Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ahmad Ridlwan Npm : 09.0546.C Mata kuliyah : Rekayasa Akuakultur 1.

Fungsi dan tujaan dari bak yang berbentuk bulat,elip dan persegi panjang adalah sama, tempat atau wadah yang dapat digunkan untuk melakukan budidaya berdasarkan proses budidaya yang akan digunakan dan di sesuikan skala produksi budidaya, hampir dengan kolam dimana dapat dikelompokan bak pemijahan, bak penetasan, bak pemeliharaan dan bak pemberokan. Tujuan dari bentuk bak bulat adalah untuk memper mudah dalam pemeliharan induk dan benih sekaligus mudah terkontrol, air dalam bak berbentuk bulat tidak akan cepat keruh airnya atau air berubah, dan lama untuk perubahan air tersebut. karna dalam bak yang bulat air selalu berputar. Bak berbentuk elip sistemnya dengan bak yang berbentuk bulat. Sedangkan bak yang persegi panjang lebih cepat adanya perubahan air dalam kolam tersebut karena perputaran air dalam kolam kurang setabil ktinbang bak yang berbentuk bulat dan elip.

2. Sistem budidaya udang dengan sistem tambak mini plastik: a. Syarat konstruksi tambak: Tahan terhadap damparan ombak besar, angin kencang dan banjir. Jarak minimum pertambakan dari pantai adalah 50 meter atau minimum 50 meter dari bantara sungai. Lingkungan tambak beserta airnya harus cukup baik untuk kehidupan udang sehingga dapat tumbuh normal sejak ditebarkan sampai dipanen. Tanggul harus padat dan kuat tidak bocor atau merembes serta tahan terhadap erosi air. Desain tambak harus sesuai dan mudah untuk operasi sehari-hari, sehingga menghemat tenaga. Sesuai dengan daya dukung lahan yang tersedia. Menjaga kebersihan dan kesehatan hasil produksinya. Saluran pemasuk air terpisah dengan pembuangan air.

b. Saluran dan Pintu Air 1. Saluran air harus cukup lebar dan dalam, tergantung keadaan setempat, lebarnya berkisar antara 3-10 m dan dalamnya kalau memungkinkan sejajar

dengan permukaan air surut terrendah. Sepanjang tepiannya ditanami pohon bakau sebagai pelindung. 2. Ada dua macam pintu air, yaitu pintu air utama (laban) dan pintu air sekunder (tokoan/pintu air petakan). Pintu air berfungsi sebagai saluran keluar masuknya air dari dan ke dalam tambak yang termasuk dalam satu unit. 3. Lebar mulut pintu utama antara 0,8-1,2 m, tinggi dan panjang disesuaikan dengan tinggi dan lebar pematang. Dasarnya lebih rendah dari dasar saluran keliling,serta sejajar dengan dasar saluran pemasukan air. 4. Bahan pembuatannya antara lain: pasangan semen, atau bahan kayu (kayu besi, kayu jati, kayu kelapa, kayu siwalan, dll) 5. Setiap pintu dilengkapi dengan dua deretan papan penutup dan di antaranya diisi tanah yang disebut lemahan. 6. Pintu air dilengkapi dengan saringan, yaitu saringan luar yang menghadap ke saluran air dan saringan dalam yang menghadap ke petakan tambak. Saringan terbuat dari kere bambu, dan untuk saringan dalam dilapisi plastik atau ijuk. c. Pemasangan kincir: Kincir biasanya dipasang setelah pemeliharaan 1,5-2 bulan, karena udang sudah cukup kuat terhadap pengadukan air. Kincir dipasang 3-4 unit/ha. Daya kelarutan O2 ke dalam air dengan pemutaran kincir itu mencapai 75-90%. d. Pengelolaan Air Media Pemeliharaan 1. Pergantian Air Media Kualitas air tambak sangat menentukan kesehatan dan pertumbuhan udang, ketika umur udang telah mencapai 20 hari, biasanya mulai adanya plankton mati dan mengumpul disalah satu pojok tambak, dan ketika umur 40 hari kondisi air tambak telah jenuh akibat banyaknya plankton mati, sisa pakan dan bahan organic, sehinggamenyebabkan kualitas air tambak mulai menurun yang mengakibatkan udang

jarang melakukanm pergantian kulit (moulting) akibatnya pertumbuhan udang terhambat. Jumlah air yang diganti berkisar antara 5 20 % tergantung tingkat kejenuhan air tambak. Waktu pergantian dilakukan pada pagi atau sore hari , jika pada saat tersebut ada jadwal pakan maka pergantian air dilakukan satu jam setelah pemberian

pakan, kegiatan ini untuk menghindari tingkat stress yang tinggi. Alat yang dipakai untuk pergantian air dapat menggunakan pompa submersible atau dengan system manual.

2. Penyiphonan Masa pemeliharaan setelah mencapai umur 45 hari, biasanya

ditemukan endapan lumpur hitam dan berbau. Lokasi mengumpulnya endapan hitam ini tergantung pada letak kincir karena letak kincir

menentukan arus air tambak yang mempengaruhi letak mengumpulnya endapan. Jika kincir dipasang besilangan pada sudut uang berbedamaka biasanya endapan lumpur hitam akan mengumpul di bagiantengah tambak, sudut tambak yang berarus kecil, di belakang kincir. Lumpur hitam ini berasal dari sisa pakan yang tidak termakan oleh udang, akibat dari plankton mati dan hasil buangan udang. Karena kuantitas yang banyak

sehingga kemampuan bakteri pengurai terbatas, yang mengakibatkan lumpur hitam berbau menyengat, keadaan ini sangat membahayakan udang, karena jika teraduk diperairan akan menyebabkan racun terhadap udang, sehingga keadaan ini harus dihindari dengan cara endapan lumpur tersebut dengan melakukan siphon, membuang alat siphon

yang dapat digunakan antara lain dengan pompa alcon 2 inch, dengan pompa submersible 2 inch dibanding dengan saluran atau jika kondisi tambak lebih tinggi

pembuangan

maka bisa dilakukan dengan

teknik gravitasi. Penyiponan pada kolam yang berada di bawah rata-rata permukaan laut maka digunakan pompa alcon. Pompa alcon diletakan diatas pematang, kemudian bagian inletdisambung dengan selang spiral, sehingga panjang selang spiral disesuaikan dengan lokasi mengumpulnya lumpur. 3. Pembuangan Plankton Mati Pembuangan plankton mati mulai ditemukan setelah udang berumur kurang lebih 20 hari, tetapi jumlahnya plankton yang mati masih relatif sedikit. Pada saat umur udang telah mencapai umur 30 hari merupakan puncak

ditemukan adanya plankton mati, disebabkan pertumbuhan plankton yang terus membaik karena ketersediaan unsur hara dari pakan sekaligus

menjadi pupuk bagi plankton, kondisi banyaknya plankton mati dalam jumlah banyak harus dibuang keluar dari tambak, karena akan

menyebabkan kualitas air tambak menurun. Solusi dari terjadinya plankton mati dapat melakukan pengenceran air di tambak dengan menambahkan air tawar tiap tiga hari sekali, jumlah volume air yang ditambahkan

disesuaikan dengan kondisi air tambak, biasanya sekitar 15 20 m, hingga mencapai umur 40 hari. Kemudian setelah umur 40 hari dapat dilakukan pergantian air setiap 7 hari sekali. Solusi pergantian air ini ternyata lebih efektif untuk mengurangi adanya plankton mati.

4. Parameter Kualitas Air Untuk perkembangan dan tingkat kelangsungan hidup (sintasan --- SR) udang yang dipelihara parameter kualitas air media harus berada pada kondisi yang optimal. Demikian pula pada kegiatan ujicoba ini dilakukan monitoring dan pengamatan parameter kualitas air media. Pengamatan parameter kualitas air yang dilakukan selamaujicoba berlangsung adalah pH, oksigen terlarut, nitrat, ammonia, bahan organik, suhu,

salinitas, dan nitrit Suhu Salah satu faktor pembatas yang cukup nyata dalam kehidupan udang ditambak adalah suhu air media pemeliharaan. Seringkali

didapatkan udang mengalami stres dan bahkan mati disebabkan oleh perubahan suhu dengan rentang perbedaan yang tinggi. Keadaan

seperti ini sering terjadi pada tambak dengan kedalaman kurangdari satu meter. Sebagai contoh musim kemarau dan perbedaan suhu yang sangat mencolok antara siang dan malam hari. Berdasarkan hasil penelitian para ahli, terbukti bahwa pada suhu rendah metabolisme udang menjadi rendah dan secara nyata berpengaruh terhadap

nafsu makan udang (Byod, 1989). Sedangkan nilaisuhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan udang vaname berkisar antara 28,0 31,5 oC Salinitas Salinitas (kadar garam) air media pemeliharaan pada umumnya berpengaruh tehadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang (Anonim, 1985). Udang vaname dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinatas 15 25 ppt (Anonim, 1985 dan Ahmad, 1991), bahkan jenis udang windu mempunyai toleransi cukup luas yaitu antara 0 50 ppt. Namun apabila salinitas di bawah 5 ppt dan di atas 30 ppt biasanya pertumbuhan udang windu relatif lambat, hal ini terkait dengan proses osmoregulasi dimana akan mengalami gangguan

terutama pada saat udang sedang ganti kulit dan proses metabolisme. pH Tingkat kesaman (pH) tanah banyak dipengaruhi oleh beberapa

faktor pembentuknya, antara lain bahan organik dan berbagai jenis organisme air yang mengalami pembusukan, logam berat (besi,

timah dan bouksit, dll). Biasanya pH tanah dasar tambak yang rendah diikuti tingginya kandungan bahan organik tanah yang

terakumulasi dan tidak terjadi oksidasi yang sempurna (Anonim, 1985). pH tanah yang rendah cenderung dipengaruhi oleh kandungan logam berat seperti besi, timah dan logam lainnya. pH tanah yang optimal untuk kegiatan budidaya udang dan ikan berkisar antara 6,5 8,0 (Boyd, 1992). Oksigen terlarut Jumlah kandungan oksigen (O2) yang terkandung dalam air disebut oksigen terlarut. Satuan kadar oksigen terlarut adalah ppm (part per million). Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya temperatur, salinitas, pH dan bahan organik. Salinitas semakin tinggi, kelarutan oksigen semakin rendah. Kelarutan oksigen untuk kebutuhan minimal pada air media pemeliharaan udang

adalah > 3 ppm. Ammonia(NH3) Kandungan ammonia dalam air media pemeliharaan merupakan hasil perombakan dari senyawasenyawa nitrogen organik oleh bakteri atau dampak dari penambahan pupuk yang berlebihan. Senyawa ini sangat beracun bagi organisme perairan walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Konsentrasi amonia yang mampu ditolerir untuk kehidupan udang dewasa < 0,3 ppm (Ahmad, 1991 dan Boyd, 1989),

dan ukuran benih < 0,1 ppm. Nitrit Kandungan nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya bagi udang dan ikan, menjadi karena nitrit dalam darah yang mengoksidasi tidak mampu

haemoglobin

meta-haemoglobin

mengedarkan oksigen, kandungan nitrit sebaiknya lebih kecil dari 0,3 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air merupakan faktor pembatas dan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses nitrifikasi. Pada salinitas di atas 20 ppt, batas ambang aman nitrit adalah < .2 ppm

e. Pengelolaan Pakan Menentukan kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan. Langkahlangkah menentukan kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan dapat diketahui dengan cara : Menentukan Food Conversation Rate (FCR), FCR diupayakan antara 1 1.5 Menentukan size panen dan target biomasa Menentuntukan Survival Rate (SR) panen

Contoh perhitungan : Jumlah tebar 100.000 ekor, Ditentukan FCR panen 1.3, Perkiraan size udang ketika panen 60 ekor per kg, Perkiraan SR panen 87 %, Setelah mempelajari materi IV penyuluhan ini pelaku utama dan atau

pelaku usaha/penyuluh perikanan dapat memahami dan menjelaskan cara pengelolaan pakan dan air media pemeliharaan pada budidaya udang vaname dengan baik dan benar. Maka diperoleh kebutuhan pakan sebagai berikut : SR 87 % Hasil panen = Jumlah tebar x 0.87 = 100.000 ekor x 0.87 = 87.000 ekor = SR panen (ekor) / Size udang (ekor/kg) = 87.000 (ekor) / 60 (ekor/kg) = 1.450 kg Jumlah pakan = Hasil panen x FCR = 1.450 (kg) x 1.3 = 1.885 kg Maka diperoleh jumlah pakanyang diperlukan selama proses budidaya udang sebanyak 1.885 kg.

f.

Penentuan waktu panen Pemeliharaan udang vaname pada pertumbuhan normal akan mencapai berat sekitar 17-20 gram setelah berumur 120 hari. Perhitungan saat panen yang tepat adalah dengan memperhitungkan biaya operasional kususnya pakan yang dibutuhkan harus lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan udang Perencanaan waktu panen sudah ditentukan ketika diawal perencanaan kegiatan budidaya, karena terkait dengan kebutuhan pakan dan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan udang, jika udang yang dipelihara pertumbuhannya normal, maka waktu panen dapat sesuai dengan perencanaan awal dan disesuiakan dengan harga dipasar, tetapi jika laju pertumbuhan udang sangat terlambat, dan jika diteruskan hanya menambah biaya pakan, maka lebih baik segera dilakukan panen. Jika pertumbuhan udang sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan perencanaan antara lain : Antisipasi banyaknya udang yang mengalami ganti kulit (moulting) dengan meminimalkan perubahan perubahan yang ekstrim di air tambak terkait dengan kualitas air. Satu minggu sebelum jadwal panen, dilakukan pengapuran setiap 2 hari sekali, dengan dosis 510 ppm tujuannya adalah untuk menjaga kebutuhan kalsium yang diperlukan udang Panen dimulai pada malam hari, untuk menjaga kualitas udang, sehingga dipagi hari bisa dilakukan penimbangan Telah disiapkan air bersih, untuk mencuci udang sebelum dimasukan ke air dingin Telah dipersiapkan air dingin, untuk menjaga kesegaran dan kualitas udang tidak menurun. Dari beberapa unggulan diantaranya biaya terjangkau oleh pembudidaya menengah ke bawah, manajemen tambak mudah karena luas petakan kecil, risiko serangan penyakit kecil serta dapat dilakukan di berbagai tipe lahan mudah terkontrol.

3. Pengelolaan air yang dilakukan pada Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol Bali menggunkan sitem garafitasi pasang surut air laut, bila mana air laut pasang maka air sumur jaga ikut naik dan apa bila air laut susut maka sumur tersebut jaga ikut surut. Pengambilan air laut menggunakan pompa tarik dan pompa dorong untuk menjalankan pompa tersebut menggunakan listrik spesifikasi dari alat yang ada di gondol bali meliputi pompa air, peralon panbel dan listrik

4. karena saluran perimer sebagai saluran tambak yag utama dari dari laut menuju ke saluran sekunder maka perlu adanya penebalan pematang bertujuan bila mana sat air laut pasang pematang saluran perimer mampu nahan debit air yang masuk melalui saluran perimer. Lebar untuk pematang tambak dengan ukuran 2500 m : 1:1 Lebar untuk pematang tambak dengan ukuran 5000 m : 1:1 Lebar untuk pematang tambak lebih dari 7500 m : 1:2

Anda mungkin juga menyukai