Anda di halaman 1dari 2

Desain Sistem Prediksi Terjadinya Letusan Gunung Kelud

Oleh: 1. 2. 3. 4. Fikky Frediandika (2412100014) Diana Maratussalichah (2412100016) Nita Mei Sulastriningsih (2412100017) Rinanda Dwi Purnama Asty (2412100018)

Sebagaimana Gunung Merapi, Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia.1 Sejak tahun 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI).2 Letusan terakhir Gunung Kelud terjadi pada hari Kamis, 13 Februari 2014 sekitar pukul 23.00 WIB 3. Dan pada saat itu status Gunung Kelud meningkat dari siaga (level III) menjadi awas (level IV) 4. Untuk menghindari angka korban jiwa pada bencana ini, penulis membuat sebuah desain sistem prediksi terjadinya letusan Gunung Kelud. Diharapkan dengan adanya desain ini dapat diaplikasikan menjadi sebuah teknologi alternatif untuk pencegahan dini saat terjadinya bencana. Berikut penjelasan desain sistem prediksi terjadinya letusan Gunung Kelud.

Sensor suhu dan kelembaban

Microcontroller AT89C51

TLP434A

RLP434A

Microcontroller AT89C51

Display (PC)

Diagram Blok Desain Sistem Prediksi Terjadinya Letusan Gunung Kelud Cara Kerja Besaran fisis berupa suhu dan kelembaban di sekitar Gunung Kelud akan terbaca oleh sensor SHT11 dan LM35. Kedua sensor tersebut akan merubah besaran suhu dan kelembaban menjadi besaran tegangan. Besaran tegangan ini akan diteruskan oleh sensor menuju Microcontroller AT89C51 yang selanjutnya akan diolah lebih lanjut menjadi sinyal frekuensi. Dari Microcontroller AT89C51 akan diteruskan ke pemancar TLP434A dalam bentuk sinyal frekuensi. Sinyal frekuensi ini selanjutnya akan diterima oleh receiver RLP434A. Dari receiver RLP434A sinyal akan diolah kembali oleh Microcontroller AT89C51 yang kemudian akan ditampilkan melalui komputer/PC.

Global Volcanism Program, Kelut diakses dari http://www.volcano.si.edu/volcano.cfm?vn=263280 pada tanggal 20 Februari 2014 pukul 19.55 WIB. 2 Thouret, et al., "Origin, Characteristics, and Behavior of Lahars Following the 1990 Eruption of Kelud Volcano, Eastern Java (Indonesia)," Bulletin of Volcanology, June 1998. 3 M Agus Fauzul Hakim, Gunung Kelud Meletus, Regional Kompas, diakses dari http://regional.kompas.com/read/2014/02/13/2342403/Gunung.Kelud.Meletus pada tanggal 20 Februari 2014 pukul 20.00 WIB. 4 Badan Geologi, Peningkatan Status G. Kelud Dari Siaga (level III) Menjadi Awas (level IV), 13 Februari 2014, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, diakses dari http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitasgunungapi/319-peningkatan-status-g-kelud-dari-siaga-level-iii-menjadi-awas-level-iv-13-februari-2014- pada tanggal 20 Februari 2014 pukul 20.04 WIB.

Keterangan
Sensor SHT11 SHT11 adalah sebuah sensor digital untuk suhu dan kelembaban yang pertama di dunia. Sensor ini mempunyai range suhu sekitar -40 C sampai 123,8 C, akurasi suhu sekitar 0,5 C pada suhu 25 C, range kelembaban 0 sampai 100% RH, akurasi absolut RH 3,5% RH. Sensor ini bekerja dengan interface 2-wire. Aplikasi sensor ini pada data logging, pemancar, automotive, perangkat instrumentasi dan lain-lain.5 Sensor LM35 LM35 merupakan komponen elektronik yang berupa IC berkaki tiga. LM35 ini mampu menghasilkan tegangan yang sebanding dengan besaran suhu yang menyelimutinya. Keluaran tegangan yang telah terkalibrasi dalam skala Kelvin. Linieritas keluaran tegangan pada skala Celsius adalah 10mV/C dengan akurasi C pada suhu ruang, dengan rentang suhu yang dapat direspon antara -55 sampai 150C. Sensor LM35 ini berfungsi sebagai pembaca suhu pada jarak 10 meter dan 15 meter.6 Microcontroller AT89C51 Microcontroller AT89C51 adalah mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 4 KB Flash Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM). Port serial pada AT89C51 bersifat dupleks-penuh atau full-duplex, artinya port serial bisa menerima dan mengirim secara bersamaan. Microcontroller ini memiliki penyangga penerima yang artinya port serial mulai bisa menerima byte yang kedua sebelum byte pertama dibaca oleh register penerima. Jika byte yang kedua selesai diterima sedangkan byte pertama belum juga dibaca, maka salah satu byte akan hilang.7 RPL434A RPL434A adalah sebuah radio penerima yang baru yang bekerja pada sebuah pemancar. RPL434A ini beroperasi pada frekuensi diatas 433,92 MHz yang nantinya sebagai penerim data suhu dan kelembaban yang sudah dikirimkan.8 TLP434A TLP434A adalah suatu pemancar yang berukuran kecil yang berfungsi untuk proyek pengendali jarak jauh atau memindahkan data ke suatu objek. Aplikasi ini meliputi mobile robots, wireless. Radio transmitter beroperasi mulai dari 2v sampai 12v. Radio transmitter ini mempunyai cakupan sampai 200 m, yang dicoba dengan sebuah antena. Radio transmitter ini dapat menghubungkan secara langsung seperti IC HT12E atau serupa dengan encoder yang nantinya sebagai pengirim data suhu dan kelembaban.9

Frans Richard Kodong, Aplikasi Penentuan Status Gunung Berapi Menggunakan Telemetri Suhu, Seminar Nasional Informatika 2009, 23 Mei 2009, hlm. 3. 6 Ibid., hlm. 3. 7 Ibid., hlm. 4. 8 Ibid., hlm. 3. 9 Ibid., hlm. 2.

Anda mungkin juga menyukai