Anda di halaman 1dari 8

LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI

TEMU : 3

KELOMPOK 2
1.
2.
3.

A.A Sagung Verayunita Handayani


I Made Satriya Mahayasa
Ni Nyoman Afriyanti

(1006315010)
(1006315011)
(1006315014)

PROGRAM PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS UDAYANA
2010

DAFTAR ISI

Judul
Daftar isi .
1. Ekspektasi masyarakat terhadap bisnis dan akuntansi
2. Belajar dari masa lalu profesi akuntansi: Kasus Enron-AA dan Worldcom .
Daftar Rujukan ..

LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI


1.

Ekspektasi Masyarakat Terhadap Bisnis dan Akuntansi


Dalam dua dekade terakhir, terdapat peningkatan ekspektasi bahwa bisnis ada untuk

melayani kebutuhan pemegang saham dan masyarakat. Banyak orang memiliki kepentingan
atau tertarik pada sebuah bisnis, aktivitasnya dan dampaknya. Jika kepentingan stakeholder
tidak dihargai, maka akan terjadi tindakan yang merugikan pemegang saham, karyawan, dan
direktur. Pada kenyataannya, tidak mungkin bisnis itu dapat mencapai tujuan strategis jangka
panjangnya tanpa dukungan dari stakeholder.
Dukungan untuk sebuah bisnis tergantung pada kredibilitas stakeholder pada komitmen
dan reputasi perusahaan, dan kekuatan dari keunggulan kompetitif. Stakehoder sangat
mengharapkan bahwa operasi perusahaan dapat meningkatkan nilai dan keuntungan mereka.
Untuk jangka panjang, peningkatan terhadap nilai dan keuntungan stakeholder menentukan
kesuksesan perusahaan. Oleh karena itu, pemilik perusahaan mengharapkan manajemen
perusahaan bertindak sesuai dengan etika. Manajemen juga diharapkan untuk dapat
bertangggung jawab kepada stakeholder melalui sikap transparan dan beretika.
Perubahan

harapan

masyarakat

terhadap

pengelolaan

bisnis,

perilaku

dan

pertanggungjawaban dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.


Perhatian terhadap lingkungan

Tidak ada hal yang dapat membantah pendapat masyarakat bahwa kesehatan publik dan
kesehatan beberapa pekerja terancam oleh aktivitas perusahaan. Pada akhirnya, tingkat
kesadaran akan masalah ini menjadi cukup besar untuk membuat risalah internasional
dan regulasi lokal yang lebih ketat. Bagaimanapun, ancaman terhadap kesehatan
individu mulai menekan pemerintah dan perusahaan secara langsung untuk mengubah
standar keselamatan untuk emisi perusahaan.
Sensitivitas moral
Selama tahun 1980-an dan 1990-an, terjadi peningkatan yang signifikan terhadap
sensitivitas akan kekurangan dalam keadilan dan kejujuran yang secara normal
dilakukan oleh individu dan kelompok dalam masyarakat. Dimana peningkatan ini
membawa perubahan pada institusi sampai badan legislatif atau pengadilan agar lebih
jujur dan adil serta mengurangi diskriminasi.

Sensitivitas moral juga dijelaskan dalam isu-isu internasional. Kampanye untuk


memboikot pembelian dari perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan anak kecil dan
tenaga kerja luar negeri dengan upah rendah banyak terjadi di sini, dan berakibat pada
pembuatan kode etik praktik untuk suplier, sebagai pemenuhan mekanisme untuk
memastikan mereka mematuhinya.
Keputusan yang salah dan aktivis stakeholder

Direktur, eksekutif, dan manager juga manusia, mereka bisa membuat kesalahan.
Terkadang masyarakat atau kelompok tertentu, mengambil hati atas kejadian ini dan
bertindak untuk membuat direktur dan manajemen sadar bahwa yang mereka lakukan
tidak disetujui. Dua aktivis lain juga membuat pernyataan di akhir tahun 1980-an dan di
awal 1990-an yaitu, etika konsumen dan etika investor. Etika konsumen mengatakan
bahwa pembelian produk dan pelayanan harus dilakukan sesuai dengan etika yang
dapat diterima. Etika investor berpandangan bahwa investasi mereka tidak boleh hanya
menghasilkan keuntungan yang besar, tetapi juga harus dilakukan dengan cara yang
beretika.
Tekanan ekonomi dan persaingan
Perkembangan pasar global membawa pada produksi dan pencarian sumber daya
produk di seluruh dunia. Restrukturisasi perusahaan dipandang sebagai kemungkinan
produksi yang besar dan biaya rendah dengan tingkat tenaga kerja domestik yang
rendah. Selain itu, kompetisi yang ketat, akan meningkatkan volume kebutuhan untuk
meningkatkan laba, sehingga tekanan pada perusahaan kemungkinan tidak akan
kembali pada level sebelumnya.
Skandal keuangan: kesenjangan ekspektasi dan kredibilitas (expectations and

credibility gap)
Tidak diragukan lagi bahwa kegagalan keuangan yang terjadi akan mengejutkan dan
menghancurkan publik. Hal ini mengakibatkan publik mengolok-olok integritas
keuangan perusahaan, sehingga terjadi kesenjangan ekspektasi untuk menggambarkan
perbedaan antara apa yang masyarakat pikir akan diperoleh dalam laporan keuangan
audit dan apa yang sebenarnya didapat.

Kegagalan pengelolaan dan penilaian risiko


Kegagalan Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom membuat wujud tata kelola
(governance) perusahaan menjadi jelas dan pelaporan aktivitas mereka tidak cukup
untuk melindungi kepentingan investor, dan lebih luas kepentingan publik dalam
permintaan pasar dan aktivitas perusahaan. Direktur perusahaan berharap untuk dapat
meyakinkan bahwa perusahaannya bertindak untuk kepentingan investor dengan
penjelasan tentang aktivitas perusahaan disediakan oleh perusahaan dimana mereka
beroperasi. Tapi dalam kasus Enron, WorldCom, dan kasus-kasus lainnya, kelalaian
direktur perusahaan tentu mengandung ketamakan dari eksekutif, manajer, dan
karyawan lain. Perusahaan ini dan perusahaan lain lepas kendali dan melakukan praktik
yang tidak dapat diterima.
Akhirnya, publik menjadi muak terhadap direktur, eksekutif, dan pihak lain yang
memperkaya diri sendiri dengan membebani publik. Sudah jelas bahwa direktur dan
eksekutif tidak mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko etika dengan cara atau
pada departemen yang sama yang mereka lakukan terhadap risiko bisnis lainnya.
Penyusunan kembali tata kelola diartikan sebagai kebutuhan untuk melindungi
kepentingan publik, dimana direktur diharapkan untuk menilai dan memastikan bahwa
risiko etika yang saat ini dilihat sebagai aspek kunci dari proses ini, yang dihadapi
perusahaan, telah dikelola dengan baik.
Peningkatan kebutuhan akan akuntabilitas
kurangnya kepercayaan dalam proses dan aktivitas perusahaan juga menimbulkan
keinginan untuk meningkatkan akuntabilitas investor, dan terutama stakeholder lainnya.
Perusahaan di seluruh dunia menaggapinya dengan mengumumkan lebih banyak
informasi pada websitenya maupun free-standing report terkait tanggung jawab sosial
perusahaan, termasuk di dalamnya subjek lingkungan, kesehatan dan keselamatan,
sumbangan, dan faktor sosial lainnya. Trend sesungguhnya adalah meningkatkan
pelaporan nonkeuangan untuk menyesuaikan pertumbuhan ekspektasi publik.
Hubungan antara perusahaan dengan kekuatan institusional (pemerintah)
Hubungan antara perusahaan-perusahaan mempengarui ekspektasi publik dalam
pelaksanaan etika yang masih diperkenalkan, tetapi tidak untuk memperluas masingmasing kekuatan hubungan dan menambah kebutuhan publik dalam tindakan. Pada

gilirannya, publik sadar akan pengaruh politik, yang bereaksi dengan mempersiapkan
hukum-hukum baru atau peraturan-peraturan yang ketat.
Outcomes
Pada umumnya, ekspektasi publik berubah untuk menunjukkan sedikit toleransi,
meningkatkan kesadaran moral dan memperbesar ekspektasi dari perilaku bisnis.
Dampak dari mempertinggi ekspektasi, sejumlah penjaga dan penasehat muncul untuk
membantu atau mengganggu masyarakat dan bisnis. Konsultan tersedia untuk
menasehati perusahaan dan disebut investor etika tentang bagaimana untuk menyaring
kegiatan dan investasi dalam kesatuan antara keuntungan dan etika.
2.

Belajar dari Masa Lalu Profesi Akuntansi: Kasus Enron AA dan Worldcom
(1) Keruntuhan Enron (The Collapse of Enron)

Enron Corporation merupakan perusahaan energi Amerika Serikat yang berdiri pada
tahun 1985, berkedudukan di Houston, Texas, Amerika Serikat. Enron pada awalnya
merupakan rintisan dari Northern Natural Gas Company yang didirikan pada tahun 1931 di
Ohama, Nebraska, Amerika Serikat.
Pada tahun 2000, Enron mengakui pendapatannya berjumlah US$111 milyar, sehingga
Enron mendapat julukan sebagai Perusahaan Amerika Terinovatif selama 6 tahun
berturut-turut, yaitu dari tahun 1996 hingga 2001.
Pada akhir tahun 2002, terjadi kehebohan yang luar biasa dalam dunia bisnis Amerika
Serikat. Enron mengumumkan kebangkrutannya. Bangkrutnya Enron dianggap bukan lagi
semata-mata sebagai sebuah kegagalan bisnis, melainkan sebuah skandal multidimensional
yang melibatkan politisi dan pemimpin terkemuka Amerika Serikat. Hal ini bisa dilihat
dari beberapa fakta yang cukup mencengangkan, diantaranya:
(a)

Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang pada tahun 2001 sebelum
kebangkrutannya masih membukukan pendapatan US$ 100 miliar, ternyata tiba-tiba
melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal.
(b) Saham Enron terjun bebas hingga berharga US$ 45 sen. Padahal
sebelumnya pada Agustus 2000 masih berharga US$ 90 per lembar.
Dari strategi manajemen laba, Enron melakukan strategi dengan cara meningkatkan
laba perusahaan. Dalam proses pengusutan, diduga perusahaan melakukan praktik window
dressing, dengan cara memanipulasi angka-angka dalam laporan keuangan agar kinerjanya

terlihat baik. Manajemen Enron me-mark up pendapatannya hingga US$600 juta, dan
menyembunyikan hutangnya sebesar US$1,2 milyar.
Dalam hal ini Enron lalai dalam melindungi kepentingan pemegang saham, antara lain
melalui pelanggaran etika, antara lain:
a. Dewan Direksi Enron tidak memiliki nilai keterbukaan kepada para pemegang
sahamnya. CEO Enron sebelum Kenneth Lay,Jeffrey Skilling memberikan perintah bagi
para eksekutif perusahaan untuk terus mencari cara-cara untuk menutupi posisi utang
perusahaan guna mengelabuiekspektasi pemegang saham dan wall street.
b.Manajemen melupakan kejujuran demi reputasi mereka sebagai eksekutif perusahaan
paling terhormat dan paling sukses di Amerika serta kompensasi finansial mereka. Ketika
mereka mulai mengetahui bahwa beberapa dari lini bisnis mereka dan nilai saham mereka
mulai mengalami penurunan, mereka tidak jujur menyampaikannya kepada pemegang
saham serta karyawan yang juga sebagai pemegang saham.
Berdasarkan kode etik IAI, independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang
akuntan untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya. Namun
dalam kasus Enron, Andersen melanggar independensinya sebagai auditor Independen
dengan bekerja sama dengan klien untuk melakukan kecurangan dan tidak mengungkapkan
kenyataan sebenarnya.
Andersen dalam kasus Enron juga tidak dapat mempertahankan integritas dan
objektivitas dirinya sebagai auditor, karena tidak ingin melepaskan Enron sebagai klien
terbesarnya dan mendapatkan fee yang besar dengan membiarkan salah saji material yang
diketahuinya menjadi semakin berkembang dan tidak diungkapkan.
(2) WorldCom

WorldCom merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar ke-2 di Amerika Serikat,


dengan asset yang hampir 70% lebih besar daripada Enron. Pada tanggal 25 Juni 2002,
perusahaan mengumumkan bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan mencapai
US$3,8 milyar. Hal ini yang kemudian akan menyebabkan terguncangnya kredibilitas
pasar modal.
Para pengamat pasar melihat bahwa penyebab dari terguncangnya pasar modal adalah
terjadinya skandal keuangan dalam tubuh WorldCom. WorldCom mengumumkan
keuntungan sebesar US$3,8 milyar yang ternyata merupakan sebuah rekayasa akuntansi
terbesar sepanjang sejarah dunia bisnis. Keuntungan tersebut tidak lain merupakan hasil

dari praktik manajemen laba yang menaikkan keuntungan yang dilakukan oleh pihak
manajemen WorldCom.
Akibat skandal itu, harga saham WorldCom ambruk dari ketinggian US$60 per lembar
saham tahun 1999 menjadi hanya sekitar 83 sen akhir Juni 2002, dan sekarang hanya
berkisar 10 sen. Penipuan tersebut dalam konteks besaran uang, lebih besar daripada kasus
Enron, dan menenggelamkan kepercayaan investor terhadap korporasi Amerika Serikat.
Kurs dollar AS ambruk dan harga saham di berbagai bursa saham dunia amblas serentak.
SEC mengatakan kasus keuangan WorldCom merupakan kasus terbesar yang belum
pernah terjadi sebelumnya.
Dalam hal ini, WorldCom gagal melindungi kepentingan para pemegang sahamnya
ketika CEO WorldCom, Bernie Ebbers, melakukan pelanggaran etika bisnis, dengan cara
menekan CFO Scott Sulivan untuk mencatatkan jumlah yang bukan sebenarnya dalam
neraca guna mengelabui investor dan wallstreet serta memudahkan merekan dalam
menerima pendanaan dari kreditor. Hal itu terlihat Ketika akhirnya skandal itu mulai
tercium, harga saham WorldCom anjlok sebesar 94 % pada januari 2002 dari harga $62
pada tahun 1999 serta macetnya pembayaran utang WorldCom kepada kreditornya.
Selain itu, WorldCom juga gagal dalam melindungi kepentingan stakeholder, dimana
WorldCom gagal dalam melindungi kepentingan karyawan dan masyarakat dalam hal
kesejahteraannya. Dana pensiun Worldcom serta banyak dana pensiun masyarakat
diinvestasikan dalam bentuk saham WorldCom. Ketika akhirnya WorldCom dinyatakan
bangkrut, maka Dana Pensiun karyawan yang ditanamkan dalam saham perusahaan
kemudian mengalami penurunan nilai yang signifikan.
Setiap praktisi tidak boleh terlibat dalam setiap bisnis, pekerjaan, atau aktivitas yang
dapat mengurangi integritas, objektivitas,dan reputasi profesi yang dapat mengakibatkan
pertentangan dengan jasa profesional yang diberikannya. Pelanggaran dalam hal nilai-nilai
tersebut dianggap menodai nilai-nilai etika profesi akuntan. Dalam kasus WorldCom,
terjadi bentuk pelanggaran integritas, objektivitas, serta reputasi profesi. Dalam hal ini,
CFO WorlCom, Scott Sullivan mendapatkan tekanan dari CEO WorldCom, Bernard
Ebbers, untuk mencatatkan beban yang semakin tidak terkendali ke dalam pos investasi
guna meningkatkan nilai neraca perusahaan. Nilai aset dalam neraca juga digelembungkan
dengan cara meningkatkan pos penerimaan dari "corporate unallocated revenue accounts".
Hal ini berakibat pada masyarakat, investor dan kreditor dalam hal pengambilan
keputusan.

Anda mungkin juga menyukai