Anda di halaman 1dari 5

BRONKIEKTASIS

Bronkiektasis didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana terdapat dilatasi iriversibel dari bronkus. Faktor penyebab utama kemungkinannya adalah obstruksi yang menyebabkan dilatasi bronkial di bagian distal dan infeksi yang menyebabkan kerusakan permanen dinding bronkus. Bronkiektasis biasanya didiagnosa dengan menggunakan computed tomography scan untuk mellihat sejauh mana pembesaran dinding bronkus. Bronkiektasis juga dikarakteristikkan dari obstruksi pengaliran udara yang ringan dan sedang yang akan semakin lama gejalanya akan memberat. Dinding bronkial biasanya menjadi tebal disebabkan oleh inflamasi dan infiltrasi oleh limfosit dan makrofag yang membentuk folikel limfoid. Karakteristik bronkiektasis yaitu kerusakan dari dinding bronkus, pembuluh darah, jaringan elastis dan komponen otot-otot polos.

A. Etiologi Faktor penyebab bronkiektasis yang pasti masih belum diketahui, namun banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya bronkiektasis antaranya adalah yang pertama acquired bronchiectasis dan yang kedua adalah congenital bronchiectasis. Acquired Bronchiectasis Acquired Bronchiectasis bisa disebabkan oleh yang pertama adalah melibatkan beberapa faktor obstruksi. Faktor-faktor obstruksi ini melibatkan sebagian besar cabang bronkus yang kecil. Akibat dari aspirasi, mukus masuk ke dalam lumen bronkus yang menyebabkan kolaps bagian distal. Keadaan ini menyebabkan tekanan intraluminer proksimal meningkat dan mengakibatkan dilatasi bronkus. Bila terjadi infeksi pada bronkus yang mengalami dilatasi ini serta terjadi destruksi dinding bronkus, maka akan terjadi dilatasi bronkus yang permanen. Obstruksi dapat disebabkan oleh aspirasi benda asing, plak mukus, bronkogenik karsinoma, pembesaran kelenjar getah bening di hilus yang menyebabkan bronkiektasis pada distal bronkus. Kondisi yang telah dinyatakan menyebabkan gangguan mekanisme mucociliary clearance dan gangguan ini akan menyebabkan berkembangnya infeksi bakteri. Penyebab kedua dari acquired bronchiectasis adalah dari infeksi paru berulang. Infeksi saluran nafas akut misalnya bronkopneumonia menyebabkan destruksi jaringan peribronkial yang akhirnya terjadi penarikan dinding bronkus yang seterusnya terjadi dilatasi bronkus. Bronkiektasis pada umumnya dijumpai pada individu yang mempunyai recurrent dan infeksi saluran pernapasan bawah dalam jangka waktu yang lama. Seperti pada anakanak, penderita bronkopnemonia akibat komplikasi sekunder seperti cacar, measle, influenza yang akan menderita bronkiektsis pada usia dewasa. Faktor yang lain adalah faktor inhalasi dan aspirasi. Bronkiektasis pada umumnya dijumpai akibat inhalasi oleh gas ammoniak atau teraspirasi cairan lambung.

Kongenital Bronkiektasis Pertamanya adalah pada sindroma Kartagener. 20% penderita dengan dextrocardia menderita bronkiektasis. Gejala jelas apabila terkena infeksi seperti pertusis, infuenza dan morbili. Kedua adalah pada fibrosis kistik paru (cystic fibrosis). Faktor lain adalah pada kelainan sistemik seperti pada gangguan rheumatologik, inflammatory bowel disease dan pada AIDS.

B.

Manifestasi Klinis

Gejala yang biasanya muncul pada bronkiektasis adalah batuk kronis yang produktif terutama pagi hari, dengan sputum yang purulen, bisa sepanjang hari (wet bronchiectasis) juga bisa batuk kering yang kadang disertai hemoptisis (dry bronchiectasis). Selain itu bisa terdapat sputum berwarna putih dan kadang-kadang warna kuning yang menandai infeksi berat 400-500 cc/hari, batuk darah yang 50-70% adalah kasus yang masif, demam berulang,nyeri dada dan sesak nafas.

C. Pemeriksaan Fisis Antara pemeriksaan fisis yang dilakukan adalah dengan mendengar suara pernafasan yang ditandai dengan bronkial dan ekspirasi memanjang. Selain itu terdapat suara tambahan sama ada ronki basah atau ronki kering. Selain itu terdapat clubbing finger pada penderita bronkiektasia. Pada kasus yang berat bisa terjadi kegagalan napas.

D.

Kondisi-Kondisi Yang Berhubungan Dengan Bronkiektasis: Sumbatan bronkus (bronchus obstruction); tumor endobronkial, bronkolitiasis dan gangguan inflamasi seperti tuberkulosis dan aspirasi benda asing. Infeksi; infeksi paru nekrotik yang tidak diobati yang bisa disebabkan oleh Klebsiella, Staphylococcus, M.tuberculosis, Mycoplasma pneumoniae, dll. Inflamasi; yang disebabkan oleh ulserasi asam lambung yang diaspirasi yang menyebabkan bronkiektasis. Aspilogilosis bronchopulmoner alergi; yang ditandai dengan bronkospasme, bronkiektasis dan sekret yang mengandung aspergillosis. Reaksi hipersensitif terhadap antigen yang terhirup di trakeobronkial. Bronkiektasis terjadi akibat sumbatan sekret yang mengandung hipa dan aspergilus. Defisiensi imun; yang terjadi pada penderita defisiensi imun kongenital maupun didapat. Selain itu pada pasien yang limfosit B yang abnormal, pada hipogammaglobulinemia kongenital atau didapat yang penurunannya menyebabkan hilangnya IgG. Defisiensi Alfa-1 Antitripsin.

Diskinesia Silia Primer; pada Sindroma kartagener ( dextrocardia, bronkiektasis, sinusitis sindrom) Fibrosis kistik; yang disebabkan adanya gangguan transportasi klorida yang mengakibatkan penumpukan klorida dalam sel menyebabkan sel menjadi kering seterusnya menghasilkan sekret yang kental dan membatu dan mengakibatkan infeksi kronik yang bisa menyebabkan infeksi berulang.

E.

Gambaran Radiologis Film dada mungkin tidak menunjukkan kelainan. Bronkiektasis paling sering terdapat pada bagian basal paru dan sinar-X dada dapat menampakkan gambaran berikut; Bronkiektasis silindris: dilatasi bronkus dapat terlihat sebagai garis paralel (menggambarkan dinding bronkus) yang menyebar dari hilus menuju diafragma. Bronkiektasis kistik: dilatasi terminal dapat divisualisasi sebagai bayangan kistik atau cincin, kadang disertai batas cairan. Konsolodasi pneumonik. Perubahan fibrotik. CT resolusi tinggi dengan jelas memperlihatkan dilatasi bronkus dan penebalan dinding bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus mana yang terkena, terutama penting untuk menentukan apakah diperlukan pembedahan. Pada CT, berbagai gambaran tambahan berikut dapat diamati: Bronkus yang terlihat di bagian tepi; Bronkus yang memiliki diameter yang lebih besar dari pada cabang arteri pulmonalis yang di dekatnya.

Foto toraks bronkiektasis

F.

Pemeriksaan Lab Pertama yang diperiksa adalah sputum. Sputum pada penderita bronkiektasis biasanya terdiri dari 3 lapisan; lapisan atas jernih, lapisan tengah serous dan lapisan bawah keruh yang terdiri dari pus dan cellular debris. Sebaiknya sputum diambil dari aspirasi transtrakeal dan seterusnya dilakukan pemeriksaan gram, biakan serta uji resistensi. Pada umumnya pada sputum ditemukan H.influenza dan P.aeruginosa.

G.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan penderita bronkiektasis pada dasarnya terdiri dari; pemberian obat-obatan, fisioterapi, pembedahan dan usaha pencegahan. Pemberian obat-obatan Antibiotika ; diberikan apabila terjadi perubahan sifat sputum dari mukoid ke purulen dan diberikan obat sesuai dengan hasil uji resistensi. Bronkodilator ; Beta agonist, antikolinergik atau teofilin. Diberikan pada pasien dengan gambaran kronis dan obstruksi jalan nafas. Mukolitik dan Ekspektoran ; bertujuan untuk mengencerkan sekret dan merangsang sekresi dahak dari saluran nafas. Steroid ; untuk inhalasi. Terbukti dalam mengurangi produksi sputum dan juga menurunkan angka eksaserbasi. Fisioterapi Bertujuan mengeluarkan sekret dalam saluran napas dan memperbaiki fungsi paru. Caranya adalah dengan latihan nafas dan drainase postural. Posisi drainase postural tergantung dari lokasi segmen yang terkena. Pembedahan Dilakukan apabila pengobatan konservatif yang adekuat namun masih tetap ada keluhan. Juga apabila terdapat infeksi berulang serta batuk darah berulang dan masif. Tindakan operasi yang dilakukan adalah seperti segmrntektomi, lobektomi atau pneumonektomi. Selain itu juga cara pembedahan yang lain adalah dengan melakukan transplantasi paru. Upaya Pencegahan Pencegahan bisa dilakukan dengan mengambil imunisasi yang sewajarnya serta menghindari paparan asap rokok serta pengobatan adekuat pada pneumonia, pertusis atau morbili.

H.

Komplikasi dari bronkiektasis Pneumonia, pleuritis, efusi pleura atau emfisema, sinusitis, hemoptisis, abses otak, amiloidasis.

BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

APRIL 2013

PNEUMOTHORAKS

DISUSUN OLEH ; NOAINE BINTI ZAINAL ABIDIN C 111 09 847

BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Anda mungkin juga menyukai