Anda di halaman 1dari 17

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (LKPP)

MATERI PELATIHAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

UNIT KOMPETENSI : PP 04 PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) BARANG/JASA

DIREKTORAT BINA PELATIHAN KOMPETENSI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian HPS Harga Perkiraan Sendiri (HPS) merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk mendapatkan barang/jasa dalam sebuah proses pemilihan. Dalam HPS terkandung harga barang/jasa, biaya-biaya tambahan yang belum terkandung dalam harga tersebut, keuntungan dan overhead yang dianggap wajar serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sesuai ketentuan perpajakan. Penyusunan HPS mengacu pada spesifikasi teknis barang/jasa dan ketentuan dalam syarat-syarat umum Kontrak dan syarat-syarat khusus Kontrak. HPS mencerminkan harga pasar yang berlaku, namun tidak selalu sama dengan harga pasar karena syarat dan ketentuan transaksi dalam pengadaan barang/jasa Pemerintah tidak sepenuhnya sama dengan syarat dan ketentuan transaksi pada umumnya. B. Dasar hukum terkait aturan pengadaan 1. Pasal dan ayat terkait pada Perpres dan penjelasannya Berdasarkan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 pasal 66 sebagaimana diubah terakhir dengan Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan HPS, kecuali untuk kontes/sayembara dan pengadaan yang menggunakan bukti pembelian, dalam rentang waktu: Paling lama 28 (dua puluh delapan) hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi; atau Paling lama 28 (dua puluh delapan) hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran ditambah dengan waktu lamanya proses prakualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi. HPS dikalkulasikan secara keahlian oleh PPK berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan, meliputi: a. Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi barang/jasa diproduksi/diserahkan/ dilaksanakan menjelang dilaksanakannya pengadaan barang/jasa. Untuk pelelangan/seleksi internasional dapat menggunakan harga barang/jasa di luar negeri; b. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS); c. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan; i. Yang dimaksud asosiasi terkait adalah asosiasi tenaga ahli, baik yang berada di dalam negeri maupun asosiasi di luar

d. e. f. g. h. i.

j.

negeri. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan termasuk pula sumber data website komunitas internasional yang menayangkan informasi biaya satuan tenaga ahli di luar negeri, yang berlaku secara internasional termasuk lokasi dimana penyusunan HPS. Daftar biaya/tarif yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor tunggal; Biaya kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya; Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank Indonesia; Hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan instansi lain maupun pihak lain; Perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana (engginees estimate); Norma indeks, yang merupakan rentang nilai harga terendah dan harga tertinggi dari suatu barang/jasa yang diterbitkan oleh instansi teknis terkait atau Pemerintah Daerah setempat; dan Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam rangka pemilihan penyedia barang/jasa melalui pelelangan/seleksi internasional, PPK dalam menyusun HPS dapat menggunakan informasi harga barang/jasa di luar negeri. PPK menyampaikan tentang HPS, spesifikasi teknis dan rancangan kontrak, kepada Pokja ULP/Pejabat Pengadaan. Total HPS tidak bersifat rahasia, oleh karena itu Pokja ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan total HPS secara terbuka dalam tahapan pemilihan penyedia barang/jasa. Rincian harga satuan dalam HPS pada prinsipnya bersifat rahasia, kecuali rincian harga satuan tersebut sudah tercantum dalam Dokumen Anggaran. HPS disusun bukan digunakan sebagai dasar perhitungan negara, melainkan untuk proses pemilihan penyedia barang/jasa, yang berfungsi sebagai: a. Dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah: 1) Untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya, kecuali Pelelangan yang menggunakan metode dua tahap dan Pelelangan Terbatas dimana peserta yang memasukkan penawaran harga kurang dari 3 (tiga);dan 2) Untuk Pengadaan Jasa Konsultansi yang menggunakan metode Pagu Anggaran. b. Dasar untuk negosiasi harga; c. Dasar untuk menetapkan besaran Nilai Jaminan Penawaran; d. Dasar untuk menetapkan besaran Nilai Jaminan Pelaksanaan bagi penawaran yang nilainya lebih rendah dari 80% (delapan puluh per seratus) nilai total HPS; dan e. Dasar untuk menetapkan besarnya Nilai Jaminan Sanggah Banding.

2. Peraturan Kepala LKPP yang terkait Sebagai petunjuk teknis pelaksanaan Perpres No. 70 Tahun 2012, Peraturan Kepala LKPP No. 14 Tahun 2012 memberikan petunjuk tambahan dalam penyusunan HPS sebagai berikut: a. Pengadaan Barang Pada Bab II.A.3.a.2).f) diberikan petunjuk tambahan bahwa HPS harus sudah memperhitungkan: 1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN); 2) Keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar bagi Penyedia maksimal 15% (lima belas per seratus) dari nilai total biaya tidak termasuk PPN. b. Pekerjaan Konstruksi Pada Bab III.A.3.a.2).f) diberikan petunjuk tambahan bahwa HPS harus sudah memperhitungkan: 1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN); 2) Keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar bagi Penyedia maksimal 15% (lima belas per seratus) dari nilai total biaya tidak termasuk PPN. c. Jasa Konsultansi Badan Usaha Pada Bab IV.A.3.a.2) diberikan petunjuk tambahan bahwa: 1) Dalam penyusunan HPS, PPK memperhatikan dan memahami KAK (Kerangka Acuan Kerja) dan seluruh tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan, menguasai informasi/kondisi lapangan dan lingkungan di lokasi pekerjaan, serta memahami alternatif metodologi pelaksanaan pekerjaan. 2) HPS jasa konsultansi badan usaha terdiri dari komponen: a) Biaya langsung personil (remuneration); (1) Biaya langsung personil didasarkan pada harga pasar gaji dasar (basic salary) yang terjadi untuk setiap kualifikasi dan bidang jasa konsultansi. (2) Biaya langsung personil telah memperhitungkan biaya umum (overhead), biaya sosial (social charge), keuntungan (profit) maksimal 10% (sepuluh perseratus), tunjangan penugasan, dan biaya-biaya kompensasi lainnya. (3) Biaya langsung personil dapat dihitung menurut jumlah satuan waktu tertentu (bulan, minggu, hari, atau jam), dengan konversi menurut satuan waktu sebagai berikut : SBOM = SBOB/4,1 SBOH = (SBOB/22) x 1,1 SBOJ = (SBOH/8) x 1,3 Dimana : SBOB = Satuan Biaya Orang Bulan SBOM = Satuan Biaya Orang Minggu SBOH = Satuan Biaya Orang Hari SBOJ = Satuan Biaya Orang Jam b) Biaya langsung non personil (direct reimbursable cost) (1) Biaya langsung non personil yang dapat diganti

(2)

(3)

adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan Penyedia untuk pengeluaran-pengeluaran yang sesungguhnya (at cost), yang meliputi antara lain biaya untuk pembelian ATK, sewa peralatan, biaya perjalanan, biaya pengiriman dokumen, biaya pengurusan surat ijin, biaya komunikasi, biaya pencetakan laporan, biaya penyelenggaraan seminar/workshop/lokakarya, dan lain-lain. Biaya langsung nNon personil pada prinsipnya tidak melebihi 40% (empat puluh perseratus) dari total biaya, kecuali untuk jenis pekerjaan konsultansi yang bersifat khusus, seperti: pekerjaan penilaian aset, survei untuk memetakan cadangan minyak bumi, pemetaan udara, survei lapangan, pengukuran, penyelidikan tanah dan lain-lain. Biaya langsung non personil tidak boleh memperhitungkan biaya-biaya yang bersifat tak terduga.

c) Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak yang dapat diperhitungkan dalam penyusunan HPS adalah Pajak Pertambahan Nilai, tidak termasuk pajak penghasilan yang harus ditanggung penyedia. d. Jasa Konsultansi Perorangan Pada Bab V.A.3.a.2) diberikan petunjuk tambahan bahwa: 1) Dalam penyusunan HPS, PPK memperhatikan dan memahami KAK dan seluruh tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan, menguasai informasi/kondisi lapangan dan lingkungan di lokasi pekerjaan, serta memahami alternatif metodologi pelaksanaan pekerjaan. 2) HPS jasa konsultansi perorangan terdiri dari komponen: a) Biaya langsung personil (remuneration); (1) Biaya Langsung Personil didasarkan pada harga pasar gaji dasar (basic salary) yang terjadi untuk setiap kualifikasi dan bidang jasa konsultansi. (2) Biaya langsung personil telah memperhitungkan biaya sosial (social charge) dan tunjangan penugasan. (3) Biaya langsung personil dapat dihitung menurut jumlah satuan waktu tertentu (bulan, minggu, hari, atau jam), dengan konversi menurut satuan waktu sebagai berikut : SBOM = SBOB/4,1 SBOH = (SBOB/22) x 1,1 SBOJ = (SBOH/8) x 1,3 Dimana : SBOB = Satuan Biaya Orang Bulan SBOM = Satuan Biaya Orang Minggu SBOH = Satuan Biaya Orang Hari SBOJ = Satuan Biaya Orang Jam

b) Biaya langsung non personil (direct reimbursable cost) (1) Biaya langsung non personil yang dapat diganti adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan Penyedia untuk pengeluaran-pengeluaran yang sesungguhnya (at cost), yang meliputi antara lain biaya untuk pembelian ATK, sewa peralatan, biaya perjalanan, biaya pengiriman dokumen, biaya pengurusan surat ijin, biaya komunikasi, biaya pencetakan laporan, biaya penyelenggaraan seminar/workshop/lokakarya, dan lain-lain. (2) Biaya langsung non personil pada prinsipnya tidak melebihi 40% (empat puluh perseratus) dari total biaya, kecuali untuk jenis pekerjaan konsultansi yang bersifat khusus, seperti: pekerjaan penilaian aset, survei untuk memetakan cadangan minyak bumi, pemetaan udara, survei lapangan, pengukuran, penyelidikan tanah dan lain-lain. (3) Biaya langsung non personil tidak boleh memperhitungkan biaya-biaya yang bersifat tak terduga. c) Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak yang dapat diperhitungkan dalam penyusunan HPS adalah Pajak Pertambahan Nilai, tidak termasuk pajak penghasilan yang harus ditanggung penyedia. e. Jasa Konsultansi melalui seleksi internasional (konsultan ICB) Pada Bab VI.A.3.a.2) diberikan petunjuk tambahan bahwa: 1) Dalam penyusunan HPS, PPK memperhatikan dan memahami KAK (Kerangka Acuan Kerja) dan seluruh tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan, menguasai informasi/kondisi lapangan dan lingkungan di lokasi pekerjaan, serta memahami alternatif metodologi pelaksanaan pekerjaan. 2) HPS jasa konsultansi perorangan terdiri dari komponen: a) Biaya langsung personil (remuneration); (1) Biaya langsung personil didasarkan pada harga pasar yang berlaku dan dipublikasikan. (2) Biaya langsung personil dapat dihitung menurut jumlah satuan waktu tertentu (bulan, minggu, hari, atau jam), dengan konversi menurut satuan waktu sebagai berikut : SBOM = SBOB/4,1 SBOH = (SBOB/22) x 1,1 SBOJ = (SBOH/8) x 1,3 Dimana : SBOB = Satuan Biaya Orang Bulan SBOM = Satuan Biaya Orang Minggu SBOH = Satuan Biaya Orang Hari SBOJ = Satuan Biaya Orang Jam b) Biaya lLangsung non personil (direct reimbursable cost) (1) Biaya Langsung Non Personil yang dapat diganti adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan Penyedia untuk

pengeluaran-pengeluaran yang sesungguhnya (at cost), yang meliputi antara lain biaya untuk pembelian ATK, sewa peralatan, biaya perjalanan, biaya pengiriman dokumen, biaya pengurusan surat ijin, biaya komunikasi, biaya pencetakan laporan, biaya penyelenggaraan seminar/workshop/lokakarya, dan lain-lain. (2) Biaya langsung non personil pada prinsipnya tidak melebihi 40% (empat puluh perseratus) dari total biaya, kecuali untuk jenis pekerjaan konsultansi yang bersifat khusus, seperti: pekerjaan penilaian aset, survei untuk memetakan cadangan minyak bumi, pemetaan udara, survei lapangan, pengukuran, penyelidikan tanah dan lain-lain. (3) Biaya langsung non personil tidak boleh memperhitungkan biaya-baiya yang bersifat tak terduga. c) Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak yang dapat diperhitungkan dalam penyusunan HPS adalah Pajak Pertambahan Nilai, tidak termasuk pajak penghasilan yang harus ditanggung penyedia. f. Jasa Lainnya Pada Bab VII.A.3.a.2).f) diberikan petunjuk tambahan bahwa HPS harus sudah memperhitungkan: 1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN); 2) Keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar bagi Penyedia maksimal 15% (lima belas per seratus) dari nilai total biaya tidak termasuk PPN. C. Dasar hukum terkait aturan teknis 1. Aturan K/L/D/I Dalam penyusunan HPS, harus memperhatikan batas tertinggi pengeluran atau estimasi yang diatur dalam: a. Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Masukan yang ditetapkan tiap tahun anggaran; b. Peraturan Kepala Daerah tentang Standar Satuan Harga Belanja Daerah yang ditetapkan tiap tahun anggaran; c. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/SE/M/2013 tentang Pedoman Besaran Biaya Langsung Personil (Renumerasi) Dalam Perhitungan Harga Perkiraan Sendiri Jasa Konsultansi di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. 2. Aturan Profesi terkait Salah satu profesi yang menerbitkan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan HPS adalah Ikatan Konsultan Indonesia. Aturan standarisasi terkait Aturan internasional terkait

D. Pihak-pihak terkait Pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan dan penggunaan HPS adalah: 1. PA/KPA a. Menetapkan besarnya HPS apabila PPK tidak menyetujui usulan perubahan HPS yang diajukan oleh Pokja ULP. 2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) a. Menetapkan besarnya HPS sebagai bagian dari rencana pelaksanaan pengadaan. b. Menyetujui atau tidak menyetujui usulan perubahan HPS yang diajukan oleh Pokja ULP. 3. Pokja ULP a. Melakukan pengkajian atas HPS pada tahap persiapan pemilihan. b. Menetapkan besarnya nilai Jaminan Pelaksanaan. c. Menetapkan besarnya nilai Jaminan Sanggahan Banding. d. Mengumumkan nilai total HPS pada pengumuman/undangan. e. Mengajukan usulan perubahan HPS kepada PPK. f. Menyampaikan keberatan kepada PA/KPA apabila PPK tidak menyetujui usulan perubahan HPS. g. Menggunakan HPS sebagai dasar menetapkan penawaran yang sah pada tahap evaluasi harga. h. Menggunakan HPS sebagai dasar menetapkan besarnya Jaminan Pelaksanaan pada tahap klarifikasi untuk penawaran yang lebih rendah 80% (delapan puluh per seratus) dari nilai HPS. i. Menggunakan HPS dan rinciannya sebagai acuan dalam negosiasi pada metode penunjukan langsung. j. Menggunakan HPS dan rinciannya sebagai acuan dalam negosiasi pada pemilihan jasa konsultansi. 4. Pejabat Pengadaan a. Mengumumkan nilai HPS pada undangan pengadaan langsung. b. Menggunakan HPS sebagai dasar menetapkan penawaran yang sah pada tahap evaluasi harga. c. Menggunakan HPS dan rinciannya sebagai acuan dalam negosiasi pada metode pengadaan langsung. 5. Penyedia Barang/Jasa a. Menggunakan HPS sebagai acuan dalam mengajukan penawaran. E. Ruang lingkup HPS Ruang lingkup bahasan dalam modul ini adalah: Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

BAB II ANALISIS HARGA BARANG/JASA A. Mengenal Nilai Manfaat Uang (Value for Money) Indikator keberhasilan pencapaian kebutuhan dalam pengadaan barang/jasa adalah dengan memperhatikan value for money atau nilai manfaat uang. Value for Money (VFM) merupakan konsep penting yang memberikan penghargaan terhadap nilai uang. Setiap Rupiah yang dibelanjakan harus mampu memberikan nilai tambah (add value) bagi pencapaian kebutuhan. Elemen utama pencapaian value for money adalah efisien dan efektif. Efisien dan efektif terkait 5 komponen yaitu : Kualitas Kuantitas Waktu Tempat/Sumber Harga Pencapaian value for money melingkupi seluruh proses pengadaan barang/jasa sejak perencanaan kebutuhan hingga diperolehnya barang/jasa bahkan hingga pengelolaan aset selama umur ekonomis dan teknis barang/jasa. Perpres 54/2010 merumuskan tujuh prinsip dasar pengadaan yaitu efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil, akuntabel. Pencapaian value for money dalam prinsip pengadaan ditopang oleh prinsip efisien dan efektif. Dengan kompetisi yang maksimal maka upaya pencapaian efesiensi dan efektifitas semakin maksimal pula. Harga, sebagai komponen terakhir dari VFM sangat dipengaruhi oleh 4 (empat) komponen berikutnya sebagai berikut: Semakin tinggi kualitas, semakin tinggi harga. Semakin tinggi jumlah pembelian, semakin rendah harga. Semakin pendek waktu yang tersedia, semakin tinggi harga. Semakin pendek jalur distribusi (sumber pasokan), semakin rendah harga. B. Pembentukan Harga Barang/Jasa Definisi barang/jasa dibentuk oleh dua hal yaitu benda dan jasa. Kompleksitas pembentukan harga barang/jasa tentu saja ditentukan seberapa besar komponen tindakan dalam memperolehnya. Perbedaan pembentukan harga masing-masing kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Barang Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang. Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atas barang dibentuk oleh harga barang itu sendiri sesuai ketentuan dalam Kontrak. 2. Jasa Jasa adalah rangkaian proses untuk menghasilkan suatu output yang membutuhkan kombinasi antara bahan, peralatan dan tenaga kerja. Jasa terdiri dari: a. Jasa Pemborongan atau Pekerjaan Konstruksi Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. HPS atas pekerjaan konstruksi terbentuk dari: Harga barang Biaya tenaga kerja Biaya penggunaan peralatan b. Jasa Konsultansi Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware). Output dari sebuah jasa konsultansi adalah sebuah hasil pemikiran atau hasil pekerjaan yang tidak berwujud. HPS atas jasa konsultansi terbentuk dari: Biaya tenaga kerja (tenaga ahli dan tenaga pendukung) yang dibutuhkan untuk meghasilkan output. Biaya bahan dan peralatan yang dibutuhkan oleh tenaga ahli dan tenaga pendukung. c. Jasa Lainnya Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengadaan Barang. Jasa Lainnya terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Jasa lainnya yang sudah ditawarkan secara umum, yang harganya dapat diidentifikasi langsung pada outputnya sebagaimana pendekatan dalam pembentukan harga barang. 2) Jasa lainnya yang harus disediakan secara khusus, yang harganya harus dihitung dengan pendekatan sebagaimana menghitung pekerjaan konstruksi. C. Pembentukan Pasar Pasar dalam arti sempit adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual-beli barang dan jasa. Namun seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi yang menyebabkan transaksi dapat dilakukan tanpa mempertemukan penjual dan pembeli secara

langsung, maka muncul pengertian pasar dalam arti luas, yaitu proses interaksi penjual dan pembeli untuk mencapai harga pasar. Pasar bisa terbentuk dengan syarat: Terdapat penjual dan pembeli Adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan Terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli atau permintaan oleh pembeli dan penawaran oleh penjual. 1. Permintaan Permintaan (demand) adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Hukum permintaan berbunyi permintaan berbanding terbalik dengan harga apabila harga barang tinggi maka jumlah barang yang diminta sedikit sebaliknya apabila harga turun jumlah barang yang diminta bertambah. Hukum permintaan dapat berlaku jika keadaan ceteris paribus yaitu faktorfaktor lain yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta tidak berubah. Faktor-faktor yang dianggap tidak berubah adalah : Tingkat pendapatan Harga barang lain (pengganti maupun pelengkap) Intensitas kebutuhan Selera konsumen Jumlah penduduk, dan Perkiraan mengenai harga di masa yang akan datang. 2. Penawaran Penawaran (supply) adalah banyaknya barang atau jasa yang tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga selama periode waktu tertentu. Hukum permintaan berbunyi penawaran berbanding terbalik lurus dengan harga artinya semakin tinggi harga barang jumlah penawarannya semakin bertambah dan sebaliknya. Hukum penawaran bersifat ceteris paribus artinya apabila keadaan-keadaan tidak berubah. Faktor-faktor yang dianggap tidak berubah adalah : Penjual tidak butuh uang tunai Penjual tidak khawatir kalau barang turun terus Penjual tidak khawatir kalau barang akan mudah rusak Penjual tidak kekurangan tempat menyimpan barang 3. Harga Keseimbangan Harga keseimbangan atau harga ekuilibrium adalah harga yang terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Harga keseimbangan dipengaruhi oleh: a. Kompetisi diantara para penjual Semakin tinggi tingkat kompetisi diantara para penjual, maka semakin rendah harga barang/jasa. Tingkat kompetisi diantara penjual dipengaruhi oleh: Jumlah penjual yang ada di pasar Tingkat pertumbuhan industry dan penggunaan sumber daya Jumlah barang/jasa yang tersedia di pasaran.

b. Kemudahan untuk keluar masuk pasar Faktor-faktor yang berpengaruh bagi penjual untuk memasuki pasar diantaranya adalah pengaturan dari Pemerintah, skala investasi dan penguasaan teknologi. Semakin banyak persyaratan untuk memasuki pasar akan mengakibatkan tingkat persaingan yang rendah sehingga harga barang/jasa menjadi relatif tinggi. c. Ketersediaan barang/jasa substitusi Semakin banyak tersedia barang pengganti, maka tingkat persaingan semakin tinggi sehingga harga barang/jasa relatif rendah. d. Posisi tawar pemasok nya penjual Apabila penjual sangat tergantung pada pemasoknya, maka posisi penjual menjadi lemah dan harga barang/jasa masukan menjadi relatif tinggi. Kondisi seperti ini megakibatkan harga barang/jasa menjadi relatif tinggi. Penjual akan tergantung pada pemasok apabila: Jumlah pemasok sedikit atau tidak ada sumber pasokan lain Jumlah penjual banyak Biaya untuk berganti pasokan (switching cost) mahal. e. Posisi tawar pembeli Semakin tinggi posisi tawar pembeli, maka harga akan menjadi relatif lebih rendah. 4. Jenis Pasar Harga keseimbangan terjadi apabila terdapat banyak penjual dan banyak pembeli di pasar. Kondisi inilah yang disebut sebagai pasar persaingan sempurna. Namun demikian, di pasar mungkin terjadi ketidakseimbangan dalam bentuk: Monopoli, hanya terdapat satu penjual di pasar. Oligopoli, apabila terdapat sekelompok kecil penjual yang menawarkan barang/jasa serupa di pasaran. Monopsoni, apabila hanya terdapat satu pembeli di pasar. Oligopsoni, apabila sekelompok kecil pembeli mendominasi transaksi pembelian. Apabila digambarkan dalam matriks sederhana, kondisi pasar sebagai berikut: Banyak Penjual Persaingan Sempurna Oligopsoni Monopsoni Sedikit Penjual Oligopoli Oligopoli/ Oligopsoni Monopsoni terbatas Satu Penjual Monopoli Monopoli terbatas Monopoli/ Monopsoni

Banyak Pembeli Sedikit Pembeli Satu Pembeli

D. Saluran Distribusi Menurut Warren J. Keegan (2003) Saluran Distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri. Terdapat berbagai macam saluran distribusi barang konsumsi, diantaranya : 1. Produsen Konsumen Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan sederhana karena tanpa menggunakan perantara. Konsumen melakukan transaksi pembelian langsung kepada produsen atau pabrikan. Dalam perspetif harga, transksi langsung kepada produsen memberikan peluang untuk mendapatkan harga termurah. 2. Produsen Pengecer Konsumen Produsen mungkin mengambil kebijakan tidak menjual langsung barang/jasa kepada konsumen, namun melalui sejumlah pengecer yang melakukan penjualan kepada pengguna akhir. 3. Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan saluran distribusi tradisional. Di sini, produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja. 4. Produsen Agen Pengecer Konsumen Di sini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer besar. 5. Produsen Agen Pedagang Besar Pengecer Konsumen Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan. (Swastha dan Irawan, 1997, p.295-297) E. Harga dalam Perspektif Supply Potitioning Model Dalam kaitannya dengan Supply Potitioning Model, harga Barang/Jasa akan dipengaruhi oleh seberapa besar tingkat risiko dan dampaknya terhadap organisasi kemudian diperbandingkan dengan besaran nilai belanja.

Barang/jasa Laverage mempunyai karakteristik risiko/dampak rendah bagi pengguna di sisi nilai pembelian besar, yang diutamakan adalah memaksimalkan penghematan harga. Untuk itu perhatiannya hanyalah bagaimana mendapatkan harga terendah. Contoh: laptop berada pada pasar persaingan sempurna dimana jumlah penyedia dan jumlah barang, baik kualitas maupun kuantitas tersedia. Barang/jasa Routine atau rutin adalah risiko/dampak rendah bagi pengguna dengan nilai pembelian kecil, yang diutamakan adalah meminimalkan waktu dan sumber daya. Untuk tipe Routine dari sisi nilai barang/jasa routine cenderung standar namun disisi biaya akan terpengaruh pada biaya perolehan A(acquisition cost) dan manajemen stok. Untuk itu penting menekan biaya perolehan dari sisi waktu kemudian manajemen stok dari sisi tempat. Contoh: alat tulis kantor, pasti diperlukan setiap tahun dalam jumlah yang kecil dan terpecah-pecah dalam item-item. Barang/jasa Bottleneck mempunyai karakteristik risiko/dampak tinggi bagi pengguna tapi nilai pembeliannya kecil, spesifikasi fokus kepada ketersediaan jaminan pasokan dan berbagi risiko antara pengguna dan penyedia. Di sisi biaya, fokus kepada keterjaminan pasokan, nilai barang/jasa cenderung tinggi sehingga harga juga mengikuti. Contoh: obat-obatan, bersifat urgen dalam artian kalau tidak tersedia pada waktunya mengakibatkan hambatan pada pelayanan, spesifikasi khusus dan jumlah penyedia terbatas. Nilai pembelian terbatas dan terbagi atas item-item kecil. Barang/jasa Critical mempunyai karakteristik risiko tinggi dan dengan nilai pembelian yang tinggi. Memperhitungkan semua biaya langsung maupun tidak langsung dan maksimalisasi pencapaian nilai manfaat uang (value for money). Biaya dan Nilai sangat tinggi karena konsep perhitungannya mempertimbangkan secara keseluruhan baik biaya perolehan, operasional, pemeliharaan dan disposal atau pembuangan. Konsep ini dikenal dengan istilah total cost of ownership (TCO). Contoh: mesin pembangkit tenaga listrik. Dari sisi spesifikasi sangat khusus, jumlah penyedia terbatas, bersifat urgen dan nilai pembeliannya tinggi.

BAB III Persiapan Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

A. Dokumen/Data Terkait Penyusunan HPS merupakan bagian dari Rencana Pelaksanaan Pengadaan. Dokumen/data yang dibutuhkan dalam penyusunan HPS sebagai berikut: No 1 2 3 Dokumen Dokumen anggaran Penetapan spesifikasi Rancangan kontrak Jenis Data Yang Digunakan Jumlah dan jenis output pengadaan Spesifikasi barang/jasa Ketentuan: Syarat penyerahan Syarat pembayaran Harga barang/jasa Penggunaan Acuan untuk menguji spesifikasi Acuan dalam survei pasar Untuk menentukan apakah diperlukan biaya tambahan guna memenuhi ketentuan penyerahan/pembayaran Data harga berdasarkan hasil survei dilengkapi catatan: Jumlah pembelian minimal Syarat penyerahan Syarat pembayaran Dapat digunakan sebagai pengganti survei harga pasar Dapat digunakan sebagai pengganti survei harga pasar Dapat digunakan sebagai pengganti survei harga pasar Dapat digunakan sebagai pengganti survei harga pasar dengan penyesuaian berdasarkan tingkat inflasi tahun sebelumnya dan suku bunga berjalan Digunakan untuk menyesuaikan harga waktu lampau menjadi harga saat ini Digunakan untuk

Hasil Survei pasar

Informasi biaya yang dipublikasikan oleh BPS Informasi biaya yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait Daftar harga yang dikeluarkan distributor/pabrikan Kontrak tahun sebelumnya

Harga barang/jasa

Harga barang/jasa

Harga barang/jasa

Nilai kontrak

Data inflasi yang diterbitkan BPS

Tingkat inflasi

10

Data suku bunga Tingkat suku bunga

dari Bank Indonesia 11 Engginer estimate HPS

12

Standar biaya masukan, standar biaya keluaran, standar harga daerah

Standar Biaya

memperkirakan besarnya biaya modal Digunakan sebagai pengganti survey harga pasar Sebagai acuan tertinggi dalam penetapan HPS

B. Kaji Ulang Dokumen Spesifikasi Kaji ulang spesifikasi dimaksudkan sebagai panduan dalam melakukan penyusunan HPS sehingga HPS yang dihasilkan mencerminkan harga barang/jasa yang yang wajar. Pengkajian ulang spesifikasi meliputi: No. Informasi Pengaruh Terhadap HPS Pendekatan dalam penyusunan HPS Keterangan

Kelompok barang/jasa

Kualitas

Jumlah

Tempat penyerahan

Semakin tinggi kualitas, harga semakin tinggi. Semakin langka kualitas, harga semakin tinggi Semakin banyak jumlah pembelian barang sejenis, semakin rendah harga Tempat penyerahan mempengaruhi biaya pengangkutan dan pengepakan

Masing-masing kelompok barang/jasa memiliki pendekatan yang berbeda dalam penyusunan HPS Untuk mendapatkan harga pada persaingan sempurna, kualitas harus bisa dipenuhi oleh sebanyak mungkin produsen Jumlah pembelian masingmasing barang sejenis menentukan target penyedia Survei harga di lokasi barang diproduksi atau diperjualbelikan perlu ditambahkan biaya pengangkutan sampai di tempat dimana barang diserahkan Survei harga harus dilakukan pada target penyedia yang sesuai. Apabila survei harga dilakukan pada target penyedia lainnya, perlu dilakukan penyesuaian

Sumber

Tingkat distribusi dan target penyedia

Syarat pembayaran

Biaya modal

Barang/Jasa kena pajak

Menambah harga barang

biaya Survei harga harus mencantumkan syarat pembayaran yang diminta. Perbedaan syarat pembayaran bisa mempengaruhi harga Terhadap barang/jasa kena pajak, HPS harus memasukkan unsur PPN Survei harga terhadap barang/jasa kena pajak harus memastikan apakah data yang diperoleh sudah termasuk PPN atau belum.

Anda mungkin juga menyukai