Anda di halaman 1dari 48

HUBUNGAN PENGGUNAAN NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID) DENGAN KEJADIAN TUKAK PEPTIK DI RSUP NTB

RENJISA ARWIN MALY 08.06.0021

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita Rasa nyeri tersebut bisa diringankan, atau dihilangkan dengan menggunakan obat penghilang nyeri, atau yang lebih dikenal pada kalangan tenaga kesehatan dengan nama Nonsteroidal AntiInflammatory Drugs (NSAIDs)

Lebih dari 30 juta tablet dan 70 juta resep dipreskripsikan per tahunnya di Amerika serikat.

Namun, penggunaan NSAIDs dapat menginduksi morbiditas yaitu mulai dari efek samping ringan seperti mual dan dispepsia (prevalensi sekitar 50-60%) sehingga ke komplikasi yang lebih serius seperti penyakit tukak peptik (3-4%) yang menyebabkan perdarahan atau perforasi pada 1.5% pengguna NSAIDs per tahun.

Diperkirakan sekitar 20.000 pasien meninggal setiap tahun disebabkan komplikasi pada sistem gastrointestinal oleh pemakaian NSAIDs.

Resiko mengidap tukak peptik meningkat dengan meningkatnya dosis dan frekuensi penggunaan NSAIDs, penggunaan lebih dari 1 obat NSAIDs, lama masa penggunaan obat, umur 60 tahun ke atas, perokok dan pengguna alkohol.

Di Amerika Serikat, prevalensi tukak peptik mencecah angka 350.000 per tahun.

Prevalensi tukak peptik di Indonesia pada beberapa penelitian ditemukan antara 6-15% terutama pada usia 20-50 tahun.

Distribusinya pada pria lebih tinggi dengan 10-15% serta pada wanita mencapai 4-15%. Tukak peptik merupakan lesi yang hilang timbul dan paling sering di diagnosis pada orang dewasa usia pertengahan sampai usia lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah muncul sejak usia muda.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang maka diperlukan suatu penelitian untuk menjawab permasalahan yaitu apakah ada hubungan penggunaan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) dengan kejadian tukak peptik?

TUJUAN PENILITIAN
Tujuan Umum Untuk mengevaluasi penderita tukak peptik dan non tukak peptik yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Provinsi NTB tentang riwayat penggunaan obat-obatan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs). Tujuan Khusus Untuk Mengetahui seberapa besar kejadian tukak peptik yang disebabkan oleh penggunaan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs). Untuk mengetahui jenis obat yang digunakan, kekerapan dan lama penggunaan yang mempengaruhi kejadian tukak peptik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUKAK PEPTIK
didefinisikan sebagai kerusakan integritas mukosa lambung dan/atau duodenum yang menyebabkan terjadinya inflamasi lokal. Disebut tukak apabila robekan mukosa berdiameter 5 mm kedalaman sampai submukosa dan muskularis mukosa Tukak peptik merupakan penyakit di saluran pencernaan bagian atas yang disebabkan oleh asam dan pepsin. Spektrum penyakit tukak peptik adalah luas meliputi kerusakan mukosa, eritema, erosi mukosa dan ulkus

10

ANATOMI & HISTOLOGI GASTER


Secara anatomi gaster berbentuk huruf J dan mempunyai 2 lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum ; dua curvature, curvature major dan curvature minor ; dan dua dinding, paries anterior dan paries posterior. Dinding gaster terdiri atas lapisan mukosa, submukosa, muskularis dan serosa. Mukosa gaster juga ditutupi lapisan mukus yang melindungi epitel terhadap abrasi oleh makanan. Selain itu, lapisan mukus yang disekresi oleh sel-sel mukosa tersebut juga sebagai sawar yang melindungi mukosa dari pencernaan oleh asam dan enzim hidrolitik

11

ANATOMI & HISTOLOGI DUODENUM


Lintasan duodenum berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 25 cm

Duodenum terdiri atas empat lapisan konsentris yaitu mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa.
Pada lapisan submukosa terdapat kelenjar Brunner yang mensekresikan mukus. Fungsi mukus tersebut berfungsi melindungi mukosa terhadap efek yang berpotensi merusak dari sekresi gaster yang asam.

12

PATOGENESIS TUKAK PEPTIK


Kerusakan pada mukosa gastroduodenum merupakan akibat daripada ketidak seimbangan antara faktor-faktor yg merusak mukosa dengan faktor yang melindungi mukosa tersebut. Sekitar 90% dari tukak duodenum dan 75% dari tukak lambung disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori. H.pylory memproduksi toksik yang menyebabkankan kerusakan jaringan lokal. Protease dan fospolifase menekan sekresi mukus sehingga daya tahan mukosa menurun menyebabkan asam lambung berdifusi balik nekrosis jaringan dan akhirnya berkomplikasi menjadi tukak peptik.

13

Penggunaan NSAID akan menghambat kerja dari enzim siklooksigenase (COX) pada asam arakidonat sehingga menekan produksi prostaglandin yang akan menyebabkan :

1. Menurunkan sekresi mukus dan bikarbonat oleh sel epitel

pertahanan mukosa

2. menyebabkan gangguan sekresi asam dan proliferasi sel-sel mukosa.

3. vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah

dan terjadi nekrosis sel epitel.

4. kerusakan epitel dan endotel terjadi tukak peptik.

statis aliran mikrovaskuler

iskemia dan akhirnya

14

NSAID
Definisi Obat antiinflamasi non steroid, atau yang dikenal dengan NSAIDs (Non Steroidal Anti- inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. Mekanisme kerja NSAIDs didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim COX ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari asam arakidonat. Prostaglandin berperan dalam proses inflamasi

15

Berdasarkan kinerja NSAID terdapat 3 jenis NSAID :


COX-1 selective inhibitor. Yaitu obat golongan NSAIDs yang cenderung menghambat aktivitas COX-1, contohnya asam mefenamat. COX-2 selective inhibitor. Golongan obat NSAIDs yang punya kecenderungan menghambat aktivitas COX-2, contohnya celecoxib Non-selective COX inhibitor. Obat NSAIDs golongan ini menghambat aktivitas COX-1 dan COX-2, contohnya aspirin

16

KERANGKA TEORI

17

18

HIPOTESIS
Ho: Tidak Terdapat hubungan antara penggunaan NSAIDs dengan kejadian tukak peptik. H1: Terdapat hubungan antara penggunaan NSAIDs dengan kejadian tukak peptik.

19

BAB III METODE PENELITIAN

20

JENIS PENELITIAN - deskriptif analitik dengan pendekatan studi casecontrol (kasus-kontrol) LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN - penelitian dilakukan di RSUP NTB , dilaksanakan pada bulan Maret 2013 VARIABEL PENELITIAN - Variabel independen : penggunaan NSAID - variabel dependen : pasien tukak peptik dan non tukak peptik

21

DEFENISI OPERASIONAL
Pasien tukak peptik Pasien yang ada riwayat tukak peptik atau masa kini telah didiagnosa menderita tukak peptik yang didiagnosa oleh dokter Pasien non tukak peptik Pasien yang tidak ada riwayat tukak peptik atau masa kini tidak didiagnosa menderita tukak peptik oleh dokter Penggunaan NSAID Pasien yang mempunyai riwayat penggunaan NSAID termasuk penggunaan aspirin dan jenis NSAID lainnya serta kekerapan dan lama penggunaan

22

POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi Pasien pasien tukak peptik dan non tukak peptik yang berkunjung ke RSUP NTB periode Januari 2012 April 2013

2. Sampel Kriteria Inklusi a. Kelompok kasus

- Pasien yg berumur 25 - 75 tahun yg telah didiagnosa menderita tukak peptik


b. Kelompok kontrol - Pasien yg berumur 25 - 75 tahun yg tidak didiagnosa menderita tukak peptik

23

Kriteria Eksklusi
- Pasien yg berumur kurang dari 25 tahun atau lebih dari 75 tahun - Pasien yg mempunyai riwayat merokok dan menkonsumsi minuman beralkohol - pasien pernah didiagnosa infeksi H.pylori

CARA PEMILIHAN SAMPEL o Menggunakan Rumus :

2+ 11+22 12

1,9 2 0,20

= 18
24

INSTRUMEN PENELITIAN
1. Rekam Medis 2. Kuesioner

25

ALUR PENELITIAN

26

BAB IV PEMBAHASAN

27

ANALISA UNIVARIAT

28

DISTRIBUSI SAMPEL MENURUT JENIS KELAMIN

29

DISTRIBUSI MENURUT USIA

30

DISTRIBUSI MENURUT PENGGUNAAN JENIS NSAID

31

ANALISA BIVARIAT

32

DISTRIBUSI PENDERITA DAN NON PENDERITA TUKAK PEPTIK BERDASARKAN RIWAYAT PENGGUNAAN NSAID

33

TABEL SILANG PENDERITA DAN NON PENDERITA TUKAK PEPTIK BERDASARKAN RIWAYAT PENGGUNAAN NSAID

Penderita tukak peptik Ya Tidak Total

Riwayat penggunaan NSAID Ya Tidak 13 15 28 5 3 8

Total

18 18 36

RUMUS ODDS RATIO : [ ] = ODDS RATIO :


13 3 5 15

= 0,52
34

Tabel Uji Chi -square

Uji

Value

Signifikansi (PValue) 0.423

Chi- Square

0,643

35

DISTRIBUSI KELUHAN NYERI EPIGASTRIUM BERDASARKAN RIWAYAT PENGGUNAAN NSAID

36

TABEL SILANG KELUHAN NYERI EPIGASTRIUM BERDASARKAN RIWAYAT PENGGUNAAN NSAID


Nyeri Epigastrium Ya Tidak Total Riwayat Penggunaan NSAID Ya Tidak 16 12 28
[ ]

Total

1 7 8

17 19 36

Rumus Odds ratio : Odds ratio :


16 7 1 12

= 9,3
37

Tabel Uji Chi-square

Uji

Value

Signifikansi (PValue)
0.026

Chi- Square

4,976

38

DISTRIBUSI KELUHAN MUAL MUNTAH BERDASARKAN RIWAYAT PENGGUNAAN NSAID

39

TABEL SILANG KELUHAN MUAL MUNTAH BERDASARKAN RIWAYAT PENGGUNAAN NSAID


Mual Muntah Riwayat Penggunaan NSAID Ya Tidak Total

Ya
Tidak Total

9
19 28

1
7 8

10
26 36

Rumus Odds ratio : [ Odds ratio :


= ,
40

Tabel Uji Chi-square

Uji

Value

Signifikansi (PValue)
0.274

Chi- Square

1.197

41

DISTRIBUSI PENDERITA DAN NON PENDERITA TUKAK PEPTIK BERDASARKAN RIWAYAT PENGGUNAAN NSAID

42

TABEL SILANG PENDERITA DAN NON PENDERITA TUKAK PEPTIK BERDASARKAN RIWAYAT PENGGUNAAN NSAID Durasi Penggunaan NSAID Singkat Lama Total Penderita tukak peptik Ya 8 10 18 Tidak 3 7 10 11 17 28 Total

Rumus Odds ratio : [ Odds ratio :


= ,
43

Tabel Uji Chi-square

Uji

Value

Signifikansi (Ppalue)

Chi- Square

0,562

0.453

44

BAB V PENUTUP

45

KESIMPULAN
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan pada riwayat penggunaan NSAID dengan kejadian tukak peptik yang ditunjukkan dengan nilai yaitu p=0.423 > (0.05), artinya penerimaan terhadap H0 dan penolakan terhadap H1 2. Terdapat hubungan yang signifikan pada riwayat penggunaan NSAID dengan keluhan nyeri epigastrium yaitu ditunjukkan dengan nilai p=0.026 < (0.05), artinya penolakan terhadap H0 dan penerimaan terhadap H1. Didapatkan value sebesar 0.348. Nilai 0.348 menunjukkan tanda rendah (low correlation) artinya, terdapat hubungan yang rendah antara penggunaan NSAID dengan kejadian nyeri epigastrium 3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan pada riwayat penggunaan NSAID dengan keluhan mual muntah yang ditunjukkan dengan nilai yaitu p=0.274 > (0.05), artinya penerimaan terhadap H0 dan penolakan terhadap H1 4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan pada riwayat durasi penggunaan NSAID dengan kejadian tukak peptik yang ditunjukkan dengan nilai yaitu p=0.453 > (0.05), artinya penerimaan terhadap H0 dan penolakan terhadap H1.

46

SARAN
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi salah satu dasar dalam memberikan edukasi dan informasi ilmiah tentang bahaya efek samping NSAID yang menyebabkan tukak peptik kepada masyarakat sehingga perlahan-lahan, hal tersebut akan dapat mengurangi angka kejadian tukak peptik yang disebabkan penggunaan NSAID. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang melibatkan sampel penelitian yang lebih banyak dan waktu lebih lama serta pertanyaan kuesioner yang lebih terperinci dalam menilai jenis NSAID yang digunakan, frekuensi dan durasi penggunaan NSAID serta penggunaan obat-obatan lain bersamaan pengambilan NSAID. Pencatatan atau penulisan data rekam medis pasien dirumah sakit sebaiknya lebih tercatat dengan lengkap dan jelas, agar memudahkan peneliti lanjutan untuk menggunakan selanjutnya.

47

TERIMAKASIH

48

Anda mungkin juga menyukai