Anda di halaman 1dari 1

Teori biologi tentang kecemasan telah berkembang sejak belajar mulai di preklinik yang mempelajari melalui binatang percobaan,

mempelajari pasien beserta faktor biologis yang mempengaruhinya, perkembangan mengenai pengetahuan tentang neurosains dasar, dan efek dari obat-obatan psikoterapi. Terdapat satu acuan yang mengatakan bahwa pasien dengan gangguan kecemasan adalah refleksi dari masalah psikologis; namun terdapat acuan yang sebaliknya mengatakan bahwa kondisi biologis mendahului konflik psikologis nya. Kedua acuan ini terdapat pada seseorang dan tingkat sensitifitas seseorang karena faktor biologis juga berbeda-beda pada setiap orang dengan gangguan kecemasan. System saraf otonom. Stimulasi pada system saraf otonom dapat menyebabkan berbagai gejala seperti berdebar-debar, sakit kepala, diare dan sesak napas. Manifestasi dari kecemasan ini tidaklah aneh ataupun berkorelasi dengan pengalaman kecemasan dari pasien. ada abad ke !", walter cannon mendemonstrasikan bahwa seekor kucing yang merasa takut akan suara anjing ternyata memiliki hubungan dengan pengeluaran adrenalin. ada teori james-lange mengatakan bahwa kecemasan itu adalah respon terhadap fenomena tertentu. #al ini menyatakan bahwa system saraf pusat mendahului manifestasi dari cemas, kecuali pada penyebab yang lain seperti pada pasien pheochromocytoma. System saraf otonom pada beberapa pasien dengan gangguan kecemasan, terutama pada kasus yang disertai gangguan panik, ditemukan kenaikan respon saraf simpatik, penyesuaian yang lambat terhadap rangsangan yang berulang, dan respon yang berlebihan pada rangsangan sedang. $eurotransmiter. Terdapat % neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan yaitu norepinefrin, serotonin, dan gamma amino butyric acid &gaba'. Sebagian besar dari informasi tersebut berasal dari penelitian tentang perubahan tingkah laku dan faktor psikoaktif pada binatang. Salah satu nya adalah dengan memberikan rangsang yang positif &makanan', negati(e &tegangan listrik'. )bat-obatan an*iolytic seperti ben+odia+epine cenderung membuat binatang lebih menyesuaikan diri pada situasi, sedangkan pada amfetamin berfungsi untuk menghambat respon dan tingkah laku pada binatang. $orepinefrin. Teori secara umum menyatakan bahwa peran norepinefrin terhadap gangguan kecemasan adalah mempengaruhi seseorang dengan regulasi sistem noradrenergic yang buruk dengan akti(itas kerja yang tiba-tiba. ,adan sel dari system noradrenergic terlokalisasi pada lokus seruleus pada rostral pons, dan a*on-a*on nya tersebar ke korteks, system limbic, batang otak, dan medulla spinalis. enelitian menunjukan bahwa lokus seruleus memproduksi respon dari rasa takut, membuang lokus seruleus akan membuat binatang kehilangan respon terhadap rasa takut. ada penelitian terhadap manusia menemukan bahwa pasien dengan gangguan panik, reseptor beta adrenergic agonis dan reseptor alfa-! adrenergic antagonis dapat memancing frekuensi dan serangan panik yang parah. Sebaliknya pada reseptor alfa-! agonis dapat mengurangi gejala kecemasan pada beberapa eksperimen dan terapi. Terdapat penelitian bahwa ditemukan kenaikan cairan serebrospinal dan kadar noradrenergic metabolite %metho*y--- hydro*yphenylglycol di urine pada pasien gangguan kecemasan dan terutama pada pasien gangguan panik

Anda mungkin juga menyukai