Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sifat-sifat optik non linier seperti suseptibilitas, absorbsi, refleksi, transmisi, reflektansi, superposisi dan sebagainya akan dimiliki oleh suatu bahan, jika bahan tersebut dikenai suatu cahaya dengan intensitas yang sangat tinggi seperti laser daya tinggi. Pemberian medan listrik E dan medan magnet B luar pada bahan dalam orde yang cukup besar juga akan menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan sifat-sifat optis. Semakin besar medan magnet atau medan listrik maka intensitas cahaya akan menjadi lebih besar, sehingga bila intensitas cahaya yang sangat besar tersebut mengenai suatu medium optis maka sifat-sifat linier optis tidak berlaku lagi karena peristiwa-peristiwa optis bergantung pada besarnya medan magnet atau medan listrik yang diberikan. Fenomena optika non linier diakibatkan karena dua gelombang tidak lagi hanya saling berinteraksi, dalam artian cahaya satu berinteraksi dengan cahaya yang lainnya menghasilkan pola-pola interferensi, akan tetapi juga berinteraksi dengan medium yang dilaluinya. Hal ini diakibatkan ketidakmampuan dipol dalam medan optik untuk merespon secara linier dari medan listrik E atau medan magnet B cahaya yang datang. Jika sebuah gelombang elektromagnetik terpolarisasi melewati bahan-bahan tertentu, maka bidang polarisasinya terputar. Dalam hal ini prinsip-prinsip superposisi yang dipenuhi oleh dua gelombang harmonik yang saling berinterferensi tidak akan berlaku lagi di dalam kasus optik non linier ini. (Pedrotti, 1993).

1.2 Tujuan Percobaan 1. Mengukur intensitas cahaya terpolarisasi linier sebagai fungsi dari posisi analisator. 2. Pengukuran intensitas cahaya dibelakang analisator sebagai fungsi dari sudut diantara filter plat /4 lamda dalam analisator. 3. Melakukan eksperimen dengan dua buat plat /4 lamda. 1.3 Permasalahan 1. Bagaimana mengukur cahaya terpolarisasi pada analisator 2. Bagaimana pengaruh cahaya pada analisator ketika dipasang oleh dua buah cermin /4

BAB 1 DASAR TEORI

Polarisasi merupakan peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang. Gejala polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi, fakta bahwa cahaya dapat mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal. Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu gelombang yang mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi, sedangkan gelombang yang memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi. Gejala polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi pada tali yang dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan celah maka gelombang pada tali dapat melewati celah tersebut. Sebaliknya jika tali digetarkan dengan arah tegak lurus celah maka gelombang pada tali tidak bisa melewati celah tersebut. Sinar alami seperti sinar Matahari pada umumnya adalah sinar yang tak terpolarisasi. Peristiwa terjadinya polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena pembiasan ganda (birefrigence), penyerapan selektif, pemantulan (refleksi), dan hamburan.

1. Birefrigence (Refraksi Ganda) Efek polarisasi ganda atau kembar yang terjadi ketika cahaya dilewatkan melalui kristal yang sekarang kita kenal sebagai kristal kalsit pertama kali ditemukan oleh Bartholinus pada tahun 1669. Lalu, kemudian pada tahun 1690, Christian Huygens menemukan fenomena polarisasi cahaya dengan melewatkan cahaya melalui dua buah kristal kalsit yang disusun secara seri. Huygens mendapatkan bahwa jika sebuah sinar masuk ke dalam kristal kalsit dalam berbagai sudut masuk, maka sinar itu akan terpecah menjadi dua buah sinar yang keluar dari kristal kalsit, yakni sinar biasa (sinar o) dan sinar luar biasa (sinar e). Pembelokan ganda dari sebuah sinar yang ditransmisikan melalui kalsit dinamakan refraksi ganda. Jadi, jika cahaya melalui kaca, maka cahaya lewat dengan kelajuan sama ke segala arah. Ini disebabkan kaca mempunyai satu indeks bias. Tetapi dalam bahan kristal tertentu seperti kalsit dan kuarsa. Kelajuan cahaya tidak sama untuk ke segala arah. Ini disebabkan kristal mempunyai lebih dari satu nilai indeks bias. Jadi cahaya yang lewat mengalami pembiasan ganda. Jika seberkas sinar

datang searah garis normal, maka sinar ini akan dibagi menjadi dua sinar. Sinar pertama diteruskan tanpa pembelokan disebut sebagai sinar biasa. Sinar kedua dibelokkan, dan disebut sebagai sinar istimewa. Peristiwa ini disebut sebagai polarisasi dengan pembiasan ganda. Jadi polarisasi pembiasan ganda terjadi pada kristal yang memiliki lebih dari satu nilai indeks bias. Jika seberkas sinar datang searah dengan sumbu normal, maka akan dibagi menjadi dua, yaitu sinar biasa dan sinar istimewa. (Pedrotti, 1993).

2. Polarisasi karena Penyerapan Selektif Polarisas dapat terjadi dengan bantuan kristal Polaroid, bahan polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid. Menurut Malus, intensitas cahaya yang ditransmisikan oleh analisator tergantung pada sudut antara bidang polarisator dan bidang analisator yang dapat ditulis sebagai berikut:

I = Imax cos2 (1) Persentase polarisasi Imax- Imin x100% ..(2) Imax + Imin

Teknik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah menggunakan polaroid yang akan meneruskan gelombanggelombang yang arah getarnya sejajar dengan sumbu transmisi dan menyerap semua gelombang pada arah getar lainnya. Pada percobaan ini ada dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut analisator. Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi dari cahaya tak terpolarisasi (cahaya alami). Analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya cahaya terpolarisasi

Gambar 1. Cahaya bias memasuki polarisator Prinsip kerja sistem adalah sebagai berikut, seberkas cahaya alami menuju polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal, yaitu hanya komponen vektor medan listrik E yang sejajar dengan sumbu transmisi saja yang diteruskan sedangkan lainnya diserap. Cahaya terpolarisasi yang masih mempunyai kuat medan listrik belum berubah menuju analisator (sudut antara sumbu transmisi analisator dan polarisator adalah ). Di analisator, semua komponen E yang sejajar sumbu analisator yang diteruskan. Jadi, kuat medan listrik yang diteruskan oleh analisator adalah: E2 = E cos (1) Jika cahaya alami tak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator, I1 adalah I1= 1/2 I0 (2) Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian datang pada analisator dan cahaya yang keluar dari analisator akan memiliki intensitas I2 . menurut hukum Maulus, hubungan antara I2 dan I1 dapat dinyatakan I2 = I1 cos2 = I0 cos2 (3)

Persamaan 3 menunjukkan bahwa analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya terpolarisasi. Intensitas cahaya yang diteruskan oleh sistem Polaroid mencapai maksimum jika kedua sumbu polarisasi adalah sejajar ( = 00 atau 1800) dan mencapai minimum jika kedua sumbu polarisasi saling tegak lurus atau 900. Polarisasi oleh kristal dikroik yang dapat menyerap secara selektif salah satu komponen yang saling tegak lurus dari cahaya alam (tak terpolarisasi). Kristal ini mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya terpolarisasi linear sejajar dengan sumbu ini datang pada kristal, maka cahaya akan ditruskan dengan redaman yang sangat kecil. Cara sederhana untuk medapatkan cahaya yang terpolarisasi adalah dengan pamantulan cahaya sebagai berikut. Sinar A dipantulkan oleh cermin P1 dan sinar yang terpantul dipantulkan lagi oleh cermin P2 apabila cermin P2 diputar terhadap poros cermin P1 dengan kelipatan 900 ternyata cahaya yang terpantul berintensitas nol dan sudut pantul ini disebut sudut polarisasi.

3. Hamburan (Scattering) Hamburan cahaya oleh partikel kecil bahan adalah salah satu fenomena alam yang sangat indah. Langit biru dan merahnya sunset merupakan peristiwa hamburan. Seperti sinar matahari ketika melewati atmosfer, maka sebagian besar cahaya akan diserap oleh molekul udara dan dengan seketika diberikan pada beberapa arah yang baru. Fenomena hamburan sama dengan perilaku gelombang air pada benda yang mengapung, misalnya gabus kecil yang mengapung akan bergerak naik turun dengan frekuensi dari gelombang yang melewatinya. Gelombang cahaya divisualisasikan bergerak dalam cara yang sama pada molekul udara. Cahaya dihamburkan dalam berbagai arah. Telah lama diketahui bahwa gelombang cahaya pendek dihamburkan lebih daripada gelombang cahaya yang lebih panjang. Secara spesifik, hamburan ditemukan dalam percobaan menjadi proporsional dengan pangkat empat dari frekuensi atau atau berbanding terbalik dengan pangkat empat panjang gelombang.

1. Polarisasi cahaya karena Pemantulan Pada sifat polarisasi ini sangat unik karena selain cahaya di pantulkan juga dibiaskan pula. Bagian yang memantul pada cahaya adalah medan listrik yang tegak lurus bidang datang (bidang yang dibentuk sinar datang dan normal bidang). Untuk sudut datang (sudut polarisasi = ip). Dengan menggunakan hukum snelius yaitu n1 adalah medium pertama sedangkan n2 adalah medium kedua, jadi, tan adalah berbanding terbalik antara n1 (indeks medium pertama) dan n2

(indeks medium kedua). Lalu jumlah sudut pantul (ip) dan sudut bias (r) adalah 90 derajat karena kondisi terjadinya polarisasi total pada cahaya yang dipantulkan 900. Cahaya yang dipantulkan hanya bagian medan listrik yang tegak lurus bidang datang (polarisasi linier atau bidang). Kamil, A. 2007. Jika seberkas pola cahaya alamiah dijatuhkan pada permukan bidang batas dua medium, maka sebagian cahaya akan mengalami pembiasan dan sebagian lagi mengalami pemantulan. Sinar bias dan sinar pantul akan terpolarisasi sebagian. Jika sudut sinar datang diubah-ubah, pada suatu saat sinar bias dan sinar pantul membentuk sudut 90. Pada keadaan ini, sudut sinar datang (i) disebut sudut polarisasi (ip) karena sinar yang terpantul mengalami polarisasi sempurna atau terpolarisasi linear. Menurut Hukum Snellius, n1 sin ip = n2 sin r, dengan r + ip = 90 atau r = 90 ip selanjutnya dapat dituliskan : n1 sin ip = n2 sin (90 ip)= n2 cos ip Sudut ip disebut sudut polarisasi atau sudut Brewster, yaitu sudut datang pada sinar bias dan sinar pantul membentuk sudut 90. Tingkat polarisasi bergantung pada sudut datang dan indeks bias kedua medium. Gambar berikut menunjukkan sinar datang pada sudut polarisasi 570, maka sinar pantulnya merupakan sinar terpolarisasinya. Sedangkan rumus yang tertera di gambar dikenal sebagai "Hukum Brewster. Dan Hukum ini didapat dari hubungan sudut polarisasi dan indeks bias medium dengan memakai hukum "Snellius.

Gambar 2. Sinar datang pada sudut Polarisasi

2. Polarisasi oleh kristal diploid Kristal diploid adalah Kristal yang dapat menyerap secara selektif salah satu komponen yang tegak lurus dari cahaya alam. Kristal ini mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya terpolarisasi linier sejajar dengan sumbu ini dating pada kristal, maka cahaya akan diteruskan dengan redaman yang sangat kecil. Sumbu ini disebut sumbu mudah atau sumbu polarisasi. Biasanya dipasang dua buah kristal diploid sebagai polarisator dan yang lain sebagai analisator. Jika sumbu mudah kedua Kristal saling tegak lurus, maka tidak ada cahaya yang sampai dapat menembus analisator (medan listrik terserap sempurna). Jika sumbu mudah analisator membentuk sudut terhadap sumbu mudah polarisator, maka cahaya akan dapat sampai pada pengamat dengan intensitas sebesar: I1= I0 cos2 Dimana: I1= Intensitas cahaya setelah melewati analisator, I0= Intensitas cahaya sebelum melewati analisator dan = Sudut yang dibentuk antara sumbu mudah polarisator dan analisator.

Bila seberkas cahaya terpolarisasi diteruskan melalui jenis kristal tertentu, maka arah getar cahaya terpolarisasi yang keluar tidak akan sama dengan arah awalnya. Fenomena inilah yang disebut pemutaran bidang getar atau polarisasi. Ada dua macam fenomena pemutaran zat optik aktif, yaitu efek yang memutar bidang polarisasi kekanan, di lihat secara horisontal berkas yang bergerak maju, efek ini disebut pemutar kanan dengan simbol d, dan yang memutar bidang polarisasi kekiri disebut pemutar kiri dengan simbol l. Aktivitas optik bisa terjadi karena ketidaksimetrisan sifat kristal secara keseluruhan. Rotasi bidang polarisasi ini disebut aktivitas optis. Jadi jika seberkas cahaya terpolarisasi linier melalui suatu bahan optis aktif maka gelombang yang ditranmisikan juga terpolarisasi linier tetapi pada bidang yang lain, yang membentuk sudut dengan bidang datang. Dari sudut pandang seorang pengamat yang menerima cahaya transmisi, bahan tersebut disebut pemutar kanan atau pemutar kiri. Yang bergantung pada apakah rotasi bidang polarisasi tersebut searah atau berlawanan dengan arah jarum jam. (Alonso, 1992).

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan Tabel 1. Alat dan bahan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 Alat dan Bahan Laser He-Ne 5 mW Optical base plate Sensor Lensa Cembung Lensa Biasa Mica Power supply Voltmeter Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 2 buah 2 buah 1 buah

3.2 Metode Percobaan 1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada percobaan interferometer ini. 2. Disusun alat dan bahan sesuai dengan gambar. 3. Setalah alat dan bahan disusun sesuai dengan gambar, nyalakan power supply dan laser. 4. Kemudian atur cahaya yg keluar dari laser tepat tegak lurus dengan plat sampai laser tersebut memantulkan cahayanya kembali. 5. Kemudian plat yang memantulkan cahaya laser duatur tepat mengenai lensa cembung. 6. Setelah itu cahaya laser dipantulkan pada lensa biasa tepat ditengah lensa. 7. Mica diatur tepat 0 dan laser dipantulkan tepat ditengah mica, sehingga dapat memantulkan cahaya nya tepat mengenai lensa biasa. 8. Setelah itu cahaya laser pada lensa biasa dipantukan tepat mengenai detector. Detector yang membaca cahaya laser menuju output power supply yg akan menghasilkan keluaran berupa tegangan dalam bentuk mV.

BAB IV DATA PENGAMATAN

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 1. Polarisasi merupakan peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang. 2. Peristiwa terjadinya polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena pembiasan ganda (birefrigence), penyerapan selektif, pemantulan (refleksi), dan hamburan. 3. Pembelokan ganda dari sebuah sinar yang ditransmisikan melalui kalsit dinamakan refraksi ganda. 4. Cahaya terpolarisasi adalah menggunakan polaroid yang akan meneruskan gelombang gelombang yang arah getarnya sejajar dengan sumbu transmisi dan menyerap semua gelombang pada arah getar lainnya. 5. Gelombang cahaya divisualisasikan bergerak dalam cara yang sama pada molekul udara, Cahaya dihamburkan dalam berbagai arah. 6. Kristal diploid adalah Kristal yang dapat menyerap secara selektif salah satu komponen yang tegak lurus dari cahaya alam 7. Sifat-sifat optik non linier seperti suseptibilitas, absorbsi, refleksi, transmisi, reflektansi, dan superposisi 8. Fenomena optika non linier diakibatkan karena dua gelombang tidak lagi hanya saling berinteraksi, dalam artian cahaya satu berinteraksi dengan cahaya yang lainnya menghasilkan pola-pola interferensi, akan tetapi juga berinteraksi dengan medium yang dilaluinya.

DAFTAR PUSTAKA

Kamil, A. 2007. Pengamatan Perubahan Sudut Putar Polarisasi Cahaya pada Medium Transparan dalam Medan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Rahmat. 2012. Polarisasi Cahaya. http://rahmakhg.blogspot.com/polarisasi cahaya. Diakses Pada Tanggal 8 November 2013. Alonso, M. & Finn. 1992. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Jakarta : Penerbit Erlangga Pedrotti, Frank L. & Leno S. Pedrotti. 1993. Introduction to Optics Second Edition. New Jersey : Prentice-Hall Inc . Sanyoto, Dro Dwi Lego. 2007. Pengamatan Sifat Optis Aktif melalui Resonansi Medan Magnet dengan Dipol-Dipol .

Anda mungkin juga menyukai