Anda di halaman 1dari 3

Mimetic

Bakat/kemampuan Mimesis (Mimetic Faculty), menurut Michael Taussig, adalah: alam yang digunakan oleh kebudayaan untuk mencipatakan alam kedua (second nature), kemampuan untuk menyalin (meng-copy), meniru, membuat model, mengeksplor perbedaan, menyerahkan diri untuk menjadi yang lain (other). Mukji at dari mimesis terletak pada salinan gambar dari karakter dan kekuatan yang asli (orginal/yang dicopy) (Taussig, !""#: $iii) Mimetic Faculty/ Bakat/kemampuan Mimesis adalah kekuatan dari sebuah tiruan untuk mempengaruhi apa yang ia tiru. %ni adalah pandangan para primiti&is mengenai sihir. (Taussig, !""#) Teori mengenai mimesis dicetuskan pertama kali oleh 'ristotle dalam Poetics, ketika ia menjelaskankan (Tragedi) sebagai sebuah (imitasi/tiruan dari sebuah tindakan). %de-nya, diekstraksi dari *lato, adalah mengenai berbagai jenis puisi, baik itu trahedi ataupun yang lainnya, harus bisa merepresentasikan tindakan dalam alam sesuai dengan esensi mereka. +ejatinya, semua seni dan bukan hanya puisi, memiliki karakter mimetic , yaitu mengeksepresikan unsur alam yang &undamental dari sesuatu dalam sebuah bentuk estetik. (,o$, -.:!./) 'kan tetapi, pandangan 'rsitoteles mengenai mimetic bukan hanya menyangkut peniruan dari kenyataan. +eperti *lato, 'ristoteles menganggap mimesis sebagai prinsip pengorganisasian dalam seni, dan estetik sebagi sebuah peniruan terhadap dunia yang alami. 0alam hal ini, dan ini pending, 'ristotle melihat mimesis bukanlah sebagai tiruan langsung dari kenyataan akan tetapi sebuah kreasi, sebagaimana diungkap *aul 1icoer: (mimesis bukanlah sebuah salinan2 mimesis ada2ah poesis, sebuah konstruksi, kreasi). (!"3!:!3.: 4is ,o$,-.:!./) Mimesis bukan sebuah teori, ia adalah sebuah kemampuan/bakak (&aculty), seperti tubuh, bagian dari kondisi manusia. 5emampuan mimesis adalah repesentasi dari kualitas estetik yang terus menerus, dan repersentasi dalam hal ini adalah kreasi sebagai pengalaman menubuh (embodied). 6abeaur dan 7ul&& (!""8), ahli antropologi sejarah, mencoba menelusuri konsep mimesis sebagai berikut: !. 9rang bisa saja menggunakan kemampuan mimesis mereka sebagai alat (identi&ikasi) atau membangung sebuah hubungan dengan orang lain. Tindakan mimesis dalam hal ini berartu, (tindakan komplementaritas)2 atau tindakan-tindakan yang menghasilkan sebuah korespondensi yang harmonis antar manusia. :. Mimesis juga (meliputi komponen akti& dan kogniti&). 'tau dalam istilah Bourdieu sebagai (pengetahuan praktis) (practical kno;ledge), dalam hal ini keterlibatan tubuh dalah mimises menjadi pembeda dari cara mengetahui (;ay o& kno;ing) yang murni kogniti&, sehingga mendekati pada pengentian (penubuhan) (embodiment). 0engan ini, mimises memiliki dua kualitas utama: #. Mimesis berasal dari tindakan &isik dan selalu menunjuk pada sesuatu, mempertunjukan citraan atau bentuk dari sesuatu yang ia indikasikan.

<. Mimesis juga memiliki aspek (per&ormati&) yang menimbukan, apa yang disebut oleh Tausssig, 2 (pemahaman sensorial dari yang nyata yang secara mimesis bersatu dengan apa yang ia coba tampilkan). (!""#:!/) 0alam hal ini mimesis memediasi dua cara berbeda dalam melihat dunia: antara yang berbasis (kognisi dan representasi) dengan (praktik dan pengalaman). (,o$,-:!.") Mimesis memungkinkan indi4idu-indi4idu untuk keluar dari diri mereka sendiri, untuk meraih dunia luar ke dalam dunia dalam dan menggunakan ekspresi kedalam interioritas mereka melalui bentuk dari dunia-luar tersebut (6ebauer and 7ul&&, !""8::) Michael Taussig mengajuka dua layer dari mimesis: pertama, ia menekankan mimesis sebagai bentuk dari representasi, sebuah ekpresi yang melibatkan (peniruan) (penyalinan) (copying). 5edua, mimesis adalah persepsi dan pengalaman yang melibatkan kontak yang bersi&at indera;i (sensous contact) (!""#::!). 7alter Benjamin mengunkap pula istilah (tactile kno;ing) atau sejenis pengetahuan yang menubuh (embodied kno;ledge) yang muncul dalam sebuah pertunjukan dari : (pengenalan (recognition) diri sendiri melalui orang lain (yang lain), sebagaimana seseorang merasakan kulitnya sendiri melalui sentuhan orang lain, melalui tangan orang lain aaku merasakan kulitku ('dams !""/:=/), (jadi ini bukan semata-mata mengetahui (kno;ing) tetapi berhubungan dengan) (relating to) (Taussig,!""#::/). +aat ini dengan munculnya tkenologi media seperti &ilm dan &oto, apa yang disebut oleh Benjamin sebagai (tactility o& 4ision) (kualitis sendtuhan dari penglihtan) digantikan dengan (4ision o& tactility) (pengihatan dari kualitas sentuhan). Misalnya orang belajar tari dari 4ideo. Munculnya 4ideo. >ilm, &oto, bisa mengaburkan kemampuan indera;i dari tubuh (kepekaan tubuh), tetapi juga mengarahkan pada demokratisiasi dari pengetahuan (,o$,-.:!#8).

Mimesis, berasalal dari bahasa ?unani mimeisthai, artinya (meniru), mengacu pada bagaimana seseorang/sesuatu merepersentasikan sesuatu dengan bertingkah seperti sesuatu yang direpresentasikan itu. Mimesis, dalam hal ini, berarti sebuah bentuk dari representasi yang berdasar pada kontak yang bersi&at material yang particular pada momentum yang particular pula, sebagaimana anak kecil dengan pes;at terbang (yang ditirukannya) ketika ia bermain (Benjamin, !"=3a), kepompong yang menempel di kulit pohon (,aillois !"3<) atau 0ukun dari suku bangsa +onghay dan sesosk roh (+toller,!"3"). Mimemis lebih bersi&at indeksikan daripada ikonik. (Mark, :...: !#3) 1epresentasi mimesis berada di kutub yang berlainan dengan representasi simbolik yang menjadi karakteristik dari masyarakat urban kontemporer dan post-industrial. 0unia yang sangat bersi&at simbolis tempat kita hidup saat ini termasuk bagian dari kecenderungan kapitalis untuk menyajikan makna-makna sebagai tanda-tanda yang mudah dikonsumsi dan diterjemahkan., sebuah tendensi yang bisa ditemukan akarnya pada idealisme aman pencerahan (@nlighment). +ebagai konsekuensi, maka kritik terhadap kapitalisme seringkali adalah upaya untuk mencari jalan kembali ke representasi mimesis untuk mengalihkan penekanan dari dunia yang abstrak ke dunia yang kongkret-saat ini-di sini. (Mark,:...:!#").

5arl Mar$ berpendapat bah;a (ketersiangan) yang dialami oleh indi4idu-indi4idu modern adalah keterasingan bukan hanya dari produk-produk hasil kerja mereka, tetapi juga keterasingan dengan tubuh dan indera mereka (sense) (!3<<,!"=3: 3=-3"). 5ritikus asal %nggris, 7illiam Morris mengkritik kenyataan bah;a kebudayaan kapitalis telah mengalienasi indera-indera (dekat) seperti2 sentuhan dan penciuman, sembari terus mempertajam indera penglihatan sampai ia memiliki karakter sebagai senjata (,lassen, Ao;es, and +ynnott !""<: 3=). (Mark, :...:!#") 'ura, menurut Benjamin, melibatkan sebuah hubungan berupa kontak, atau hubungan sentuhan (tactile). 0alam esseynya yang sangat terkenal ('rt;ork-) tersirat bah;a aura adalah jejak material dari kontak yang mendahuluinya (sebelumnya), bisa saja itu adalah sapuan kuas dari tangan sang seniman,-'ura menekankan kelangsungan/ketanpaperantaan (immediacy) temporal, sebuah kehadiran bersama (co-presence), antara si pengamat dengan objek yang diamati. Berada bersama kehadiran sebuah objek auratik lebih seperti berada dalam kontak &isik dari pada menghadi sebuah representasi. 0alam essey ('rt;ork), Benjamin juga menyebut istilah (sensous similarity) (kemiripan indera;i) yang menggambarkan korespondensi antara tubuh seseorang dengan dunia yang hadir mendahului representasi, sebagaimana hubungan antara manusia dan surga/langit seperti digambarkan oleh astrologi. (Mark, :...:!<.). +usan Buck-Morss (!"":) juga meletakan mimesis sebagai cara alternati& berada/hidup di dunia-..0alam pembacaan terhadap essay 7alter Benjamin mengenai Buadeleire (!"/3a), Buck-Morss, mencatat bah;a mimesis menjadi sebuah cara untuk berlindung dari indi4idu dari kejutan-kejutan dunia-.menurut BuckMorss di aman modern dan kapitalistik persepsi menjadi perisai bagi tubuh dari pengalaman, dan bukannya mengi inkan (rasa-pengalaman) mengalir ke dalam tubuh. (Mark, :...:!<#). Bentuk pengaruan indera;i (mimesis) tidak pernah benar-benar musnah. Marleau *onty (!"/",!"=#) berargumen bah;a kita manusai tidak pernah bisa dihentikan untuk terus memelihara/mengembangkan pengetahuan mimesis. Maslahnya adalah pengetahuan mimesis tersebut tidak selalu dihargai pada kebudayaan tertentu. Teruatama dalam hal ini, kebudayaan Barat. (Mark, :..., !<<. Bihat Taussig (!""#).

Anda mungkin juga menyukai