Anda di halaman 1dari 12

Nama : Putra Anugrah Nim : 1102101010016 Kelas : A

PENYAKIT SISTEM RESPIRASI DAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA HEWAN DOMESTIK


A. GANGGUAN PADA SISTEM RESPIRASI 1. Pneumonia a. Causa Pengelolaan peternakan dan lingkungan ternak banyak berpenagaruh terhadap timbulnya penyakit radang paru-paru, sperti lingkungan yg dingin, berdebu. Agen infeksius : bakteri, virus, jamur parasitik Alergi Toxik

b. Gejala klinis Pada awal penyakit terdapat gejala hiperemi pulmonum, di ikuti dyspnoe Frekuensi napas 40 -80 kali/menit Type Napas : bersifat abnormal, pernapasan dangkal sampai dalam, batuk. Setelah beberapa hari berlangsung muncul ingus dari hidung. Demam suhu tubuh mencapai 42 derajat celsius. Kenaikan suhu tubuh ini seiring dengan reaksi tubuh dalam memobilisasi sel-sel darah putih dan berlangsungnya seperti Antigen Antibodi. Bau Abnormal Terdengar suara bronchial (Rhonci basah) yang seharusnya suara vesicular disebabkan elveoli terisi cairan radang. Suara Resonansi yang dihasilkan bervariasi mualai dari agak pekak pada daerah yang mengalami hiperemi sampai pekak total pada daerah yang mengalami hepatisasi.

Pada sapi perah terjadi penurunan produksi susu sampai berhenti berproduksi susu.

Lesu, malas berbaring, gelisah, kehilangan nafsu makan dan minum, depresi, terkadang pernapasan dilakukan dengan mulut

Konstivasi Oligouria.

c. Perubahan patologi Makroskopis Pemeriksaan makroskopis pada paru-paru tampak perubahan warna mulai yang dari kemerahan sampai menjadi abu-abu dan kuning bahkan terjadi hepatisasi merah Konsistensinya berubah menjadi seperti hati yang elastis bahkan mengalami kerapuhan Pada pengirisan paru-paru ditemukan adanya eksudat mulai dari serous sampai mukopurulen Jaringan parenkim tampakmengalami kongesti dan hepatisasi. Pada uji apung akan melayang atau tenggelam Mikroskopis Ditemukan Inklusi bodi pada pneumonia yang disebabkan oleh virus

2. Emphysema a. Causa Emfisema paru-paru primer dapat disebabkan oleh trauma yang langsungmengenai dada hingga sampai ke paru-paru. Emfisema sekunder merupakan kejadian lanjutan dari penyakit saluran pernafasan dan radangparu-paru, misalnya pneumonia suppurativa, pneumonia verminosa, pneumoniainterstisial, bronchitis dan bronchiolitis. Pada sapi, emfisema bisa merupakan lesi karena pneumonia atipikal, pneumoniaparasiter dan bisa juga dikarenakan anafilaksis (reaksi hipersensitifitas). Bentuk emfisema yang paling biasa terjadi pada hewan adalah emfisema alveolaris kronis atau pada kuda sering disebut heaves. Keadaan lingkungan, kondisi pakan dan usia

b. Gejala klinis Pemeriksaan secara auskultasi pada kuda akan terdengar suara krepitasi Pada sapi daerah yang mengalami proses emfsema suara vesikuler hilang sama sekali,tinggal suara bronchial, friksi dan krepitasi Pemeriksaan secara perkusi akan dijumpai didaerah perkusi paru-paru yang meluas ke belakang 2-3 rusuk. Daerah pekak jantung kadang berkurang atau hilang sama sekali Suara timpani akan terdengar dari sebagian besar daerah perkusi Auskultasi pada jantung akan terdengar suara yang teredam Penderita emfisema paru-paru yang kronik biasanya jadi kurus.

c. Perubahan patologi Makroskopik Pulmo pucat, mengembung Batas daerah yang terkena dan daerah sekitar tidak jelas Daerah yang terkena biasanya bagian perifer

Mikroskopik: Ruang udara melebar Septa interlobularis rusak

3. Atelektasis a. Causa Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Bronkus adalah 2 cabang utama dari trakea yang langsung menuju ke paru-paru. Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. b. Gejala klinis Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.

Gejalanya bisa berupa: gangguan pernafasan , nyeri dada batuk. Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).

c. Perubahan patologi Makroskopis Pulmo lebih gelap Volume lebih kecil Konsistensi empuk/keras Bidang irisan: bagian yang kolaps tidak mengeluarkan cairan

Mikroskopik Broncioli, alveoli mengecil Jaringan intestitial lebih menyolok Tidak ada reksi radang

4. Tuberculosis paru a. Causa Penyebab TB paru adalah Mycobacterium Tuberculosis Mycobacterium Bovis penyebab tuberculosis pada sapi dan kerbau. Mycobacterium bovis merupakan penyebab utama tuberculosis zoonotik b. Gejala klinis Penyakit kronik pada sapi ternak dapat tetap berjalan subklinis untuk masa yang lama tetapi akhirnya akn menyebabkan tanda-tanda

bronkopneumonia kronik. Kerusakan jaringan paru yang luas menyebabkan kesulitan bernapas yang progresif dan kematian. Pada anak sapi dapat timbul pembengkakan kelenjar getah bening retrofaringeal. Sapi perah dapat menunjukkan adanya mastitis ringan dengan indurasi progresif dari kelenjar susunya.Adanya benjolan-benjolan putih (tuberkel) yang terdapat pada paru-paru c. Perubahan patologi Makroskopis Lesi tuberkulosis dapat terjadi pada semua organ pada tubuh, tetapi lokasi yang paling umum terdapat pada paru-paru dan limfoglandula

Lesi granuloma yang spesifik, namun tidak semua granuloma disebabkan oleh tuberkulosis (Tubercle bacilli). Pada bidang sayatan granuloma mengandung masa kering kekuningan, perkejuan atau masa nekrotik mengandung reruntuhan sel-sel mati Pada paru-paru, seringkali terjadi abses miliari karena bronkhopneumonia supurativa dan terdapat nanah yang berwarna krem sampai oranye, konsistensinya bervariasi dari cairan kental menjadi perkejuan, yang biasanya diselaputi oleh jaringan kapsula yang tebal

Nodul-nodul kecil nampak pada pleura dan peritoneum\

Mikroskopis Pada pemeriksaan lesi granuloma secara mikroskopis tidak selalu dijumpai adanya bakteri Tubercle bacilli Bentuk lesi tuberkel, granuloma dan sel-sel raksasa tipe Langhans terdeteksi pada paru-paru 5. Canine distemper a. Causa Distemper anjing disebabkan oleh virus RNA Paramyxovirus yang berukuran 150-300m dengan nukleokapsid simetris dan berbungkus lipoprotein. Canine distemper menyerang hewan dalam keluarga Canidai, Mustelidae, Mepphitidae, Procyinidae dan kemungkinan Felidae. b. Gejala klinis

Saat awal kejadian segera akan diikuti dengan leukopenia dan limfopenia. Selanjutnya terjadi netrofilia selama beberapa minggu. Gangguan pada saluran pernafasan berupa keluarnya leleran hidung kental, mukopurulen dan leleran mata yang menigkat (epifora) yang lamalama juga bersifat mukopurulen .

Anjing akan tampak lesu, depresi, batuk-batuk, anoreksi dan mungkin diikuti diare dengan tinja yang berbau busuk. Telapak kaki akan mengeras krena kekurangan cairan (hardpad disease).

Anjing yang terserang menunjukkan bau yang khas. Gejala dehidrasi sangat menonjol dan mungkin penderita mengalamimkematian dan gagal ginjal akibat dehidrasi yang sangat.

Penyakit ini lama kelamaan dapat menyerang bagian saraf dan gejalanya berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Anjing tidak mampu mengontrol mikturisi (pengeluaran kemih). Pada stadium terminal, moribund, terlihat adanya kejang dengan bola mata mengalami nystagmus.

c. Perubahan patologi Makroskopis Otak mengalami kongesti Pendarahan pada jantung Bulu kusam Hati dan limpa mengalami hipertropi, ditemukan benda asing pada lambung, serta usus mengalami pendarahan Pendarahan pada ginjal dan Vesika urinaria Mikroskopis Ditemukan banyak eritrosit, epitel bronkeolus nekrosis di infiltrasi limposit pada paru-paru Pada hati pembuluh sinusoid kongesti Ditemukan perdarahan dari cortek sampai medula, disertai nekrosis pada glomelurus dan tubulus. Perdarahan dari kortek sampai medula pada jantung Perdarahan hebat, polikel limpoid mengalami deplesi pada limfa Kongesti disertai proliperasi sel mikroglia (gliosis), Vaskulitis pada pembuluh darah, beberapa sel neuron juga terlihat nekrosis pada otak Kongesti ditemukan pada sub epitel VU disertai adanya beberapa nekrosis pada beberapa epitelnya

B. GANGGUAN PADA SISTEM KARDIOVASKULER 1. Aterosklerosis a. Causa Penyakit berkembang akibat adanya kelainan degeneratif dan proliferatif kronis pada pembuluh darah yg menyebabkan turunnya elastisitas (hardening of the artery) dan penyempitan lumen. Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi selsel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri. Aterosklerosis dapat terjadi karna disfungsi sel endotel yang melapisi arteri. Kerusakan pada sel endotel dapat terjadi karna beberapa hal yaitu: kolestrol tinggi, tekanan darah tinggi, infeksi, dan kadar hemosistein darah yang tinggi. b. Gejala klinis Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan. Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul secara mendadak. c. Perubahan patologi Makroskopis Pembuluh darah terlihat menonjol, padat dan berwarna putih. Mikroskopis Akumulasi lemak pd sitoplasma sel otot polos dan makrofag pd tunika intima dan media. Nekrosis dan fibrosis juga dapat ditemukan

2. Hemangiosarcoma a. Causa Hemangiosarcoma adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan endotelium pada pembuluh darah. Perkembangan tumor ini lebih sering terjadi pada anjing daripada spesies lainnya tetapi dapat juga ditemukan pada hewan-hewan piaraan yang lain. Tumor tersebut biasanya terjadi pada kulit, jaringan lunak, limpa dan hati Hemangiosarcoma pada umumnya terjadi karena paparan thorium chloride, polyvinil chlorade dan arsenik b. Gejala klinis Tumor ini dapat menyebabkan anemia dan trombositopenia Tanda klinis yang nampak antara lain berkurangnya nafsu makan, aritmia, berat badan turun, lethargy, membran mukosa pucat, demam, pulsus meningkat dan tiba-tiba mati. Gejala lain ditemukan berupa pembuluh darah menjadi collap akibat robeknya dinding pembuluh darah sehingga menimbulkan perdarahan yang ditemukan di berbagai tempat seperti di ruang toraks dan di ruang peritoneum Gejala yang timbul tergantung dari lokasi dimana tumor berada

c. Perubahan patologi Makroskopis Terlihat tonjolan massa darah berwanarna merah -merah kehitaman pad a permukaan epikardium. Jika terjadi ruptur dapat menimbulkan hemoperikardium dan cardiac tamponade. Mikroskopis Sel tumor (sel enotelial) bentuknya memanjang dan menyebar tersusun seperti pembuluh darah Metastase ke paru sering terjadi

3. Pericarditis Kronis a. Causa Penyebab terbanyak dari perikarditis konstriktif kronis adalah infeksi virus dan terapi penyinaran untuk kanker payudara atau limfoma. Perikarditis konstriktif kronis juga merupakan akibat dari: o artritis rematoid o lupus eritematosus sistemik o cedera o pembedahan jantung o infeksi bakteri. b. Gejala klinis Gejala dari perikarditis kronis antara lain: sesak nafas batuk (karena tekanan tinggi pada vena paru-paru mendorong cairan masuk ke dalam kantung-kantung udara) kelelahan (karena kerja jantung menjadi tidak efisien). Tidak menimbulkan rasa nyeri. Bisa terjadi penimbunan cairan di perut dan tungkai. Gejala-gejala yang dapat menjadi petunjuk penting bahwa seseorang menderita perikarditis kronis adalah tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner atau penyakit katup jantung. c. Perubahan Makroskopis Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada perikaditis akan memberikan respon sebagai berikut : Terjadinya vasodilatassi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong perikardium. Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk fibrinogen atau fibrin di dalam cairan akan meningkat, Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin.

Mikroskopis Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan parut dan perlengketan disertai klasifikasi lapisan perikardium viseral maupun parietal yang menimbulkan suatu perikaditis konstriktif yang apabila cukup berantakan menghambat pengembangan volume jantung pada fase diastolik. 4. Miometritis 1. Causa Miokarditis disebabkan oleh penyakit reumatik akut dan infeksi virus seperti cocksakie virus, difteri , campak, influenza , poliomielitis, dan berbagai macam bakteri, rikettsia, jamur, dan parasit. 2. Gejala Klinis Gejala klinis dari miokarditis tidak khas, kelainan ECG sepintas, jarang menyebabkan pembesaran jantung, irama gallop dan dekompensasi jantung. Miokarditis oleh reuma akut disertai gejala berat . Gejala yang sering ditemukan: Takikardia. o Peningkatan suhu akibat infeksi menyebabkan frekuensi denyut nadi akan meningkat lebih tinggi . Bunyi jantung melemah, disebabkan penurunan kontraksi otot jantung. Katub-katub mitral dan trikuspid tidak dapat ditutup dengan keras Auskultasi: gallop, gangguan irama supraventrikular dan ventrikular. Gagal jantung. Dekompensasi jantung terutama mengenai jantung sebelah kanan.

3. Perubahan patologi Makroskopis Manifestasi makroskopis meliputi jantung yang laksid dengan dilatasi pada keempat ruang jantung dan bercak-bercak pendarahan : Trombus mural dapat terbentuk dalam ruangan jantung yang lebar Endokardium dan katup jantung tidak terkena. Sesudah stadium akut, terdapat sisa dilatasi atau hipertropi jantung.

Mikroskopis Miokarditis dapat menyebabkan dilatasi jantung, thrombus dalam dinding jantung, infiltrasi sel darah yang beredar disekitar pembuluh koroner, serabut otot dan degenerasi serabut otot 5. Endokarditis a. Causa Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas Penyebab lain dari infeksi endokarditis yang lebih patogen yaitu stapilokokus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut. Penyebab lainnya adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan kandida. b. Gejala Klinis Gejala umum : demam, Anemia ditemukan bila infeksi telah berlangsung lama dan limpha. Gejala Emboli dan Vaskuler Ptekia Gejala Jantung : Sebagian besar endocarditis didahului oleh penyakit jantung, tanda-tanda yang ditemukan ialah sesak napas, takikardi, palpasi, sianosis, atau jari tabuh (clubbing of the finger). c. Perubahan patologi Makroskopis Bila infeksi mengenai korda tendinae maka dapat terjadi ruptur yang mengakibatkan terjadinya kebocoran katub. Mikroskopis Endokard yang rusak dengan permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan menimbulakan vegetasi yang terdiri atas trombosis dan fibrin. Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya tidak baik, Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan abses miokard atau aneurisme nekrotik. Pembentukan trombus yang mengandung kuman dan kemudian lepas dari endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis infeksi. pada sebagian penderita ditemukan pembesaran hati dan

DAFTAR PUSTAKA

Ressang, A.A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Widiana, devi. Galuh P. Susanti A. 2012. Tugas Terstruktur Resume Penyakit Pernafasan pada Pet Animal. Malang: Universitas Brawijaya. Yanti, I.R. 2007. Studi Morfopatologi Hemangiosarcoma Pada Anjing Golden Retriever. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai