Anda di halaman 1dari 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Setelah dilakukan rekapitulasi data dari ketepatan pemberian obat pada

pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSI Ibnu Sina Pekanbaru selama tahun 2011-2012 didapatkan hasil analisis data secara kuantitatif dan secara kualitatif. 4.1.1 Hasil Analisis Kuantitatif 1. Persentase Pasien Asma Bronkial Berdasarkan enis !elamin Tabel 2. umlah dan Persentase Pasien Asma Bronkial Berdasarkan enis !elamin Selama "ahun 2011-2012. No 1 2 Jenis Kela in #aki-laki Perempuan Total 2!11 " 2!12 n# 1$ Ju la% &'( $ %1&'( 1% $(&)2 1* 100

2.

Persentase Pasien Asma Bronkial Berdasarkan Rentan+ ,sia Tabel ). umlah dan Persentase Pasien Asma Bronkial Berdasarkan Rentan+ ,sia Selama "ahun 2011-2012. No 1 2 % *entan+ ,sia 1(-)0 -dewasa dini. )1-$0 -dewasa mad/a. $00 -dewasa lan1ut. Total 2!11 " 2!12 n#1$ Ju la% &'( 10 '2&$% ' 2$&%1 ) 21&0$ 1* 100

%0

).

Persentase enis Pen++olon+an 2bat dalam "erapi Asma Bronkial Tabel 4. umlah dan Persentase berdasarkan enis Pen++olon+an 2bat dalam "erapi Asma Bronkial Selama "ahun 2011-2012. No 1. 2. %. ). -olon+an .bat A+onis 32- adrenoreseptor !ortikosteroid 4antin anta+onis reseptor muskarinik Total 2!11/2!12 n#01 Ju la% &'( 2* ))&$2 1* 2*&2% 5 10&55 10 1'&%( $' 100

4.

Persentase enis Sediaan 2bat dalam "erapi Asma Bronkial Tabel 1. umlah dan persentase Berdasarkan enis Sediaan 2bat dalam "erapi Asma Bronkial Selama "ahun 2011-2012. No 1. 2. %. ). '. Na a .bat Salbutamol 6eksametason 7etilprednisolon "eofilina Ipratropium 8 Br Total 2!11/2!12 n#01 Ju la% &'( 2* ))&$2 15 2$&1' 2 %&0( 5 10&55 10 1'&%( $' 100

1.

Persentase enis 2bat /an+ di+unakan Berdasarkan 9ama 6a+an+ dan :enerik pada Pasien Asma Bronkial Tabel 0. umlah dan Persentase di+unakan Berdasarkan 9ama 6a+an+ dan :enerik pada Pasien Asma Bronkial Selama "ahun 2011-2012. No 1 2 Jenis .bat 9ama 6a+an+ :enerik Total 2!11/2!12 n# 124 Ju la% &'( (5 50&1$ %5 2*&() 12) 100

%1

4.1.2 Hasil Analisis Kualitatif ;asil Analisis Berdasarkan !ate+ori "erapi 2bat Tidak Perlu. Tabel 2. <=aluasi 6RPs !ate+ori "erapi 2bat Tidak Perlu Selama "ahun 2011 - 2012. E3aluasi D*Ps No 1. 2. %. Kate+o5i te5a4i obat ti6a7 4e5lu I II III 2!11/2!12 n#21! &obat( Ju la% 0 21 2$ &'( 0 10 12&%( 2!11/2!12 n#1$ &4asien( Ju la% 0 * 10 &'( 0 )5&%5 '2&$%

4.2. Pe ba%asan Penelitian ini bertu1uan untuk men+etahui an+ka ke1adian 6RPs kate+ori terapi obat tidak perlu pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSI Ibnu Sina Pekanbaru Pro=insi Riau tahun 2011-2012. ;al ini perlu dilakukan karena pasien asma perlu mendapatkan terapi obat /an+ sesuai& selain itu perlu 1u+a dilakukan pela/anan farmasi klinis dalam Pro+ram <=aluasi Pen++unaan 2bat -<P2. /an+ bertu1uan untuk memastikan bahwa obat di+unakan secara tepat& aman& dan bermanfaat -Sire+ar dan amalia& 200).. 4.2.1 Analisis Kuantitatif ;asil analisis kuantitatif ini berasal dari 1* rekam medik pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSI Ibnu Sina Pekanbaru Pro=insi Riau selama tahun 2011-2012& /an+ direkapitulasi untuk men+etahui an+ka ke1adian 6RPs pada pasien asma bronkial. Analisis kuantitatif meliputi 1umlah dan persentase

%2

pasien asma bronkial berdasarkan 1enis kelamin& rentan+ usia& 1enis pen++olon+an obat dalam terapi asma bronkial& 1enis sediaan obat dalam terapi asma bronkial& dan pen++unaan obat asma bronkial berdasarkan nama da+an+ dan +enerik terhadap 1umlah obat /an+ di+unakan. 1. Analisis !uantitatif Berdasarkan enis !elamin Analisis kuantitatif berdasarkan 1enis kelamin diketahui bahwa ke1adian asma bronkial lebih ban/ak ter1adi pada pasien perempuan /aitu sebesar $(&)2> -1% pasien.. 6ata ini sebandin+ den+an Riset !esehatan 6asar -RI!<S6AS. tahun 201% /an+ men/atakan bahwa an+ka ke1adian asma lebih tin++i pada perempuan daripada laki-laki -Anonim& 201%.. Perempuan dian++ap lebih rentan terhadap pa1anan /an+ dapat memicu reaksi hipersensitifitas dan merespon lebih buruk dibandin+kan pada laki-laki. ?aktor akti=itas dan stress psikolo+is 1u+a berperan dalam perburukan dan an+ka kekambuhan asma bronkial pada perempuan. Selain itu 1u+a terdapat beberapa hal /an+ men/ebabkan penin+katan ke1adian asma bronkial pada perempuan dibandin+kan laki-laki /aitu perbedaan hormon antara laki-laki dan perempuan& fluktuasi kadar estro+en /an+ besar pada saat menstruasi dan pada pen++unaan kontrasepsi 1u+a ikut mempen+aruhi keadaan asma bronkial pada perempuan dewasa& serta riwa/at kehamilan& kecemasan& obesitas& dan depresi /an+ lebih serin+ men/eran+ perempuan -6armila& 2012.. 2. Analisis !uantitatif Berdasarkan Rentan+ ,sia 7enurut @;2 masa dewasa diba+i men1adi ti+a fase& /aitu masa dewasa dini& masa dewasa mad/a& dan masa dewasa lan1ut. 7asa dewasa dini dimulai

%%

dari usia 1(-)0 tahun& masa dewasa mad/a dimulai pada usia )1-$0 tahun& dan masa dewasa lan1ut dimulai pada usia $0 tahun keatas. Analisis kuantitatif berdasarkan rentan+ usia pada pasien asma bronkial didapat bahwa persentase tertin++i den+an rentan+ usia 1(-)0 tahun -dewasa dini. /aitu sebesar '2&$%>. Adan/a perubahan hormonal /an+ ter1adi pada masa dewasa memberikan kontribusi terhadap perkemban+an asma bronkial. 6iketahui bahwa hormon estro+en dapat menin+katkan produksi kortikosteroid /an+ berikatan den+an +lobulin& sedan+kan hormon pro+esteron berkompetisi den+an hormon kortisol untuk berikatan pada sisi +lobulin tersebut. ;ormon estro+en maupun pro+esteron dapat mempen+aruhi le=el bebas kortisol /an+ men/ebabkan penurunan 1umlah kortisol. Akibat dari penurunan kortisol dapat menimbulkan pen/empitan bronkus /an+ pada akhirn/a menimbulkan seran+an asma bronkial. ;ormon estro+en menin+katkan adhesi terhadap sel-sel endotel di pembuluh darah serta kombinasi antara hormon estro+en dan pro+esteron dapat menin+katkan de+ranulasi eosinofil sehin++a memudahkan ter1adin/a seran+an asma bronkial -6armila& 2012.. %. Analisis !uantitatif Berdasarkan Pen++olon+an 2bat Asma Bronkial dalam "erapi Analisis kuantitatif berdasarkan pen++olon+an obat asma bronkial ditemukan pen++unaan +olon+an a+onis 32 adrenoreseptor sebesar ))&$2>& kortikosteroid sebesar 2*&2%>& antikoliner+ik -anta+onis reseptor muskarinik. sebesar 1'&%(> dan +olon+an Aantin sebesar 10&55>. 6ari hasil /an+ didapat +olon+an a+onis 32 adrenoreseptor merupakan +olon+an palin+ ban/ak

%)

di+unakan. ;al ini sesuai den+an al+oritma terapi Perhimpunan 6okter Paru Indonesia /an+ men/atakan bahwa terapi farmakolo+i asma bronkial pertama kali men++unakan +olon+an a+onis 32 adrenoreseptor -Anonim& 200)b.. A+onis 32 adrenoreseptor ini bersifat bronkodilator /an+ indikasin/a untuk melebarkan 1alan napas /an+ men/empit. A+onis 32 adrenoreseptor ini 1u+a mempun/ai efek relaksasi otot polos& menin+katkan pembersihan mukosilier& menurunkan permeabilitas pembuluh darah dan memodulasi pelepasan mediator dari sel mast dan basofil. Pada pemberian 1an+ka lama& obat ini dapat mempun/ai efek antiinflamasi meskipun kecil. Inhalasi a+onis 32 adrenoreseptor ker1a lama /an+ diberikan dalam waktu /an+ lama mempun/ai efek protektif terhadap ran+san+an pada bronkokonstriktor. Pemberian inhalasi a+onis 32 adrenoreseptor ker1a lama ini men+hasilkan efek bronkodilatasi lebih baik dibandin+kan preparat oral -Anonim& 200)b.. A+onis 32 adrenoreseptor merupakan obat /an+ palin+ efektif di+unakan pada pasien den+an pen/akit asma /an+ ter1adi secara tiba-tiba. Bronkodilator ini meran+san+ pelebaran saluran nafas oleh reseptor 3-adrener+ik. Pemakaian a+onis 32 secara re+uler han/a diberikan pada pasien asma kronik berat /an+ tidak dapat lepas dari bronkodilator -7ei/anti dan 7ulia& 2000.. !ortikosteroid merupakan antiinflamasi /an+ palin+ kuat. !ortikosteroid menekan respons inflamasi den+an cara men+uran+i kebocoran mikro=askuler& men+hambat produksi dan sekresi sitokin& mence+ah kemotaksis dan akti=itas sel inflamasi& men+uran+i sel inflamasi& dan men+hambat sintesis leukotrin.

%'

!ortikosteroid

dapat

menin+katkan

sensitifitas

otot

pernafasan

/an+

dipen+aruhi oleh stimulasi 32 melalui penin+katan reseptor 3-adrener+ik pemberian kortikosteroid peroral serin+ menimbulkan efek sampin+ pada saluran cerna -7ei/anti dan mulia& 2000.. !ortikosteroid merupakan obat /an+ ban/ak di+unakan dan san+at efektif& baik dalam bentuk parenteral dan oral untuk 1an+ka pendek& maupun bentuk inhalasi /an+ terutama dicadan+kan untuk pemakaian 1an+ka pan1an+. Se1ak mula pertama diper+unakan lebih dari 20 tahun lalu terlihat bahwa kortikosteroid inhalasi 1elas memberi efek terapi san+at baik untuk asma rin+an& sedan+& dan berat& baik untuk pen+obatan 1an+ka pendek maupun 1an+ka pan1an+. Se1auh ini tidak ditemukan efek buruk /an+ berarti bila diberi den+an dosis /an+ dian1urkan -Arwin& 2002.. 6i Indonesia steroid oral 1an+ka pan1an+ terpaksa diberikan kepada pasien asma persisten sedan+ sampai berat apabila mereka tidak mampu untuk membeli steroid inhalasi. ;al /an+ harus dipertimban+kan saat memberi steroid oral adalah lebih baik diberikan obat steroid ker1a pendek misaln/a prednison& hidrokortison& atau metilprednisolon karena mempun/ai waktu paruh pendek -Anonim& 200)b.. 2bat +olon+an Antikoliner+ik -anta+onis reseptor muskarinik. mekanisme ker1an/a memblok efek pen+lepasan asetilkolin dari saraf koliner+ik pada 1alan nafas dan dapat menimbulkan bronkodilatasi den+an menurunkan tonus koliner+ik =a+al intrinsik. 6isampin+ itu antikoliner+ik 1u+a men+hambat refleks bronkokonstriksi /an+ disebabkan oleh iritan. <fek bronkodilatasi dari %$

antikoliner+ik ini tidak seefektif a+onis 32 adrenoreseptor ker1a sin+kat& dimana obat ini onsetn/a lama dan membutuhkan waktu %0-$0 menit untuk mencapai efek maksimum. :olon+an ini tidak mempen+aruhi reaksi aler+i dan 1u+a tidak berpen+aruh terhadap inflamasi -Anonim& 200)b.. 2bat /an+ termasuk +olon+an antikoliner+ik /an+ di+unakan pada terapi asma adalah ipratropium bromide. Ipratropium bromide mempun/ai efek menin+katkan bronkodilatasi a+onis 32 adrenoreseptor ker1a sin+kat pada seran+an asma bronkial& memperbaiki faal paru dan menurunkan resiko perawatan rumah sakit secara bermakna. 2leh karena itu disarankan men++unakan kombinasi inhalasi koliner+ik dan a+onis 32 adrenoreseptor ker1a sin+kat seba+ai bronkodilator pada terapi awal seran+an asma berat atau pada seran+an asma /an+ kuran+ respon den+an a+onis 32 adrenoreseptor sa1a& sehin++a dapat dicapai efek bronkodilatasi /an+ maksimal -Anonim& 200)b.. Selan1utn/a obat /an+ ban/ak di+unakan pada terapi asma adalah dari +olon+an Aantin. 4antin akan merelaksasi secara lan+sun+ otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal& meran+san+ sistem saraf pusat& men+induksi diuresis& menurunkan tekanan sfinkter esofa+eal bawah dan men+hambat kontraksi uterus -Anonim& 2005b.. 4antin ini merupakan terapi tambahan +lukokortikosteroid inhalasi dosis rendah atau tin++i adalah efektif men+ontrol asma bronkial. @alau disadari peran seba+ai terapi tambahan tidak seefektif a+onis 32 adrenoreseptor ker1a lama inhalasi tetapi merupakan suatu pilihan karena har+an/a /an+ 1auh lebih murah -Anonim& 200)b..

%5

).

Analisis kuantitatif Berdasarkan enis Sediaan 2bat dalam "erapi Asma Bronkial Pen++unaan obat asma bronkial berdasarkan 1enis sediaan obat didapat

bahwa

salbutamol

sebesar

))&$2>&

deksametason

sebesar

2$&1'>&

metilprednisolon sebesar %&0(>& teofilin sebesar 10&55>& dan ipratropium bromide sebesar 1'&%(>. 6apat dilihat bahwa salbutamol /an+ palin+ ban/ak di+unakan. ;al ini dikarenakan salbutamol merupakan obat +olon+an a+onis 32 adrenoreseptor. !euntun+an pen++unaan salbutamol secara oral adalah mempun/ai onset bronkodilatasi %0 menit& efek puncak dicapai dalam 2 8 ) 1am dan lama ker1an/a sampai ' 1am. 6en+an pemberian inhalasi onset ker1an/a lebih cepat. 6alam hal ini onset ker1a ter1adi dalam 1menit. <fek puncakn/a dalam 10 menit& dan lama ker1an/a ) 8 $ 1am -7akmuri dkk& 200$.. !euntun+an 6eksametason merupakan kortikosteroid kuat den+an khasiat antiinflamasi /an+ di+unakan untuk men+obati berba+ai kondisi peradan+an. <fek anti inflamasin/a berhubun+an den+an kemampuann/a untuk meran+san+ biosintesis protein lipomodulin& /an+ dapat men+hambat ker1a enBimatik fosfolipase A2 sehin++a mence+ah pelepasan mediator proses peradan+an /aitu asam arakidonat dan metabolitn/a seperti prosta+landin& leukotrien& tromboksan dan prostasiklin. 6eksametason merupakan salah satu kortikosteroid sintesis terampuh. !emampuan dalam menan++ulan+i peradan+an dan aler+i kuran+ lebih sepuluh kali lebih hebat daripada prednisone. 6eksametason adalah

%(

kortikosteroid den+an akti=itas +lukortikoid /an+ memiliki masa ker1a palin+ lama -%$-52 1am. -Asnita& 200*.. !euntun+an teofilin ban/ak di+unakan oleh pasien asma karena har+an/a murah. 2bat ini dieliminasi oleh enzim P-450 di hati. Teofilin bekerja menghambat fosfodiesterase suatu enzim intaseluler yang berfungsi

menginaktif cyclic adenosine mono phospat -cA7P.. ;ambatan terhadap fosfodiesterase men+akibatkan penin+katan kadar cA7P dibronkus dan sel mast. Penin+katan cA7P mengakibatkan dilatasi bronkus dan mengurangi pelepasan histamin dari sel mast. Teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif pada reseptor adenosin, kaitan khususnya dengan asma adalah pengamatan bah a adenosin dapat menyebabkan bronkokonstriksi pada pasien asma dan memperkuat mediator yang diinduksi secara imunologis dari sel mast !katzung, "00"#. !euntun+an Ipratropium Bromida memiliki mekanisme ker1a memblok efek pelepasan asetilkolin dari saraf koliner+ik pada 1alan napas sehin++a menimbulkan bronkodilatasi -Anonim& 200)b.. Ipratropium Bromida han/a sedikit /an+ diabsorpsi dari permukaan paru atau saluran cerna kedalam sirkulasi sistemik& bioa=aibilitasn/a sekitar 2-5>& mulai ker1a 1-% menit& lama ker1an/a ) 1am& efek maksimum dari obat ini 1&'-2 1am& distribusi 0-*> terikat den+an albumin plasma& metabolisme melalui hidrolisis ester& ekskresi melalui feses& +in1al -%&5-'&$> dalam bentuk tidak berubah.& waktu paruhn/a 1&$ 1am -Anonim& 200$b.. Ipratropium bromide di+unakan seba+ai obat tambahan 1ika pemberian a+onis 32 belum memberikan efek /an+ optimal. Penambahan obat ini

%*

terutama bermanfaat untuk penderita asma den+an hiperakti=itas bronkus /an+ ekstrim atau pada penderita /an+ disertai den+an bronchitis /an+ kronis -7ei/anti dan 7ulia& 2000.. '. Analisis !uantitatif Berdasarkan Pen++unan 2bat Asma Bronkial dalam Bentuk 9ama 6a+an+ dan :enerik Berdasarkan rekapitulasi data /an+ telah dilakukan didapat pen++unaan obat den+an nama da+an+ lebih persentasen/a dibandin+kan den+an obat +enerik. 50&1$>. RSI Ibnu Sina Pekanbaru Pro=insi Riau merupakan rumah sakit swasta /an+ bentuk pela/anann/a berorientasi pada mas/arakat kalan+an menen+ah keatas. ;al ini men1adi alasan kenapa persentase obat +enerik /an+ di+unakan lebih kecil dibandin+kan obat den+an nama da+an+. Selain itu& berdasarkan Peraturan 7enteri !esehatan Republik Indonesia nomorC 6imana obat den+an nama da+an+ mempun/ai persentase sebesar

;!.02.02D7<9!<SD0$(DID2010 tentan+ kewa1iban men++unakan obat +enerik di fasilitas pela/anan kesehatan pemerintah -Anonim& 2010b. sehin++a tidak wa1ib ba+i rumah sakit swasta atau non pemerintah untuk men++unakan obat +enerik. 4.2.2 Analisis Kualitatif 6RPs kate+ori terapi obat tidak perlu adalah terapi medik /an+ sebenarn/a tidak diperlukan tetapi diberikan /an+ dapat menimbulkan implikasi ne+atif ba+i pasien berupa toksisitas atau efek sampin+ /an+ tidak men/enan+kan& dan dapat men/ebabkan memben+kakn/a bia/a /an+ harus dikeluarkan oleh pasien.

)0

Pen/ebab 6RPs kate+ori ini antara lain pasien men++unakan obat /an+ tidak sesuai den+an indikasi pen/akit pada saat ini& pasien memperoleh polifarmasi untuk kondisi /an+ indikasin/a cukup mendapatkan terapi obat tun++al& dan pasien memperoleh terapi obat untuk men+atasi efek obat /an+ tidak dikehendaki /an+ disebabkan oleh obat lain /an+ seharusn/a dapat di+anti den+an obat /an+ lebih sedikit efek sampin+n/a. Pada penelitian /an+ dilakukan di instalasi rawat inap RSI Ibnu Sina Pekanbaru Pro=insi Riau kate+ori terapi obat tidak perlu ditemukanC 1. Analisis berdasarkan pasien men++unakan obat /an+ tidak sesuai den+an indikasi pen/akit pada saat ini Pada sub kate+ori pertama ini di1umpai 0> /an+ artin/a tidak ditemukann/a kasus 6RPs. Sehin++a bisa disimpulkan bahwa indikasi medis /an+ diberikan pada pasien di instalasi rawat inap RSI Ibnu Sina Pekanbaru Pro=insi Riau sudah efektif. 2. Analisis berdasarkan pasien memperoleh polifarmasi untuk kondisi /an+ indikasin/a cukup mendapatkan terapi obat tun++al Pada sub kate+ori kedua ini kasus analisis berdasarkan pasien memperoleh polifarmasi untuk kondisi /an+ indikasin/a cukup mendapatkan terapi obat tun++al. 6itemukan dari 1* pasien terdapat * pasien den+an persentase sebesar )5&%5>& dan berdasarkan 1umlah obat 10> /an+ men+alami 6RPs ini.

)1

a.

Pada rekam medik pasien nomor 1& %& )& $& 10& 11& 12& 1$& dan 15. Pada 6RPs ini ter1adin/a duplikasi obat dimana adan/a pemberian atau pen++unaan dua atau lebih obat untuk indikasi /an+ sama padahal tidak atau belum diperlukan adan/a kombinasi. Pada pasien pasien tersebut diberikan salbutamol dalam bentuk /an+ berbeda /aitu tablet dan nebuliBer& sehin++a dian++ap ter1adi 6RPs karena dalam satu kondisi /an+ bersamaan di+unakan dua obat /an+ sama den+an tu1uan indikasi /an+ sama. !euntun+an pen++unaan salbutamol secara oral adalah mempun/ai onset bronkodilatasi %0 menit& efek puncak dicapai dalam 2 8 ) 1am dan lama ker1an/a sampai ' 1am. 6en+an pemberian inhalasi onset ker1an/a lebih cepat. 6alam hal ini onset ker1a ter1adi dalam 1menit. <fek puncakn/a dalam 10 menit& dan lama ker1an/a ) 8 $ 1am -7akmuri dkk& 200$.. Berdasarkan pern/ataan diatas pemberian salbutamol inhalasi lebih baik dibandin+kan pemberian sistemik. ;al ini dikarenakan sediaan nebuliBer ini memiliki efek lebih cepat& dimana pada tempat pemberian lan+sun+ dibawa melalui pernafasan dan beker1a lan+sun+ pada saluran nafas. Sehin++a efek sampin+n/a pun minimal dibandin+ /an+ sediaan oral& sehin++a cukup aman. #ama ker1an/a lebih lama dibandin+ sediaan tablet.
b. Rekam medik pasien nomor % 1u+a men+alami 6RPs kate+ori terapi obat

tidak perlu sub kate+ori analisis berdasarkan penderita memperoleh

)2

polifarmasi untuk kondisi /an+ indikasin/a cukup mendapatkan terapi obat tun++al. 6alam hal ini pasien mendapatkan tablet ambroAol dan bromheAine ;El -Bisol=onF nebuliBer.& walaupun obatn/a berbeda akan tetapi tablet ambroAol dan bromheAine ;El terkate+orikan kedalam obat +olon+an mukolitik& /an+ seharusn/a satu sa1a dinilai cukup untuk pasien ini. 6ian++ap 6RPs karena termasuk duplikasi& memiliki mekanisme ker1a /an+ sama. BromheAine ;El dan ambroAol beker1a den+an men+uran+i sekret saluran napas. 7ekanisme bromheAine ;El dan ambroAol sama /aitu den+an 1alan memecah benan+-benan+ mukoprotein dan

mukopolisakarida men+hasilkan molekul-molekul /an+ lebih kecil sehin++a mukus men1adi lebih encer. 7ukus /an+ encer akan mudah dikeluarkan pada saat batuk -Anonim& 2005a.. 6ari kasus /an+ ter1adi sebaikn/a di+unakan pemberian sediaan nebuliBer. Pen+obatan lewat nebuliBer ini lebih efektif dari obat-obatan /an+ diminum& karena beker1a cepat lan+sun+ dihirup masuk ke paru-paru& sehin++a dosis /an+ dibutuhkan pun lebih kecil& otomatis 1u+a lebih aman. %. Penderita memperoleh terapi obat untuk men+atasi efek obat /an+ tidak dikehendaki /an+ disebabkan oleh obat lain /an+ seharusn/a dapat di+anti den+an obat /an+ lebih sedikit efek sampin+n/a. Pada sub kate+ori keti+a ini ditemukan dari 1* pasien terdapat 10 pasien den+an persentase sebesar '2&$%>& dan berdasarkan 1umlah obat 12&%(> /an+ men+alami 6RPs ini. 6ari hasil pen+amatan didapat ada

)%

beberapa obat di+unakan pada pasien seba+ai terapi simptomatik seperti esomepraBole& pantopraBole& lansopraBole& omepraBole& sukralfat dan antasida 0 flatulen -6eAantaF. /an+ didu+a untuk men+atasi keluhan saluran pencernaan. <somepraBole& pantopraBole& lansopraBole&

omepraBole& merupakan +olon+an obat Proton Pump $nhibitor -PPI. /an+ di+unakan untuk meniadakan efek sampin+ obat utama kemun+kinan seba+ai penan+anan efek sampin+ obat /an+ dapat men+iritasi lambun+& sehin++a menin+katkan sekresi asam lambun+. Berdasarkan rekam medik /an+ telah diamati dapat dilihat bahwa tidak adan/a anamnesa& dia+nosa& data penun1an+& dan data laboratorium /an+ men/atakan bahwa pasien men+alami masalah atau keluhan pada lambun+. 6idu+a pemberian esomepraBole& pantopraBole& lansopraBole& omepraBole& sukralfat dan antasida0flatulen -6eAanta F. untuk men+atasi efek sampin+ dari pen++unaan deksametason dan metilprednisolon& keduan/a memiliki efek sampin+ ulkus peptik dalam pen++unaan 1an+ka pan1an+. Pada sub kate+ori keti+a ditemukann/a kasus %rug &elated Problems /aitu C a. !asus /an+ 1 ter1adi pada sub kate+ori keti+a terdapat pada rekam medik pasien nomor %& )& *& 10& 1%& dan 1(. :olon+an kostikosteroid disini di+unakan deksametason& dan metilprednisolon& untuk +olon+an PPI di+unakan adalah omepraBole& pantopraBole dan lansopraBole. Berdasarkan rekam medik pasien tidak ditemukan masalah pada lambun+ sehin++a didu+a pemberian PPI /an+ di+unakan untuk men+atasi efek sampin+ dari

))

kortikosteroid. Sehin++a dikatakan 6RPs karena dilihat dari sub kate+ori keti+a /an+ dimaksud pasien mendapatkan pengobatan dengan

penggunaan obat untuk dapat mengatasi efek samping obat, obat ini sebenarnya dapat diganti dengan obat lain dengan memiliki efek samping yang lebih minimal. b. !asus 2 ini ter1adi pada sub kate+ori keti+a terdapat pada rekam medik pasien nomor 2 dan (& terdapat pen++unaan kortikosteroid& PPI& dan sitoprotektif. Sama haln/a den+an kasus nomor 1& kortikosteroid -deksametason. memberikan efek sampin+ ulkus peptik dan dikasus ini untuk men+atasi efek sampin+n/a di+unakan PPI -pantopraBole. dan sitoprotektif -sukralfat.. 6idu+a disisi lain den+an pemberian PPI dan sitoprotektif dapat melemahkan salah satu ker1a dari obat /an+ di+unakan& tetapi disini tidak masalah dikarenakan pen++unaan ini den+an rentan+ waktu se1am. c. !asus % ini ter1adi pada sub kate+ori keti+a terdapat pada rekam medik pasien nomor $ dan 1'& terdapat pen++unaan kortikosteroid& dan sitoprotektif. Sama haln/a den+an kasus nomor 2 penambahan terapi sitoprotektif -sukralfat. didu+a karena adan/a pen++unaan kortikosteroid -deksametason. sehin++a untuk men+atasin/a di+unakan sitoprotektif. d. !asus ) ini ter1adi pada sub kate+ori keti+a terdapat pada rekam medik pasien nomor 5& disini terdapat pen++unaan kortikosteroid& PPI& dan antasida0flatulen& pen++unaan kortikosteroid -deksametason. den+an PPI -lansopraBole. dan antasida0flatulen -6eAantaF.. 6idu+a pemberian PPI )'

dan antasida0flatulen karena adan/a pen++unaan deksametason /an+ memiliki efek sampin+ ulkus peptik. Secara bersamaan +olon+an PPI dan antasida bisa karena meman+ keduan/a merupakan obat ulkus peptik tetapi memiliki mekanisme ker1a dan tu1uan tempat sasarann/a berbeda. 6ilihat pada 4 kasus diatas penggunaan PP$ !esomepraBole& pantopraBole& lansopraBole& omepraBole.& sitoprotektif -sukralfat. dan antasida 0 flatulen -6eAantaF. di+unakan untuk men+atasi dari pen++unaan deksametason dan metilprednisolon. "er1adi %&Ps karena deksametason dan metilprednisolon memiliki efek samping ulkus peptik. Pemberian PP$, sitoprotektif, antasida'flatulen untuk mengatasi efek samping dari obat kortikosteroid yang digunakan, selain itu obat PP$ yang digunakan untuk mengatasi efek samping juga tergolong kedalam obat yang harganya mahal. Sebaikn/a deksametason dan metilprednisolon di+anti den+an nebuliBer budesonide yang memiliki efek samping yang minimal. Penggunaan kostikosteroid inhalasi merupakan pilihan pertama untuk menggantikan steroid sistemik pada penderita asma kronik yang berat. <fek sampin+ /an+ serin+ ditimbulkan dapat berupa iritasi rin+an pada ten++orokan& suara serak& iritasi lidah dan mulut& batuk& mulut kerin+. ;al ini dapat terlihat efek sampin+ budesonide tidak ada berhubun+an den+an lambun+ -7ei/anti dan 7ulia& 2000..

)$

Budesonid memiliki efek maksimum tercapai setelah 1' 8 %0 menit inhalasi. Budesonid mempun/ai kemampuan berikatan -afinitas. den+an reseptor +lukokortikoid 5 kali lebih besar dibandin+ deksametason -Setiawati dkk& 200$.. Pemberian kortikosteroid peroral serin+ menimbulkan efek sampin+ pada saluran cerna seperti +astritis& penurunan da/a tahan tubuh& osteoporosis& penin+katan kadar +ula darah dan tekanan darah& +an++uan psikiatri& hipokalemi& moonface, retensi natrium dan cairan& obesitas& cushing syndrom , bullneck dan /an+ palin+ ditakutkan adalah ter1adin/a supresi kelen1ar adrenal. Pemberian kortikosteroid secara inhalasi lebih baik dibandin+kan pemberian secara sistemik. 6ikarenakan konsentrasi obat /an+ tin++i pada tempat pemberian lan+sun+ dibawa melalui pernafasan dan beker1a lan+sun+ pada saluran napas sehin++a memberikan efek /an+ cepat dan efek sampin+ sistemik /an+ lebih kecil. !euntun+an pemberian obat inhalasi /aitu mula ker1a /an+ cepat karena obat beker1a lan+sun+ pada tar+et or+an& diperlukan dosis /an+ kecil secara lokal& dan efek sampin+ /an+ minimal. 6en+an demikian untuk men+atasi asma kortikosteroid inhalasi merupakan pilihan /an+ lebih baik -7ei/anti dan 7ulia& 2000..

)5

Anda mungkin juga menyukai