Anda di halaman 1dari 4

Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (WTO) ke-9 akan berlangsung di Pulau Dewata, Bali pada 3-6

Desember. Pertemuan tersebut akan dipusatkan di Nusa Dua Convention Center Bali (BNDCC) dan secara resmi akan dibuka Presiden Republik Indonesia, Soesilo Bambang Yudhoyono pada hari Selasa, 3 Desember 2013. Konferensi Tingkat Menteri WTO sendiri adalah konferensi penting dalam pengambilan keputusan Organisasi Perdagangan Dunia setiap dua tahun sekali. Konferensi Tingkat Menteri ini demi mengambil keputusan tentang segala yang menyangkut perdagangan dunia di bawah perjanjian perdagangan multilateral. Konferensi Tingkat Menteri ini akan dihadiri sebanyak 159 negara anggota WTO dan 25 negara peninjau juga turut mengirimkan delegasinya. Pembicara kunci akan diisi oleh Pemimpin Konferensi, Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan, Direktur Jenderal Roberto Azevedo, dan Ketua General Council serta Duta Besar Pakistan Shahid Bashir. Konferensi Tingkat Menteri akan dipimpin oleh Gita Wirjawan sebagai ketua. Franois Kanimba dari Rwanda, Stephen Green dari Britania Raya, serta Ms Magali Silva Velardelvarez dari Peru sebagai wakil ketua. Konferensi akan dimulai pada Rabu 4 Desember 2013 pukul 09:30 Waktu Indonesia Bagian Tengah. Pada pertemuan terakhir, sidang pleno akan memberikan kesempatan bagi para menteri yang hadir untuk memberikan berbagai pernyataan. Penutupan konferensi akan dilaksanakan pada 6 Desember 2013 pukul 15.00 Waktu Indonesia Bagian Barat. Sejak Putaran Doha dimulai pada 2001, belum ada hasil signifikan. Oleh karena itu, agenda konferensi di Bali nanti akan menyelesaikan isu-isu yang sama antara lain: fasilitas pedagangan, negosiasi agrikultur, mekanisme peninjauan dalam implementasinya, mempermudah akses negara kurang berkembang pada pasar jasa, Yemen's accession, ecommerce, serta perlindungan terhadap kekayaan intelektual. Meskipun tidak secara resmi

menjadi bagian dari Putaran Doha, masalah lain yang masuk dalam agenda konferensi tersebut adalah perluasan Perjanjian Teknologi Informasi WTO. Kesuksesan konferensi tingkat menteri di Bali nantinya akan memberikan dorongan kepercayaan m dalam forum negosiasi perdagangan. Kesuksesan di Bali juga menjadi bahan pada Putaran Doha selanjutnya, beberapa hal penting adalah: untuk menyimpulkan isu yang masih ada di Putaran Doha, memperkenalkan isu-isu perdagangan baru, negosiasi Trans PacificPartnership (TPP) dan Trans-Atlantic Trade, dan Investment Partnership (TTIP).

Minggu, 08 Desember 2013 | 11:04

Konferensi Tingkat Menteri WTO Hasilkan Paket Bali

KTM ke-9 WTO resmi ditutup pada Sabtu (7/12), setelah para delegasi berhasil mencapai kesepakatan antara lain mencakup pengurangan hambatan ekspor, dan pengurangan subsidi pangan. (sumber: Antara) Nusa Dua, Bali - Negosiasi panjang Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization ke9 berhasil membuahkan Paket Bali yang berisikan tiga poin utama yaitu Trade Facilitation, Agriculture, dan Least Developed Countries. "Setelah melakukan negosiasi yang cukup panjang, kami para menteri dari WTO menyetujui untuk memberikan fleksibilitas bagi negara berkembang untuk menerapkan program ketahanan pangan," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, saat menyampaikan pidato penutupan KTM WTO ke-9 di Nusa Dua Bali, Sabtu (7/12). Ia mengatakan, pada akhirnya menyetujui adanya perubahan dalam kesepakatan WTO pada Paket Agriculture, yang sudah disepakati di Bali. "Terkait dengan Trade Facilitation, yang merupakan kali pertama dinegosiasikan, akan mampu mengurangi biaya perdagangan, dan menyediakan kepastian bisnis," kata Gita.

Selain itu, lanjut dia, hal tersebut juga akan bermanfaat untuk anggota WTO lainnya termasuk negara berkembang yang memberikan akses bantuan dan akan meningkatkan sistem dan prosedur perdagangan negara-negara tersebut. "Yang paling menguntungkan adalah untuk negara berkembang dan juga LDCs yang mendapatkan manfaat untuk membuat akses bebas dari barang dan jasa untuk meningkatkan perdagangannya," kata Gita. Berbeda dengan Doha Development Agenda (DDA) yang memiliki ambisi untuk menyelesaikan sebanyak 19 poin isu runding, Paket Bali hanya memiliki tiga isu runding yang menekankan pada Trade Facilitation (TF), Agriculture, dan Least Developed Countries (LDCs). Perjuangan untuk membuahkan Paket Bali sempat terhalang oleh sikap India yang tidak setuju dan bersikeras bahwa solusi interim bukan merupakan langkah yang tepat karena terkait dengan permasalahan yang fundamental yakni stok keamanan pangan. Dalam negosiasi terkait solusi interim tersebut, negara maju seperti Amerika Serikat sesungguhnya telah menyetujui usulan negara berkembang untuk memberikan subsidi lebih dari 10 persen dari output nasional, namun memberikan jangka waktu selama 4 tahun. Jangka waktu tersebut tidak diterima oleh India yang menginginkan adanya solusi permanen dan juga adanya penyesuaian harga dengan tidak lagi menggunakan acuan harga dari 1986-1988. Selama ini, pengaturan besaran harga acuan pokok produk pertanian diambil dari mekanisme Agreement on Agriculture (AoA) 1994 di Uruguay tentang mekanisme pemberian subsidi pertanian bagi negara maju dan berkembang. India pada akhirnya menyetujui Paket Bali yang menyebutkan bahwa anggota WTO menyetujui penempatan mekanisme interim untuk melakukan negosiasi untuk menghasilkan solusi permanen yang akan diadopsi dalam KTM WTO ke-11 atau selama empat tahun. Selama masa interim tersebut, setiap anggota yang tergabung dalam WTO harus menahan diri untuk tidak membawa aduan dalam penyelesaian sengketa WTO. Setelah India melunak, empat negara sempat menolak Draf Paket Bali tersebut. "Negara dari Afrika, Arab, Asia, grup negara Pacific, dan Least Development Countries mendorong paket tersebut, sementara Kuba, Bolivia, Venezuela dan Nikaragua menolak draf paket tersebut," kata Juru Bicara WTO Keith Rockwell kepada para wartawan, di Nusa Dua, Bali, Sabtu (7/12) pukul 03.00 dini hari. Rockwell mengatakan, salah satu yang menjadi masalah penolakan ke empat negara atas Draf Paket Bali tersebut adalah masalah embargo yang tidak kunjung ditindaklanjuti WTO sejak pertemuan Hongkong 2005.

KTM WTO ke-9, sesungguhnya sudah diakhiri pada Jumat (6/12) kemarin, namun, dikarenakan perundingan yang masih alot, negosiasi dilanjutkan hingga Sabtu (7/12) yang pada akhirnya berhasil mencatatkan sejarah baru dari perundingan WTO setelah terhenti selama 12 tahun untuk menyelesaikan Putaran Doha. Penulis: /RIN Sumber:ANT

Anda mungkin juga menyukai