "mutual understanding) atas kedua kata kunci dalam pembahasan bab ini akan menghindarkan kita dari kemungkinan pemahaman-pemahaman yang keliru dan tumpang tindih antara masalah-masalah perempuan yang muncul karena perbedaan akibat seks dan masalahmasalah perempuan yang muncul akibat hubungan gender, disamping itu juga untuk memudahkan pemahaman atas konsep gender yang merupakan kata dan konsep asing ke dalam konteks #ndonesia. A. Pengertian Selama lebih dari sepuluh tahun istilah gender meramaikan berbagai diskusi tentang masalah-masalah perempuan, selama itu pulalah istilah tersebut telah mendatangkan ketidakjelasan-ketidakjelasan dan kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud dengan konsep gender dan apa kaitan konsep tersebut dengan usaha emansipasi wanita yang diperjuangkan kaum perempuan tidak hanya di #ndonesia yang dipelopori ibu ,artini tetapi juga di pelbagai penjuru dunia lainnya. ,ekaburan makna atas istilah gender ini telah mengakibatkan perjuangan gender menghadapi banyak perlawanan yang tidak saja datang dari kaum laki-laki yang merasa terancam hegemoni kekuasaannya tapi juga datang dari kaum perempuan sendiri yang tidak paham akan apa yang sesungguhnya dipermasalahkan oleh perjuangan gender itu. ,onsep gender pertama kali harus dibedakan dari konsep seks atau jenis kelamin secara biologis. Pengertian seks atau jenis kelamin secara biologis merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis, bersifat permanen "tidak dapat dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan), dibawa sejak lahir dan merupakan pemberian -uhan. sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan.

+elalui penentuan jenis kelamin secara biologis ini maka dikatakan bahwa seseorang akan disebut berjenis kelamin laki-laki jika ia memiliki penis, jakun, kumis, janggut, dan memproduksi sperma . Sementara seseorang disebut berjenis kelamin perempuan jika ia mempunyai agina dan rahim sebagai alat reproduksi, memiliki alat untuk menyusui "payudara) dan mengalami kehamilan dan proses melahirkan. 0iri-ciri secara biologis ini sama di semua tempat, di semua budaya dari waktu ke waktu dan tidak dapat dipertukarkan satu sama lain. Berbeda dengan seks atau jenis kelamin yang diberikan oleh -uhan dan sudah dimiliki seseorang ketika ia dilahirkan sehingga menjadi kodrat manusia, istilah gender yang diserap dari bahasa #nggris dan sampai saat ini belum ditemukan padanan katanya dalam Bahasa #ndonesia, ---kecuali oleh sebagian orang yang untuk mudahnya telah mengubah gender menjadi jender--- merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat uni ersal dan memiliki identitas yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, etnik, adat istiadat, golongan, juga faktor sejarah, waktu dan tempat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. ",ompas, 1 September $%%2) 3leh karena gender merupakan suatu istilah yang dikonstruksi secara sosial dan kultural untuk jangka waktu yang lama, yang disosialisasikan secara turun temurun maka pengertian yang baku tentang konsep gender ini pun belum ada sampai saat ini, sebab pembedaan laki-laki dan perempuan berlandaskan hubungan gender dimaknai secara berbeda dari satu tempat ke tempat lain, dari satu budaya ke budaya lain dan dari waktu ke waktu. +eskipun demikian upaya untuk mendefinisikan konsep gender tetap dilakukan dan salah satu definisi gender telah dikemukakan oleh 4oan Scoot, seorang sejarahwan, sebagai a constitutive element of social relationships based on perceived differences between the sexes, anda primary way of signifying relationships of power ! "$%&5'$657) Sebagai contoh dari perwujudan konsep gender sebagai sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan budaya, misalnya jika dikatakan bahwa seorang laki-laki itu lebih kuat, gagah, keras, disiplin, lebih pintar,

lebih cocok untuk bekerja di luar rumah dan bahwa seorang perempuan itu lemah lembut, keibuan, halus, cantik, lebih cocok untuk bekerja di dalam rumah "mengurus anak, memasak dan membersihkan rumah) maka itulah gender dan itu bukanlah kodrat karena itu dibentuk oleh manusia. "ender bisa dipertukarkan satu sama lain, gender bisa berubah dan berbeda dari waktu ke waktu, di suatu daerah dan daerah yang lainnya. 3leh karena itulah, identifikasi seseorang dengan menggunakan perspektif gender tidaklah bersifat uni ersal. Seseorang dengan jenis kelamin laki-laki mungkin saja bersifat keibuan dan lemah lembut sehingga dimungkinkan pula bagi dia untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan pekerjaan-pekerjaan lain yang selama ini dianggap sebagai pekerjaan kaum perempuan. !emikian juga sebaliknya seseorang dengan jenis kelamin perempuan bisa saja bertubuh kuat, besar pintar dan bisa mengerjakan perkerjaan-pekerjaan yang selama ini dianggap maskulin dan dianggap sebagai wilayah kekuasaan kaum laki-laki. !isinilah kesalahan pemahaman akan konsep gender seringkali muncul, dimana orang sering memahami konsep gender yang merupakan rekayasa sosial budaya sebagai kodrat, sebagai sesuatu hal yang sudah melekat pada diri seseorang, tidak bisa diubah dan ditawar lagi. Padahal kodrat itu sendiri menurut Kamus #esar #ahasa $ndonesia, antara lain berarti sifat asli. sifat bawaan. !engan demikian gender yang dibentuk dan terbentuk sepanjang hidup seseorang oleh pranata-pranata sosial budaya yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi bukanlah bukanlah kodrat 2. GENDER DAN SOSIALISASI A. Pengertian Sosialisasi ,uatnya citra gender sebagai kodrat, yang melekat pada benak masyarakat, bukanlah merupakan akibat dari suatu proses sesaat melainkan telah melalui suatu proses dialektika, konstruksi sosial, yang dibentuk, diperkuat, disosialisasikan secara e olusional dalam jangka waktu yang lama, baik melalui ajaran-ajaran agama, negara,

keluarga maupun budaya masyarakat, sehingga perlahan-lahan citra tersebut mempengaruhi masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan secara biologis dan psikologis. +elalui proses sosialisasi, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaankebiasaan hidupnya. !engan proses sosialisasi, seseorang diharapkan menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya, sehingga bisa menjadi manusia masyarakat dan beradab. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial. Sosialisasi menitikberatkan pada masalah indi idu dalam kelompok. 3leh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. "Soelaeman, $%%&'$6%) ,edirian sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadarn terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. 9dapun asal mula timbulnya kedirian antara lain karena' a) !alam proses sosialisasi seseorang mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. +isalnya, apakah dirinya dianggap baik, buruk, pintar, cantik dan sebagainya. b) !alam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. 3rang yang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus dia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Proses sosisalisasi sebenarnya berawal dari dalam keluarga. :ambaran diri seseorang merupakan pantulan perhatian yang diberikan keluarga kepada dirinya. Persepsinya tentang diri, tentang dunia dan masyarakat sekelilingnya secara langsung dipengaruhi oleh tindakan dan keyakinan keluarganya. Sehingga nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang indi idu dan berbagai peran yang diharapkan dilakukan olehnya, smeua berawal dari dalam lingkungan sendiri.

Proses sosialisasi ini tidak berhenti sampai pada keluarga saja, tapi masih ada lembaga lain. 0ohan "$%&1) mengatakan bahwa lembaga-lembaga sosialisasi yang terpenting ialah keluarga, sekolah, kelompok sebaya dan media massa. Sosialisasi pada dasarnya menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi selaras dalam hidupnya di tengah-tengah orang lain. Sehingga meskipun proses sosialisasi yang dijalani setiap orang tidak selalu sama, namun secara umum sasaran sosialisasi itu sendiri hampir sama di berbagai tempat dan budaya, yaitu antara lain' a) #ndi idu harus diberi ilmu pengetahuan "keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat. b) #ndi idu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya. c) Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihanlatihan mawas diri yang tepat. d) Bertingkah laku selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan masyarakat umumnya. B. Sosialisasi Peran Gender Pranata sosial yang kita masuki segabai indi idu, sejak kita memasuki keluarga pada saat lahir, melalui pendidikan, kultur pemuda, dan ke dalam dunia kerja dan kesenangan, perkawinan dan kita mulai membentuk keluarga sendiri, memberi pesan yang jelas kepada kita bagaimana orang normal berperilaku sesuai dengan gendernya. "+osse, $%%5'51) ,arena konstruksi sosial budaya gender, seorang laki-laki misalnya haruslah bersifat kuat, agresif, rasional, pintar, berani dan segala macam atribut kelelakian lain yang ditentukan oleh masyarakat tersebut, maka sejak seorang bayi laki-laki lahir, dia sudah langsung dibentuk untuk menjadi; seorang laki-laki, dan disesuaikan dengan

atribut-atribut yang melekat pada dirinya itu. !emikian pula halnya dengan seorang perempuan yang karena dia lahir dengan jenis kelamin perempuan maka dia pun kemudian dibentuk untuk menjadi seorang perempuan sesuai dengan kriteria yang berlaku dalam suatu masyarakat dan budaya dimana dia lahir dan dibesarkan, misalnya bahwa karena dia dilahirkan sebagai seorang perempuan maka sudah menjadi kodrat pula bagi dia untuk menjadi sosok yang cantik, anggun, irrasional, emosional dan sebagainya. Proses sosialisasi peran gender tersebut dilaksanakan melalui berbagai cara, dari mulai pembedaan pemilihan warna pakaian, accessories, permainan, perlakuan dan sebagainya yang kesemuanya diarahkan untuk mendukung dan memapankan proses pembentukan seseorang menjadi seorang laki-laki atau seorang perempuan sesuai dengan ketentuan sosial budaya setempat. Pembedaan identitas berdasarkan gender tersebut telah ada jauh sebelum seseorang itu lahir. Sehingga ketika pada akhirnya dia dilahirkan ke dunia ini, dia sudah langsung masuk ke dalam satu lingkungan yang menyambutnya dengan serangkaian tuntutan peran gender Sehingga seseorang terpaksa menerima identitas gender yang sudah disiapkan untuknya dan menerimanya sebagai sesuatu hal yang benar, yang alami dan yang baik. 9kibatnya jika terjadi penyimpangan terhadap peran gender yang sudah menjadi bagian dari landasan kultural masyarakat dimana dia hidup, maka masyarakat pun lantas menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang negatif bahkan mungkin sebagai penentang terhadap budaya yang selama ini sudah mapan. !an sampai sejauh ini yang sering menjadi korban adalah kaum perempuan. Sebagai contoh dalam adat budaya 4awa di #ndonesia, seorang budayawan terkemuka, <mar ,ayam, mengungkapkan bahwa sebutan wanita sebagai kanca wingking "teman di belakang) merupakan pengembangan dialektika budaya adiluhung Sosok budaya inilah yang berkembang di bawah ilham halus = kasar yang secara tegar menjelajahi semua sistem masyarakat 4awa. Sistem kekuasaan feodal aristokratik, demikian ,ayam, telah menetapkan wanita untuk memiliki peran atau role menjadi

&

penjaga nilai-nilai halus-kasar dan adiluhung di dalam rumah.",ompas, /1 3ktober $%%2) Penjajahan kultural yang demikian panjang dan membuat perempuan lebih banyak menjadi korban itu terus dilestarikan. -idak jarang, alasan-alasan kultural memberikan legitimasi sangat ampuh. #a dicekokkan melalui pelbagai pranata sosial dan adat istiadat yang mendarahdaging dalam jantung kesadaran anggotanya. >asionalisasi kultural inilah yang pada gilirannya membuat perempuan secara psikologis mengidap sesuatu yang oleh 0ollete !owling disebut %inderella %omplex, suatu jaringan rasa takut yang begitu mencekam, sehingga kaum wanita merasa tidak berani dan tidak bisa memanfaatkan potensi otak dan daya kreati itasnya secara penuh. "#brahim dan Suranto, $%%&'(( i) Sosialisasi yang jika kita cermati pengertiannya, yaitu merupakan sebuah proses yang membantu indi idu melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi baik sebagai indi idu maupun sebagai anggota masyarakat. "*oor, $%%7'$6/) telah juga dilakukan tidak hanya melalui lembaga keluarga dan lembaga adat, melainkan juga oleh lembaga negara dan lembaga pendidikan. Pemapanan citra bahwa seorang perempuan itu lebih cocok berperan sebagai seorang ibu dengan segala macam tugas domestiknya yang selalu dikatakan sebagai urusan perempuan, seperti membersihkan rumah, mengurus suami dan anak, memasak, berdandan dan sebagainya. Sementara citra laki-laki, disosialisasikan secara lebih positif, dimana dikatakan bahwa laki-laki karena kelebihan yang dimilikinya maka lebih sesuai jika dibebani dengan urusan-urusan laki-laki pula dan lebih sering berhubungan dengan sektor publik, seperti mencari nafkah, dengan profesi yang lebih ber ariasi daripada perempuan. ,esemua itu disosialisasikan sejak dari kelas satu Sekolah !asar melalui buku-buku pelajaran di sekolah hingga Panca !harma ?anita, yang menyatakan bahwa tugas utama seoarang perempuan adalah sebagai pendamping suami, dan itulah yang diyakini secara salah oleh sebagian orang sebagai kodrat wanita.

3. GENDER DAN STRATIFIKASI Pembedaan laki-laki dan perempuan berlandaskan gender mungkin tidak akan mendatangkan masalah jika ketidakadilan itu lebih pembedaan itu tidak melahirkan ketidakadilan gender dirasakan oleh kaum perempuan, sehingga "gender ine&ualities) baik bagi kaum laki-laki maupun bagi kaum perempuan. +eski banyak bermunculanlah gerakan-gerakan perjuangan gender. ,etidakadilan gender tersebut antara lain termanifestasi pada penempatan perempuan dalam stratifikasi sosial masyarakat, yang pada kelanjutannya telah menyebabkan kaum perempuan mengalami apa yang disebut dengan marginalisasi dan subordinasi. A. Pengertian Strati i!asi Bila ditinjau dari asal katanya, istilah stratifikasi berasal dari kata stratus yang artinya lapisan "berlapis-lapis). Sehingga dengan istilah stratifikasi diperoleh gambaran bahwa dalam tiap kelompok masyarakat selalu terdapat perbedaan kedudukan seseorang dari yang berkedudukan tinggi sampai yang berkedudukan rendah, berlapis-lapis dari atas ke bawah. Pelapisan sosial dalam masyarakat tersebut terjadi karena adanya sesuatu yang dihargai dalam masyarakat tersebut. +isalnya, berupa pemilikian uang atau bendabenda ekonomis lainnya seperti mobil, rumah, benda-benda elektronik dan lain sebagainya. Pemilikan kekuasaan, ilmu pengetahuan, agama atau keturunan keluarga. <ntuk selanjutnya masyarakat dinilai dan ditempatkan pada lapisan-lapisan tertentu berdasarkan tingkat kemampuannya dalam memiliki sesuatu yang dihargai tersebut.

$6

Proses terjadinya pelapisan dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya atau sengaja disusun untuk mencapai satu tujuan bersama, misalnya pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal. !isamping itu, pelapisan dalam masyarakat juga bisa bersifat tertutup, dimana didalamnya tidak memungkinkan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan lain, baik gerak pindahnya ke atas maupun ke bawah. +isalnya, penempatan seseorang dalam lapisan tertentu yang diperoleh berdasarkan kelahiran. 0ontoh paling banyak terdapat pada masyarakat dengan sistem kasta, masyarakat feodal dan masyarakat rasial. Sementara pada masyarakat dengan sistem pelapisan terbuka, setiap orang mempunyai kesempatan untuk naik ke lapisan yang lebih tinggi tetapi juga dimungkinkan untuk jatuh ke lapisan yang lebih rendah. B. Strati i!asi Pere"#$an Berlandas!an Per%edaan Gender 4ika kita mengaitkan masalah gender dengan stratifikasi maka mau tidak mau kita harus melihat kembali pada proses sosialisasi yang telah mengawali pemapanan pembedaan laki-laki dan perempuan berdasarkan hubungan gender. Selama ini telah disosialisasikan, ditanamkan sedemikian rupa, ke dalam benak, ke dalam pribadi-pribadi seseorang, laki-laki dan perempaun, bahwa karena kodrat-nya seorang laki-laki berhak dan sudah seharusnya untuk mendapat kebebasan, mendapat kesempatan yang lebih luas daripada perempuan. -untutan nilai-nilai yang ditentukan oleh masyarakat telah mengharuskan seorang laki-laki untuk lebih pintar, lebih kaya, lebih berkuasa daripada seorang perempuan. 9kibatnya segala perhatian dan perlakuan yang diberikan kepada masing-masing dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan tersebut pun disesuaikan dan diarahkan untuk memenuhi tuntutan tersebut. ,epada lakilaki diberikan prioritas dan kesempatan lebih luas untuk sekolah dan menuntut ilmu lebih tinggi daripada kesempatan yang diberikan kepada kaum perempuan. ,epada kaum laki-laki pula dibuka pintu selebar-lebarnya untuk bekerja di berbagai sektor publik dalam dunia pekerjaan yang dianggap maskulin, sementara perempuan lebih

$$

diarahkan untuk masuk ke sektor domestik dengan pekerjaan-pekerjaan yang selama ini memang dianggap sebagai urusan perempuan. Bertolak dari kondisi tersebut maka akses perempuan terhadap sesuatu yang dihargai dalam masyarakat, yang menjadi sumber kelahiran pelapisan dalam masyarakat pun menjadi sangat rendah. Sehingga kaum perempuan dengan segala keterbatasan yang sudah ditentukan oleh masyarakat untuknya terpaksa menempati lapisan yang lebih rendah di masyarakat daripada kaum laki-laki. ,ondisi yang telah menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang tidak menguntungkan di atas telah juga melahirkan pelbagai bentuk ketidakadilan gender "gender ine&ualities) yang termanifestasi antara lain dalam bentuk' a) +arginalisasi Proses marginalisasi, yang merupakan proses pemiskinan terhadap perempuan, terjadi sejak di dalam rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga laki-laki dengan anggota keluarga perempuan. +arginalisasi juga diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir keagamaan. +isalnya, banyak diantara suku-suku di #ndonesia yang tidak memberi hak kepada kaum perempuan untuk mendapatkan waris sama sekali atau hanya mendapatkan separuh dari jumlah yang diperoleh kaum laki-laki. !emikian juga dengan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan, berbeda antara laki-laki dan perempuan, yang akibatnya juga melahirkan perbedaan jumlah pendapatan antara laki-laki dan perempuan. Seorang perempuan yang bekerja sepanjang hari di dalam rumah, tidaklah dianggap bekerja karena pekerjaan yang dilakukannya, seberapapun banyaknya, dianggap tidak produktif secara ekonomis. *amun seandainya seorang perempuan bekerja pun "dalam arti di sektor publik) maka penghasilannya hanya dapat dikategorikan sebagai penghasilan tambahan saja sebagai penghasilan seorang suami tetap yang utama, sehingga dari segi nominal pun perempuan lebih sering mendapatkan jumlah yang lebih kecil daripada kaum laki-laki.

$/

+engenai marginalisasi perempuan ini, # an #llich mengungkapkan sebuah fakta sebagai berikut' Selama bertahun-tahun ini, diskriminasi terhadap perempuan dalam pekerjaan-pekerjaan yang berupah, yang terkena pajak, dan yang dilaporkan atau dipantau secara resmi, kedalamannya tidak berubah namun olumenya makin bertambah. ,ini 2$ @ perempuan di 9merika Serikat bekerja di luar rumah, sementara tahun $&&6 hanya tercatat 2@. 4ika pada tahun $&&6 dalam keseluruhan tenaga kerja di 9merika hanya $2@ yang perempuan sekarang mencapai 8/@. ,ini separuh dari semua perempuan yang sudah kawin punya penghasilan sendiri dari suatu pekerjaan luar rumah, sementara seabad silam hanya 2@ yang memiliki pendapatan sendiri. Sekarang hukum membuka kesempatan pendidikan serta karier bagi perempuan, sedangkan pada tahun $&&6 banyak yang tertutup baginya. Sekarang rata-rata perempuan menghabiskan /& tahun sepanjang hidupnya untuk bekerja sementara tahun $&&6 angka rata-rata yang tercatat hanya 2 tahun. #ni semua kelihatan seperti langkah-langkah penting ke arah kesetaraan ekonomis, tapi tunggu sampai 9nda terapkan alat ukur yang tepat. <pah rata-rata tahunan perempuan yang bekerja penuh-waktu masih mandek pada rasio magis dibanding pendapatan laki-laki, yakni 1'2 ----2%@, dengan kenaikan atau penurunan 1@ --- persis persentase seratus tahun silam. ,esempatan pendidikan, ketersediaan perlindungan hukum, retorika re olusioner --- politis, teknologis, atau seksual ---tak mengubah apa-apa sehubungan dengan rendahnya pendapatan perempuan dibanding laki-laki. "$%%&'$5) b. Subordinasi Pandangan berlandaskan gender juga ternyata bisa mengakibatkan subordinasi terhadap perempuan. 9nggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional berakibat munculnya sikap menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Salah satu konsekuensi dari posisi subordinat perempuan ini adalah perkembangan keutamaan atas anak laki-laki. Seorang perempuan yang melahirkan bayi laki-laki akan lebih dihargai daripada seorang perempuan yang hanya melahirkan bayi perempuan. !emikian juga dengan bayi-bayi yang baru

$1

lahir tersebut. ,elahiran seorang bayi laki-laki akan disambut dengan kemeriahan yang lebih besar dibanding dengan kelahiran seorang bayi perempuan. Subordinasi juga muncul dalam bentuk kekerasan yang menimpa kaum perempuan. ,ekerasan yang menimpa kaum perempuan termanifestasi dalam berbagai wujudnya, seperti perkosaan, pemukulan, pemotongan organ intim perempuan "penyunatan) dan pembuatan pornografi. Aubungan subordinasi dengan kekerasan tersebut karena perempuan dilihat sebagai objek untuk dimiliki dan diperdagangkan oleh laki-laki, dan bukan sebagai indi idu dengan hak atas tubuh dan kehidupannya. "+osse, $%%5'75) 9nggapan bahwa perempuan itu lebih lemah atau ada di bawah kaum lakilaki juga sejalan dengan pendapat teori nature yang sudah ada sejak permulaan lahirnya filsafat di dunia Barat. -eori ini beranggapan bahwa sudah menjadi kodrat "sic') wanita untuk menjadi lebih lemah dan karena itu tergantung kepada laki-laki dalam banyak hal untuk hidupnya. "Budiman, $%&2' 5) Bahkan 9ristoteles mengatakan bahwa wanita adalah laki-laki ( yang ( tidak lengakap. "#bid.) !emikianlah pendikotomian laki-laki dan perempuan berdasarkan hubungan gender nyata sekali telah mendatangkan ketidakadilan gender bagi perempuan yang termanifestasi dalam berbagai wujud dan bentuknya. ,arena diskriminasi gender perempuan diharuskan untuk patuh pada kodrat =nya yang telah ditentukan oleh masyarakat untuknya. ,arena diskriminasi pula perempuan harus menerima stereotype yang dilekatkan pada dirinya yaitu bahwa perempuan itu irrasional, lemah, emosional dan sebagainya sehingga kedudukannya pun selalu subordinat terhadap laki-laki, tidak dianggap penting bahkan tidak dianggap sejajar dengan laki-laki, sehingga perempuan diasumsikan harus selalu menggantungkan diri dan hidupnya kepada laki-laki.

$8

Bertolak dari kondisi demikianlah maka jika dulu ,arl +ar( memperjuangkan kesamaan kelas, kini kaum feminis menggemakan perjuangannya, untuk memperoleh kesetaraan gender. <ntuk memperoleh kedudukan dan hak yang sama dengan lakilaki.

$2

DAFTAR P&STAKA Budiman, 9rief, Pembagian Kerja )ecara )eksual, )ebuah Pembahasan )osiologis tentang Peran *anita di dalam +asyarakat. 4akarta, :ramedia,$%&2 Bakih, +ansour, !>. ,nalisis "ender dan -ransformasi )osial. Cogyakarta' Pustaka Pelajar, $%%7 #brahim, #di Subandy dan Aanif Suranto, "ed). *anita dan +edia. Bandung' >emaja >osdakarya, $%%& #llich, # an. +atinya "ender. Cogyakarta' Pustaka Pelajar, $%%& +osse, 4ulia 0le es. "ender dan Pembangunan. Cogyakarta' >ifka 9nnisa ?omen;s 0risis 0enter dan Pustaka Pelajar, $%%5 +unir, Dily Eakiyah, "ed). +emposisikan Kodrat. Bandung' +iFan, $%%% *oor, A. +. 9rifin, !rs. $lmu )osial .asar. Bandung' Pustaka Setia, $%%7 Saptari, >atna dan Brigitte AolFner. Perempuan Kerja dan Perubahan )osial )ebuah Pengantar )tudi Perempuan. 4akarta' Pustaka <tama :rafiti, $%%7 Soelaeman, +. +unandar. #r. +S. $lmu )osial .asar, -eori dan Konsep $lmu )osial Bandung' >efika 9ditama, $%%&

Anda mungkin juga menyukai