Anda di halaman 1dari 1

Perda Belum Selesai, Dana Keistimewaan Yogya Macet

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memperkirakan dana keistimewaan yang dapat mereka akses pada tahun pertama anggaran setelah Undang-Undang Keistimewaan disahkan hanya sekitar Rp 300 miliar dari alokasi Rp 523 miliar. Pasalnya, DPRD Yogyakarta belum menyelesaikan tugasnya menyelesaikan sejumlah peraturan daerah sebagai turunan UU itu. Perda keistimewaan sebagai prasyarat utama mendapatkan dana itu secara utuh memang belum ada, kata Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) DIY, Tavip Agus Rayanto, di sela pembahasan dengan DPRD DIY, Selasa, 26 Maret 2013. Tavip menjelaskan, ada dua dari lima raperda keistimewaan yang belum dirampungkan, yakni soal pengisian jabatan kepala daerah dan kelembagaan. Jika semua naskah baru diserahkan April ini, pembahasan rancangan perda keistimewaan itu baru bisa diselesaikan secepatnya Juni. Baru kemudian bisa mengajukan proposal untuk mendapatkan dana keistimewaan termin pertama, kata dia. Selain itu, ujar Tavip, pemerintah belum yakin apakah pencairan termin pertama dana keistimewaan itu bisa dihabiskan untuk melakukan kegiatan. Sebab, untuk mendapat termin kedua ,anggaran harus habis dan ada laporan pertanggungjawaban. Kami juga tidak yakin ini nanti bisa habis atau tidak sebelum mendapatkan dana berikutnya, kata dia. Termin pencairan dana keistimewaan dibagi dalam tiga tahap, yakni 50 persen, 30 persen, dan 20 persen. Anggota Komisi A DPRD DIY, Arif Noor Hartanato, mengatakan, dalam hal dana keistimewaan untuk tahun anggaran 2013 ini, pemerintah tak perlu ngoyo dapat mengakses semuanya. DIY tak perlu kemaruk dulu untuk mendapat dana itu sebanyak-banyaknya, kata dia. Menurut Arif, jumlah Rp 300 miliar itu untuk tahun awal sudah cukup wajar mengingat semua perangkat aturan belum ada yang siap. Terlebih, sampai saat ini, DPRD DIY masih dibingungkan dengan dualisme sikap pemerintah pusat. Kementerian Dalam Negeri minta dana pencairan bisa ditransfer jika sudah ada Peraturan Daerah Keistimewaan. Sedangkan Kementerian Keuangan hanya membutuhkan draf Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Pemerintah DIY jauh lebih penting bersikap sak madyo. Berapa pun yang bisa terakses, diterima, kata dia. Kerepotan masih ditambah dengan diragukannya kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mengelola dana sebesar itu. Iya, kalau pertanggungjawaban pengelolaannya tepat sasaran, kami tak yakin waktu semepet ini ada rumusan program jelas untuk peningkatan kesejahteraan, katanya.

Anda mungkin juga menyukai