Anda di halaman 1dari 6

Lab.

Greenhouse Leuwikopo Rabu, 13 November 2013

Asisten: 1. Naufal Rauf 2. Dwi Budi Aswin 3. Septaria Umi K 4. Rizky Wiradinata

(F14100021) (F14100032) (F14100044) (F14100055)

LAPORAN PRAKTIKUM LINGKUNGAN DAN BANGUNAN PERTANIAN Perencanaan dan Konstruksi Greenhouse Oleh: Riendy Puspitasari F14110027 Anggota Kelompok: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Rosari Prabawati Abdullah Romli M Jaka Naibaho M. Tajul Arifin Putra Nur Rahman Frans Hotman R 7. Amelia Hernisa (F14110025) (F14110030) (F14110031) (F14110032) (F14110033) (F14110034) (F14110054)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

PENDAHULUAN

Latar Belakang Pertanian dalam arti luas memiliki beberapa kegiatan, salah satunya kegiatan produksi tanaman dengan bangunan greenhouse atau rumah tanaman. Greenhouse tadinya diciptakan untuk daerah beriklim subtropis karena tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik dalam cuaca yang terlalu dingin, oleh karena itu diciptakan suatu bangunan untuk menjebak panas agar suhu dan kelembaban tetap terjaga. Namun sekarang ini, greemhouse juga banyak dibuat pada negara beriklim tropis tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Fungsi greenhouse pada lingkungan tropis bukan untuk menjebak panas, namun untuk melindungi tanaman dari cahaya yang tidak menguntungkan (seperti ultraviolet), melindungi dari terpaan angin berkecepatan tinggi dan siraman hujan secara langsung. Konstruksi greenhouse untuk lingkungan subtropis lebih kompleks, terdapat sistem buka-tutup atap, sistem pemanas, pelembab, irigasi, dll. Dindingnya terbuat dari kaca yang berfungsi untuk menjebak radiasi matahari yang diserap oleh tanaman dan tanah di dalam greenhouse. Udara panas kemudian dicegah naik keatas atau keluar menuju ventilasi. Oleh karena itu selain berfungsi untuk menangkap radiasi sinar matahari, kaca juga berfungsi untuk mencegah konveksi (Hasbullah 2009). Sedangkan pada konstruksi greenhouse tropis, sistem buka-tutup atapnya untuk sirkulasi udara, bukan untuk menjaga panas. Dalam greenhouse tropis juga tidak terdapat sistem pemanas dan pelembab karena suhu udara di dalam greenhouse relatif sama dengan suhu lingkungan di luar greenhouse. Tanaman yang ditanam pada greenhouse memiliki beberapa keunggulan, diantaranya kualitas tanaman lebih sehat karena lingkungannya bersih dan dapat dikontrol sehingga serangan hama dapat dicegah. Ukuran tanaman greenhouse juga seragam. Komoditas tanaman yang ditanam pada greenhouse biasanya berupa sayur-sayuran, bunga, buah, dan umbi yang tidak memakan lahan banyak untuk proses pertumbuhan per unitnya. Dalam membuat rumah tanaman ada beberapa aspek yang harus dipenuhi yaitu topografi, tata letak, orientasi, dan fasilitas pendukung. Dalam hal ini, lokasi menjadi faktor yang tidak terlalu diutamakan karena greenhouse dapat dibangun baik di dataran tinggi, dataran rendah, maupun dataran dengan iklim apapun. Tanaman didalamnya juga dapat tumbuh dengan baik, tidak terpengaruh oleh faktor lokasi maupun cuaca. Rancangan struktural dari greenhouse pertama harus dibuat pondasinya, kemudian dinding lalu kerangka atapnya. Untuk bangunan greenhouse subtropis, dindingnya terbuat dari kaca dan atapnya dari alumunium untuk menjaga panas agar tidak keluar, sedangkan pada greenhouse tropis dindingnya hanya terbuat dari kain kasa (net) ataupun plastik agar sirkulasi udara tetap terjaga.

Tipe-tipe greenhouse bermacam-macam, ada Venlo House yang atapnya berbentuk segitiga, Quonset dengan atap berbentuk setengah lingkaran, dan Gothic Arch yang bentuk atapnya merupakan gabungan dari segitiga dan setengah lingkaran. Pada umumnya, greenhouse digunakan untuk berbisnis karena hasil produksinya dapat diukur dengan mengatur aspekaspek lingkungan yang ada di dalamnya. Tujuan Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Memahami fungsi greenhouse beserta fungsi strukturnya 2. Mengetahui aspek-aspek lingkungan yang berperan penting dalam proses produksi pada greenhouse 3. Membandingkan greenhouse yang sudah ada dengan literatur yang ideal 4. Mengetahui kriteria greenhouse yang baik agar produksi tetap optimal

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Waktu Tempat : 14.00-17.00 WIB : Laboraturium Greenhouse Leuwikopo Alat dan Bahan 1. 2. 3. 4. Termometer bola basah dan bola kering Meteran dan pipa panjang Alat pengukur kecepatan angin (Anemometer) Alat pengukur intensitas cahaya (Luxmeter) Prosedur 1. Praktikan mendengarkan penjelasan dari dosen serta asprak mengenai data-data yang akan diambil di greenhouse, menjelaskan teknis pengukuran serta cara operasi alat-alat pengukur cuaca

2. Melakukan pengukuran beberapa aspek lingkungan yaitu suhu, kecepatan angin, dan intensitas cahaya, dan luas greenhouse 3. Luas greenhouse diukur dengan mengukur panjang, lebar dan tinggi greenhouse. Alat ukur yang digunakan yaitu meteran dengan menggunaan bantuan pipa untuk pengukuran tinggi. Kecepatan angin diukur dengan anemometer, intensitas cahaya diukur dengan luxmeter. Untuk pengukuran suhu, alat yang digunakan adalah thermometer bola basah dan bola kering agar kelembaban ruangan bias diketahui melalui psychrometric chart 4. Pengukuran suhu dilakukan di 3 area, yaitu area depan, tengah, dan belakang. Masing-masing area diberi 2 termometer bola basah dan bola kering. Data suhu di setiap area dicatat untuk dibandingkan perbedaan suhunya. Pengukuran dilakukan setiap 10 menit sekali 5. Pada saat yang bersamaan, pengukuran kecepatan angin dan intensitas cahaya juga dilakukan di 3 area yang sama 6. Semua data pengukuran dicatat lalu dibandingkan setiap area. Dari data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa greenhouse yang sedang diamati ideal atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Ulangan 1 Parameter Kanan Kiri bb bk bb bk T0 (C) 24 25 23 25 T1 (C) 24 25 24 26 T2 (C) 24.5 26 24 26 T3 (C) 25 26 25 26 RH0 (%) 91 85 RH1 (%) 91 85 RH2 (%) 89 85 RH3 (%) 92 92

Ulangan 2 Kanan Kiri bb bk Bb bk 23.5 24 23 24 23.9 24.5 23 24.5 23 24.5 23 24 24 25 23 24 95 91 96 88 88 91 91 91

Ulangan 3 Kanan Kiri bb bk bb Bk 24 24.5 23 23.5 24 24.5 23.5 24 24 25 23.5 24 24 25 23.5 24 95 95 95 95 91 95 91 95

V1 (m/s) V2 (m/s) V3 (m/s) Intensitas 0 Intensitas 1 Intensitas 2 Intensitas 3

0 0 0 27.2 28.5 41.3 50.8

0 0 0 16.7 18.6 19.3 31.2

0 0 0 15.7 17.3 20.7 28.3

Suhu rata-rata greenhouse RH rata-rata greenhouse Kecepatan angin rata-rata Intensitas cahaya rata-rata

: bb = 23.725 C, bk = 24.75 C : 91.375 % : 0 m/s : 26.3 fed Pembahasan

Pada praktikum kali ini, mengamati tentang rumah produksi tanaman atau yang biasa disebut greenhouse. Bangunan ini menjadi tempat vital untuk tanaman karena selain berperan sebagai tempat perkembangbiakan, greenhouse juga menjadi tempat hidup dan melakukan aktivitas tanaman. Oleh karena itu, bangunan ini memiliki kriteria tertentu agar aspek lingkungan yang ada di dalamnya tetap terjaga. Bangunan yang diamati pada praktikum ini ialah greenhouse yang dirancang untuk daerah beriklim tropis, yang berfungsi hanya untuk melindungi tanaman dari sinar matahari yang tidak menguntungkan, kecepatan angin berlebih, dan serangan hama. Hal ini tentu berbeda dengan greenhouse yang berada pada iklim subtropis. Dinding greenhouse tropis terbuat dari net (kain) dan atapnya teruat dari plastik atau mika, bukan dari alumunium. Di dalam bangunan ini juga tidak terdapat sistem panas atau pelembab, hanya ada sistem ventilasi udara untuk mengatur sirkulasi udara dalam greenhouse. Tanaman yang biasa ditanam pada greenhouse yaitu tanaman sayur, tanaman hias, dan tanaman buah. Praktikan juga mengamati aspek lingkungan yang ada pada greenhouse diantaranya suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, dan luas bangunan. Suhu rata-rata greenhouse yaitu 23.725 C untuk bola basah dan 24.75 C untuk bola kering. RH yang didapat dari data suhu bola basah dan bola kering ialah 91.375%. Idealnya, kadar RH optimal untuk greenhouse ada pada rentang 25-80% (Hanan 1978), hal ini menunjukkan bahwa kadar air pada bangunan greenhouse yang sedang diamati terlalu banyak karena pada saat itu sedang terjadi musim hujan dan suhunya rendah. Musim hujan juga menyebabkan intensitas cahaya juga rendah yaitu 26.3 candela sehingga kurang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Aspek lingkungan terakhir yang diamati yaitu kecepatan angin. Setelah diukur dengan Anemometer, kecepatan angin di seluruh daerah pada greenhouse yaitu 0 m/s, tidak

ada angin yang masuk ke dalam bangunan ini sehingga pertumbuhannya tetap optimal karena pengambilan CO2 berlangsung maksimal. Semakin tinggi kecepatan angin maka pengambilan gas CO2 untuk fotosintesis akan terhambat dan menyebabkan proses pertumbuhannya juga terhambat. Selain itu, angin yang terlalu kencang dapat merusak struktur fisik tumbuhan. Kecepatan angin yang ideal untuk banguan greenhouse yaitu berkisar antara 0.1-0.25 m/s, semakin kecil kecepatan angin maka pertumbuhan akan semakin baik (Esmay 1986) Tumbuhan yang ditanam di greenhouse yang praktikan amati menggunakan sistem hidropoponik dengan metode NFT (Nutrient Film Technique). Tumbuhan ditempatkan pada polybag dengan media tanam berupa tanah, lalu diantara tanaman satu dengan yang lain diberi selang kecil untuk mengalirkan nutrisi dan air. Metode NFT merupakan metode yang paling sering digunakan pada sistem penanaman greenhouse karena pemakaian kebutuhan nutrisi dan airnya paling efisisen dan tingkat pertumbuhannya berlangsung optimal.

PENUTUP

Kesimpulan Greenhouse yang ada di iklim tropis memiliki fungsi dan struktur yang berbeda dengan greenhouse pada iklim subtropis. Bangunan greenhouse pada iklim tropis hanya berfungsi untuk melindungi tanaman dari panas yang berlebih sehingga dindingnya rata-rata terbuat dari net atau kain. Ketika ingin membangun greenhouse, hal pertama yang harus diperhatikan adalah struktur yang disesuaikan dengan iklim, lalu aspek-aspek lingkungan yang ada di dalam greenhouse agar pertumbuhan tanaman tetap optimal. Dari data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa greenhouse yang diamati pada praktikum ini memiliki aspek lingkungan yang belum sesuai dengan kriteria ideal greenhouse, terutama pada kelembaban udara dan intensitas cahayanya. Daftar Pustaka Esmay, M.L. and J.E. Dixon. 1986. Environment Control for Agricultural Buildings. AVI Publishing Co., Inc. Westport, Connecticut. Hanan, J.J., W.D. Holley, and K.L. Goldsberry. 1978. Greenhouse Management. SpringerVerlag. Berlin, Heidelberg, New York. Hasbullah, R. 2009. Pengendalian Lingkungan Dalam Bangunan Pertanian. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai