Anda di halaman 1dari 7

Persiapan kolam Persiapan Kolam yang di gunakan untuk pemeliharaan indukan dan pemijahan yaitu menggunakan kolam beton

permanen berukuran 10 x 2,5 m dan dilakukan proses pengeringan, pembersihan,pengisian air dan pemupukan, sedangkan untuk kolam pendederan mengunakan happa berukuran 2 x 5 m yang diletakkan di dalam kolam berukuran 2000 m2. Pengeringan kolam dilakukan dengan cara membuang seluruh air yang ada di kolam dengan membuka pintu outlet pengeluaran air dan kemudian menjemurnya di bawah terik matahari selama 1 hari, pengeringan bertujuan untuk menghilangkan senyawa beracun dan membasmi hama dan penyakit. Pada tahap ini juga dilakukan perbaikan terhadap kebocoran kolam serta merapikan instalasi udara (aerasi). Pembersihan kolam dilakukan dengan cara mencuci kolam menggunakan sikat lantai membuang semua lumpur yg mengendap dan membilasnya dengan air hingga bersih. Pengisian air dilakukan dengan cara memompa air dari kolam penampungan air yang berupa kolam tanah 2000 m2 ke kolam pemeliharaan sampai mencapai ketinggian sekitar 70 - 80 cm. Pemupukan dilakukan untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami, pupuk yang digunakan pupuk cair mina 88 dengan dosis 2 liter/ha.

Pemeliharaan induk Pemeliharaan induk dilakukan di kolam beton permanen berukuran 10 x 2,5 m dengan ketinggian air 70 80 cm. Untuk menghindari terjadinya pemijahan liar dan induk benar benar matang gonad dilakukan pemeliharaan induk ikan nila jantan dan betina di kolam terpisah. Selama pemeliharaan dan pemijahan, induk ikan nila diberi pakan pellet dengan merek dagang MASCOT PAKAN LELE TERAPUNG yang di produksi oleh PT. MISUMATAMA ADI MULIA dengan komposisi: kadar protein 31-33%, lemak 5%, serat 6%, kadar abu 13%, dan kadar air 11. Pemberian pakan diberikan dengan jumlah 2 3 % dari bobot biomassa induk per hari secara adlibitum yang cukup agar sehat dan dapat meghasilkan kualitas telur yang baik. Frekuensi pemberian pakan 2 kali

sehari, pada pukul 08.00 WIB dan pukul 15.00 WIB. Penyimpanan pakan didalam gudang pakan yang berukuran 3 x 3m berdinding tembok, beratap asbes dan pakan di susun rapih di atas papan kayu sehingga pakan tidak bersentuhan langsung dengan permukaan lantai agar pakan tidak mudah rusak dan kualitas nya tetap terjaga.

Seleksi induk Seleksi induk merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada kegiatan pembenihan, karena merupakan kunci utama keberhasilan dalam proses pemijahan. Induk yang dipilih harus benar-benar berkualitas karena akan mempengaruhi kulitas dan kuantitas benih yang dihasilkan, syarat seleksi induk yaitu kondisinya sehat, gerakannya lincah, memilki respon terhadap pakan yang diberikan dan jika distriping mengeluarkan telur yang bewarna kuning ( betina ) maupun mengeluarkan cairan sperma ( jantan ). Induk ikan nila yang akan digunakan untuk proses pemijahan diseleksi morfologi dan kelaminnya. Induk betina umumnya memiliki perut yang lebih besar dan lubang urogenital ada tiga, yaitu lubang anus (paling depan), lubang telur, dan lubang urin. Sedangkan induk jantan lebih ramping dan lubang urogenital ada dua yaitu lubang anus dan lubang sperma sekaligus lubang urin yang berbentuk meruncing. Induk betina yang sudah matang gonad, secara fisik ditandai dengan perutnya yang nampak besar, dan lubang kelamin berwarna kemerahan, ketika distriping atau dipijit kearah lubang kelamin keluar telur berwarna kuning tua sedangkan ikan nila jantan ketika distriping atau dipijit ke arah lubang kelamin keluar cairan putih susu ( sperma ). Perbedaan kelamin antara ikan nila jantan dan betina disajikan pada gambar

Pemijahan Pemijahan merupakan proses terjadinya reproduksi yang

menghasilkan keturunan baru. Pemijahan ikan nila Oreochromis aureus jantan dengan ikan nila nirwana betina akan menghasilkan strain ikan nila srikandi. Pemijahan dilakukan dengan metode pemijahan alami secara massal dalam satu kolam berukuran 10 x 2,5 m dengan rasio indukan 3 : 1 yaitu 30 betina dan 10 jantan . indukan hasil seleksi disatukan ke kolam pemijahan lansung setelah dilakukan seleksi. Dalam proses pemijahan nila jantan (Oreochromis aureus ) akan membuat sarang untuk menarik sang betina ( nirwana ) sehingga betina mau memijah. Sarang yang dibuat ini bertujuan agar telur-telur yang telah berhasil dibuahi tidak tergeletak disembarang tempat sehingga mudah diambil kembali oleh indukan betina sebelum dijaga dalam mulut ikan nila betina hingga menetas menjadi larva. Saat itu larva yang baru menetas masih mempunyai kuning telur, hingga kuning telurnya habis maka larva mulai berenang mencari makan sendiri dipinggir kolam, saat itulah larva sudah siap untuk dipanen. Proses pemijahan sampai keluarnya larva dibutuhkan waktu selama 12 - 14 hari dari saat disatukan induk jantan dan betina di kolam pemijahan. Pemanenan Larva Kegiatan pemnenan larva di lakukan pada hari ke 12 setelah di satukan jantan dan betina di kolam pemijahan,pada hari ke 12 ini benih sudah mulai keluar dari mulut induk dan benih sudah terlihat di permukaan air kolam pemijahan, pemananenan benih dilakukan dengan cara lansung mengambil benih menggunakan seser dan ditampung dalam baskom plastik yang telah di

isi air secukupnya. Kemudian dipindahkan ke kolam pemeliharaan benih yang menggunakan happa berukuran 2 x 5 m . Pemanenan benih dilakukan pada pagi hari di saat suhu air rendah benih akan berkumpul di permukaan air kolam pemijahan. Pemanenan di lakukan 3 4 kali dengan selang waktu 2 3 hari sekali . Setelah pemijahan induk di kembalikan ke kolam induk berdasarkan dipisahkan selama 2 4 kembali. minggu sebelum dapat dipijahkan

Untuk menghitung Fekunditas telur di ambil dari tiga sempling indukan betina yang sedang mengerami telurnya di dalam mulut. Pengambilan telur dilakukan dengan mengambil induk menggunakan jaring, selanjutnya induk yang tertangkap dicek, apabila terdapat induk betina diambil dengan menggunakan serokan/seser dan dilihat mulutnya terdapat telur atau tidak. Induk yang mengerami telur kemudian diambil dan telurnya dikeluarkan dari mulutnya. Cara mengambil telur dari induk betina yaitu dengan memegang bagian kepala ikan. Pada saat bersamaan salah satu jari tangan membuka mulut dan tutup insang. Selanjutnya tutup insang di siram air sehingga telur keluar melalui rongga mulut. Selanjutnya telurtelur tersebut ditampung dalam baskom plastik, kemudian menghitungnya secara manual dengan menggunakan Hand counter. Kemudian setelah dihitung telur di masukan ke dalam wadah inkubasi untuk menetaskan telur. Telur yang berada di ruang inkubasi akan menetas menjadi larva setelah 4 hari Larva yang sudah menetas dihitung jumlahnya dengan menggunakan hand counter. Data perhitungan telur yang menetas (hatching rate) tersaji dalam tabel 5 dibawah ini:

Corong inkubasi 1 2 3

Jumlah telur

Jumlah telur yang menetas

Hatching Rate (%) 56 213 265

1234 1614 1400

1178 1401 1135

Pemeliharaan Larva Larva hasil pemanenan di kolam pemijahan dan telur yang telah menetas di ruangan inkubasi dipindahkan ke kolam pendederan yang menggunakan happa berukuran 2 x 5 m dengan krangka bambu yang di pasang di kolam 2000 m2. Larva ikan nila srikandi di berikan pakan tepung halus dengan merek dagang PS - P dengan komposisi yaitu protein 40%, lemak 10%, serat kasar 8% dan kadar air 12%. Frekuensi pemberian pakan pada larva yaitu 3 kali sehari pada pukul 08.00, 12.00,dan 16.00 WiB. Metode

pemberian pakan yang dilakukan yaitu terus menerus hingga ikan tidak mau makan lagi, kemudian pemberian pakan dihentikan (adlibitum).

Penanganan Kualitas Air Penanganan kualitas air dilakukan dengan cara memberikan aerasi agar air mengandung banyak oksigen dan sirkulasi air baik. Tingkat kandungan oksigen terlarut dalam air sangat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Kandungan oksigen terlarut dalam perairan bertanda sebagai limitting faktor (Kuncoro 2004). Selain itu oksigen terlarut sangat esensial bagi ikan untuk bernapas dan merupakan komponen utama dalam metabolisme.

Anda mungkin juga menyukai