Anda di halaman 1dari 3

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 279

ISSN 0853-0823

Immobilisasi Amyglukosidase dalam Kalsium Alginat sebagai
Prototipe Biosensor Pendeteksi Kadar Karbohidrat
Umiatin

Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Jl. Pemuda No.10 Jakarta 13220
e-mail: Ummiatin@yahoo.com

Abstrak Biosensor merupakan salah satu jenis sensor kimia yang menggunakan elemen biologis sebagai fungsi sensingnya.
Dua parameter utama yang sangat penting dalam pembuatan biosensor adalah: jenis biomolekul yang digunakan dan metode
pengimmobilisasian biomolekul tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan pengimmobilisasian enzim amyloglucosidase dalam
polimer kalsium alginat dengan metode gel entrapment. Larutan sodium alginat dengan konsentrasi 5%, 6%, 7%, 8%, 9% dan
10% dengan volume enzim dibuat bervariasi sebesar 50L, 75L, 100L, 125L dan 150L. Pengukuran konduktivitas
dengan metode four probe resistance menunjukkan bahwa film alginat dengan konsentrasi 5% memiliki konduktivitas yang
lebih tinggi dibandingkan yang lain.

Kata kunci: biosensor, kalsium alginat, AMG


I. PENDAHULUAN
Sensor merupakan piranti yang sangat menarik karena
keberadaannya memudahkan kita memperluas dan
mempertajam penginderaan kita. Sebagai contoh, sensor
fisik yang digunakan untuk mengukur tekanan dan
temperatur sudah banyak diterapkan dalam industri.
Sedangkan penggunaan sensor berbasis elektrokimia masih
relatif terbatas [1,2]. Biosensor, yaitu sensor yang
menggunakan elemen biologi untuk fungsi sensingnya,
sampai beberapa tahun lalu hanya digunakan dalam riset
maupun laboratorium klinik untuk memonitor sistem
kehidupan mahluk hidup. Sebagai komponen sensingnya
digunakan biomolekul seperti: enzim, antibodi maupun
jaringan. Biosensor digunakan secara luas dalam industri,
pertanian, kedokteran maupun lingkungan hidup. Prinsip
kerja biosensor diawali dengan adanya biomolekul yang
terjebak dalam suatu divais. Biomolekul tersebut akan
bereaksi dengan zat asing yang ingin diketahui
karakteristiknya, selanjutnya reaksi ini akan direspon oleh
serangkaian divais yang dapat mentranformasikan besaran
biologis menjadi besaran listrik.
Dalam pembuatan suatu biosensor, langkah awal yang
dilakukan adalah melakukan imobilisasi biomolekul dalam
polimer tertentu yang sesuai dengan karakterisitik
biomolekul yang dipakai. Dalam penelitian ini, polimer
yang dipakai adalah alginat, yang memiliki struktur yang
kuat dan fleksibel, sedangkan biomolekulnya digunakan
enzim amyloglukosidase yang biasa dipakai untuk
mengontrol kandungan zat tepung (amylum). Alginat
biasanya dijual di pasaran berbentuk Asam Alginat dengan
rumus kimia (C
6
H
8
O
6
)n atau Sodium Alginat (Natrium
Alginat) dengan rumus kimia (C
6
H
7
NaO
6
)n

[3,4].
Pembuatan film tebal sodium alginat terjadi melalui
pertukaran posisi dari ion monovalen natrium dengan ion
divalen kalsium. Dengan kata lain, pembuatannya
menyangkut pencelupan larutan sodium alginat ke dalam
larutan kalsium klorida (CaCl
2
) sehingga terjadi reaksi
susbtitusi antara kedua senyawa tersebut. Persamaan reaksi
kimianya adalah
2(C
6
H
7
NaO
6
)n + 2n CaCl
2
2(C
6
H
7
CaO
6
)n
+
+ 2n NaCl +
2n Cl





Gambar 1. Struktur polimer alginat.

Enzim yang digunakan dalam penelitian ini adalah
enzim amyloglucosidase (AMG) yang diproduksi dari
Aspergillus niger. Amyloglucosidase adalah enzim extra
selular yang berfungsi menguraikan 1-4 dan 1-6 rantai
glucosisdic dalam tepung menjadi rantai shacaride. Enzym
ini banyak digunakan secara luas dalam produksi glukose,
makanan, minuman, tekstil maupun industri farmasi [5,6].

II. METODE PENELITIAN
Mula-mula disiapkan preparat tempat deposisi lapisan
alginat yang terbuat dari bahan gelas. Sebelum digunakan,
preparat dicuci dengan sabun, dipanaskan selama 15 menit
dalam temperatur air mendidih, dan terakhir dilakukan
pembilasan dengan alkohol. Berikutnya dipersiapkan larutan
alginat dengan berbagai konsentrasi, baik alginat murni
maupun dengan penambahan enzim. Sodium alginat
dilarutkan dalam aqua bidest steril dengan pengadukan
selama 15 20 menit. Larutan alginat yang dibuat ini
didiamkan dalam wadah tertutup selama 24 jam, untuk
mendapatkan larutan yang benar benar homogen. Dalam
eksperimen ini dibuat larutan alginat dengan konsentrasi
5%, 6%, 7%, 8%, 9% dan 10%, dengan enzim dibuat
bervariasi pada 50 l, 75 l, 100 l, 125 l dan 150 l.
O
CO2
-
+
Na
H
O
O
H
O
O
H
O
Na
+

-
O2
C
O
H
n
280 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY

ISSN 0853-0823

Metode yang digunakan dalam pembuatan film alginat ini
adalah teknik spin coating. Film alginat yang telah
homogen, kemudian direndam dalam larutan CaCl
2
sehingga
akan terbentuk film Ca Alginat. Untuk mengangkat garam
garam yang terbentuk pada permukaan film, film alginat
tersebut dibilas dengan aqua bidest steril, dan selanjutnya
dikeringkan dengan cara pemvakuman pada suhu ruang.
Proses pemvakuman ini memerlukan waktu 45 menit sampai
1 jam. Untuk mendapatkan film alginat dengan kualitas
terbaik, dilakukan karakterisasi meliputi pengukuran
konduktivitas film dengan metode four probe resistance dan
scanning electron microscope untuk mengetahui
strukturnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksperimen yang pertama kali dilakukan adalah
pembuatan film tipis alginat tanpa enzim, dengan cara
memvariasikan konsentrasi alginat 5%, 6%, 7%, 8%, 9%,
dan 10%. Eksperimen ini bertujuan untuk mencari film
alginat yang memiliki sifat mekanik (kekuatan film) maupun
sifat listrik (konduktivitas) yang paling bagus, yang
selanjutnya akan digunakan untuk mengimmobilisasi
biomolekul enzim. Karakteristik masing masing film
alginat dengan berbagai konsentrasi tersebut digambarkan
dalam Gambar 2.
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
waktu (detik)
t
e
g
a
n
g
a
n

o
u
t
p
u
t

(
v
o
lt
)
Alginat tanpa enzim
5%
6%
8%
7%
10%
9%

Gambar 2. Grafik pengukuran tegangan keluaran film alginat
tanpa enzim.

Nilai konduktivitas film alginat pada berbagai konsentrasi
larutan, seperti tercantum dalam Tabel 1 dan terlihat bahwa
konduktivitas film alginat semakin menurun pada saat
konsentrasi alginat terlarut diperbesar.
Penelitian selanjutnya adalah dengan membuat film
alginat dengan konsentrasi yang berbeda beda, seperti
pada eksperimen sebelumnya dan dengan menambahkan
enzim amyloglukosidase sebesar 50l.

TABEL 1. KONDUKTIVITAS FILM ALGINAT TANPA ENZIM
Konsentrasi
Alginat
Konsentrasi
Amyloglukosidase (ul)
Konduktivitas
( Scm-2)
5% 0 2,73E-06
6% 0 2,03E-06
7% 0 1,15E-06
8% 0 9,63E-07
9% 0 6,54E-07
10% 0 6,24E-07
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
0.5
1
1.5
2
2.5
3
waktu (detik)
t
e
g
a
n
g
a
n

o
u
t
p
u
t

(
v
o
l
t
)
Alginat dengan Amyloglucosidase 50 mikroliter
5%
6%
7%
8%
9%
10%

Gambar 3. Grafik pengukuran tegangan keluaran film alginat
dengan enzim amyloglukosidase sebesar 50l.

Besarnya konduktivitas film alginat dengan enzim 50 l
adalah seperti disajikan pada Tabel 2. Penambahan enzim
amyloglukosidase dalam polimer alginat, nilai
konduktivitasnya akan naik. Hal ini mengindikasikan bahwa
keberadaan enzim dalam film alginat menjadikan sifat film
tersebut lebih stabil.

TABEL 2. KONDUKTIVITAS FILM ALGINAT DENGAN
ENZIM
Konsentrasi
Alginat
Konsentrasi
Amyloglukosidase (ul)
Konduktivitas
( Scm-2)
5% 50 3,00E-06
6% 50 2,07E-06
7% 50 1,54E-06
8% 50 9,90E-07
9% 50 6,87E-07
10% 50 6,72E-07

Selanjutnya konsentrasi alginat dibuat tetap namun dengan
penambahan enzim yang bervariasi. Alginat yang dipakai
adalah alginat dengan konsentrasi 8% dan 9% karena secara
fisik, film alginat dengan konsentrasi ini memiliki sifat yang
kuat dan tidak mudah rusak. Besarnya konduktivitas film
alginat 8% dengan variasi enzim di atas dirangkum dalam
Tabel 3. Konduktivitas film alginat 9% dengan variasi
enzim di atas adalah seperti disajikan pada Tabel 4.
TABEL 3. KONDUKTIVITAS FILM ALGINAT 8%
Konsentrasi
Alginat
Konsentrasi
Amyloglukosidase
Konduktivitas
( Scm-2)
8% 75 5,10E-07
8% 100 3,31E-07
8% 125 3,76E-07
8% 150 3,69E-07

TABEL 4. KONDUKTIVITAS FILM ALGINAT 9%
Konsentrasi
Alginat
Konsentrasi
Amyloglukosidase
Konduktivitas
( Scm-2)
9% 75 7,36E-07
9% 100 6,46E-07
9% 125 5,75E-07
9% 150 5,24E-07
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 281

ISSN 0853-0823

Setelah didapatkan enzim yang dapat terimmobilisasi
dengan baik, langkah selanjutnya adalah melakukan
pengujian sensitifitas dengan menggunakan tepung,
kemudian dilakukan pengukuran konduktivitas lagi. Nilai
konduktivitas film alginat 8% setelah diuji dengan tepung
disajikan pada Tabel 5.

TABEL 5. KONDUKTIVITAS FILM ALGINAT 8%
Konsentrasi
Alginat
Konsentrasi
Amyloglukosidase
Konduktivitas
( Scm-2)
Konduktivitas
dengan
tepung (Scm-
2)
8% 75 5.10E-07 8,51E-07
8% 100 3.31E-07 4,31E-07
8% 125 3.76E-07 5,82E-07
8% 150 3.69E-07 5,06E-07

Karakterisasi dengan Scanning Electron Microscope
dilakukan untuk menganalisis struktur enzym amilo
glucosidase yang terimmobilisasi dalam polimer alginat.
SEM hanya dilakukan pada sampel alginat berkonsentrasi 9
% yang mengandung amiloglukosidase sebesar 75 L dan
125 L seperti disajikan pada Gambar 4.



Gambar 4. Hasil SEM film alginat 9% dengan enzim.



IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa
konduktivitas film alginat akan menurun bila konsentrasi
sodium alginat terlarut dinaikkan. Konduktivitas tinggi
diperoleh pada konsentrasi rendah, namun film alginat
dengan konsentrasi rendah ini sifatnya kurang bagus karena
mudah rusak. Keberadaan enzim menyebabkan film alginat
bersifat lebih stabil dalam pengukuran. Enzim
amiloglucosidase yang diimmobilisasi dalam polimer
alginat dapat dikembangkan untuk biosensor pendeteksi
kandungan zat tepung dalam suatu bahan.

PUSTAKA
[1] Lambrechts M, Sansen W, Biosensors : Microelectrochemical
Divices, Philadelphia : IOP
[2] Thevenot DR, Toth K, Durst RA, Wilson GS. Electrochemical
biosensors : recommended difinition and classification ( technical
report ). Pure Appl. Chem. 1999; 71 :2333-48.
[3] Byfield MP, Abuknesha RA. Biochemical Aspect of Biosensors.
Biosensors & Bioelectronic 1994; 373 400.
[4] Ikramul-Haq, Shahida Javed, Hamad Asraf. Production of
Amyloglucosidase by UV Irradiated Strain of Aspergillus Niger.
Biotechnology, Vol 1 Number 1 : 34-39, 2002.
[5] Ikram ul-Haq, Hamad Asraf, S. Omar, Qadeer,M..A. Biosynthesis of
Amyloglucosidase by Aspergillus niger Using Wheat Bran as
Substrate, Pakistan Journal of Biological Sciences 5 (9), 962-
964,2002.
[6] Haberkora. M, Hinsmann. P, Lendl. B. A mid- IR flow-through
sensor for monitoring of enzyme catalysed reactions. Case Study :
Measurement of Carbohydrates in Beer. The Analyst, 127, 109-
113,2002.

Anda mungkin juga menyukai