Anda di halaman 1dari 11

What are wetlands?

Zona transisi antara lingkungan yang secara permanen basah dan kering Menyokong hidup berbagai ragam spesies tumbuhan dan hewan Dapat dijumpai di pantai dan pedalaman

LAHAN BASAH
Defenisi lahan basah menurut Konvensi Ramsar 1991
daerah payau, paya, tanah gambut atau perairan, baik yang bersifat alami maupun buatan, tetap ataupun sementara, dengan perairannya yang tergenang ataupun mengalir, tawar, agak asin ataupun asin, termasuk daerah-daerah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air surut.

Konvensi Ramsar adalah sebuah konvensi internasional yang ditandatangi di kota Ramsar, Iran (1971). Konvensi ini adalah Convention on Wetlands of International Importance Especially as Waterfowl Habitat yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1991 melalui Keputusan Presiden RI No. 48 tahun 1991

KEPUTUSAN PENTING DALAM KONVENSI RAMSAR ANTARA LAIN :


Merasa percaya bahwa konservasi lahan basah berikut flora dan faunanya dapat dijamin oleh perpaduan kebijakan-kebijakan nasional yang berwawasan luas dengan tindakan internasional yang terkoordinasi. Setiap anggota hendaknya menunjuk lahan basah yang baik di dalam daerahnya untuk dicantumkan pada Daftar Lahan Basah Kepentingan Internasional. Indonesia: (1). TN. Berbak Jambi ; (2). SM. Danau Sentarum ; (3) SM. Kerumutan ; Para anggota hendaknya merumuskan dan melaksanakan perencanaannya dalam rangka meningkatkan pelestarian lahan basah yang termasuk dalam daftar dan sejauh mungkin memanfaatkan lahan basah secara bijaksana di dalam daerahnya

Ramsar Convention and Ramsar Sites


Kewajibab partisipan:
Memasukkan wetland ke dalam daftar wetland internasional yang disebut Ramsar sites; Memelihara karakter ekologis wetland yang masuk daftar Ramsar sites; Mengorganisasi rencana penting sehingga dicapai cara pemanfaatan seluruh wetland; dan Memandang wetland sebagai cadangan alam.

KONDISI LAHAN BASAH DI INDONESIA


Lahan Basah di Indonesia mengalami berbagai tekanan menuju kehancuran dan deforestasi secara drastis. Laju degradasi hutan mencapai 2 juta hektar per tahun. Konversi hutan, illegal logging, dan kebakaran hutan merupakan ancaman utama lahan basah di Indonesia. Konversi hutan dalam skala besar, terutama dilakukan untuk perkebunan monokulter, terutama sawit, HTI, pertambangan, dan pertambakan udang. Kebakaran hutan menjadi isu nasional setiap tahun sejak 1996. Musim kemarau dan pembukaan ladang berpindah dituduhkan sebagai penyebab kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang merupakan kombinasi faktor kelalaian dan kekeringan terjadi di kawasan gambut. Bekas lahan gambut sejuta hektar di Kalimantan, yang kini berubah menjadi kering kerontang di musim kemarau, menjadi langganan kebakaran hutan tiap tahunnya.

KONDISI LAHAN BASAH DI INDONESIA


Lahan basah memiliki peranan yang penting dalam menyumbang keragaman hayati, pengatur iklim dunia, sumber pangan, sumber sirkulasi air, sumber perikanan, dan obat-obatan bagi masyarakat setempat. Masyarakat lokal memiliki tingkat ketergantungan kehidupan yang cukup besar pada ekosistem lahan basah. Di beberapa tempat, terdapat kearifan lokal dan sistem pengelolaan dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada. Namun demikian, tidak semua masyarakat yang hidup bergantung pada ekosistem lahan basah memiliki pengaturan dan kepedulian terhadap keberlanjutan ekosistem lahan basah. Pola pemanfaatan yang bersifat merusak dan eksploitatif berlangsung, baik oleh masyarakat setempat maupun pendatang, tanpa ada upaya pencegahan.

KONDISI LAHAN BASAH DI INDONESIA


Alih fungsi lahan basah (konversi) berlangsung begitu saja dalam waktu singkat. Dibandingkan ekosistem hutan daratan tinggi, rasa kepemilikan terhadap lahan basah oleh masyarakat setempat tidak begitu kuat. Interaksi budaya dan konsep religi masyarakat terhadap hutan dataran tinggi lebih kuat dibandingkan terhadap ekosistem lahan basah. Pada sejumlah lahan basah, tidak ditemukan pararaksonomi, organisasi tani maupun kelembagaan sosial yang terkait dengan lahan basah. Ekosistem lahan basah dipandang sebagai tanpa pemilik, belum tergarap dan terlantar. Pandangan ini hampir sejalan dengan Pemerintah yang menganggap lahan basah sebagai lahan potensial untuk kepentingan produksi, melalui alih fungsi. Ditinjau dari regulasi yang ada, pengaturan pada ekosistem lahan basah masih sangat minim. Namun demikian, pandangan, ikatan batin, dan faktor pendorong konservasi maupun eksploitasi oleh masyarakat atas lahan basah di suatu tempat bersifat khas dan site specifik.

KONDISI LAHAN BASAH DI INDONESIA


Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PPLG) Satu Juta Hektar merepresikan pandangan tersebut dan merupakan bencana lingkungan terbesar di Indonesia. Ini dilakukan untuk mengantisipasi krisis swasembada beras, dengan pertimbangan bahwa di Jawa luasan areal pertanian sawah teknis semakin tahun semakin berkurang. Ditunjuknya Kalimantan Tengah karena hanya satu-satunya Propinsi yang mempunyai hamparan seluas satu juta hektar. Kebijakan ini merubah sistem tata air, keadaan iklim mikro, dan penguasaan tanah. Kebijakan ini telah menimbulkan dampak lingkungan negatif, baik secara fisik, kimia, biologi, dan sosial-ekonomi pada masyarakat di lokasi proyek. Proyek ini telah menyebabkan degradasi kualitas lingkungan hidup dengan mengkonversi hutan tropis seluas 638.000 ha menjadi persawahan dan 362.000 ha menjadi areal pertanian, perumahan, dan kawasan konservasi.

BOG: gambut yang terakumulasi membentuk lahan basah yang tidak memiliki secara nyata aliran masuk dan keluar dan tanah ditumbuhi lumut yang suka asam (acidophilic)

FEN: gambut yang terakumulasi membentuk lahan basah yang mendapat masukan air (drainase) dari tanah mineral disekitarnya dan baik untuk tumbuh vegetasi rawa

MARSH/SWAMP/RAWA: Wetland yang secara terus menerus atau sesekali terendam ditandai dengan adanya vegetasi herba yang menyembul yang teradaptasi dengan kondisi tanah yang jenuh
Cypress (Taxodium spp.)

FLOODPLAIN/PELATARAN BANJIR

Flooded grassland

SALT MARSH: padang rumput halophita pada sedimen alluvial yang dibatasi oleh air asin dimana paras air berfluktuasi pada saat surut dan pasang

Coastal grassland

Estuary sediment (mud flat)

Mangroves

HUTAN SUAKA MARGA SATWA KERUMUTAN

Hewan yang ada di Wetland, a.l:


[5]

Fishes Shrimps Mammals Reptiles and Amphibians Fiddler Crabs Mudskippers

Hewan lain:
Birds

Black-faced Spoonbill (Sources: M.S. Lam in WWF online, 2001, accessed 11/05/2001)

Birds (Sources of Photo: Eleon Cheung)

10

Mai Po Marshes - Animals


Black-faced Spoonbill

[8]

25% of the worlds population spend each winter in and around the wetlands of the Mai Po / Inner Deep Bay Ramsar Site

Terima kasih, atas perhatiannya

11

Anda mungkin juga menyukai