Anda di halaman 1dari 29

55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis SMA Negeri 1 (SSN) Maros di dirikan pada tanggal 1 Agustus 1964 sebanyak 10 buah kelas dengan Nomor dan Tanggal Pendirian : 79/SK/B/III tanggal 30 Juli 1964, berstatus Negeri. Secara geografis SMA Negeri 1 (SSN) Maros bertempat di jalan Mangga no. 1 Maros, Kelurahan Turikale, Kecematan Turikale, Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan. 2. Visi dan Misi a. Visi Sekolah yang unggul dalam keilmuan, berakhlak mulia, berwawasan lingkungan dan mampu menjawab tantangan global b. Misi 1) Membentuk stakeholder sekolah yan berakhlak mulia 2) Mengembangkan konsep keilmuan pada setiap disiplin ilmu baik pada kegiatan intra kurikuler maupun

ekstrakurikuler 3) Menciptakan suasana pembelajaran yang bernuansa religius dan berwawasan lingkungan.

56

4) Meningkatkan

rasa

tanggung

jawab,

kejujuran,

kerjasama, kedisiplinan, kepedulian, dan adil bagi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan. 5) Meningkatkan motivasi untuk berprestasi pada setiap bidang kehidupan sehingga mampu menjawab tantangan global 3. Tujuan Sekolah a. Mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. b. Memiliki fasilitas yang lengkap, berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka menunjang pembelajaran c. Memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang

professional yang mampu melaksanakan KTSP yang berbasis kompetensi d. Tercapainya Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal 80 setiap mata pelajaran 2015 e. Mempersiapkan peserta didik agar : 1) Dapat membaca dan menulis Al Quran dengan baik dan benar 2) Berkepribadian luhur dan taat menjalankan agamanya masing-masing

57

3) Mampu

mengoperasikan

program

komputer

untuk

kepentingan positif 4) Mampu bersaing disetiap lomba akademik dan non akademik ditingkat provinsi dan nasional 5) Dapat melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri baik dalam Negeri maupun luar Negeri. B. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 maros dimulai tanggal 17 Desember - 27 Desember 2012. Hasil penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuesioner dan pengukuran dari responden, dengan besar populasi yang diperoleh sebanyak 349 responden sedangkan sampel sebesar 130 responden. Setelah itu, data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner dan yang diisi oleh peneliti terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data mulai dari editing, koding, tabulasi dan analisa data sampai penyajian data. berikut adalah hasil penelitianya : 1. Karekteristik Responden a. Umur Karakterisitik umur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah umur para siswi yang bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berkaitan dengan aktivitas fisik di SMA Neg. 1 Maros Kabupaten Maros. Umur para responden tersebut berkisar antara 14 hinga 18 tahun.

58

Tabel 5.1 Distribusi Responden Remaja Berdasarkan Kelompok Umur di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Kelompok umur 14 15 16 17 18 n
Sumber : Data Primer, 2012

n 1 12 52 62 3 130

% 0.8 9.2 40.0 47.7 2.3 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa dari 130 responden sebagian besar berada pada kelompok umur 14 sebanyak 1 responden (8%), pada kelompok umur 15 sebanyak 12 responden (9,2%), pada kelompok umur 16 sebanyak 52 responden (40,0%),pada kelompok umur 17 sebanyak 62 responden (47,7%), dan pada kelompok umur 18 sebanyak 3 responden (1,3%), dan pada kelompok umur >85 sebanyak 3 responden (2,3%). b. Jumlah Saudara Jumlah saudara responden adalah berapa banyak jumlah saudara responden yang hidup bersama dengan responden selama penelitian ini berlangsung. Jumlah saudara meliputi

jumlah saudara laki-laki maupun perempuan yang hidup bersama.

59

Tabel 5.2 Distribusi Jumlah Saudara Responden Remaja Puteri di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Jumlah saudara 0 1-2 3-4 5-7 n
Sumber : Data Primer, 2012

Jumlah n 4 56 46 24 130 % 3,1 43,1 35,4 18,5 100,0

Dari tabel 5.2 di atas berdasarkan 130 responden distribusi berdasarkan jumlah saudara menunjukkan

bahwa yang tidak memiliki saudara sebanyak 4 responnden (3,1%), yang memiliki saudara 1 - 2 orang sebanyak 56 responden (43,1%), yang memiliki saudara 3 - 4 orang sebanya 46 responden (35,4%), yang memiliki saudara 5 7 orang sebanyak 36 responden (18,5%). c. Kontribusi dalam Pengasuhan Keluarga Ikut berkontribusi dalam pengasuhan keluarga yaitu ikut membantu pengasuhan anggota keluarga responden, baik itu kakak, adik, ataupun keluarga lainnya yang tinggal bersama responden selama penelitian berlangsung.

Kontribusi ini meliputi menyiapkan makanan, pakaian, mencucikan pakaian, mengantar jemput ke sekolah, ataupun hal lainnya yang berkaitan dengan kegiatan dalam keluarga dan rumah tangga.

60

Tabel 5.3 Distribusi Responden Remaja Puteri yang Ikut Berkontribusi dalam Pengasuhan Saudara di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Ikut Berkontribusi dalam Pengasuhan keluarga Ya Tidak n
Sumber: data primer, 2012

Jumlah n 52 78 130 tabel 5.3 distribusi (%) 40,0 60,0 100,0 responden

Berdasarkan

berdasarkan kontribusi dalam pengasuhan keluarga dari 130 responden sebanyak 52 responden (40,0%) ikut berkontribusi dalam pengasuhan keluarga, dan sebanyak 78 responden (60,0%) tidak ikut ber kontribusi. Tabel 5.4 Distribusi Responden Remaja Puteri yang Ikut Berkontribusi dalam Pengasuhan Saudara (Jenis Hubungan yang dimiliki) di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Jenis Hubungan yang dimiliki Adik kandung Kakak kandung Hub. Lainnya Tidak berkontribusi n
Sumber: data primer, 2012

Jumlah n 36 14 2 78 130 tabel 5.4 distribusi (%) 27,7 10,8 1,5 60,0 100,0 responden

Berdasarkan

berdasarkan jenis hubungan yang dimiliki responden

61

terhadap kontribusi yang diberikan, dari 130 responden hubungan adik kandung sebanyak 26 responden (27,7%), kakak kandung sebanyak 14 responden (10,8%), lainnya (adik atau kakak tiri) sebanyak 2 responden (1,5%). d. Aktif secara Fisik Selama Minimal 30 detik/hari dalam Seminggu Terakhir Aktif secara fisik selama seminggu minimal 30 detik perhari yang dimaksud adalah aktivitas fisik yang

digolongkan dalam aktivitas yang bersifat kebugaran atau aktivitas olahraga (exercise) yang dilakukan para responden. Tabel 5.5 Distribusi Responden Remaja Puteri Aktif secara Fisik Selama Minimal 30 detik/hari dalam Seminggu Terakhir di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Aktif dalam seminggu terakhir (Hari) 0 12 34 57 n
Sumber : Data Primer, 2012

Jumlah n 18 83 17 12 130 % 14,4 64,4 12,0 9,2 100,0

Dari tabel 5.5 sebanyak 130 responden, distribusi responden yang aktif secara fisik selama minimum 30 detik/hari dalam seminggu terakhir, dijelaskan bahwa yang responden yang tidak melakukan aktivitas fisik sebanyak 18 responden (14,4%), responden yang melakukan aktivitas

62

fisik selama 1 - 2 hari sebanyak 83 responden (64,4%), responden yang melakukan aktivitas fisik selama 3 4 hari sebanyak 17 responden (12,0%) dan responden yang melakukan aktivitas fisik 5 7 hari sebanyak 12 responden (9,2%). e. Berapakali Olahraga dalam Seminggu Aktif olahraga dalam seminggu yaitu berapa

kali/frekuensi yang responden lakukan dalam melakukan olahraga. Termasuk juga dengan kegiatan olahraga yang dilakukan saat di lingkungan sekolah. Tabel 5.6 Distribusi Responden Remaja Puteri yang Aktif melakukan Olahraga dalam Seminggu di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Berapa kali Olahraga dalam Seminggu 12 34 5 6 7 n
Sumber : Data Primer, 2012

Jumlah n 67 55 5 3 130 % 51,6 42,3 3,9 2,3 100,0

Dari tabel 5.6 sebanyak 130 responden, yang melakukan olahraga 1 2 kali seminggu sebanyak 67 responden (51,6%), 3 4 kali seminggu sebanyak 55 responden (42,3%), 5 6 kali seminggu sebanyak 5

63

responden (3,9%) dan 7 kali seminggu sebannyak 3 responden (2,3%). 2. Variabel penelitian a. Aktivitas Fisik Remaja Puteri Aktivitas fisik yang dilakukan oleh remaja puteri mulai dari aktivitas ringan hingga aktivitas berat, yang kemudian di bedakan dalam dua kategori hari yaitu hari I (hari libur) dan hari II (hari sekolah). Semua aktivitas ditulis dalam activity recall. Tabel 5.7 Distribusi Responden Remaja Puteri Berdasarkan Physical Activity Level(PAL)/Tingkat Aktivitas fisik (hari libur) di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Physical activity level (PAL) Aktivitas ringan Aktivitas sedang Aktivitas berat n
Sumber: data primer, 2012

Jumlah (n) 1 44 85 130 tabel 5.8 distribusi

Jumlah (%) 0,8 33.8 65,4 100 responden

Berdasarkan

berdasarkan tingkat aktivitas fisik (PAL) di hari libur dari 130 responden sebagian besar yang memiliki aktivitas berat, kategori aktivitas ringan yaitu 1 responden (0,8%), kategori aktivitas sedang yaitu 44 responden (33,8%) dan kategori aktivitas berat yaitu 85 responden (65,4%).

64

Tabel 5.8 Distribusi Responden Remaja Puteri Berdasarkan Physical Activity Level (PAL)/Tingkat Aktivitas fisik (hari sekolah) di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Physical activity level (PAL) Aktivitas ringan Aktivitas sedang Aktivitas berat n
Sumber: data primer, 2012

Jumlah (n) 0 24 106 130 tabel 5.9 distribusi

Jumlah (%) 0 18,5 81,5 100 responden

Berdasarkan

berdasarkan tingkat aktivitas fisik (PAL) di hari sekolah dari 130 responden sebagian besar yang memiliki aktivitas berat, kategori aktivitas ringan yaitu 0 responden (0%), kategori aktivitas sedang yaitu 24 responden (18,5%) dan kategori aktivitas berat yaitu 106 responden (81,5%). b. Status Gizi Berdasarkan TB/U Status gizi berdasarkan tinggi badan per umur untuk mengukur status gizi berdasarkan tabel Z-score, yang diukur secara antropometri. Tabel 5.10 Distribusi Responden Remaja Berdasarkan Status Gizi (TB/U) di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Status Gizi TB/U Sangat Pendek Pendek Normal n
Sumber : Data Primer, 2012

n 4 27 99 130

% 3.1 20.8 76.3 100.0

65

Berdasarkan

tabel

5.10

distribusi

responden

berdasarkan status gizi (TB/U) dari 130 responden yang memiliki status gizi (TB/U) kategori sangat pendek yaitu 4 responden (3,1%), kategori pendek 27 responden (20,8%) dan kategori normal yaitu 99 responden (76,3%). c. Klasifikasi Status Gizi (TB/U) Status gizi berdasarkan tinggi badan per umur untuk mengukur status gizi remaja puteri berdasarkan tabel Z-score, yang diukur secara antropometri. Kemudian di klasifikasikan berdasar tabel Z-score. Tabel 5.10 Distribusi Responden Remaja Berdasarkan Klasifikasi Status Gizi (TB/U) di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Status Gizi TB/U Tidak normal Normal n
Sumber : Data Primer, 2012

n 31 99 130

% 23,9 76,2 100

Berdasarkan tabel 5.11 menunjukan bahwa dari 130 responden memiliki status gizi (TB/U) yang tidak normal yaitu 31 responden (23,9%) dan selebihnya memiliki status normal yaitu 99 responden (76,2%).

66

d. Status Gizi Berdasarkan (IMT/U) Status gizi berdasarkan indeks masa tubuh per umur merupakan pengukuran yang paling lazim digunakan dalam mengukur status gizi. Status gizi ini di dasarkan kepada tabel Z-score. Tabel 5.11 Distribusi Responden Remaja Berdasarkan Status Gizi (IMT/U) di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Status Gizi IMT/U Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas n
Sumber : Data Primer, 2012

n 0 6 110 9 5 130 tabel 5.12

% 0 4,6 84,6 6,9 3,8 100.0 distribusi responden

Berdasarkan

berdasarkan status gizi IMT/U dari 130 responden memiliki status gizi IMT/U kategori sangat kurus yaitu 0 responden (0%), kategori kurus 6 responden (4,6%), kategori normal 110 responden (84,6%), kategori gemuk 9 responden (6,9%), dan kategori obesitas yaitu 5 responden (3,8%). e. Klasifikasi Status Gizi (IMT/U) Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks masa tubuh per umur ini berdasarkan tabel Z-score dimana, hasil pengukuran antropometri diolah terlebih dahulu menggunakan rumus yang berkaitan.

67

Tabel 5.12 Distribusi Responden Remaja Puteri Berdasarkan Klasifikasi Status Gizi (IMT/U) di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Status Gizi IMT/U n Tidak normal 20 Normal 110 n 130 Sumber : Data Primer, 2012 % 15,4 84,6 100

Berdasarkan tabel 5.13 menunjukan bahwa dari 130 responden memiliki status gizi IMT/U yang tidak normal yaitu 20 responden (15,4%) dan selebihnya memiliki status normal yaitu 110 responden (84,6%). f. Hubungan antara Variabel a) Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi (TB/U) Remaja Puteri SMA Neg. 1 Maros kabupaten Maros Tahun 2013 Tabel 5.13 Analisis Hubungan Aktivitas fisik (pada Hari Libur) dengan Status Gizi(TB/U) Remaja Puteri di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Status gizi (TB/U) Sangat Pendek Pendek Normal n Phisycal Activity Level (PAL) Ringan Sedang Berat n % n % n % 0 0 4 3,1 0 0 0 1 1 0 0,8 0,8 8 32 44 6,2 24,6 46,1 19 66 104 14,6 50,8 73,2 Jumlah n 4 27 99 130 % 3,1 20,8 76,2 100 Chisquare P

0,50

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 130 responden responden yang kategori sangat pendek, sebanyak

68

4 responden (3,1%) yang memiliki aktivitas sedang dan yang memiliki aktivitas ringan dan berat 0 responden (0%), dari

kategori pendek yang memiliki aktivitas ringan 0 responden (0%), memiliki aktivitas sedang sebanyak 8 responden (6,2%) dan aktivitas berat sebanyak 19 responden (14,6%). Dari kategori normal yang memiliki aktivitas ringan sebanyak 1 responden (0,8%), memiliki aktivitas sedang 32 responden (24,6%), dan aktivitas berat 66 responden (50,8%). Berdasarkan hasil analisis statistik melalui uji chi-square diperoleh nilai probabilitas (p = 0,50) Lebih besar dari = 0,05. Dengan demikian hasilnya adalah tidak bermakna atau Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan aktivitas fisik dengan status gizi (TB/U) pada remaja putri di hari libur. Tabel 5.14 Analisis Hubungan Aktivitas fisik (pada Hari Sekolah) dengan Status Gizi(TB/U) Remaja Puteri di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Status gizi (TB/U) Sangat Pendek Pendek Normal n Phisycal Activity Level (PAL) Ringan Sedang Berat n % n % n % 0 0 3 2,3 1 0,8 15,4 65,4 81,6 Jumlah n 4 27 99 130 % 3,1 20,8 76,2 100 Chisquare P

0 0 7 5,4 20 0 0 14 10,8 85 0 0 24 18,5 106 Sumber : Data Primer, 2012

0,16

69

Berdasarkan tabel 5.15 menunjukkan bahwa dari 130 responden responden yang kategori sangat pendek, sebanyak 3 responden (2,3%) yang memiliki aktivitas sedang dan yang memiliki aktivitas ringan 0 responden (0%) dan aktivitas berat 1 responden (0,8%), dari kategori pendek yang memiliki aktivitas ringan 0 responden (0%), memiliki aktivitas sedang sebanyak 7 responden (5,4%) dan aktivitas berat sebanyak 20 responden (15,4%). Dari kategori normal yang memiliki aktivitas ringan sebanyak 0 responden (0%), memiliki aktivitas sedang 14 responden (10,8%), dan aktivitas berat 85 responden (65,4%). Berdasarkan hasil analisis statistik melalui uji chi-square diperoleh nilai probabilitas (p = 0,16) Lebih besar dari = 0,05. Dengan demikian hasilnya adalah tidak bermakna atau Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan aktivitas fisik dengan status gizi (TB/U) pada remaja putri di hari sekolah. b) Hubungan Aktivitas fisik dengan Status Gizi (IMT/U) Remaja Puteri SMA Neg. 1 Maros Kabupaten Maros

70

Tabel 5.15 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik (pada Hari Libur) dengan Status Gizi (IMT/U) Remaja Puteri di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Physical Activity Level Chi(PAL) Jumlah square Ringan Sedang Berat n % n % n % n % P Kurus 0 0 4 3,1 2 1,5 6 4,6 Normal 0 0 33 25,4 77 59,2 110 84,6 Gemuk 1 0,8 4 3,1 4 3,1 9 6,9 0,083 Obesitas 0 0 3 2,3 2 1,5 5 3,8 n 1 0,8 44 33,9 85 65,3 130 100 Sumber : Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel 5.16 sebanyak 130 responden, menunjukkan bahwa dari status gizi kurus, responden yang melakukan aktivitas ringan sebanyak 0 responden (0%), aktivitas sedang sebanyak 4 responden (3,1%), dan aktivitas berat sebanyak 2 responden (1,5%). dari status gizi normal responden yang melakukan aktivitas ringan sebanyak 0 responden (0%), aktivitas sedang sebanyak 33 responden (25,4%), aktivitas berat sebanyak 77 responden (59,2%). dari status gizi gemuk yang memiliki aktivitas ringan sebanyak 1 responden (0,8%), aktivitas sedang dan berat masing-masing sebanyak 4 responden (3,1%). Dari status gizi obesitas yang memiliki aktivitas ringan sebanyak 0 responden (0%), aktivitas sedang sebanyak 3 responden (2,3%), dan aktivitas berat sebanyak 2 responden (1,5%). Status gizi (IMT/U)

71

Berdasarkan hasil analisis statistik melalui uji chisquare diperoleh nilai probabilitas (p = 0,083) Lebih besar dari = 0,05. Dengan demikian hasilnya adalah tidak bermakna atau Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada hubungan signifikan aktivitas fisik dengan status gizi (IMT/U) pada remaja putri pada hari libur. Tabel 5.16 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik (pada Hari Sekolah) dengan Status Gizi (IMT/U) Remaja Puteri di SMA Negeri 1 Maros Kabupaten Maros Tahun 2012 Phisycal Activity Level Chi(PAL) Jumlah square Ringan Sedang Berat n % n % n % n % P Kurus 0 0 3 2,3 3 2,3 6 4,6 Normal 0 0 18 13,8 92 70,8 110 84,6 Gemuk 0 0 2 1,5 7 5,4 9 6,9 0,326 Obesitas 0 0 1 0,8 4 3,1 5 3,8 n 0 0 24 18,4 106 81,6 130 100 Sumber : Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel 5.17 menunjukkan bahwa dari 130 responden, berdasarkan status gizi kurus yang memiliki aktivitas sedang dan berat masing-masing 3 responden (2,3%) yang memiliki aktivitas ringan 0 responden (0%). dari status gizi normal yang memiliki aktivitas ringan 0 responden (0%), memiliki aktivitas sedang sebanyak 18 responden (13,8%) dan aktivitas berat sebanyak 92 responden (70,8%). Dari status gizi gemuk yang memiliki aktivitas ringan Status gizi (IMT/U)

sebanyak 0 responden (0%), memiliki aktivitas sedang 2

72

responden (1,5%), dan aktivitas berat 7 responden (5,4%). Dari status gizi obesitas yang memiliki aktivitas ringan 0 responden (0%), aktivitas sedang 1 responden (0,8%), dan aktivitas berat 4 responden (3,1%). Berdasarkan hasil analisis statistik melalui uji chisquare diperoleh nilai probabilitas (p = 0,362) Lebih besar dari = 0,05. Dengan demikian hasilnya adalah tidak bermakna atau Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan aktivitas fisik dengan status gizi (IMT/U) pada remaja putri di hari sekolah. C. Pembahasan 1. Aktivitas Fisik Remaja Puteri WHO mendefinisikan remaja sebagai bagian dari siklus hidup antara usia 10-19 tahun dan dapat di kategorikan menjadi tiga yaitu 10-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun (Jahari & Jusan 2004). Remaja memliki pertumbuhan yang cepat (growth spurt) dan merupakan waktu pertumbuhan yang intensi setelah masa bayi serta satu-satunya priode dalam hidup individu terjadi peningkatan velositas pertumbuhan (UNS-SCN 2006). Aktifitas fisik dapat diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia yang beupa olahraga dan dianggap sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit tidak menular (Murwanto, 2003).

73

Para ahli epidemiologi membagi aktivitas fisik kedalam dua kategori yaitu, aktivitas fisik terstruktur(kegiatan olahraga) dan aktivitas tidak terstruktur(kegiatan sehari-hari seperti bersepeda, berjalan-jalan), selain itu terdapat tiga aspek yang bermakna dapat menggambarkan tingkat aktivitas fisik yaitu, pekerjaan, olahraga, dan kegiatan di waktu luang. Banyaknya aktivitas fisik berbeda pada tiap individutergantung gaya hidup perorangan dan faktor lainnya (Williams 2002 dalam fatmah 2009). Masa remaja dan aktivitas fisik sangatlah erat, dimana pada masa ini sangat menentukan kondisi atau keadaan fisik remaja bukan hanya dalam hal pencitraan diri namun juga dalam hal kesehatan. Pada penelitian ini tentang aktivitas fisik dengan status gizi siswi peneliti mendapatkan distribusi umur responden paling rendah berumur 14 tahun sebesar 0,8% dan yang tertinggi berumur 17 tahun sebesar 47,7%. Masa remaja merupakan masa transisi dimana remaja belum mengenal dirinya sendiri dan terkadang kurang memahami tentang masalah aktivitas fisik yang erat kaitannya dengan status gizi mereka. Pada penelitian ini juga menjelaskan Distribusi jumlah saudara siswi tertinggi yang dimiliki 1 2 saudara sebesar 43,1%, terendah adalah siswi yang tidak memiliki saudara

74

sebesar 3,1%. Distribusi siswi yang berkontribusi dalam pengasuhan saudara/keluarga sebesar 40%, dan yang tidak ikut berkontribusi sebesar 60%. Jenis hubungan yang dimiliki siswi pada kontribusi pengasuhan yang dilakukan, yang terendah sebesar 1,5% hubungan yang dimiliki adalah saudara tiri dan yang tertinggi sebesar 27,7% yang memiliki jenis hubungan adalah adik kandung. Dalam hal ini peneliti ingin melihat keterlibatan

responden dalam mengasuh atau mengurus keperluan rumah tangga anggota keluarganya, dimana hal tersebut dapat dikaji sebagai aktivitas fisik yang dilakukan oleh responden dalam aktivitas sehari-harinya seperti memasak, membersihkan

rumah, dan menyiapkan keperluan sang saudara. Dalam penelitian ini juga digambarkan distribusi siswi yang aktif selama 30 detik per hari dalam seminggu terakhir yang terendah sebesar 9,2% melakukan aktivitas 5 7 hari dan tertinggi sebesar 64,4% melakukan aktivitas fisik 1 2 hari. Distribusi siswi yang aktif melakukan olahraga dalam seminggu yang terendah sebesar 2,3% 7 kali dan tertinggi sebesar 51,6% 1 2 kali. Salah satu Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37% anak-anak menghabiskan hampir seperempat jam untuk

bermain diluar rumah setelah sekolah dan 43% menghabiskan

75

waktu lebih dari 2 jam untuk menonton TV, main games, video atau komputer (Wen et al, 2009). Sejalan dengan penelitian di atas peneliti ingin

menggambarkan tentang aktivitas fisik (aktivitas kebugaran) yang jarang dilakukan oleh para responden yang disebabkan berbagai faktor contohnya kesibukkan seperti kegiatan sekolah, dan adanya fasilitas yang mepermudah kerja manusia namun meperkecil/meminimkan aktivitas fisik yang dilakukan oleh responden. Distribusi tingkat aktivitas fisik pada penelitian ini yang dilakukan siswi terendah sebesar 0,8% yang melakukan aktivitas ringan dan tertinggi adalah 65,4% siswi yang melakukan aktivitas berat saat hari libur. Namun distribusi aktivitas fisik pada hari sekolah terendah adalah sebesar 18,5% melakukan aktivitas sedang dan sebesar 81,5% siswi

melakukan aktivitas berat, sedangkan yang melakukan aktivitas ringan tidak ada sama sekali pada hari sekolah. Berdasarkan data di atas peneliti berasumsi bahwa tidak ada perbedaan tentang data di atas, sebagian besar memiliki aktivitas yang berat dikarenakan tingginya mobilitas para responden disekolah mengingat adanya kewajiban dari pihak sekolah untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.

76

2. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Siswi Kebugaran adalah indikator penentuan derajat

kesehatan seseorang sehingga seseorang dapat menjalankan aktivitas harian secara optimal. Kebugaran terdiri dari daya tahan kardiosrespitori dan kekuatan tubuh bagian atas

merupakan unsur penting dalam melakukan aktivitas fisik, olahraga, dan latihan (Fatmah, 2012). Aktivitas fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani. Latihan fisik yang bersifat aerobik dilakuakn secara teratur akan mempengaruhi atau meningkatkan daya tahan kardiovaskuler dan mengurangi lemak tubuh. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan status gizi para siswi SMA. Aktivitas fisik yang dilakukan pada hari libur kaitannya dengan status gizi (TB/U) tertinggi sebesar 50,8% siswi melakukan aktivitas berat dengan status gizi (TB/U) normal dan terendah adalah sebesar 0,8% siswi melakukan aktivitas ringan dengan status gizi (TB/U) normal. Sedangkan untuk aktivitas fisik yang dilakukan pada hari sekolah tertinggi sebesar 65,4% siswi melakukan aktivitas berat dengan status gizi (TB/U) normal dan terendah sebesar 0,8% siswi melakukan aktivitas berat dengan status gizi (TB/U) sangat pendek.

77

Berdasarkan data penelitian diatas hubungan aktivitas fisik pada hari libur dengan status gizi (TB/U) siswi memiliki nilai (p = 0,50) maka p > 0,05, hubungan aktivitas fisik pada hari sekolah dengan status gizi (TB/U) siswi memiliki nilai (p = 0,16) maka p > 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna aktivitas fisik pada hari libur dan sekolah dengan status gizi siswi. Hal ini disebabkan status gizi seseorang tidak dapat dinilai secara subjektif dari satu sisi saja namun juga perlu diperhatikan hal-hal bahwa status gizi seseorang juga dapat dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita oleh seseorang, riwayat keturunan, sistem metabolisme tubuh dan lain lain. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Hastutik 2010 pada remaja yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi remaja, karena hal itu juga dapat dipengaruhi oleh pola konsumsi individual yang tidak teratur seperti makan > 3 kali sehari. Namun tidak sejalan dengan penelitian agustiawan 2009 pada ibu rumah tangga, dari hasil penelitian ini agustiawan berpendapat bahwa aktifitas fisik memiliki hubungan atau sangat berpengaruh dalam kondisi status gizi dan pencegahan penyakit degeneratif , dari 50 wanita ibu RT sebagai sampel .

78

penelitian tersebut semuanya melakukan rata-rata aktivitas fisik rumahan seperti mencuci dan membersihakan rumah. Pada penelitian Mulyani 2010 secara kuantitatif nilai MET meningkat tetapi secara kualitatif tidak berubah. Artinya peningkatan aktivitas fisik masih memberikan efek yang masih rendah. Jika aktivitas fisik meningkat secara nyata maka pemakaian energi tubuh akan meningkat dan ini berarti bahwa cadangan energi berupa lemak akan banyak digunakan. Beberapa faktor yang terkait denagn makanan, nutrisi dan aktivitas fisik akan meningkatkan resiko kegemukan, berat

tubuh lebih dan perolehan berat badan akan meningkatkan resiko yang terkait dengan kegemukan yang berlebihan. Olehnya aktivitas fisik yang cukup dan konsumsi makanan yang teratur dapat menjaga berat badan ideal dalam kondisi yang baik. Juga melindungi tubuh secara tidak langsung dari penyakit degeneratif. Dalam penelitian Mulyani juga dijelaskan bahwa aktivitasnya ringan 54,8% lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan 45,2%. Hal ini sangat sesuai dengan pernyataan bahwa kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab dari meningkatnya angka kejadian obesitas di masyarakat. orang yang tidak aktif memerlukan energi lebih sedikit energi. Seseorang akan cenderung mengkonsumsi

79

makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang akan mengalami obesitas (Medicastro, 2006). Penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik dengan status gizi (IMT/U) siswi SMA. Aktivitas fisik pada hari libur dengan status gizi (IMT/U) terendah sebesar 0,8% siswi melakukan aktivitas ringan dengan status gizi gemuk dan tertinggi sebesar 59,2% siswi melakukan aktivitas berat dengan status gizi normal. Sedangkan untuk aktivitas fisik pada hari sekolah dengan status gizi (IMT/U) terendah sebesar 0,8% siswi melakukan aktivitas sedang dengan status gizi obesitas dan tertinggi sebesar 70,8% siswi melakukan aktivitas berat dengan status gizi normal. Berdasarkan data penelitian diatas hubungan aktivitas fisik pada hari libur dengan status gizi (IMT/U) para siswi memiliki nilai (p = 0,083) maka p > 0,05, hubungan aktivitas fisik pada hari sekolah dengan status gizi (IMT/U) siswi memiliki nilai (p = 0,326) maka p > 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna aktivitas fisik pada hari libur dan sekolah dengan status gizi (IMT/U) siswi. Hal ini juga disebabkan gaya hidup yang diterapkan para siswi tidak sehat misalnya walaupun dia memiliki aktivitas berat tapi kalau asupan gizi yang dia terima sedikit maka sulit untuk menemukan

80

korelasi antara aktivitas fisik dengan status gizi, selain itu perbedaan metabolisme tiap individu, pola tidur dan lain-lain. Seiringan dengan penelitian Rising et al., Schulz &

Scholer 1994, menyatakan bahwa adanya hubungan negatif antara BMI dan aktivitas fisik yang menunjukkan bahwa orang Obes atau gemuk mempunyai aktivitas kurang dibandingkan dengan orang orang yang ramping. Akan tetapi hubungan tersebut tidak bisa menggambarkan adanya hubungan sebab akibat dan sulit untuk menentukan apakah orang obesitas mempunyai aktivitas fisik kurang oleh karena obesitasnya atau aktivitas fisik yang kurang yang menjadikan mereka Obesitas. Namun tidak sejalan dengan dua peneliti di atas chrissia 2012 menyatakan bahwa Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi karena status gizi seseorang bergantung juga penggunaan zat gizi yang

dikonsumsi dengan cara beraktivitas. Hasil uji menggunakan korelasi spearman dengan tingkat kemaknaan mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

Intensitas Aktivitas Fisik dengan Status Gizi (IMT/U). Pada koefisien korelasi didapatkan sebesar -0,644 dan nilai p 0,000. Arah koefisien korelasi yang didapatkan bernilai negatif yang berarti semakin ringan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan

81

maka berpengaruh terhadap status gizi (IMT/U) lebih bahkan obesitas. Hal ini juga di pertegas dengan penelitian yang

dilakukan Amelia tahun 2012 Uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (p<0.01) dengan status gizi remaja. Pada umumnya semakin aktif seseorang secara fisik maka akan semakin baik pula nafsu makannya. Menurut Hardinsyah (2007) menyatakan bahwa aktivitas fisik yang tinggi dapat meningkatkan kebutuhan terhadap energi tubuh.

Konsumsi pangan yang mencukupi sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat mencukupi dalam melakukan kegiatan, pemeliharaan tubuh serta aktivitas Untuk mengimbangi energi yang digunakan untuk beraktivitas diperlukanmakanan yang cukup, sebab kalau tidak dipenuhi maka protein dan lemak yang disimpan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Namun demikian, beberapa hasil studi dengan

rancangan penelitian lain menunjukkkan bahwa rendah dan menurunnya aktivitas fisik merupakan faktor yang paling bertanggung jawab terjadinya obesitas. Sebagai contoh,

obesitas tidak terjadi pada para atlit yang aktif berolahraga sedangkan para atlit yang berhenti melakukan latihan olahraga lebih sering mengalami kenaikkkan berat badan dan

82

kegemukkan (Williamso, 1996; Rissanen, 1991 dalam Djafar, 2008). Pengaruh aktivitas fisik terhadap masalah status gizi remaja masih kontroversial. Beberapa penelitian mengatakan adanya hubungan gaya hidup sedentary (seperti menonton TV) mempengaruhi status gizi seseorang, dimana jumlah total aktivitas fisik atau durasi serta beratnya aktivitas fisik yang dilakukan merupakan faktor kunci terjadinya masalah status gizi khususnya obesitas. Menurut Soekirman (1999/2000) berdasarkan hasil temuan UNICEF (1998), penyebab langsung gizi kurang ialah makanan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi D. Hambatan-Hambatan Penelitian Hambatan yang ditemukan peneliti saat melakukan penelitian yaitu : 1. waktu penlitian yang sangat terbatas yang diberikan oleh pihak sekolah yakni pada saat jam istirahat berlangsung, selain itu pada saat penelitian berlangsung bertepatan

dengan waktu ujian semester berlangsung hingga penelitian harus ditunda beberapa saat dan saat penelitian dilanjutkan kembali setelah ujian semester jumlah siswa yang hadir kurang lengkap, yang mengharuskan peneliti harus

melakukan penelitian yang agak mundur. Selain itu waktu

83

penelitian

yang

bertepatan

dengan

waktu

PORSENI

membuat tingkat aktivitas fisik para siswi tergolong tinggi diakibatkan karena para siswi yang menjadi sampel

sebagian besar ikut dalam kegiatan PORSENI. 2. Pada penelitian ini juga hanya membahas hubungan aktivitas fisik dengan status gizi, tidak mengukur faktor lain selain aktivitas fisik, yang membuat penelitian ini hanya tidak dapat mengaitkan variabel lain selain variabel yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai